Deteksi Virus Dengue pada Telur Nyamuk Dewasa Aedes spesies di Daerah Endemis DBD (Studi Kasus di Kota Semarang)

dokumen-dokumen yang mirip
Imam Djamaluddin Mashoedi, Program Pascasarjana Magister Epidemiologi Universitas Diponegoro 2007 A B S T R A K

BAB I. PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) banyak ditemukan di daerah

Serotipe Virus Dengue di Tiga Kabupaten/Kota Dengan Tingkat Endemisitas DBD Berbeda di Propinsi Jawa Barat

Magister Epidemiologi

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. Kata kunci: Status Tempat Tinggal, Tempat Perindukkan Nyamuk, DBD

Kata kunci: Status Tempat Tinggal, Tempat Perindukkan Nyamuk, DBD, Kota Manado

HUBUNGAN BREEDING PLACE DAN PERILAKU MASYARAKAT DENGAN KEBERADAAN JENTIK VEKTOR DBD DI DESA GAGAK SIPAT KECAMATAN NGEMPLAK KABUPATEN BOYOLALI

ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA DENGUE HAEMORRAGIC FEVER DI RUMAH SAKIT IMMANUEL TAHUN 2011

ANALISIS FAKTOR RISIKO PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KELURAHAN HELVETIA TENGAH MEDAN TAHUN 2005

HUBUNGAN FAKTOR PERILAKU DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BOYOLALI I

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di Indonesia dan bahkan di Asia Tenggara. World Health

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I LATAR BELAKANG

ARTIKEL KARYA TULIS ILMIAH. Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat sarjana strata-1 kedokteran umum

MALATHION DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KECAMATAN SLEMAN, KABUPATEN SLEMAN, YOGYAKARTA

IQBAL OCTARI PURBA /IKM

PERILAKU 3M, ABATISASI DAN KEBERADAAN JENTIK AEDES HUBUNGANNYA DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE

ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA MALARIA DI KABUPATEN SUKABUMI PERIODE JANUARI-DESEMBER 2011

KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH KADER JUMANTIK DI PUSKESMAS GAYAMSARI SEMARANG

Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang disebabkan oleh. virus Dengue yang ditularkan dari host melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

1. BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. manusia melalui perantara vektor penyakit. Vektor penyakit merupakan artropoda

GAMBARAN PENDERITA DENGUE HAEMORRAGIC FEVER DI RUMAH SAKIT IMMANUEL JANUARI DESEMBER 2011

BAB I PENDAHULUAN. Dengue adalah salah satu penyakit infeksi yang. dalam beberapa tahun terakhir ini menjadi masalah

!"#$%&'()*'"%+),#&#+%-%'&).'&),#&/'0.%'&)$'"1'('2'-) 3&-32),#&%&/2'-'&)$3-3),#&.%.%2'&).'&),#+'1'&'&) 2#,'.')$'"1'('2' :;<5:;=)>9?

ABSTRAK. GAMBARAN IgM, IgG, DAN NS-1 SEBAGAI PENANDA SEROLOGIS DIAGNOSIS INFEKSI VIRUS DENGUE DI RS IMMANUEL BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ANALISIS KORELASI KELEMBABAN UDARA TERHADAP EPIDEMI DEMAM BERDARAH YANG TERJADI DI KABUPATEN DAN KOTA SERANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

DAFTAR ISI.. HALAMAN JUDUL HALAMAN PERSETUJUAN.. HALAMAN PERNYATAAN. KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL.. DAFTAR GAMBAR. DAFTAR LAMPIRAN

UJI KERENTANAN NYAMUK AEDES SP. TERHADAP FOGGING INSEKTISIDA MALATHION 5% DI WILAYAH KOTA DENPASAR SEBAGAI DAERAH ENDEMIS DBD TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian,

HUBUNGAN BREEDING PLACE DAN PERILAKU MASYARAKAT DENGAN KEBERADAAN JENTIK VEKTOR DBD DI DESA GAGAK SIPAT KECAMATAN NGEMPLAK KABUPATEN BOYOLALI BAB I

FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI KELURAHAN ABIANBASE KECAMATAN MENGWI KABUPATEN BADUNG TAHUN 2012

Kepadatan dan Penyebaran Aedes aegypti Setelah Penyuluhan DBD di Kelurahan Paseban, Jakarta Pusat

Kepadatan Jentik Nyamuk Aedes sp. (House Index) sebagai Indikator Surveilans Vektor Demam Berdarah Denguedi Kota Semarang

ABSTRAK. Pembimbing I : Dr. Felix Kasim, dr., M.Kes Pembimbing II : Budi Widyarto L, dr., MH

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. yaitu Den-1, Den-2, Den-3, Den-4 dan yang terbaru adalah Den-5.

ABSTRAK ASPEK KLINIK PEMERIKSAAN ANTIGEN NS-1 DENGUE DIBANDINGKAN DENGAN HITUNG TROMBOSIT SEBAGAI DETEKSI DINI INFEKSI DENGUE

PREVALENSI DEMAM BERDARAH DENGUE DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TUMINTING TAHUN Ronald Imanuel Ottay

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. hingga tahun 2009, World Health Organization (WHO) mencatat Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit menular cukup tinggi dan prevalensinya meningkat karena

BAB I PENDAHULUAN. Aedes aegypti adalah jenis nyamuk yang tidak. asing di kalangan masyarakat Indonesia, karena

EFEKTIVITAS INFUSA DAUN ZODIA (Evodia suaveolens S.) SEBAGAI REPELEN TERHADAP

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN PERILAKU PSN DENGAN KEBERADAAN JENTIK Aedes aegypti DI DESA NGESREP KECAMATAN NGEMPLAK KABUPATEN BOYOLALI

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorhagic Fever

HUBUNGAN SIKAP DAN UPAYA PENCEGAHAN IBU DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GUNTUNG PAYUNG

BAB 1 PENDAHULUAN. tinggi dan dalam waktu yang relatif singkat. Penyakit jenis ini masih

ABSTRAK. EFEK LARVASIDA INFUSA DAUN GANDARUSA (Justicia gendarussa Burm. f.) TERHADAP Aedes sp. SEBAGAI VEKTOR DEMAM BERDARAH DENGUE

Minyak Akar Wangi (Vetiver oil) sebagai Repelan terhadap Hinggapan Nyamuk Aedes aegypti

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Asia Tenggara termasuk di Indonesia terutama pada penduduk yang

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN TINDAKAN PENCEGAHAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KELURAHAN MALALAYANG 2 LINGKUNGAN III

ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA DENGUE HAEMORRHAGIC FEVER

ABSTRAK GAMBARAN INFEKSI MALARIA DI RSUD TOBELO KABUPATEN HALMAHERA UTARA PROVINSI MALUKU UTARA PERIODE JANUARI DESEMBER 2012

BAB I Infeksi dengue adalah suatu infeksi arbovirus yang ditularkan melalui

ABSTRAK. Feti Andriani, Pembimbing : Donny Pangemanan, Drg., SKM.

BAB 1 PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) masih merupakan salah satu masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ABSTRAK. Pembimbing I : Rita Tjokropranoto, dr., M.Sc Pembimbing II : Hartini Tiono, dr.,m. Kes

BAB I PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi

HUBUNGAN PERILAKU PSN TERHADAP KEBERADAAN LARVA AEDES AEGYPTI DI WILAYAH KERJA PELABUHAN KETAPANG BANYUWANGI

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat karena menyebar dengan cepat dan dapat menyebabkan kematian (Profil

KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN PROPORSI NYAMUK

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit

ABSTRAK. PEMERIKSAAN IgM DAN IgG DENGUE RAPID TEST DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG

BAB 1 PENDAHULUAN. Dengue adalah penyakit infeksi virus pada manusia yang ditransmisikan

ABSTRAK INSIDENSI TIPE PENYAKIT INFEKSI DENGUE PADA ANAK USIA 0 15 TAHUN DI RS. IMMANUEL BANDUNG TAHUN 2005

BAB 1 : PENDAHULUAN. Berdarah Dengue (DBD). Jumlah penderita dan luas daerah penyebarannya

I. PENDAHULUAN. serangga yaitu Aedes spesies. Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah. penyakit demam berdarah akut, terutama menyerang anak-anak dengan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhage Fever (DHF) banyak

Promotif, Vol.5 No.1, Okt 2015 Hal 09-16

Dengan maraknya wabah DBD ini perlu adanya suatu penelitian dan pemikiran yang

UJI RESISTENSI LARVA NYAMUK AEDES AEGYPTI TERHADAP ABATE (TEMEPHOS) 1% DI KELURAHAN MAYANG MANGURAI KOTA JAMBI PADA TAHUN 2016

Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: X

BAB I PENDAHULUAN. (DHF) merupakan penyakit infeksi tropik yang disebabkan oleh virus dengue dan

PERBEDAAN MANIFESTASI KLINIS DAN LABORATORIS ANTARA PASIEN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DENGAN IgM+IgG+ DAN PASIEN DBD DENGAN IgM-IgG+ SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhagic Fever

GAMBARAN SEROLOGIS IgG-IgM PADA PASIEN DEMAM BERDARAH DI RSUP SANGLAH PERIODE JULI-AGUSTUS 2014 ABSTRAK

PENYELIDIKAN KEJADIAN LUAR BIASA DI GIANYAR. Oleh I MADE SUTARGA PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA 2015

BAB II TINJAUAN DEMAM BERDARAH DENGUE

DAFTAR ISI Halaman COVER... i SAMPUL DALAM... ii LEMBAR PENGESAHAN... iii PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iv PERNYATAAN KEASLIAN... v ABSTRAK...

Penyakit DBD merupakan masalah serius di Provinsi Jawa Tengah, daerah yang sudah pernah terjangkit penyakit DBD yaitu 35 Kabupaten/Kota.

ABSTRAK. Pembimbing II : Kartika Dewi, dr., M.Kes., Sp.Ak

PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL PROGRAM PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN DEMAM BERDARAH DENGUE Dl DINAS KESEHATAN KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. setiap tahunnya. Salah satunya Negara Indonesia yang jumlah kasus Demam

ABSTRAK. Kata kunci : Pandan Wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.), larvisida, Aedes aegypti

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. pada anak-anak. Indonesia merupakan negara dengan tingkat kejadian DBD

Gambaran Infeksi Malaria di RSUD Tobelo Kabupaten Halmahera Utara Periode Januari Desember 2012

UNIVERSI MEDAN. Universitas Sumatera Utara

Rezki Putri, 1 Zaira Naftassa. 1. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Deteksi transmisi virus dengue pada nyamuk wild Aedes Aegypti betina di Kota Manado

BAB I PENDAHULUAN. yaitu dengue shock syndrome (DSS). Kewaspadaan dini terhadap. tanda-tanda syok pada penderita demam berdarah dengue (DBD)

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) dalam beberapa tahun terakhir

Transkripsi:

Deteksi Virus Dengue pada Telur Aedes Species 1 Deteksi Virus Dengue pada Telur Nyamuk Dewasa Aedes spesies di Daerah Endemis DBD (Studi Kasus di Kota Semarang) Dengue Virus Detection in Egg of Aedes Species from DHF Endemicity Areas (Case Study at Semarang Municipality) Imam Djamaluddin Mashoedi 1, Qathrunnada Djam an 2, Iwang Yusuf 3 ABSTRACT Background: Dengue infection is a serious public health problem in Indonesia, even the efforts to eradicate the vector of Dengue virus have not been successfull. Recently, the number of Dengue cases has become increase. The continuing spread requires more intensive control measure for Dengue vector. There has been a shift older age tends to be more susceptible to Dengue than before. The municipality of Semarang is included in the high endemic areas. Only few was studied about Dengue virus isolated from Aedes species. The study was conducted to prove the existence of Dengue virus in the egg of Aedes species. Design and Method: This study was analytic descriptive with Cross Sectional Design. Dengue virus and eggs of Aedes species were the independent variable and dependent variable respectively. The eggs of Aedes species obtained from the areas with the high and low endemicity. The epidemiological study was carried out in Semarang Municipality for two months, between May 2007-July 2007. Dengue virus was detected by Immununohistochemistry (IHC) test in Parasitological Laboratory of Medical Faculty of Gajah Mada University. Result: The IHC test was positive indicated by brown colour for all samples. Conclusion: The result proved the existence of Dengue virus in eggs of Aedes species, (Sains Medika, 1 (1) : 1-8). Keywords: Aedes species, Dengue virus, Endemic, IHC, Semarang Municipality ABSTRAK Pendahuluan: Infeksi Dengue merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia, bahkan upaya pemberantasan DBD belum berhasil sampai saat ini. Insiden DBD di Indonesia masih tinggi, dan penyebarannya semakin meluas. Kota Semarang merupakan salah satu daerah dengan endemisitas tinggi, dengan disertai terjadinya pergeseran usia penderita dari usia anak-anak ke usia dewasa muda. Oleh karena itu, diperlukan pengendalian vektor yang lebih intensif. Penelitian virus Dengue dari isolat nyamuk Aedes spesies belum banyak dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan adanya virus Dengue pada telur nyamuk Aedes spesies. Metode Penelitian: Penelitian ini menggunakan metode diskriptif analitik dengan rancangan Cross Sectional. Virus Dengue sebagai variabel bebas dan telur nyamuk Aedes spesies sebagai variabel terikat. Telur nyamuk Aedes spesies diperoleh dari wilayah Puskesmas endemis tinggi dan rendah di Kota Semarang, Mei 2007 sampai Juli 2007. Virus Dengue dideteksi menggunakan metode uji Immunohistokimia (IHC) di Laboratorium Parasitologi Fakultas Kedokteran UGM. Hasil Penelitian: Hasil uji IHC menunjukkan positif (warna coklat) pada semua sampel. Kesimpulan: Virus Dengue terbukti ditemukan dalam telur nyamuk Aedes spesies, (Sains Medika, 1 (1) : 1-8). Kata kunci : Aedes spesies, Endemis, IHC, Kota Semarang, virus Dengue, PENDAHULUAN Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu masalah kesehatan utama di Indonesia, bersifat endemis dan timbul sepanjang tahun disertai epidemi tiap lima 1 2 3 Bagian Parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung Semarang, (imamdjamaluddin@yahoo.com) Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung Semarang Bagian Biologi Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung Semarang

2 Sains Medika, Vol. 1, No. 1, Januari Juni 2009 tahunan dengan kecenderungan interval serangan epidemi menjadi tidak teratur. Permasalahan DBD di Indonesia adalah masih tingginya insiden dan penyebaran penyakit yang semakin meluas, yang ditandai dengan beberapa kejadian luar biasa/klb dengan siklus 5-10 tahunan. Serangan KLB terjadi tahun 1973 (10.189 kasus), tahun 1983 (13.668 kasus), tahun 1988 (57.573 kasus), tahun 1998 (72.133 kasus), dan tahun 2004 (58.861 kasus). Sampai saat ini, upaya pemberantasan DBD melalui pemberantasan nyamuk sebagai salah satu faktor penyebab DBD, belum berhasil. Demikian pula upaya peningkatan kekebalan tubuh dan pencegahan dengan vaksinasi belum dapat dilaksanakan (Suroso, 1999). Peningkatan kasus DBD disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain: tingginya Angka Bebas Jentik yaitu sebesar 86,3% dan masih rendahnya peran masyarakat dalam upaya pencegahan dan pemberantasan DBD. Golongan umur yang paling banyak menderita DBD adalah anak masa sekolah umur 5-10 tahun, kemudian diikuti oleh golongan umur dibawah lima tahun dan selanjutnya oleh golongan umur 10-15 tahun. Dalam dekade terakhir ini telah terjadi pergeseran umur penderita ke kelompok umur yang lebih tua (Samsi, 2001). Selain itu, hasil studi epidemiologis DBD pada orang dewasa menyebutkan bahwa golongan umur yang paling banyak menderita DBD adalah dewasa muda umur 15-20 tahun, kemudian diikuti oleh golongan umur 20-25 tahun, lalu diikuti oleh golongan umur 25-30 tahun, seterusnya oleh golongan umur diatas 30 tahun (Wibisono, 1995). Faktor-faktor permasalahan epidemiologi DBD adalah (1) Manusia sebagai hospes dengan kepadatan dan mobilitasnya yang tinggi, (2) Nyamuk Aedes spesies sebagai vektor tersebar luas diseluruh Tanah Air dan (3) Empat jenis serotipe virus Dengue DEN-1, DEN- 2 dan DEN-3 serta DEN-4 sebagai penyebab DBD (Sumarmo, 1999; Suroso, 1999). Data kasus DBD tahun 2004 Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Tengah menunjukkan bahwa Kota Semarang termasuk lima besar Kota/Kabupaten dengan jumlah penduduk terbesar dan menduduki peringkat pertama dalam jumlah kasus DBD dari seluruh Kota dan Kabupaten di Jawa Tengah. Dari 37 wilayah Puskesmas Kota Semarang, terdapat 22 wilayah Puskesmas endemis tinggi, 11 wilayah Puskesmas endemis sedang, dan empat wilayah Puskesmas endemis rendah, sebagaimana terlihat pada Tabel 1-6.

Deteksi Virus Dengue pada Telur Aedes Species 3 Tabel 1. Jumlah penduduk dan angka kesakitan DBD di lima kota besar di Jawa Tengah pada tahun 2003 Tabel 2. Jumlah penduduk dan angka kesakitan DBD di lima kota besar di Jawa Tengah pada tahun 2004 Tabel 3. Jumlah penduduk dan angka kesakitan DBD di Kota Semarang periode 2002-2004 Tabel 4. Perbandingan jumlah penderita DBD di Kota Semarang dan Propinsi Jawa Tengah periode tahun 2000-2005 Tabel 5. Tingkat endemisitas tertinggi dan terendah wilayah Puskesmas endemis DBD Kota Semarang Tahun 2004

4 Sains Medika, Vol. 1, No. 1, Januari Juni 2009 Tabel 6. Jumlah penduduk dan angka kesakitan DBD di Kota Semarang periode 2002-2004 Struktur antigen serotipe (DEN-1, DEN-2 dan DEN-3 serta DEN-4) ini sangat mirip satu dengan yang lain, namun antibodi terhadap masing-masing serotipe tidak dapat saling memberikan perlindungan silang. Variasi genetik yang berbeda pada keempat serotipe ini tidak hanya menyangkut antar serotipe, tetapi juga didalam serotipe itu sendiri tergantung waktu dan daerah penyebarannya. Secara klinik keempat serotipe virus Dengue ini mempunyai tingkatan manifestasi yang berbeda (Sumarmo, 1999). Pada penelitian serotipe virus Dengue yang dilakukan di Malaysia menyatakan bahwa serotipe virus Dengue dapat di isolasi dari telur/larva nyamuk Aedes spesies dan nyamuk dewasanya (Ahmad, 1997). KLB pada tahun 1988 didominasi oleh serotipe DEN- 3, KLB pada tahun 1998 dominasi serotipe DEN-3 dan DEN-2, sedangkan pada KLB tahun 2004 dari pemeriksaan serologis serum penderita DBD di 10 rumah sakit di Jakarta ditemukan serotipe DEN-3 (37%), serotipe DEN-4 (17%) dan selebihnya serotipe DEN-2 dan DEN-1 (Rantam, 1999; Soetjipto, 1999). Penelitian tentang serotipe virus Dengue sering dilakukan pada serum penderita DBD, sedangkan penelitian pada nyamuk Aedes spesies sebagai vektornya belum banyak dilakukan. Oleh karena itu, penelitian ini dirancang untuk mendeteksi virus Dengue dari isolat telur nyamuk Aedes spesies di daerah endemis DBD. Tingkat endemisitas DBD dapat ditentukan melalui survei jentik dan jumlah penderita DBD, sehingga penentuan tingkat endemisitas DBD dalam penelitian ini ditentukan melalui jumlah penderita DBD sebagai variabel antara. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan rancangan Cross Sectional. Populasi target penelitian adalah telur nyamuk Aedes spesies. Populasi terjangkau adalah telur nyamuk Aedes spesies di wilayah Puskesamas endemis DBD Kota Semarang. Dari setiap lokasi penelitian diambil 15 kelompok telur nyamuk Aedes spesies.

Deteksi Virus Dengue pada Telur Aedes Species 5 Sampel penelitian adalah telur nyamuk Aedes spesies yang dijumpai di wilayah Puskesmas endemis DBD Kota Semarang yang diambil secara random dari empat wilayah Puskesmas endemis tinggi dan empat wilayah Puskesmas endemis rendah. Instrumen penelitian antara lain: (1) alat pemeriksaan Immunohistokimia (IHC) di Laboratorium Parasitologi FK UGM, Yogyakarta; (2) alat penangkap dan penangkar nyamuk di Laboratorium Parasitologi FK UGM; (3) data sekunder penderita DBD dan SSD yang terjadi di daerah Puskesmas endemis di Kota Semarang yang telah ditentukan; (4) tingkat endemisitas daerah endemis penyakit DBD berdasarkan kriteria endemis tinggi dan endemis rendah yang terjadi di wilayah Puskesmas endemis tertentu di Kota Semarang. Ukuran sampel mengacu pada Bailey yaitu minimum 30 sampel. Gay berpendapat bahwa ukuran minimum sampel yang dapat diterima berdasarkan pada metode penelitian yang digunakan yaitu metode deskriptif korelasional minimal 30 subyek (Hasan, 2002). Data kejadian DBD/SSD sebagai data sekunder dikumpulkan dari empat Puskesmas endemis tinggi dan empat Puskesmas endemis rendah untuk dipresentase. Nama dan alamat penderita dicatat sebagai pedoman pengambilan sampel telur nyamuk Aedes spesies. Empat wilayah Puskesmas endemis tinggi diambil dari 22 wilayah. Puskesmas endemis tinggi yang ditentukan secara random dengan mengelompokkannya menjadi empat kelompok atas dasar nilai endemisitas yang masing-masing dinilai homogen dan empat wilayah Puskesmas endemis rendah. Tempat pengambilan sampel telur disekitar rumah penderita (terutama rumah penderita DBD yang telah meninggal karena kasus DBD) dengan radius ± 100 meter (Hadi & Yuniarti, 2004). HASIL PENELITIAN Kota Semarang berpenduduk 1.399.133 jiwa dan memiliki 37 wilayah Puskesmas dengan tingkat endemisitas sebesar 11,6. Tingkat endemisitas tertinggi ditemukan di Puskesmas Karang Anyar, sedangkan tingkat endemisitas terendah ditemukan di wilayah Puskesmas Sekaran. Empat wilayah Puskesmas dengan urutan tingkat endemisitas DBD tertinggi dan terendah dari 37 total wilayah Puskesmas di Kota Semarang dapat dilihat pada Tabel 7 dan 8.

6 Sains Medika, Vol. 1, No. 1, Januari Juni 2009 Wilayah Puskesmas Karang Anyar yang berpenduduk 12.415 jiwa merupakan wilayah dengan tingkat endemisitas DBD tertinggi yaitu berjumlah 41 kasus dan nilai endemisitas 33,0; kemudian diikuti oleh wilayah Puskesmas Ngaliyan berpenduduk 35.699 jiwa dengan 69 kasus dan nilai endemisitas 19,3, serta wilayah Puskesmas Bugangan yang berpenduduk 20.192 jiwa dengan 31 kasus dan nilai endemisitas 15.4. Wilayah Puskesmas Miroto yang berpenduduk 33.799 jiwa menempati urutan keempat tertinggi dengan 41 kasus dan nilai endemisitas 12,1. Tingkat endemisitas terendah ditemukan di wilayah Puskesmas Sekaran yang berpenduduk 21.453 jiwa dengan 4 kasus dan nilai endemisitas 1,9, kemudian diikuti oleh wilayah Puskesmas Karang Malang berpenduduk 8.910 jiwa dengan 2 kasus dan nilai endemisitas 2,2. Wilayah Puskesmas dengan endemisitas terendah ketiga daan keempat ditemukan di Puskesmas Mangkang yang berpenduduk 12.774 jiwa dengan 6 kasus dan nilai endemisitas 4,7 serta wilayah Puskesmas Bandarharjo berpenduduk 72.644 jiwa sejumlah 35 kasus dengan nilai endemisitas 4,8. Tabel 7. Empat wilayah Puskesmas di Kota Semarang dengan urutan tingkat endemisitas DBD tertinggi Sumber: Dinas Kesehatan Kota Semarang Tahun 2004 Tabel 8. Empat wilayah Puskesmas di Kota Semarang dengan urutan tingkat endemisitas DBD terendah Sumber: Dinas Kesehatan Kota Semarang Tahun 2004

Deteksi Virus Dengue pada Telur Aedes Species 7 Hasil Pemeriksaan IHC untuk deteksi virus Dengue dari vektor penyakitnya yaitu telur nyamuk Aedes spesies menunjukkan bahwa di dalam telur nyamuk Aedes spesies terdapat virus Dengue. PEMBAHASAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa distribusi kedua daerah endemis tinggi dan rendah tidak homogen, masing-masing daerah endemis terletak saling berjauhan atau tidak saling berdekatan. Sifat vektor penyakit DBD diketahui tidak terbang jauh dari lokasi penderita dan masing-masing daerah endemis mempunyai vektor penyakit DBD sendiri. Jadi ada faktor lain lagi yang menyebabkan terjadi fenomena distribusi daerah endemis DBD di Kota Semarang tidak homogen. Penelitian ini memperkuat hasil penelitian sebelumnya tentang penularan secara transovarian pada vektornya dan teori patogenesis DBD yaitu Teori Secondary Heterologus Infection. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat, antara lain: (1) sebagai informasi untuk pengembangan ilmu pada program pengendalian vektor penular DBD dalam hal pencegahan infeksi Dengue dan pemberantasan vektornya; (2) sebagai informasi kepada masyarakat bahwa di tiap stadium Aedes spesies mengandung virus Dengue, sehingga pemberantasan vektor DBD tidak cukup dengan membasmi nyamuk dewasa Aedes spesies saja (insektisida), tetapi juga pada semua stadium khususnya stadium larva (larvasida). KESIMPULAN Dari paparan pembahasan penelitian diatas, maka dapat disimpulkan: (1) Terbukti adanya virus Dengue pada telur nyamuk Aedes spesies. (2) Terbukti adanya penularan secara transovarian, menjadikan informasi kepada masyarakat bahwa di dalam telur nyamuk Aedes spesies mengandung virus Dengue. SARAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan di atas, agar manfaat penelitian ini dapat diaplikasikan ke masyarakat maka diperlukan: (1) Bagi instansi yang berkepentingan dianjurkan untuk melaksanakan penyuluhan yang lebih intensif dan efisien kepada masyarakat dalam hal pengendalian vektor penyakit DBD dan pencegahan

8 Sains Medika, Vol. 1, No. 1, Januari Juni 2009 penyakit DBD. (2) Penelitian lebih lanjut terkait Hubungan Antara Distribusi Serotipe Virus Dengue dari Isolat Nyamuk Aedes spesies dengan Tingkat Keparahan Demam Berdarah Dengue perlu dilaksanakan, sehingga diperoleh makna yang lebih luas. DAFTAR PUSTAKA Ahmad R, Ismail A, Saat Z., and Lim LH., 1997, Detection of Dengue Virus from field A. aegypti and A. albopictus adults and larvae, Kuala Lumpur, Malaysia. Dinas Kesehatan Kota Semarang, 2004, Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2004. Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Tengah, 2004, Data Program DBD di Jawa Tengah Tahun 2004. Hadi, S dan Yuniarti R.A., 2004, Pengamatan Entomologi daerah endemis dan non endemis Demam Berdarah Dengue di Kabupaten Grobogan Jawa Tengah, Jurnal Kedokteran Yarsi 12 (1): 52-58. Hasan, M.I., 2002, Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya, Ghalia Indonesia, Jakarta. Rantam, F.A., 1999, Polymerase Chain Reaction (PCR), Kursus singkat biologi molekuler penerapan teknik PCR untuk diagnosis Penyakit demam berdarah, TDC Unair, Surabaya. Samsi, T.K., 2001, Demam Berdarah Dengue. Pengamatan Klinik dan Penatalaksanaan di Rumah Sakit Sumber Waras, Bagian Ilmu Kesehatan Anak Rumah Sakit Sumber Waras, Universitas Tarumanegara, Jakarta. Soetjipto, 1999, Deteksi virus Dengue dalam serum dengan Reverse Transcriptase Polymerase Chain Reaction, Kursus singkat biologi molekuler penerapan teknik PCR untuk diagnosis Penyakit demam berdarah, TDC Unair, Surabaya. Sumarmo, P.S., 1999, Masalah Demam Berdarah Dengue di Indonesia. Pelatihan bagi Pelatih Dokter spesialis Anak & Dokter Spesialis Penyakit Dalam dalam Tatalaksana Kasus DBD, Balai Penerbit FK UI, Jakarta. Suroso, T., 1999, Epidemiological Situation of Dengue Haemorrhagic Fever and It s Control in Indonesia, International Seminar on Dengue ever / Dengue Haemorrhagic Fever, TDC Unair, Surabaya. WHO, 1997, Dengue Haemorrhagic Fever. Diagnosis, Treatment and Control, 2 nd edition, Geneva : WHO. Wibisono, B.H., 1995, Studi Epidemiologis Demam Berdarah Dengue pada Orang Dewasa, Medika, No 10 Tahun XXI: 767.