BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan Pemerintah Republik

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pemerintahan yang efektif dan efisien. Tercapainya efisiensi dan

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan Pemerintah Republik

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah khususnya Daerah Tingkat II (Dati II)

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Dalam kajian pustaka ini, akan dijelaskan mengenai pengertian pajak, jenisjenis

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dan kemasyarakatan harus sesuai dengan aspirasi dari

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber pendapatan negara terbesar, dimana sampai saat

BAB I PENDAHULUAN. dan UUD 1945 yang menjunjung tinggi hak dan kewajiban setiap orang, oleh karena

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu Negara, ketersediaan data dan informasi menjadi sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. pemerataan pembangunan disegala sektor. Hal ini berkaitan dengan sumber dana

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan daerah dan pelayanan terhadap masyarakatnya. Daerah otonom

BAB I PENDAHULUAN. mengurus keuangannya sendiri dan mempunyai hak untuk mengelola segala. sumber daya daerah untuk kepentingan masyarakat setempat.

BAB I PENDAHULUAN. titik awal pelaksanaan pembangunan, sehingga daerah diharapkan bisa lebih mengetahui

BAB I PENDAHULUAN. dikelola dengan baik dan benar untuk mendapatkan hasil yang maksimal.

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan daerah sebagai bagian dari pembangunan nasional didasarkan

BAB I PENDAHULUAN. ini tidak terlepas dari keberhasilan penyelenggaraan pemerintah propinsi maupun

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. pusat (sentralistik) telah menimbulkan kesenjangan antara Jawa dan luar Jawa

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adil dan makmur sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar pembangunan tersebut dibutuhkan dana yang cukup besar.

BAB I PENDAHULUAN. adalah ketersediaan dana oleh suatu negara yang diperlukan untuk pembiayaan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam konteks pembangunan, bangsa Indonesia sejak lama telah

BAB I PENDAHULUAN. yang digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan prinsip

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pemerintahan dengan memberikan keleluasaan pada

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pemerintah daerah diberi kewenangan yang luas untuk mengurus rumah

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pemerintahan baik melalui administrator pemerintah. Setelah

JURNAL. Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Ujian Sidang Tugas Akhir Jenjang Studi Diploma III Program Studi Akuntansi.

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari pulau-pulau atau dikenal dengan sebutan Negara Maritim. Yang mana dengan letak

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Bhayangkara Jaya

BAB 1 PENDAHULUAN. pusat dengan daerah, dimana pemerintah harus dapat mengatur dan mengurus

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU No. 22 Tahun 1999 yang telah diganti dengan UU No. 34 Tahun 2004

BAB I PENDAHULUAN. merupakan fenomena yang selalu berkembang di masyarakat. Pajak memiliki fungsi sebagai sumber penerimaan Negara (Budgeter) yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional adalah kegiatan yang berlangsung terus menerus dan

BAB I PENDAHULUAN. kesejahtraan rakyat, mencerdaskan kehidupan bangsa dengan adil dan makmur.

BAB I PENDAHULUAN. dengan kata lain Good Governance, terdapat salah satu aspek di dalamnya yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu pemasukan negara yang mempunyai tujuan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

EVALUASI PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DI KOTA SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan harus dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat. Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. yang dikenal dengan istilah pembangunan nasional. Pembangunan nasional merupakan

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan perpajakan Indonesia dari sistem Official Assessment ke sistem Self

BAB I PENDAHULUAN. antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

BAB I PENDAHULUAN. Sistem pemerintahan Republik Indonesia mengatur asas desentralisasi,

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan Undang-undang No.25 Tahun 2000 tentang Program. Pembangunan Nasional , bahwa program penataan pengelolaan

BAB I PENDAHULUAN. Konsekuensi dari pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi tersebut yakni

BAB I PENDAHULUAN. daerahnya dari tahun ke tahun sesuai dengan kebijakan-kebijakan yang telah

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) bertujuan sebagai salah satu syarat

BAB 1 PENDAHULUAN. otonomi daerah. Otonomi membuka kesempatan bagi daerah untuk mengeluarkan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pajak merupakan iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang

BAB I PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya otonomi daerah di Indonesia pada tahun 2001,

EVALUASI SISTEM DAN PROSEDUR PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH PADA PEMERINTAH KABUPATEN KLATEN

BAB I PENDAHULUAN` dengan diberlakukannya otonomi daerah, pemerintah. Pemerintah Pusat dan Daerah, setiap daerah otonom diberi wewenang yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan pemerintah daerah, baik ditingkat provinsi maupun tingkat

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa kini, kita tidak bisa bebas dari yang namanya pajak. Bahkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pelaksanaan otonomi daerah memberikan kewenangan kepada daerah

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan suatu daerah otonom dapat berkembang sesuai dengan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah adalah salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan sistem pemerintahan dari yang semula terpusat menjadi

BAB I PENDAHULUAN. daerah yang digunakan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Undang Nomor 23Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-

BAB I PENDAHULUAN. dari luar negeri dapat berupa pinjaman dari negara lain.

BAB I PENDAHULUAN. tertinggi diperoleh dari perpajakan sebesar Rp1.235,8 triliun atau 83% dari

BAB I PENDAHULUAN. kapabilitas dan efektivitas dalam menjalankan roda pemerintahan. Namun

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang

BAB I PENDAHULUAN. didalam Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat baik material maupun spiritual. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia sejak lama telah mencanangkan suatu gerakan

ANALISIS EFEKTIVITAS DAN KONTRIBUSI PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN (PBB P2) TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) KABUPATEN JEMBER

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah daerah dan masyarakat bersama-sama mengelola sumber daya yang. perkembangan kegiatan ekonomi dalam wilayah tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-Undang No.32 Tahun 2004 tentang Otonomi

BAB I PENDAHULUAN. Diberlakukannya undang-undang yang berkaitan dengan otonomi daerah

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa orde baru, pembangunan yang merata di Indonesia sulit untuk

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan suatu tatanan masyarakat yang adil dan makmur dalam naungan

BAB I PENDAHULUAN. daerah adalah untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat dimana

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Kabupaten Bandung Potensi Daya Tarik Wisata Kabupaten Bandung

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila dan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Hal tersebut

LEMBARAN DAERAH KOTA TARAKAN TAHUN 2009 NOMOR 01 PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 01 TAHUN 2009 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyat baik materil maupun spiritual. Untuk dapat merealisasikan

I. PENDAHULUAN. pemungutan yang dapat dipaksakan oleh pemerintah berdasarkan ketentuan

BAB I PENDAHULUAN. ditinggalkan karena dianggap tidak menghargai kaidah-kaidah demokrasi. Era reformasi

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan daerahnya sendiri, membuat peraturan sendiri (PERDA) beserta

EFEKTIVITAS PAJAK RESTORAN UNTUK MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) PADA PEMERINTAH DAERAH KOTA KEDIRI

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan pembangunan nasional sebagaimana tercantum

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Negara Republik Indonesia sebagai Negara Kesatuan menganut asas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Dalam penyelenggaraan pemerintahan serta pembangunan nasional, Indonesia menganut

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. No.22 tahun 1999 dan Undang-undang No.25 tahun 1999 yang. No.33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kebebasan ini dalam artian bahwa karena lapangan retribusi daerah berhubungan

I. PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Otonomi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG. Dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan nasional,

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak sedikit. Dana tersebut dapat diperoleh dari APBN. APBN dihimpun dari semua

BAB I PENDAHULUAN. tentang Pemerintahan Daerah, pada Pasal 1 ayat (5) disebutkan bahwa otonomi

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu tumpuan penting dalam penerimaan negara,

2014 ANALISIS POTENSI PENERIMAAN PAJAK PENERANGAN JALAN DI KOTA BANDUNG TAHUN

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan Pemerintah Republik Indonesia disamping sektor migas dan ekspor barang-barang non migas. Sebagai salah satu sumber penerimaan Pemerintah, pajak dapat dipergunakan untuk membiayai kegiatan Pemerintah (budgeter), maupun untuk meningkatkan kegiatan masyarakat. Alokasi pajak untuk pembangunan prasarana, dan perbaikan kualitas sumber daya manusia berpengaruh positif terhadap kegiatan ekonomi masyarakat. (Meutia Fatchanie:2007) Pelaksanaan pembangunan prasarana pada hakekatnya adalah proses perubahan yang berlangsung secara terus menerus, yang merupakan kemajuan dan perbaikan menuju ke arah yang ingin dicapai yang ditujukan untuk kemakmuran rakyat. Dengan ini dalam usaha pencapaian tujuan pembangunan tersebut, Pemerintah Pusat memberi wewenang kepada Pemerintah Daerah untuk sepenuhnya mengatur rumah tangganya sendiri termasuk dalam hal pengelolaan keuangan untuk membiayai keperluan daerah. Sehubungan dengan pajak, Pemerintah Daerah harus mampu menggali sumber pendapatan asli daerah untuk dikembangkan. Otonomi daerah dilaksanakan dengan berpedoman pada Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan didukung dengan Undang-Undang Nomor 34 1

Bab I Pendahuluan 2 Tahun 2000 tentang Pajak dan Retribusi Daerah serta Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat. Dimana otonomi daerah itu sendiri merupakan satuan pemerintahan didaerah yang penduduknya berwenang mengatur dan mengurus kepentingannya sendiri berdasarkan aspirasinya. Sehingga Pemerintah Daerah berhak mengurus dan mengatur urusannya sendiri berdasarkan aspirasi dan kepentingan masyarakatnya. (Pustaka Agung:2003) Pemerintah Daerah memberlakukan beberapa jenis pungutan di Indonesia yang terdiri dari pajak pusat, pajak daerah, retribusi daerah, bea dan cukai, dan penerimaan negara bukan pajak. Salah satu pos penerimaan asli daerah dalam anggaran pendapatan belanja daerah adalah pajak daerah. Menurut Djamu Kertabudi (2007:17) Pajak daerah adalah pungutan wajib atas orang pribadi atau badan yang dilakukan oleh pemerintah daerah tanpa kontraprestasi secara langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan daerah dan pembangunan daerah. Pemungutan pajak daerah oleh pemerintah daerah propinsi maupun kabupaten/kota diatur oleh Undang-Undang nomor 34 tahun 2000. Dasar pertimbangan dengan ditetapkannya Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 yang mengatur tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah ini adalah untuk memperkuat upaya peningkatan penerimaan daerah yang nyata dan bertanggung jawab dengan menitikberatkan pada kabupaten.

Bab I Pendahuluan 3 Beberapa jenis pajak daerah di Indonesia, yaitu pajak daerah tingkat I (propinsi) yang terdiri dari pajak kendaraan bermotor dan kendaraan diatas air, bea milik nama kendaraan bermotor dan kendaraan diatas air, pajak bahan bakar kendaraan bermotor, dan pajak pengambilan dan pemanfaatan air bawah tanah dan air permukaan. Sedangkan pajak daerah tingkat II yang terdiri dari pajak hotel dan restoran, pajak hiburan, pajak reklame, pajak penerangan jalan, pajak pengambilan bahan galian golongan C, dan pajak parkir. (Siti Kurnia Rahayu, 2010:46) Salah satu objek Pajak Daerah yang dikelola oleh Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan (DPPK) Kabupaten Bandung adalah Pajak Parkir yang dikenakan atas penyelenggaraan tempat parkir diluar badan jalan oleh orang pribadi atau badan yang didasarkan pada Peraturan Daerah No. 13 Tahun 2002 tentang Pajak Parkir. Berbeda dengan Retribusi Parkir yang dikenakan kepada pemakai jika memanfaatkan sebagian dari badan jalan yang merupakan fasilitas milik Negara, Pajak Parkir dikenakan terhadap pemilik perorangan atau badan swasta yang memiliki lahan parkir diluar tanah milik Negara. Dipilihnya Pajak Parkir sebagai objek penelitian karena sebagai salah satu jenis pajak daerah yang dikembangkan Pemerintah Daerah Kabupaten Bandung, Pajak Parkir sebagai kontributor dalam penerimaan Pendapatan Asli Daerah meskipun realisasinya tidak sebesar dibandingkan dengan jenis pajak daerah lain seperti pajak kendaraan bermotor, pajak penerangan jalan, pembangunan dan lain-lain. Objek Pajak Parkir diharapkan mempunyai potensi yang cukup tinggi guna menambah Pendapatan Asli Daerah (PAD) pada Dinas Pendapatan dan Pengelolaan

Bab I Pendahuluan 4 Keuangan (DPPK) Kabupaten Bandung yang bertujuan untuk membiayai penyelengaraan pemerintahan, pembangunan daerah, peningkatan pelayanan kepada masyarakat dan untuk memantapkan pelaksanaan otonomi daerah yang luas, nyata dan bertanggung jawab. Dimana pengertian Pendapatan Asli Daerah (PAD) itu sendiri merupakan sumber keuangan yang cukup potensial menurut Undang-undang No. 5 Tahun 1974 tentang pokok-pokok Pemerintah Daerah yang telah disempurnakan dengan Undang-undang 79 Tahun 1999 yang pendapatannya bersumber dari hasil Pajak Daerah salah satunya adalah Pajak Parkir, hasil Retribusi Daerah, hasil Perusahaan Daerah dan Usaha lain-lain yang sah. Semua pendapatan yang bersumber dari hasil tersebut terutama dalam hal ini adalah Pajak Parkir merupakan salah satu upaya Pemerintah Daerah dalam meningkatkan Pendapatan Asli Daerah. (Ganda:2010) Namun pada kenyataannya, objek pajak parkir yang diharapkan mempunyai potensi yang cukup tinggi untuk menambah pendapatan asli daerah justru tidak mencapai target. Terbukti pada target PAD tahun 2008 sebesar Rp 152.407 miliar terrealisasi Rp 147.631 miliar, atau 96,8% dan target PAD dari hasil pajak daerah, Rp 62.716 miliar, terrealisasi Rp 54.391 miliar. Pajak daerah mencakup tujuh item, yaitu pajak hotel, pajak restoran, pajak hiburan, pajak reklame, pajak penerangan jalan, pajak pengambilan dan pengolahan galian C, dan pajak parkir. (Pikiran Rakyat, 8 April 2008).

Bab I Pendahuluan 5 Selain itu juga penyebab tidak tercapainya suatu target dikarenakan sistem penerimaan pajak parkir masih dilakukan secara manual yang mengakibatkan kebocoran pajak parkir. (Berita Pajak:2009) Kemudian hal lain yang jelas dapat merugikan pemerintah daerah yaitu terdapatnya parkir liar di pinggir badan jalan dimana mengakibatkan kemacetan, pendapatan asli daerah (PAD) dari sektor perparkiran pun semakin tidak jelas akibat parkir liar ini. Banyak tukang parkir liar yang menikmati hasil parkirannya tersebut. Tak sampai di situ, dampak yang ditimbulkan dengan maraknya parkir liar adalah keamanan. (Pikiran Rakyat, 24 Februari 2010) Beberapa fenomena secara umum diatas menunjukan bahwa masih banyak sekali potensi pajak parkir yang belum terealisasikan dan kesadaran wajib pajak yang masih rendah, yang menyebabkan penerimaan pendapatan asli daerah berkurang sehingga pelaksanaan pembangunan yang telah direncanakan oleh pemerintah daerah menjadi terhambat akibat dari penerimaan yang tidak optimal. Selanjutnya penulis paparkan mengenai fenomena khusus yaitu terdapatnya target pajak parkir yang telah ditetapkan tidak sebanding dengan potensi sebenarnya, terdapatnya target pendapatan asli daerah yang telah ditetapkan tidak sebanding dengan reakisasi sebenarnya, ketidakseimbangan antara potensi sebenarnya yang dimiliki dengan realisasi penerimaan pajak parkir maupaun realisasi penerimaan pendapatan asli daerah yang sudah dilakukan dan belum adanya peraturan daerah yang menetapkan sanksi apabila parkir di pinggir badan jalan dan masih terbatasnya penyedia lahan parkir. (Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan, 2010)

Bab I Pendahuluan 6 Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan (DPPK) Kabupaten Bandung merupakan salah satu bagian dari pemerintahan daerah yang mempunyai tugas dan wewenang untuk melaksanakan penagihan pajak daerah dalam rangka meningkatkan penerimaan pendapatan asli daerah, disamping tugas-tugas lainnya. Berikut ini data mengenai penerimaan Pajak Parkir pada Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan (DPPK) selama tahun anggaran 2005-2009 : Tabel 1.1 Penerimaan Pajak Parkir pada DPPK Kabupaten Bandung Tahun Anggaran 2005-2009 No Tahun Target Pajak Parkir Realisasi Pajak Parkir Anggaran (Rp) (Rp) % 1 2005 30.000.000 16.319.900 54,40 2 2006 26.963.000 34.097.900 126,46 3 2007 30.350.000 32.774.500 107,99 4 2008 30.000.000 76.244.400 254,08 5 2009 50.000.000 136.716.942 273,43 Sumber : Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan (DPPK), 2010 Dari tabel 1.1 diatas, dapat kita ketahui bahwa realisasi pajak parkir dari setiap tahunnya dapat dikatakan mengalami peningkatan meskipun pada tahun 2007 mengalami sedikit penurunan. Tetapi pada tahun 2008-2009 penerimaan pajak parkir mengalami peningkatan kembali. Setiap besarnya penerimaan pajak parkir dapat menjadi sumber pendapatan asli daerah pada Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan (DPPK) Kabupaten Bandung yang menunjukkan bahwa pajak daerah salah satunya pajak parkir mempunyai peranan yang besar terhadap penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan daerah.

Bab I Pendahuluan 7 Adapun data mengenai penerimaan pendapatan asli daerah pada Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan (DPPK) Kabupaten Bandung selama tahun anggaran 2005-2009 adalah sebagai berikut : Tabel 1.2 Penerimaan Pendapatan Asli Daerah pada DPPK Kabupaten Bandung Tahun Anggaran 2005-2009 No Tahun Target PAD Realisasi PAD Anggaran (Rp) (Rp) % 1 2005 136.331.928.000,00 108.322.354.701,61 79,45 2 2006 136.408.772.000,00 137.532.499.196,23 100,82 3 2007 152.407.266.000,00 147.630.987.490,05 96,87 4 2008 139.548.784.293,00 144.660.409.277,08 103,66 5 2009 151.496.194.500,00 152.549.655.824,00 100,70 Sumber : Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan (DPPK), 2010 Dari tabel 1.2 diatas dapat kita ketahui bahwa realisasi penerimaan pendapatan asli daerah (PAD) dari tahun anggaran 2006, 2008 dan 2009 mengalami peningkatan, meskipun pada tahun 2005 dan tahun anggaran 2007 mengalami sedikit penurunan, ini dikarenakan kesadaran dari wajib pajak sendiri yang masih rendah dalam kewajibannya membayar pendapatan asli daerah pada tahun 2005 dan 2007 tersebut. Pada tahun 2006, 2008, dan 2009 penerimaan pendapatan asli daerah sudah mencapai target. Hal ini dikarenakan peningkatan jumlah dari sumber-sumber pendapatan asli daerah terutama pajak daerah. Dari kedua perkembangan diatas, pajak parkir terhadap pendapatan asli daerah (PAD), dapat kita ketahui kontribusi pajak parkir terhadap PAD selama 5 tahun yaitu dari tahun anggaran 2005-2009. Untuk lebih mengetahui sampai seberapa besar kontribusi pajak parkir terhadap PAD, terlihat pada tabel 1.3 :

Bab I Pendahuluan 8 Tabel 1.3 Kontribusi Pajak Parkir terhadap Pendapatan Asli Daerah Tahun 2005-2009 No Tahun Anggaran Penerimaan Pajak Parkir (Rp) Penerimaan PAD (Rp) Kontribusi (%) 1 2005 16.319.900 108.322.354.701,61 1,50 2 2006 34.097.900 137.532.499.196,23 2,47 3 2007 32.774.500 147.630.987.490,05 2,22 4 2008 76.244.400 144.660.409.277,08 5,27 5 2009 136.716.942 152.549.655.824,00 8,96 Sumber : Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan (DPPK), 2010 Dari tabel 1.3 dapat kita ketahui bahwa kontribusi penerimaan pajak parkir terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) dilihat dari persentasi kontribusi dari tahun anggaran 2005 sampai dengan 2009 terus meningkat meskipun pada tahun 2007 mengalami sedikit penurunan dikarenakan jumlah penerimaan pajak daerah sedikit berkurang. Setiap kontribusi pajak parkir dapat menjadi sumber pendapatan asli daerah pada Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan (DPPK) Kabupaten Bandung yang menunjukkan bahwa pajak daerah salah satunya pajak parkir mempunyai peranan yang cukup besar terhadap penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan daerah. Apabila pendapatan pajak parkir besar, kontribusi terhadap Pendapatan Asli Daerah besar. Apabila pendapatan pajak parkir kecil, kontribusi terhadap Pendapatan Asli Daerah juga kecil. Dari kenyataan di atas terdapat masalah yaitu penerimaan Pemerintah Daerah melalui Pajak Parkir sebenarnya masih dapat dioptimalkan dengan cara mensosialilsasikan kepada masyarakat solusi-solusi dan pengawasan sebaik-baiknya

Bab I Pendahuluan 9 tentang ketentuan-ketentuan pajak parkir agar setiap wajib pajak mengerti, memahami serta melaksanakan ketentuan tersebut. Apabila hal tersebut berjalan dengan baik dan benar, maka akan meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) terutama pajak parkir. Dimana setiap daerah harus dapat meninjau seberapa besar potensi daerah yang dapat digali dan dikembangkan yang selanjutnya dapat dilihat berapa target yang dapat dicapai dari potensi tersebut sehingga pada akhirnya seluruh potensi daerah yang ada dapat memberikan kontinuitas yang optimal terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD). Berdasarkan uraian diatas tersebut, maka penulis merasa perlu untuk meneliti efektivitas pajak parkir terhadap pendapatan asli daerah. Maka penyusunan Tugas Akhir penelitian ini mengambil judul : TINJAUAN ATAS EFEKTIVITAS PAJAK PARKIR DAN KONTRIBUSINYA DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH PADA DINAS PENDAPATAN DAN PENGELOLAAN KEUANGAN (DPPK) KABUPATEN BANDUNG. 1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah 1.2.1 Identifikasi Masalah Adapun identifikasi masalah dalam pokok pembahasan penelitian ini dilakukan dalam beberapa aspek, yaitu : 1. Terdapatnya target pajak parkir yang telah ditetapkan tidak sebanding dengan potensi sebenarnya.

Bab I Pendahuluan 10 2. Terdapatnya target pendapatan asli daerah yang telah ditetapkan tidak sebanding dengan realisasi sebenarnya. 3. Terdapatnya ketidakseimbangan antara potensi sebenarnya yang dimiliki dengan realisasi penerimaan pajak parkir yang sudah dilakukan. 4. Terdapatnya ketidakseimbangan antara potensi sebenarnya yang dimiliki dengan realisasi penerimaan pendapatan asli daerah yang sudah dilakukan. 5. Belum adanya peraturan daerah yang menetapkan sanksi apabila parkir di pinggir badan jalan. 6. Masih terbatasnya penyedia lahan parkir sehingga tidak meningkatkan penerimaan pajak parkir. 1.2.2 Perumusan Masalah Perumusan masalah adalah pengidentifikasian persoalan yang diteliti secara jelas, biasanya berisi pertanyaan kritis, sistematis, dan representatif untuk mencari jawaban dari persoalan yang ingin dipecahkan. Berdasarkan hal tersebut maka perumusan masalah pada penelitian tugas akhir ini adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana efekitivitas pajak parkir dan pendapatan asli daerah pada Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan (DPPK) Kabupaten Bandung. 2. Bagaimana kontribusi pajak parkir dalam meningkatkan pendapatan asli daerah pada Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan (DPPK) Kabupaten Bandung.

Bab I Pendahuluan 11 3. Bagaimana hambatan yang terjadi dalam penerimaan pajak parkir dan penerimaan pendapatan asli daerah pada Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan (DPPK) Kabupaten Bandung. 4. Bagaimana upaya yang dilakukan oleh Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan (DPPK) Kabupaten Bandung dalam meningkatkan panerimaan pajak parkir dan pendapatan asli daerah. 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian Adapun maksud dan tujuan dari penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah sebagai berikut : 1.3.1 Maksud Penelitian Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas pajak parkir dan kontribusinya dalam meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD). 1.3.2 Tujuan Penelitian Sedangkan tujuan dari penelitian yang dilaksanakan di Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan (DPPK) Kabupaten Bandung adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui efektivitas pajak parkir dan pendapatan asli daerah pada Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan (DPPK) Kabupaten Bandung. 2. Untuk mengetahui kontribusi pajak parkir dalam meningkatkan pendapatan asli daerah pada Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan (DPPK) Kabupaten Bandung.

Bab I Pendahuluan 12 3. Untuk mengetahui hambatan yang dihadapi dalam penerimaan pajak parkir dan penerimaan pendapatan asli daerah pada Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan (DPPK) Kabupaten Bandung. 4. Untuk mengetahui upaya yang dilakukan oleh Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan (DPPK) Kabupaten Bandung dalam meningkatkan panerimaan pajak parkir dan pendapatan asli daerah. 1.4 Kegunaan Penelitian Diharapkan dari penelitian ini dapat memberikan manfaat riil bagi pihakpihak yang berkepentingan. Kegunaan yang dapat diperoleh dari penelitian ini yaitu : 1.4.1 Kegunaan Akademis Adapun kegunaan akademis dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu sebagai berikut : 1. Bagi Penulis Diharapkan dapat menambah pengetahuan, mendapat wawasan pembanding yang baik mengenai efektivitas pajak parkir terhadap pendapatan asli daerah serta dapat mengetahui dan memahami bagaimana pelaksanaan pajak parkir itu sendiri. 2. Bagi Peneliti Selanjutnya Diharapkan dapat meningkatkan motivasi guna memiliki pengetahuan yang lebih luas dan dapat dijadikan bahan referensi bagi mahasiswa yang kelak

Bab I Pendahuluan 13 akan membutuhkannya mengenai efektivitas pajak parkir terhadap pendapatan daerah. 3. Bagi Ilmu Akuntansi Diharapkan dapat mengetahui efektivitas pajak parkir terhadap pendapatan daerah yang saling berhubungan dengan Perpajakan khususnya Pajak Daerah. Mata kuliah yang terkait yaitu Perpajakan dan Akuntansi Sektor Publik. 1.4.2 Kegunaan Praktis Adapun kegunaan praktis dari penelitian ini yaitu : 1. Instansi Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Sebagai sumbangan pemikiran dan masukan bagi Pemerintah Kabupaten Bandung khususnya Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Kabupaten Bandung mengenai keberadaan sektor pajak parkir yang sangat potensial untuk dipungut. 2. Bagian Pendapatan Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan untuk perbaikan dan perkembangan pajak parkir juga pendapatan asli daerah, dapat menjadi bahan pertimbangan bagi bagian pendapatan untuk lebih memperhatikan dan mengawasi para wajib pajak parkir dan evaluasi dari hasil perparkiran dan seluruh kegiatan yang dilakukan juga dalam menentukan kebijakan-kebijakan yang akan dikeluarkan dimasa yang akan datang khususnya mengenai pajak parkir dan pendapatan asli daerah. Sehingga dapat meningkatkan kualitas

Bab I Pendahuluan 14 kerja menjadi lebih baik lagi, dan dapat melaksanakan tugas sesuai dengan apa yang telah direncanakan. 1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian Pelaksanaan penelitian dibimbing oleh pembimbing lapangan untuk mengetahui data atau informasi yang dibutuhkan dalam penyusunan tugas akhir. Adapun lokasi dan waktu penelitian adalah sebagai berikut : 1.5.1 Lokasi Penelitian Lokasi tempat penulis melakukan penelitian adalah pada Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan (DPPK) Kabupaten Bandung yang beralamat di Jl. Soreang KM. 17 Telp. (022) 5891191-5891192-5891143-5891144 Soreang Kabupaten Bandung 40911. 1.5.2 Waktu Penelitian Adapun waktu penelitian pada Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan (DPPK) Kabupaten Bandung dilaksanakan pada tanggal 25 Maret 2010 sampai dengan 25 Juli 2010.

Bab I Pendahuluan 15 N o Kegiatan 1 Survey : Persiapan Judul Tugas Akhir Pengajuan Judul Tugas Akhir Mencari Instansi 2 Pengumpulan Data 3 Pengelolaan Data 4 Proses Penyusunan Data 5 Bimbingan Tugas Akhir : Usulan Penelitian Proposal Proposal Penelitian Pengajuan Bab 1 dan Revisi Pengajuan Bab 2 dan Revisi Pengajuan Bab 3 dan Revisi Pengajuan Bab 4 dan Revisi Pengajuan Bab 5 dan Revisi 6 Daftar Sidang 7 Sidang Tabel 1.4 Time Schedule Pelaksanaan Maret April Mei Juni Juli 2010 2010 2010 2010 2010 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4