ISSN No Media Bina Ilmiah 71

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhage Fever (DHF) banyak

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorhagic Fever

BAB I PENDAHULUAN. tropis. Pandangan ini berubah sejak timbulnya wabah demam dengue di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh virus dengue yang tergolong Arthropod Borne Virus, genus

BAB I PENDAHULUAN. hingga tahun 2009, World Health Organization (WHO) mencatat Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) masih merupakan salah satu masalah

BAB I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh virus dengue. Virus dengue merupakan famili flaviviridae

BAB I PENDAHULUAN. gigitan nyamuk dari genus aedes misalnya Aedes aegypti atau Aedes albovictus.

BAB I PENDAHULUAN. manusia melalui perantara vektor penyakit. Vektor penyakit merupakan artropoda

BAB I PENDAHULUAN. yang masuk ke peredaran darah manusia melalui gigitan snyamuk dari genus Aedes,

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian,

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A.

BAB I PENDAHULUAN. Aedes aegypti adalah jenis nyamuk yang tidak. asing di kalangan masyarakat Indonesia, karena

BAB I PENDAHULUAN. virus dengue yang ditularkan dari gigitan nyamuk Aedes aegypti sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di Indonesia dan bahkan di Asia Tenggara. World Health

BAB III METODE PENELITIAN. jumlah tempat perindukan nyamuk yang mempengaruhi populasi larva Aedes

BAB I PENDAHULUAN. setiap tahunnya. Salah satunya Negara Indonesia yang jumlah kasus Demam

BAB I PENDAHULUAN. kejadian luar biasa dengan kematian yang besar. Di Indonesia nyamuk penular

Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas 2013

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes

BAB I PENDAHULUAN. 2009, World Health Organization (WHO) mencatat negara Indonesia sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN

Promotif, Vol.5 No.1, Okt 2015 Hal 09-16

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang disebabkan oleh. virus Dengue yang ditularkan dari host melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Di era reformasi, paradigma sehat digunakan sebagai paradigma

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara. Terdapat empat jenis virus dengue, masing-masing dapat. DBD, baik ringan maupun fatal ( Depkes, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk demam berdarah (Aedes

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit demam berdarah dengue merupakan penyakit yang disebabkan oleh

I. PENDAHULUAN. Salah satu penyakit yang ditularkan oleh nyamuk sebagai vektornya adalah Demam

BAB I PENDAHULUAN. Dengue ditularkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk Aedes

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara serta Pasifik Barat (Ginanjar, 2008). Berdasarkan catatan World

BAB I PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang akan memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial ekonomis.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. di Indonesia yang cenderung jumlah pasien serta semakin luas. epidemik. Data dari seluruh dunia menunjukkan Asia menempati urutan

KEPADATAN JENTIK Aedes aegypti sp. DAN INTERVENSI PENGENDALIAN RISIKO PENULARAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KOTA PADANG TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat Indonesia, disamping mulai meningkatnya masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. yaitu Den-1, Den-2, Den-3, Den-4 dan yang terbaru adalah Den-5.

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO), juta orang di seluruh dunia terinfeksi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Hemorrhagic Fever

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambaran epidemiologi..., Lila Kesuma Hairani, FKM UI, 2009 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai risiko tinggi tertular Demam Dengue (DD). Setiap tahunnya

BAB I PENDAHULUAN. perjalanan penyakit yang cepat, dan dapat menyebabkan. kematian dalam waktu yang singkat (Depkes R.I., 2005). Selama kurun waktu

PENDAHULUAN. Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) bertujuan untuk mewujudkan

HUBUNGAN SIKAP DAN UPAYA PENCEGAHAN IBU DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GUNTUNG PAYUNG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. dengue (DEN) dari kelompok Arbovirus B, yaitu termasuk arthtropod-borne virus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit demam berdarah dengue (DBD) adalah salah. satu penyakit yang menjadi masalah di negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. lancarnya transportasi (darat, laut dan udara), perilaku masyarakat yang kurang sadar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu

Skripsi ini Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh: DIAH NIA HERASWATI J

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit menular

BAB I PENDAHULUAN. Chikungunya merupakan penyakit re-emerging disease yaitu penyakit

BAB I PENDAHULUAN. musim hujan dan musim kemarau. Salah satu jenis penyakit yang sering

INFORMASI UMUM DEMAM BERDARAH DENGUE

I. PENDAHULUAN. vektor penyakit infeksi antar manusia dan hewan (WHO, 2014). Menurut CDC

BAB 1 PENDAHULUAN. selalu diusahakan peningkatannya secara terus menerus. Menurut UU No.36 Tahun 2009 tentang kesehatan, dalam pasal 152

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kepadatan penduduk. Menurut WHO (2009), Sekitar 2,5 miliar penduduk dunia

BAB I PENDAHULUAN. dewasa (Widoyono, 2005). Berdasarkan catatan World Health Organization. diperkirakan meninggal dunia (Mufidah, 2012).

Penyakit DBD merupakan masalah serius di Provinsi Jawa Tengah, daerah yang sudah pernah terjangkit penyakit DBD yaitu 35 Kabupaten/Kota.

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Haemorraghic Fever

BAB 1 : PENDAHULUAN. Berdarah Dengue (DBD). Jumlah penderita dan luas daerah penyebarannya

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit demam berdarah dengue (DBD) disebut juga dengue hemorrhagic fever

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan daerah tropis yang banyak berkembang nyamuk Aedes. kepadatan penduduk (Kementerian Kesehatan RI, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. dengue, yang ditularkan oleh nyamuk. Penyakit ini ditemukan di daerah

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) dalam beberapa tahun terakhir

BAB 1 PENDAHULUAN. anak-anak.penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) sampai saat ini masih

BAB 1 PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) disebabkan oleh virus dengue, ditularkan

PENDAHULUAN. Ratna Sari Dewi STIKES Harapan Ibu Jambi Korespondensi penulis:

PERILAKU 3M, ABATISASI DAN KEBERADAAN JENTIK AEDES HUBUNGANNYA DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE

SURVEY KEPADATAN LARVA AEDES AEGYPTI DI KECAMATAN MAMUJU KABUPATEN MAMUJU

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat yang utama di Indonesia, salah satunya penyakit Demam

BAB I PENDAHULUAN. banyak ditemukan didaerah tropis dan sub-tropis. Data dari seluruh dunia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disebabkan oleh virus dengue dari genus Flavivirus. Virus dengue

BAB I. PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) banyak ditemukan di daerah

Kepadatan dan Penyebaran Aedes aegypti Setelah Penyuluhan DBD di Kelurahan Paseban, Jakarta Pusat

BAB I. dalam kurun waktu yang relatif singkat. Penyakit menular umumnya bersifat akut

Keberadaan Kontainer sebagai Faktor Risiko Penularan Demam Berdarah Dengue di Kota Palu, Sulawesi Tengah

BAB 1 PENDAHULUAN. nasional karena upaya memajukan bangsa tidak akan efektif apabila tidak memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Dengue adalah salah satu penyakit infeksi yang. dalam beberapa tahun terakhir ini menjadi masalah

SARANG NYAMUK DALAM UPAYA PENCEGAHAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DI DESA KLIWONAN MASARAN SRAGEN

I. PENDAHULUAN. Demam berdarah dengue (DBD) merupakan penyakit menular yang. disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh vektor nyamuk betina

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhagic Fever

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes spp.

HUBUNGAN FAKTOR PERILAKU DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BOYOLALI I

PREVALENSI DEMAM BERDARAH DENGUE DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TUMINTING TAHUN Ronald Imanuel Ottay

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Transkripsi:

ISSN No. 1978-3787 Media Bina Ilmiah 71 SURVEI ENTOMOLOGI NYAMUK VEKTOR DEMAM BERDARAH DENGUE DI KECAMATAN SANDUBAYA KOTA MATARAM Oleh Nurul Inayati Dosen pada Jurusan Analis Kesehatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Mataram Abstrak: Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh virus Dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes sp sebagai vektornya. Data tentang kepadatan populasi nyamuk vektor DBD disetiap daerah sampai ditingkat kelurahan yang terdiri dari House, Countainer dan Breteau perlu diperbaharui setiap bulan untuk memutus rantai penularan DBD, karena sampai saat ini belum ditemukan obat dan vaksin yang dapat membunuh virus Dengue, sehingga dalam penanggulangan DBD masih difokuskan pada pembasmian dan pemberantasan nyamuk vektornya. Kegiatan surveilensi merupakan salah satu aspek penting dalam pengendalian nyamuk vektor DBD dan menjadi bermakna jika dilakukan secara rutin per bulan, sehingga populasi dan distribusi nyamuk vektor DBD disetiap daerah diketahui dengan akurat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui data entomologi nyamuk vektor DBD di Kelurahan Dasan, Abian Tubuh dan Babakan Kecamatan Sandubaya Kota Mataram yang terdiri dari House, Countainer, Breteau dan Angka Bebas Jentik (ABJ) serta analisis risiko tingkat penularan DBD. Penelitian ini bersifat deskriptif, dengan metode survei dan pendekatan cross sectional study. Survei entomologi dilakukan pada bulan Agustus 2014 di tiga Kelurahan yang berada di Kecamatan Sandubaya Kota Mataram, yaitu : Kelurahan Dasan, Abian Tubuh dan Babakan. Pengumpulan data entomologi nyamuk vektor DBD dilakukan dengan cara single methode pada seluruh tempat penampungan air yang berada di rumah penduduk di Kecamatan Babakan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa di Kelurahan Dasan House sebesar 8,75%, Countainer sebesar 6,89%, Breteau sebesar 21% dan ABJ sebesar 91,25%, sedangkan di Kelurahan Abian Tubuh didapatkan House sebesar 10,20%, Countainer sebesar 3,71% dan Breteau sebesar 15% dan ABJ sebesar 89,79%. Di Kelurahan Babakan didapatkan House sebesar 16,59%, Countainer sebesar 5,57% dan Breteau sebesar 38% dan ABJ sebesar 83,40%. Berdasarkan analisis data House, Countainer dan Breteau menunjukkan bahwa di Kecamatan Sandubaya Kota termasuk daerah yang mempunyai risiko penularan DBD sedang. Kata kunci : House, Countainer, Breteau, vektor DBD PENDAHULUAN Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh virus Dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes sp sebagai vektornya. Sampai saat ini DBD masih menjadi masalah kesehatan masyarakat yang utama di daerah tropis dan sub tropis. Secara global 2,5 milyar penduduk yang tinggal di lebih dari 100 negara berisiko terinfeksi virus dengue dengan jumlah 20 juta setiap tahunnya. Data dari seluruh dunia menunjukkan Asia menempati urutan pertama dalam jumlah penderita DBD setiap tahunnya. Sementara itu, terhitung sejak tahun 1968 hingga tahun 2009, World Health Organization (WHO) mencatat negara Indonesia sebagai negara dengan kasus DBD tertinggi di Asia Tenggara (Achmadi, 2010; WHO, 1999). DBD masuk ke Indonesia sejak tahun 1968 melalui pelabuhan Surabaya dan awalnya hanya menyerang daerah perkotaan dengan jumlah penduduk yang padat, tetapi pada tahun 1994 penyebarannya meluas ke berbagai wilayah di seluruh provinsi Indonesia dan provinsi yang terus mengalami peningkatan kasus DBD adalah Jakarta, Jawa Barat, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur (Depkes RI, 2005). Kejadian DBD di Kota Mataram pertama kali dilaporkan pada tahun 1986 dan mencapai puncaknya pada tahun 1998 dengan 715 kasus dengan angka kematian (Case Fatality Rate) 1,4% dan kasus DBD mengalami peningkatan setiap tahunnya. Pada tahun 2008 jumlah kasus DBD ditemukan sebanyak 463 kasus dengan 4 orang meninggal, tahun 2009 sebanyak 1.160 kasus dengan 6 orang meninggal dan tahun 2010 sebanyak 1.785 kasus dengan 5 orang meninggal (Dikes Kota Mataram, 2010). Bertambahnya jumlah kasus DBD dan meluasnya wilayah yang terjangkit DBD disebabkan oleh pertumbuhan jumlah penduduk yang tidak memiliki pola tertentu, sarana transportasi yang semakin membaik sehingga mobilisasi penduduk sangat mudah, adanya pemukiman-pemukiman baru, kurangnya kesadaran masyarakat untuk membersihkan sarang nyamuk

72 Media Bina Ilmiah ISSN No. 1978-3787 vektor DBD, adanya nyamuk vektor yang tersebar diseluruh daerah, melemahnya struktur kesehatan masyarakat. Selain faktor-faktor lingkungan tersebut diatas status kekebalan seseorang, strain virus Dengue yang menginfeksi, usia dan riwayat genetik juga berpengaruh terhadap penularan DBD (Depkes RI, 2004; Soegijanto, 2006). Penyakit DBD menyebabkan banyak kerugian, seperti kehilangan hari kerja dan juga dapat menyebabkan kematian, hal ini disebabkan sampai saat ini belum ditemukan obat dan vaksin yang dapat membunuh virus Dengue, oleh sebab itu dalam penanggulangan DBD lebih ditekankan terhadap pembasmian dan pemberantasan nyamuk vektornya. Pemberantasan vektor dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti pemberantasan secara biologi (hayati), kimia menggunakan insektisida dan pemberantasan sarang nyamuk. Keberhasilan pemberantasan nyamuk vektor DBD dapat diketahui dari aspek-aspek entomologi, yang terdiri dari ekologi vektor, bionomik vektor dan cara-cara pemberantasan nyamuk vektor yang efektif. Populasi nyamuk vektor DBD dapat berubah dan berkembang sangat dinamis serta fluktuatif dan biasanya meningkat pada waktu musim hujan, karena sarang-sarang (breeding place) nyamuk akan terisi oleh air hujan (Mardihusodo, 2005; Sutaryo, 2004). Kegiatan survei entomologi merupakan aspek penting dalam pengendalian nyamuk vektor DBD dan akan bermakna jika dilakukan secara rutin setiap bulan, sehingga populasi dan distribusi nyamuk vektor DBD dapat diketahui secara akurat. Survei entomologi bertujuan untuk menentukan kepadatan populasi vektor disuatu daerah, sehingga dapat diketahui risiko tingkat penularan DBD. Kepadatan populasi vektor disuatu daerah dapat diketahui dengan cara survei di daerah tersebut, meliputi House, Countainer dan Breteau, sedangkan di Indonesia ditambahkan dengan ABJ. Pemantauan atau survei kepadatan populasi vektor sangat bermanfaat untuk meningkatkan kepaspadaan wabah DBD, sehingga usaha-usaha pemberantasan vektor DBD dapat dilakukan dengan cepat dan tepat (Sutanto, 2008). Usaha-usaha pemberantasan vektor DBD dilakukan dengan tujuan untuk memutuskan mata rantai penularan, sehingga dapat menurunkan angka kesakitan DBD pada suatu daerah, sebab tanpa adanya data entomologi upaya pemberantasan penyakit DBD tidak berhasil guna, sehingga perlu dilakukan survei entomologi nyamuk vektor DBD sebagai dasar perencanaan dalam rangka pengendalian vektor DBD dan data-data entomologi yang terdiri dari House, Volume 10, No. 5, Mei 2016 Countainer dan Breteau, perlu diperbaharui setiap bulan untuk penghentian penularan DBD disuatu daerah. Di Kecamatan Sandubaya, data entomologi didapatkan dari hasil survei nyamuk vektor DBD yang dilakukan oleh Petugas Sanitasi Puskesmas Dasan, tetapi data tersebut pengambilannya dilakukan setiap tiga bulan, sehingga tidak dapat diketahui tingkat risiko penularan DBD di Kecamatan Sandubaya dan dalam waktu tiga bulan kemungkinan jumlah nyamuk menjadi bertambah sehingga perlu dilakukan survei entomologi nyamuk vektor DBD. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan data entomologi yang terdiri dari House, Countainer dan Breteau dan ABJ di Kelurahan Dasan, Abian Tubuh dan Babakan Kecamatan Sandubaya dan menganalisis risiko terjadinya penularan DBD yang dapat bermanfaat sebagai data entomologi baru untuk dasar pengendalian dan pemberantasan vektor DBD. METODE PENELITIAN Penelitian ini bersifat deskriptif, dengan metode survei dan pendekatan cross sectional study. Survei entomologi pada penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus 2014, di tiga Kelurahan yang berada di Kecamatan Sandubaya, yaitu Kelurahan Dasan, AbianTubuh dan Babakan. Pada penelitian ini, survei entomologi dilakukan dengan cara Single Larva Method, yaitu survei hanya ditentukan dengan menemukan satu nyamuk Ades sp pada tempat penampungan air yang diperiksa, tanpa menghitung jumlah nyamuk Aedes sp yang ditemukan. Untuk memastikan bahwa yang ditemukan pada tempat penampungan air adalah Aedes sp dilakukan pemeriksaan mikroskopis di Laboratorium Jurusan Analis Kesehatan Poltekkes Kemenkes Mataram. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh bangunan atau rumah penduduk yang berada di Kecamatan Sandubaya, yang berjumlah 616 bangunan, dimana jumlah bangunan atau rumah yang berada di Kelurahan Dasan sebanyak 240 bangunan, di Kelurahan Abian Tubuh sebanyak 147 bangunan dan di Kelurahan Babakan sebanyak 229 bangunan. Sedangkan sampel pada penelitian ini adalah seluruh tempat penampungan air yang berjumlah 1.073, yang terdiri dari 565 tempat penampungan air di Kelurahan Dasan, 269 tempat penampungan air di Kelurahan Abian Tubuh dan 239 tempat penampungan air di Kelurahan Babakan. Data-data entomologi yang terdiri dari House, Countainer, Breteau dan http://www.lpsdimataram.com

ISSN No. 1978-3787 Media Bina Ilmiah 73 ABJ didapatkan melalui survei nyamuk vektor DBD. Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah lampu senter, cidukan, cup plastik, pipet tetes, kertas label, obyek glass, cover glass dan mikroskop. Survei nyamuk dilakukan dengan cara memeriksa semua tempat penampungan air di dalam dan di luar bangunan atau rumah penduduk yang berada di Kelurahan Dasan, Abian Tubuh dan Babakan dengan menggunakan lampu senter untuk mengetahui ada tidaknya nyamuk. Tempat penampungan air yang diperiksa terdiri dari tempat penampungan air yang berukuran besar seperti bak mandi, tempayan, drum, dan bak penampungan air lainnya. Jika pada pandangan atau penglihatan pertama tidak ditemukan nyamuk, maka ditunggu selama 1 menit untuk memastikan bahwa benar tidak terdapat nyamuk pada tempat penampungan air. Selain itu dilakukan juga pemeriksaan nyamuk pada tempat penampungan air yang berukuran kecil sepertii vas bunga/pot tanaman, botol, ban bekas, tempat minum burung. Jika ditemukan nyamuk pada tempat penampungan air yang berukuran besar maka nyamuk diambil menggunakan cidukan, kemudian diambil dengan pipet tetes dan dipindahkan ke cup plastik yang sudah diberi identitas nomor bangunan, Kelurahan dan jenis tempat penampungan air. Untuk tempat penampungan air yang berukuran kecil seperti botol, vas bunga maka air yang berada didalamnya dipindahkan ke tempat lain dan jika ditemukan nyamuk maka langsung diambil menggunakan pipet tetes. Selanjutnya yang didapat dibawa ke laboratorium untuk diperiksa menggunakan mikroskop dengan perbesaran lensa obyektif 10x untuk memastikan bahwa nyamuk yang ditemukan di tempat penampungan air adalah nyamuk Aedes sp yang merupakan vektor DBD dan dicocokkan dengan atlas Parasitologi Kedokteran. Larva nyamuk Aedes sp secara mikroskopis ciri-cirinya adalah memiliki sifon yang gemuk dan pendek, dengan jumlah hairtuft satu pasang dan comb teeth pada ujung abdomen hanya satu baris (Ideham, 2009; Sutanto, 2009). Data yang didapatkan dari hasil survei nyamuk pada tempat penampungan air yang berada di dalam dan di luar bangunan atau rumah dilakukan perhitungan berdasarkan pada perhitungan yang dilakukan oleh Pant and Self (1993), yaitu dengan menghitung kisaran nilai House, Countainer, Breteau menggunakan rumus berikut : = 100% = 100% = 100 h 100% = 100%! h HASIL DAN PEMBAHASAN a. HASIL Berdasarkan survei entomologi nyamuk vektor DBD yang dilakukan di Kelurahan Dasan, Abian Tubuh dan Babakan Kecamatan Sandubaya Kota Mataram, didapatkan hasil yang dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1. Hasil survei nyamuk vektor DBD pada bangunan atau rumah yang berada di Kecamatan Sandubaya. Keluraha n Bangunan atau rumah yang diperiksa Positif Negatif Jumla h House Dasan 21 219 240 8,75 Abian 15 132 147 10,20 Tubuh Babakan 38 191 229 16,59 Total 74 542 616 12,01 Dari hasil survei nyamuk vektor DBD yang telah dilakukan di 616 bagunan atau rumah yang berada di Kecamatan Sandubaya didapatkan sebanyak 74 bangunan yang positif ditemukan nyamuk dan sebanyak 542 bangunan yang negatif nyamuk, sehingga didapatkan House sebesar 12,01%. Sedangkan hasil survei nyamuk vektor DBD yang dilakukan di tiga Kelurahan yang berada di Kecamatan Sandubaya didapatkan hasil bahwa di Kelurahan Dasan terdapat 21 bangunan atau rumah yang positif nyamuk dari 240 bangunan yang diperiksa, sehingga didapatkan House sebesar 8,75%. Survei yang dilakukan pada 147 bangunan yang berada di Kelurahan Abian Tubuh ditemukan sebanyak 15 bangunan yang positif, sehingga didapatkan House sebesar 10,20%, sedangkan survei yang di Kelurahan Babakan didapatkan sebanyak 38 bangunan yang positif nyamuk dari 229 bangunan yang diperiksa, sehingga didapatkan House sebesar 16,59%.

74 Media Bina Ilmiah ISSN No. 1978-3787 Survei nyamuk yang dilakukan pada tempat-tempat penampungan air yang berada di dalam dan di luar rumah yang berada di Kecamatan Sandubaya dapat dilihat pada tabel 2. Tabel 2. Hasil survei nyamuk vektor DBD pada tempat penampungan air yang berada di dalam dan di luar bangunan atau rumah di Kecamatan Sandubaya. Kelurahan Tempat penampungan air Jumla h Di dalam bangunan Di luar bangunan Positif Negati f Positif Nega tif Dasan 4 266 17 278 565 Abian 2 168 13 86 269 Tubuh Babakan 3 170 35 32 240 Total 9 604 65 396 1.074 Survei nyamuk vektor DBD yang dilakukan pada 1.074 tempat penampungan air yang diperiksa di Kecamatan Sandubaya, didapatkan sebanyak 74 tempat penampungan air yang positif ditemukan nyamuk, sehingga didapatkan Countainer sebesar 6,89%. Sedangkan di Kelurahan Dasan didapatkan sebanyak 21 tempat penampungan air yang positif nyamuk dari 565 tempat penampungan air yang diperiksa, sehingga didapatkan Countainer sebesar 3,71%. Survei nyamuk pada 269 tempat penampungan air di Kelurahan Abian Tubuh, didapatkan sebanyak 15 tempat penampungan air yang positif ditemukan nyamuk sehingga didapatkan Countainer sebesar 5,57%, sedangkan di Kelurahan Babakan didapatkan 38 tempat penampungan air yang positif ditemukan nyamuk dari 240 tempat penampungan air yang diperiksa, sehingga didapatkan Countainer sebesar 15,83%. Data entomologi nyamuk vektor DBD di Kelurahan Dasan Barat, Abian Tubuh dan Babakan Kecamatan Sandubaya, yang terdiri dari House, Countainer, Breteau dan ABJ dapat dilihat pada tabel 3. Tabel 3. Data entomologi nyamuk vektor DBD di Kelurahan Dasan, Abian Tubuh dan Babakan Kecamatan Sandubaya. Kelurahan House Countai ner Breteau Angka Bebas Jentik Dasan 8,75 6,89 21 91,25 Abian Tubuh 10,20 3,71 15 89,79 Babakan 16,59 5,57 38 83,40 b. PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian didapatkan data entomologi di Kecamatan Sandubaya yang meliputi House sebesar 12,01%, sedangkan House di tiga Kelurahan yang berada di Kecamatan Sandubaya, yaitu di Kelurahan Dasan sebesar 8,75%, di Kelurahan Abian Tubuh sebesar 10,20% dan di Kelurahan Babakan sebesar 16,59%. Hal ini menunjukkan bahwa House didaerah tersebut tergolong tinggi jika dibandingkan dengan standar nasional yaitu < 5%, tetapi jika dilihat dari ABJ di tiga Kelurahan yang berada di Kecamatan Sandubaya, termasuk daerah yang memiliki risiko rendah terjadi penularan DBD, karena rata-rata ABJ < 95%. Scoot and Morrison (2002) menyatakan bahwa jika suatu daerah mempunyai House > 5% berarti daerah tersebut mempunyai risiko tinggi untuk terjadi penularan DBD. Selain itu Scoot and Morrison juga menjelaskan bahwa transmisi virus Dengue disuatu daerah tidak hanya tergantung pada kepadatan vektor saja, tetapi tergantung faktor lain seperti : tingkat kekebalan penduduk didaerah tersebut, serotipe virus dengue, perilaku nyamuk vektor, iklim, kepadatan penduduk, distribusi dan perpindahan penduduk, sehingga walaupun Negara Singapura mempunyai ABJ < 95%, dimana kemungkinan terjadi penularan virus Dengue rendah tetapi kejadian luar biasa DBD di Negara tersebut tetap terjadi (Scoot and Morrison, 2002; Sutaryo, 2004). Pada penelitian survei entomologi di Kecamatan Sandubaya juga didapatkan Countainer sebesar 6,89% dan Breteau sebesar 74%. Hasil penelitian ini lebih tinggi dibanding dengan yang telah dilakukan oleh Purba tahun 2008 di Sanggah Utara Kalimantan Timur, yaitu Countainer sebesar 3,53% dan Breteau sebesar 28,9%. Hal ini berarti bahwa dilihat dari kepadatan nyamuk yang ada, maka Kecamatan Sandubaya berisiko tinggi terjadi transmisi virus Dengue dan dari tiga Kelurahan yang di survei, Kelurahan Babakan merupakan daerah yang memiliki risiko tinggi terjadi transmisi virus Dengue dibandingkan Kelurahan Dasan dan Abian Tubuh. Pada penelitian ini juga didapatkan bahwa tempat penampungan air yang lebih banyak ditemukan nyamuk adalah tempat penampungan air yang berada di luar rumah Volume 10, No. 5, Mei 2016 http://www.lpsdimataram.com

ISSN No. 1978-3787 Media Bina Ilmiah 75 lebih banyak ditemukan nyamuk dibanding dengan tempat penampungan air yang berada di dalam rumah, hal ini sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Widagdo tahun 2006 di Srondol Wetan Semarang. Walaupun tempat penampungan air yang positif nyamuk lebih banyak ditemukan di luar rumah, tetapi transmisi virus Dengue tetap dapat terjadi karena manusia juga sering beraktifitas di luar rumah dan nyamuk betina aktif mengigit mulai pagi sampai sore hari, dengan dua puncak aktifitas antara pukul 08.00-10.00 dan 15.00-17.00 (Sungkar, 2005; Sutanto, 2008). PENUTUP a. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian survei entomologi vektor DBD di Kelurahan Dasan didapatkan House sebesar 8,75%, Countainer sebesar 6,89%, Breteau sebesar 21% dan ABJ sebesar 91,25%. Di Kelurahan Abian Tubuh didapatkan House sebesar 10,20%, Countainer sebesar 3,71%, Breteau sebesar 15% an ABJ sebesar 89,79%. Di Kelurahan Babakan didapatkan House sebesar 16,59%, Countainer sebesar 5,57%, Breteau sebesar 38% dan ABJ sebesar 83,40%. Kecamatan Sandubaya termasuk daerah dengan tingkat penularan DBD sedang. b. Saran Bagi masyarakat yang berada di Kecamatan Sandubaya, khususnya yang berada di Kelurahan Dasan, Abian Tubuh dan Babakan agar lebih giat dan rutin melakukan kegiatan 3M plus, yaitu menguras dan menutup tempat penampungan air serta mengubur barang-barang bekas yang dapat menampung air hujan, pemberian bubuk abate pada tempat penampungan air dan memakai obat anti nyamuk untuk mencegah terjadinya penularan penyakit DBD. DAFTAR PUSTAKA Achmadi, U.P., 2010. Manajemen Demam Berdarah Berbasis Wilayah. Buletin Jendela Epidemiologi, Vol. 2. Depkes RI, 2004. Tata Laksana Demam Berdarah Dengue di Indonesia, Dirjen P2MPL. Jakarta. Depkes RI, 2005. Pencegahan dan Pemberantasan Demam Berdarah Dengue di Indonesia. Jakarta. Dikes Kota Mataram, 2010. Laporan Hasil Kegiatan Program P3L Dinas Kesehatan Kota Mataram tahun 2008-2010. Mataram. Ideham, B and Pusarawati, S., 2009. Edisi 2 Penuntun Praktis Parasitologi Kedokteran. Airlangga University Press. Surabaya. Mardihusodo, S.J., 2005. Cara-cara Inovatif Pengamatan Dan Pengendalian Vektor Demam Dengue. Dalam Seminar Kajian KLB DBD dari Biologi Molekuler Sampai Pemberantasannya. Pusat Kedokteran Tropis. Fakultas Kedokteran UGM. Yogyakarta. Pant, C.P and Self, L.S., 1993. Vector Ecology and Bionomic dalam Thongchareon, P. Monograph On Dengue/ Dengue Hemoraghic Fever, SEARO No. 22. WHO. New Delhi. Scoot, T.W and Morrison, A.C., 2002. Aedes segypti Density and Risk Of Den Vir. Didownload pada 10 November 2014. Soegijanto, S., 2006. Demam Berdarah Dengue. Edisi 2. Airlangga University Press, Surabaya. Sungkar, S., 2005. Bionomik Aedes aegypti. Majalah Kedokteran Indonesia. 55 (4). Sutanto, I., Ismid, I.S., Sjarifuddin, P.K., Sungkar, S., 2008. Parasitologi Kedokteran, Edisi ke empat. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. Sutaryo, 2004. Dengue, Penerbit Medika. Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Widagdo, L., Husodo, B.T., Bhinuri., 2008. Kepadatan Jentik Aedes aegypti Sebagai Indikator Keberhasilan Pemberantasan Sarang Nyamuk (3M Plus) Di Kelurahan Srondol Wetan Semarang. Makara Kesehatan. 12 (1). WHO, 1999. Demam Berdarah Dengue and Dengue. EGC, Jakarta