Menimbang : Mengingat :

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBTIK INDONESIA. NOMOR : 329IMEN,KEs/PER/XII/76 TENTANG PRODUKSI DAN PEREDARAN MAKANAN

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia tentang wadah, pem-bungkus, penandaan serta periklanan Kosmetika dan Alat Kesehatan

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 239/Men.Kes/Per/V/85 TENTANG ZAT WARNA TERTENTU YANG DINYATAKAN SEBAGAI BAHAN BERBAHAYA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1189/MENKES/PER/VIII/2010 TENTANG PRODUKSI ALAT KESEHATAN DAN PERBEKALAN KESEHATAN RUMAH TANGGA

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK TENTANG KOSMETIK

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 1999 TENTANG LABEL DAN IKLAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 965/MENKES/SK/XI/1992 TENTANG

MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

Menimbang : Mengingat :

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN DAN KEHUTANAN NOMOR: 453/Kpts/TN.260/9/2000 TENTANG OBAT ALAMI UNTUK HEWAN MENTERI PERTANIAN DAN KEHUTANAN,

GUBERNUR GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG

No. 416 Tahun 1990 Tentang : Syarat-syarat Dan Pengawasan Kualitas Air

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 722/MENKES/PER/IX/88 TENTANG BAHAN TAMBAHAN MAKANAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

2016, No Undang Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Neg

UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 1992 TENTANG KESEHATAN [LN 1992/100, TLN 3495]

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 722/MENKES/PER/IX/88 TENTANG BAHAN TAMBAHAN MAKANAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1996 TENTANG PANGAN [LN 1996/99, TLN 3656]

2015, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perdaga

RANCANGAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN 2016 TENTANG PENGAWASAN SUPLEMEN KESEHATAN

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK TENTANG PENGAWASAN PEMASUKAN BAHAN KOSMETIK

PP 72/1998, PENGAMANAN SEDIAAN FARMASI DAN ALAT KESEHATAN. Tentang: PENGAMANAN SEDIAAN FARMASI DAN ALAT KESEHATAN

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK N0M0R 382/MENKES/PER/VI/ 1989 TENTANG PENDAFTARAN MAKANAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 76ltVtEN.KES/pER/Xil/7S TENTANG KETENTUAN PEREDARAT\ DAN PENANDAAN SUSU KENTAL MANIS

MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG PENGAWASAN ATAS PEREDARAN, PENYIMPANAN DAN PENGGUNAAN PESTISIDA.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 20 TAHUN 1990 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1190/MENKES/PER/VIII/2010 TENTANG IZIN EDAR ALAT KESEHATAN DAN PERBEKALAN KESEHATAN RUMAH TANGGA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2000 TENTANG PERIZINAN PEMANFAATAN TENAGA NUKLIR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 038 TAHUN 2016

M E M U T U S K A N : Menetapkan : PERATURAN MENTERI KESEHATAN TENTANG PEREDARAN OBAT TRADISIONAL IMPOR BAB I KETENTUAN UMUM.

KEAMANAN PANGAN (UNDANG-UNDANG NO 12 TENTANG PANGAN TAHUN 2012

2015, No Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Ne

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN,

Peraturan Menteri Kesehatan No. 528 Tahun 1982 Tentang : Kualitas Air Tanah Yang Berhubungan Dengan Kesehatan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 1999 TENTANG LABEL DAN IKLAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.345, 2011 KEMENTERIAN KESEHATAN. Cemaran Radioaktif. Pangan. Batas Maksimum.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2004 TENTANG KEAMANAN, MUTU DAN GIZI PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2017, No Negara Republik Indonesia Nomor 4843); 3. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tah

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN. Obat Ikan. Peredaran. Mekanisme. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 107/Permentan/SR.140/9/2014 TENTANG PENGAWASAN PESTISIDA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2000 TENTANG PERIZINAN PEMANFAATAN TENAGA NUKLIR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 1996 TENTANG PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 74/Permentan/OT.140/12/2007 TENTANG PENGAWASAN OBAT HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 1996 TENTANG PANGAN

UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1997 TENTANG PSIKOTROPIKA [LN 1997/10, TLN 3671]

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK TAHUN 2011 TENTANG PENDAFTARAN PANGAN OLAHAN

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : HK TENTANG TATA LAKSANA PENDAFTARAN SUPLEMEN MAKANAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1990 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 40 TAHUN 2016 TENTANG KEAMANAN PANGAN SEGAR ASAL TUMBUHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH,

2016, No Undang Undang Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 139, Tambahan Lembaran Neg

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.556, 2009 KEMENTERIAN PERDAGANGAN. Label. Pencantuman.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.556, 2009 KEMENTERIAN PERDAGANGAN. Label. Pencantuman.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 1962 TENTANG HYGIENE UNTUK USAHA-USAHA BAGI UMUM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1997 TENTANG PSIKOTROPIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 1992 TENTANG OBAT HEWAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 760/MENKES/ PER/ lx/1992 TENTANG FITOFARMAKA

2016, No Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Ne

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1990 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR. Presiden Republik Indonesia,

2017, No Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Neg

MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

PENJELASAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 1999 TENTANG LABEL DAN IKLAN PANGAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 1975 TENTANG IZIN PEMAKAIAN ZAT RADIOAKTIF DAN ATAU SUMBER RADIASI LAINNYA

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 1960 Tentang Pokok-Pokok Kesehatan Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa. Presiden Republik Indonesia,

Keputusan Menteri Perindustrian No. 148 Tahun 1985 Tentang : Pengamanan Bahan Beracun Dan Berbahaya Di Perusahaan Industri

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 1992 TENTANG OBAT HEWAN

No.1274, 2014 KEMENTAN. Pestisida. Pengawasan. Pencabutan.

Keputusan Menteri Perindustrian Dan Perdagangan No.137/MPP/Kep/6/1996 Tentang : Prosedur Impor Limbah

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 1996 TENTANG PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : HK TENTANG

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 226/PMK.04/2014 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI JOMBANG PROVINSI JAWA TIMUR

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 42/Permentan/SR.140/5/2007 TENTANG PENGAWASAN PESTISIDA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN,

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG IZIN PEMBUANGAN AIR LIMBAH BUPATI SLEMAN,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1990 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Menimbang : Mengingat :

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2004 TENTANG KEAMANAN, MUTU DAN GIZI PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 43/Kpts/Tp.270/1/2003 TENTANG

WALIKOTA PAYAKUMBUH PROVINSI SUMATERA BARAT PANGAN SEHAT DAN BEBAS BAHAN BERBAHAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PAYAKUMBUH,

Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1973 Tentang : Pengawasan Atas Peredaran, Penyimpanan Dan Penggunaan Pestisida

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1996 TENTANG IZIN PENGUSAHA BARANG KENA CUKAI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Undang Undang No. 7 Tahun 1996 Tentang : Pangan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2002 TENTANG KESELAMATAN PENGANGKUTAN ZAT RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 1973

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Transkripsi:

MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : 220/Men.Kes/Per/IX/76 tentang PRODUKSI DAN PEREDARAN KOSMETIKA DAN ALAT KESEHATAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : Mengingat : a. bahwa kesehatan masyarakat adalah salah satu modal pokok dalam rangka pertumbuhan dan kehidupan bangsa serta mempunyai peranan penting dalam pembangunan nasional; b. bahwa penggunaan kosmetika dan alat kesehatan yang tidak terarah dapat merugikan kesehatan masyarakat; c. bahwa masyarakat perlu dilindungi kesehatan dan keselamatannya terhadap kosmetika dan alat kesehatan yang tidak memenuhi persyaratan serta kerugian akibat perdagangan yang tidak jujur; d. bahwa oleh karena itu perlu ditetapkan Peraturan tentang Produksi dan Peredaran Kosmetika dan Alat Kesehatan. 1. Undang-undang No. 9 Tahun 1960 tentang Pokok-pokok Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1960 No. 131, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia No. 2068); 2. Undang-undang No. 10 Tahun 1961 tentang Barang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1961 No. 215, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia No. 2146); 3. Undang-undang No. 11 Tahun 1962 Tentang Hygiene Untuk Usaha-usaha Bagi Umum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1962 No. 48, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia No. 2475); 4. Undang-undang No. 7 Tahun 1963 tentang Farmasi (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 1963 No. 81, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia No. 2580); 5. Undang-undang No. 2 Tahun 1966 tentang Hygiene (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1966 No. 2804); 6. Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 44 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Organisasi Departemen; 7. Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 45 Tahun 1974 tentang Susunan Organisasi Departemen; 8. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 125/IV/Kab/ BU/1975 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kesehatan Republik Indonesia. MEMUTUSKAN : Menetapkan : Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia tentang Produksi dan Peredaran Kosmetika dan Alat Kesehatan. B A B I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan ini dan dalam peraturan pelaksanaannya yang dimaksud dengan : 1. Kosmetika : adalah bahan atau campuran bahan untuk digosokkan, dilekatkan, dituangkan, dipercikkan atau disemprotkan pada, dimasukkan dalam, dipergunakan pada badan atau bagian badan manusia dengan maksud untuk membersihkan, memelihara, menambah daya tarik atau mengubah rupa dan tidak termasuk golongan obat. 2. Alat kesehatan : adalah barang, instrumen, aparat atau alat, termasuk tiap komponen, bagian atau perlengkapannya yang diproduksi, dijual atau dimaksudkan untuk digunakan dalam a. pemeliharaan dan perawatan kesehatan, diagnosa, penyembuhan, peringanan atau pencegahan penyakit, kelainan keadaan badan atau gejalanya pada manusia. b. pemulihan, perbaikan atau perubahan suatu fungsi badan atau struktur badan manusia.

c. diagnosa kehamilan pada manusia atau pemeliharaan selama hamil dan setelah melahirkan, termasuk pemeliharaan bayi. d. usaha mencegah kehamilan pada manusia dan yang tidak termasuk golongan obat. 3. Memproduksi: adalah membuat, mengolah, mengubah bentuk, membungkus kembali untuk diedarkan. 4. Mengedarkan : adalah menjual menyajikan di tempat penjualan, menyerahkan, memiliki atau mempunyai persediaan di tempat penjualan, dalam salon kecantikan, di pabrik yang memproduksi, di ruang perusahaan lain dari pada yang tersebut di atas, di halaman, dalam kendaraan, kapal udara kapal laut, perahu atau di tempat lain, kecuali jika kosmetika atau alat kesehatan itu nyatanyata untuk keperluan pemakai sendiri. 5. Hygiene : adalah usaha untuk melindungi, memelihara dan mempertinggi derajat kesehatan 6. Standar mutu : adalah ketentuan yang ditetapkan oleh Menteri mengenai nama, batasan, bahan baku, bahan tambahan, bahan penolong, komposisi, ukuran dasar hygiene, timbangan dan ukuran, wadah, pembungkus, penandaan, cara pengambilan contoh dan analisa, serta ketentuan lain untuk pengujian tiap macam kosmetika dan alat kesehatan. 7. Wadah : adalah barang yang dipakai untuk mewadahi atau membungkus kosmetika dan alat kesehatan yang berhubungan langsung dengan isi. 8. Pembungkus : adalah wadah atau selubung di dalam mana kosmetika dan atau alat kesehatan tersebut berada untuk digunakan pada waktu peragaan atau penyerahan kepada pembeli eceran. 9. Penandaan : adalah etiket, brosur atau bentuk pernyataan lainnya yang ditulis, dicetak, atau digambar, yang disertakan pada atau berhubungan dengan kosmetika atau alat kesehatan. 10. Etiket: adalah tanda yang berupa tulisan, dengan atau tanpa gambar yang dilekatkan, dicetak, diukir, dicantumkan dengan jalan apapun pada wadah atau pembungkus. 11. Iklan : adalah usaha dengan cara apapun untuk meningkatkan penjualan secara langsung atau tidak langsung. 12. Laboratorium Penguji : adalah laboratorium Pemerintah yang diberi kuasa oleh Menteri untuk melaksanakan pengujian. 13. Petugas : adalah pelaksana yang diberi kuasa oleh Direktur Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan untuk melaksanakan pengawasan. 14. Pengujian : adalah pemeriksaan dan analisa yang dilakukan

terhadap contoh kosmetika atau alat kesehatan dengan maksud memeriksa kebenarannya sesuai standar mutu atau persyaratan yang ditetapkan oleh Menteri. 15. Menteri : adalah Menteri Kesehatan Republik Indonesia. B A B II SYARAT-SYARAT UMUM PRODUKSI DAN PEREDARAN Pasal 2 1. Untuk memproduksi kosmetika atau alat kesehatan harus mendapat ijin dari Menteri. 2. Kosmetika dan alat kesehatan yang diproduksi dan diedarkan harus memenuhi syarat keselamatan dan kesehatan, standar mutu atau persyaratan yang ditetapkan Menteri. 3. Kosmetika dan alat kesehatan sebelum diedarkan harus didaftarkan pada Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Pasal 3 1. Dilarang memproduksi dan mengedarkan kosmetika atau alat kesehatan yang a. tidak mendapat ijin produksi dari Menteri b. kotor, tercemar, rusak. 2. mengandung atau padanya terdapat bahan beracun melampaui batas yang ditetapkan. 3. terdapat jasad renik berbahaya atau melampaui batas yang ditetapkan oleh Menteri. 4. dapat mengganggu kesehatan manusia. a. tidak memenuhi standar mutu atau persyaratan yang ditetapkan. b. tidak diberi wadah, pembungkus dan penandaan menurut peraturan yang ditetapkan. c. tidak didaftarkan pada Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Pasal 4 Dilarang mengimpor kosmetika atau alat kesehatan yang disebut pada Pasal 3 huruf a, b, c, d dan e. b. di negara asalnya dilarang diedarkan

BAB III PRODUKSI Bagian Pertama U m u m Pasal 5 Menteri menetapkan peraturan tentang persyaratan lokasi, bangunan, alat produksi, bahan produksi, cara produksi, produk akhir, laboratorium pemeriksaan mutu, karyawan dan lain-lain yang dipandang perlu. Bagian Kedua Pasal 6 Lokasi unit produksi kosmetika dan alat kesehatan harus dipilih sehingga dapat dicegah pengotoran dan pencemaran terhadap produk. Pasal 7 Untuk produksi kosmetika atau alat kesehatan yang disebut dalam Pasal 6 dilarang mengakibatkan pencemaran lingkungan. Bagian Ketiga Bangunan Pasal 8 1. Bangunan yang dipergunakan untuk memproduksi kosmetika atau alat kesehatan harus dibuat berdasarkan perencanaan yang memenuhi persyaratan teknik dan hygiene, sesuai dengan jenis produksi yang dibuat. 2. Bangunan yang disebut dalam ayat (1) Pasal ini harus mempunyai fasilitas sanitasi yang cukup dan terpelihara. Pasal 9 Bagian bangunan atau ruangan yang digunakan untuk memproduksi kosmetika atau alat kesehatan dilarang digunakan untuk keperluan lain, kecuali ditetapkan lain oleh Menteri.

Bagian Keempat Alat Produksi Pasal 10 Kualitas alat yang dipergunakan untuk memproduksi kosmetika atau alat kesehatan harus memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh Menteri. Pasal 11 Alat yang digunakan untuk memproduksi kosmetika atau alat kesehatan harus disesuaikan dengan jenis produksi dan selalu dalam keadaan terpelihara. Pasal 12 Alat yang disebut dalam Pasal 11 dilarang digunakan selain untuk tujuan produksi kosmetika atau alat kesehatan, kecuali bila ditetapkan lain oleh Menteri. Bagian Kelima Bahan Produksi Pasal 13 Bahan yang digunakan untuk memproduksi kosmetika atau alat kesehatan harus memenuhi standar mutu atau persyaratan yang ditetapkan oleh Menteri. Pasal 14 1. Menteri menetapkan jenis dan kadar bahan tertentu yang diijinkan dalam produksi kosmetika dan alat kesehatan. 2. Pembubuhan zat radioaktif pada kosmetika tidak diijinkan. 3. Alat kesehatan yang menggunakan zat radioaktif atau dapat memancarkan radiasi diatur sesuai dengan ketentuan-ketentuan dalam Peraturan Pemerintah No. 12 Tahun 1975 tentang Ijin Pemakaian Zat Radioaktif Dan Atau Sumber Radiasi Lainnya.

Bagian Keenam Cara Produksi Pasal 15 Produksi kosmetika atau alat kesehatan harus dilakukan : a. di tempat dan lingkungan yang memenuhi syarat hygiene dan sanitasi. b. menurut cara produksi yang ditetapkan oleh Menteri. Bagian Ketujuh Pemeriksaan Mutu Pasal 16 Perusahaan yang memproduksi jenis kosmetika atau alat kesehatan yang ditetapkan oleh Menteri diwajibkan mewakili laboratorium untuk melakukan analisa dan pemeriksaan terhadap bahan produksi yang digunakan dan produk akhir. Pasal 17 Perusahaan yang memproduksi kosmetika atau alat kesehatan wajib mempunyai seorang tenaga ahli sebagai penanggungjawab mutu, yang kualifikasinya ditetapkan oleh Menteri sesuai dengan jenis produksi. Pasal 18 Terhadap produk akhir jenis kosmetika dan alat kesehatan yang ditetapkan oleh Menteri harus dilakukan pengujian sebelum diedarkan. Bagian Kedelapan Karyawan Pasal 19 Karyawan yang berhubungan langsung dengan produksi kosmetika atau alat kesehatan harus dalam keadaan sehat dan bersih.

Pasal 20 Dilarang mempekerjakan karyawan yang menderita penyakit menular atau penyakit tertentu lainnya yang ditetapkan oleh Menteri. B A B IV PEREDARAN Bagian Pertama Wadah, Pembungkus, Penandaan dan Periklanan Pasal 21 Menteri menetapkan peraturan tentang wadah, pembungkus, penandaan dan periklanan kosmetika dan alat kesehatan. Pasal 22 Dilarang mencantumkan pada penandaan atau menggunakan dalam periklanan segala sesuatu yang tidak benar, berlebih-lebihan, menyesatkan atau yang dapat ditafsirkan salah perihal asal, sifat, nilai, kuantitas, komposisi, kegunaan dan keamanan kosmetika atau alat kesehatan. Bagian Kedua Pengangkutan dan Peredaran Pasal 23 Menteri menetapkan peraturan tentang persyaratan teknik atau hygiene pengangkutan peredaran kosmetika dan alat kesehatan. B A B V PENGAWASAN Wewenang Pengawasan Pasal 24 Direktur Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan atau pejabat yang ditunjuk olehnya, diberi wewenang untuk melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan ketentuan dalam Peraturan ini.

Pasal 25 Petugas yang menjalankan pengawasan terhadap pelaksanaan ketentuan dalam Peraturan ini harus selalu membawa perintah tertulis dari Direktur Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan atau pejabat yang ditunjuk olehnya. Pasal 26 Pelaksanaan pengawasan di daerah-daerah terhadap ketentuan yang dimaksudkan dalam Peraturan ini diatur oleh Direktur Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan. B A B VI PENINDAKAN Pasal 27 Pelanggaran terhadap ketentuan yang ditetapkan dalam Pasal 2, 3, 4, Pasal 6 sampai dengan Pasal 15, Pasal 17 sampai dengan Pasal 20 dan Pasal 22 Peraturan ini sehingga membahayakan bagi jiwa atau kesehatan seseorang dipidanakan berdasarkan Pasal 204 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP). Pasal 28 Pelanggaran terhadap ketentuan yang ditetapkan dalam Pasal 2, 3, 4, Pasal 6 sampai dengan Pasal 15, Pasal 17 sampai dengan Pasal 20 dan Pasal 22 Peraturan ini dapat dikenakan tindakan administratif berupa pencabutan nomor pendaftaran dan pencabutan ijin produksi pada Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Pasal 29 Direktur Jenderal Pengawasan dan Makanan berwenang memerintahkan kepada produsen dan importir untuk menarik dari peredaran kosmetika dan alat kesehatan yang tidak memenuhi ketentuan dalam Peraturan ini.

BAB VII ATURAN PERALIHAN Pasal 30 Direktur Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan diberi wewenang mengatur dan atau menetapkan ketentuan mengenai kosmetika dan alat kesehatan yang sudah beredar di pasaran pada saat berlakunya Peraturan Menteri ini. Pasal 31 Ketentuan tentang kosmetika dan alat kesehatan yang ada pada saat berlakunya Peraturan Menteri ini tetap berlaku selama ketentuan tersebut tidak bertentangan dengan ketentuan yang ditetapkan dalam Peraturan ini. BAB VIII P E N U TU P Pasal 32 Hal-hal yang belum cukup diatur dalam Peraturan Menteri ini, diatur lebih lanjut oleh Direktur Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan Pasal 33 Peraturan Menteri ini mulai berlaku terhitung dari sejak tanggal ditetapkan. Agar supaya setiap orang mengetahuinya memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di : Jakarta Pada tanggal : 6 September 1976 MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, ttd. (G.A. SIWABESSY)