BAB II TINJAUAN PUSTAKA Teori Akuntansi Positif (Positive Accounting Theory) Perkembangan teori akuntansi positif tidak dapat dilepaskan dari

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dalam akuntansi (Sterling, 1970), seperti membatasi perilaku oportunistik manajer

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. muncul ketika satu orang atau lebih (principal) mempekerjakan orang lain (agent)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan adalah laporan yang dibuat oleh perusahaan yang

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan pada masa tertentu. Laporan keuangan menggambarkan situasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan sebagai pedoman bagi peneliti. Selain itu juga untuk menghindari adanya

ANALISIS PILIHAN PERUSAHAAN TERHADAP AKUNTANSI KONSERVATIF

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Akuntansi berbasis akrual merupakan international best practice (praktik

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dengan berbagai kepentingan. Oleh karena itu, kualitas dari suatu laporan. penggunanya dalam mengambil keputusan yang diinginkan.

BAB II LANDASAN TEORI. Teori keagenan dalam perusahaan mengidentifikasi adanya pihak-pihak dalam

BAB II TELAAH PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Laporan keuangan menyajikan informasi mengenai kinerja perusahaan yang

BAB II LANDASAN TEORI. terhadap penyajian data akuntansi yang relevan dan handal.

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. antara pihak agent dengan pihak principal. Jensen dan Meckling (1976)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II KERANGKA TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. Akuntan Indonesia (IAI). Standar Akuntansi Keuangan (SAK) memberikan kebebasan

BAB II TELAAH PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. menyatakan bahwa teori keagenen mendeskripsikan pemegang saham sebagai principal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Pengertian Teori Agensi / Keagenan (Agency Theory)

kelompok eksternal karena kelompok ini memiliki tingkat ketidakpastian yang paling besar Arief (2006, dalam Sari, 2008). Sedangkan para pengguna

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. akan timbul permasalahan agensi, karena masing-masing dari kedua pihak

II. LANDASAN TEORI. Teori agensi menjelaskan adanya pihak-pihak dalam perusahaan yang memiliki berbagai

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Laporan keuangan merupakan laporan yang berisikan informasi-informasi

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. manajer dalam memilih kebijakan akuntansi yang mempengaruhi laba untuk

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Teori agensi menggambarkan hubungan kontrak kerjasama antara

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada dasarnya akuntansi merupakan suatu proses untuk menyediakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Landasan teori merupakan penjelasan mengenai definisi teori

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dalam dua bentuk yaitu antara pemilik perusahaan (principal) dengan pihak

BAB II KERANGKA TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 LANDASAN TEORI Karakteristik Kualitatif Informasi Akuntansi

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi penting yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Dalam kajian pustaka dan hipotesis akan dijelaskan mengenai Teori-teori yang

BAB I PENDAHULUAN. pemegang saham atau kepada pihak eksternal yang memiliki kepentingan.

PENGARUH ASIMETRI INFORMASI dan UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP PRAKTIK MANAJEMEN LABA

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Dalam penyusunan laporan keuangan terdapat prinsip-prinsip yang dianut antara lain: Prinsip Pengakuan Pendapatan, Pengakuan Beban, Pengakuan Penuh,

I. PENDAHULUAN. Perusahaan membuat laporan keuangan untuk menggambarkan kinerja manajemen dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tujuan utama suatu perusahaan adalah memperoleh tingkat laba yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. karena teori ini merupakan teori yang menjelaskan praktik manajemen laba dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang dikeluarkan untuk membiayai sumber pendanaan (source

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian yang lain. Maka dalam tinjauan ini dicantumkan hasil-hasil penetian

BAB I PENDAHULUAN. membuat para manajer perusahaan harus lebih kreatif dalam menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. karena laporan keuangan memperlihatkan kondisi perusahaan pada tahun bersangkutan. Laporan

PENGARUH KONFLIK BONDHOLDERS SHAREHOLDERS TERHADAP PENERAPAN KONSERVATISME AKUNTANSI PADA PERUSAHAAN MANUFAKTURYANG GO PUBLIC DI BURSA EFEK INDONESIA

Bab 2 Telaah Pustaka dan Pengembangan Model

BAB II LANDASAN TEORI. diminta untuk pengakuan laba dibandingkan rugi. Watts juga menyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Laporan Arus Kas, dan Catatan atas Laporan Keuangan (IAI,2009). Manajer

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Zimmerman (1978) dalam Farahmita dan Manihuruk (2015) dapat. historis ke nilai wajar untuk meminimalkan biaya kontrak.

BAB V SARAN DAN KESIMPULAN

BAB III METODE PENELITIAN. tahun penelitian yatitu tahun Metode pemilihan sampel dalam

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN. dalam praktik akuntansi. Sebagaimana dikatakan Lasdi (2008), meskipun. melaporkan laporan keuangan secara konservatif.

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan prinsip konservatisme dalam pelaporan keuangan perusahaan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. rangka menghadapi persaingan bisnis yang semakin ketat dan untuk mempertahankan

1. BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Keuntungan yang dihasilkan oleh perusahaan dapat dibayarkan

TINGKAT KONSERVATISME AKUNTANSI DI INDONESIA DAN HUBUNGANNYA DENGAN MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE

PENGARUH KEPEMILIKAN MANAJERIAL, KOMISARIS INDEPENDEN, KONFLIK BONDHOLDER-SHAREHOLDER DAN BIAYA POLITIS TERHADAP KEBIJAKAN AKUNTANSI KONSERVATIF

BAB I PENDAHULUAN. suatu perusahaan dengan pihak pihak yang berkepentingan dengan data atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan tujuan untuk mengelabui stakeholder yang ingin mengetahui kinerja dan

BAB I PENDAHULUAN. manajemen dalam mengelola sumber daya. Laporan keuangan merupakan produk

PENGARUH KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL, DEBT COVENANT, GROWTH OPPORTUNITIES, OPERATING CASH FLOW

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh dari komponen corporate

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

RINGKASAN MATERI KULIAH EARNING MANAGEMENT

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUH TINGKAT KONSERVATISME PERUSAHAAN PERUSAHAAN DI INDONESIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan merupakan produk akuntansi yang menyajikan data-data

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Teori keagenan muncul ketika pemilik perusahaan (principal) tidak mampu

DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN DALAM MEMPEROLEH GELAR SARJANA AKUNTANSI DEPARTEMEN AKUNTANSI PROGRAM STUDI AKUNTANSI

BAB II LANDASAN TEORI. Teori agensi didasarkan pada pandangan bahwa perusahaan sebagai sekumpulan

Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat UNIPMA KONSEVATISME AKUNTANSI DAN KINERJA MASA DEPAN PERUSAHAAN

BAB II RERANGKA TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. beberapa hal yang berkaitan dengan Komite Audit dalam perusahaan:

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sebagai pihak eksternal perusahaan, kreditor dan investor

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian tentang Pengaruh Profitabilitas, Kepemilikan Publik, Debt to

KAPITA SELEKTA AKUNTANSI. zmmmm. Disusun oleh: IRMA YANDA FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Statement of Financial Accounting Concept (SFAC) Nomor 8 sebagai

Peran Praktek Corporate Governance Sebagai Moderating Variable dari Pengaruh Earnings Management Terhadap Nilai Perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Penyusunan laporan keuangan oleh manajemen bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu sumber informasi dari pihak eksternal dalam menilai kinerja perusahaan

BAB II LANDASAN TEORI

PENDAHULUAN Laba merupakan komponen yang penting dalam sebuah laporan keuangan. Laba dapat digunakan sebagai evaluasi bagi pihak internal dan

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT KONSERVATISME PERUSAHAAN-PERUSAHAAN DI INDONESIA SKRIPSI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keuangan dan pertumbuhan perusahaan pada periode tertentu.

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1 Teori Akuntansi Positif (Positive Accounting Theory) Perkembangan teori akuntansi positif tidak dapat dilepaskan dari ketidakpuasan praktisi terhadap teori normatif (Watt dan Zimmerman, 1986). Selanjutnya dinyatakan bahwa dasar pemikiran untuk menganalisa teori akuntansi dalam pendekatan normatif terlalu sederhana dan tidak memberikan dasar teoritis yang kuat. Terdapat tiga alasan mendasar terjadinya pergeseran pendekatan normatif ke positif yaitu (Watt dan Zimmerman, 1986): 1. Ketidakmampuan pendekatan normatif dalam menguji teori secara empiris, karena didasarkan pada premis atau asumsi yang salah sehingga tidak dapat diuji keabsahannya secara empiris. 2. Pendekatan normatif lebih banyak berfokus pada kemakmuran investor secara individual daripada kemakmuran masyarakat luas. 3. Pendekatan normatif tidak mendorong atau memungkinkan terjadinya alokasi sumber daya ekonomi secara optimal di pasar modal. Hal ini mengingat bahwa dalam sistem perekonomian yang mendasarkan pada mekanisme pasar, informasi akuntansi dapat menjadi alat pengendali bagi masyarakat dalam mengalokasi sumber daya ekonomi secara efisien. Watts dan Zimmerman (1986) merumuskan tiga hipotesis dalam teori akuntansi positif, yaitu: 1

2 1. Hipotesis rencana bonus (Bonus Plan Hypothesis), dalam keadaan ceteris paribus para manajer perusahaan dengan rencana bonus akan lebih memungkinkan untuk memilih prosedur akuntansi yang dapat menggantikan pelaporan laba untuk periode mendatang ke periode sekarang atau dikenal dengan income smoothing. Dengan hipotesis tersebut apabila manajer dalam sistem penggajiannya sangat tergantung pada bonus akan cenderung untuk memilih metode akuntansi yang dapat memaksimalkan gajinya. 2. Hipotesis perjanjian hutang (Debt Covenant Hypothesis), dalam keadaan ceteris paribus manajer perusahaan yang mempunyai ratio leverage (debt/equity) yang besar akan lebih suka memilih prosedur akuntansi yang dapat menggantikan pelaporan laba untuk periode mendatang ke periode sekarang. Dengan memilih metode akuntansi yang dapat memindahkan pengakuan laba untuk periode mendatang ke periode sekarang maka perusahaan akan mempunyai leverage ratio yang kecil. Seperti diketahui bahwa banyak perjanjian hutang mensyaratkan peminjam untuk mematuhi atau mempertahankan rasio hutang atas modal, modal kerja, ekuitas pemegang saham, dan sebagainya selama masa perjanjian. Jika perjanjian tersebut dilanggar perjanjian hutang mungkin memberikan penalti, seperti kendala dalam pinjaman tambahan. 3. Hipotesis biaya politik (Political Cost Hypothesis), dalam keadaan ceteris paribus semakin besar biaya politik perusahaan, semakin mungkin manajer perusahaan untuk memilih prosedur akuntansi yang menangguhkan pelaporan laba periode sekarang ke periode mendatang. Hipotesis ini berdasarkan

3 asumsi bahwa perusahaan dengan biaya politik yang besar lebih sensitif dalam hubungannya untuk mentransfer kemakmuran yang mungkin lebih besar dibandingkan dengan perusahaan yang biaya politiknya kecil. Dengan kata lain perusahaan besar cenderung lebih suka menurunkan atau mengurangi laba yang dilaporkan dibandingkan perusahaan kecil. Tiga hipotesis tersebut menunjukkan bahwa teori akuntansi positif mengakui adanya 3 hubungan keagenan, yaitu (1) antara manajemen dengan pemilik, (2) antara manajemen dengan kreditur, (3) antara manajemen dengan pemerintah (Chariri dan Ghozali, 2003). Masalah keagenan muncul disebabkan karena adanya asimetri informasi antara agen dan prinsipal, dimana agen lebih banyak mempunyai informasi dibandingkan prinsipal sehingga memungkinkan adanya moral hazard (Ahmed dkk, 2000). Tidak semua hipotesis dalam teori akuntansi positif digunakan dalam penelitian ini. Hipotesis teori akuntansi positif yang digunakan adalah hipotesis biaya politis dan hipotesis perjanjian hutang. 2.1.1.1 Hipotesis Biaya Politis (Political Cost Hypothesis) Hipotesis biaya politis memprediksikan bahwa manajer ingin mengecilkan laba untuk mengurangi biaya politis yang potensial. Semakin besar biaya politis yang dihadapi perusahaan, maka semakin cenderung manajer memilih prosedur akuntansi yang melaporkan laba yang lebih rendah (Scott, 2000). Seperti yang diketahui berdasarkan penelitian yang ada, biaya politis sering diproksikan dengan ukuran perusahaan oleh beberapa penelitian sebelumnya (Belkaoui dan Karpik,

4 1989). Oleh karenanya, political cost hypothesis disebut juga dengan size hypothesis. Menurut Basyaib (2007:122), ukuran perusahaan (firm size) adalah suatu skala dimana dapat diklasifikasikan besar kecilnya perusahaan menurut berbagai cara, antara lain dengan ukuran pendapatan, total aset, dan total modal. Semakin besar ukuran pendapatan, total aset, dan total modal akan mencerminkan keadaan perusahaan yang semakin besar. Pada dasarnya ukuran perusahaan hanya terbagi dalam tiga kategori yaitu: perusahaan besar (large firm), perusahaan menengah (medium firm), dan perusahaan kecil (small firm). 2.1.1.2 Hipotesis Perjanjian Hutang (Debt Covenant Hypothesis) Keputusan pendanaan perusahaan menyangkut keputusan tentang bentuk dan komposisi pendanaan yang akan dipergunakan oleh perusahaan. Sumber pendanaan dapat diperoleh dari dalam perusahaan (internal financing) dan dari luar perusahaan (external financing). Modal internal berasal dari laba ditahan, sedangkan modal eksternal dapat bersumber dari hutang (Jensen dan Meckling, 1976). Almilia (2005) menyatakan bahwa hutang memberikan insentif bagi manajerpemilik untuk melakukan tindakan-tindakan lain yang dapat mengurangi nilai perusahaan, melalui keputusan-keputusan investasi dan keputusan-keputusan pendanaan. Tingkat hutang yang tinggi akan membuat perusahaan lebih berhatihati karena tingkat hutang yang tinggi dapat menjadi ancaman bagi kelangsungan hidup perusahaan. Hasil penelitian Zmijewski dan Hagerman (1981) mendukung

5 debt/equity hypothesis, yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara leverage dan pilihan prosedur akuntansi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semakin besar debt/equity ratio, semakin besar pula kemungkinan perusahaan akan menggunakan prosedur yang cenderung meningkatkan laba yang dilaporkan periode sekarang atau laporan keuangan yang disajikan cenderung tidak konservatif (optimis). Dalam penelitian ini leverage akan diukur dengan debt to equity ratio yang menggambarkan sampai sejauh mana kemampuan perusahaan dapat menutupi hutang-hutangnya kepada pihak luar apabila diukur dari modal pemilik. Semakin rendah angka debt to equity ratio maka akan semakin baik, karena akan semakin tinggi kemampuan perusahaan untuk membayar seluruh kewajibannya. 2.1.2 Konservatisme Akuntansi 2.1.2.1 Konservatisme dalam Praktik Akuntansi Konservatisme merupakan perbedaan tingkat verifikasi yang dibutuhkan untuk mengakui profit dibandingkan mengakui kerugian (Watts, 2003a). Sedangkan Basu (1997) mendefinisikan konservatisme sebagai kecenderungan seorang akuntan yang membutuhkan suatu tingkat verifikasi yang lebih tinggi untuk mengakui berita-berita baik sebagai hal yang menguntungkan dibandingkan dengan mengakui berita buruk sebagai hal yang merugikan. Jadi dapat disimpulkan bahwa konservatisme adalah prinsip kehati-hatian dalam mengakui keuntungan dibandingkan kerugian.

6 Kritik terhadap konservatisme menyatakan bahwa pada awalnya prinsip ini memang akan menyebabkan laba dan aktiva menjadi rendah, namun akhirnya akan membuat laba dan aktiva menjadi tinggi di masa datang. Dengan kata lain, laba dan aktiva akan menjadi tidak konservatif di masa datang. Penelitian yang dilakukan oleh Penman dan Zhang (2000) menyatakan bahwa konservatisme justru menyebabkan kualitas laba menjadi rendah. Hal ini disebabkan karena akuntansi konservatif akan langsung membebankan biaya diskresioner pada periode berjalan yang menyebabkan laba menjadi lebih rendah dan tercipta hidden reserve (cadangan tersembunyi). Bila pada tahun berikutnya perusahaan menurunkan biaya investasinya, maka akan terjadi likuidasi cadangan tersembunyi dan laba menjadi lebih tinggi. Konservatisme tetap digunakan dalam praktik akuntansi dan disarankan untuk tetap digunakan. Penelitian yang dilakukan oleh Ahmed dkk (2002) membuktikan bahwa konservatisme dapat berperan mengurangi konflik yang terjadi antara manajemen dan pemegang saham akibat kebijakan dividen yang diterapkan oleh perusahaan. Untuk menghindari konflik, manajemen cenderung menggunakan akuntansi yang lebih konservatif. Di Indonesia, Sari (2004) telah melakukan penelitian tentang peran akuntansi konservatif dalam mengurangi konflik antara pemegang saham dan pemegang obligasi pada saat pengumuman dividen. Hasil penelitian tersebut mendukung hipotesis penelitian dan menyimpulkan bahwa konservatisme berperan dalam perusahaan yang menghadapi konflik antara pemegang saham dengan pemegang obligasi.

7 Penelitian mengenai manfaat konservatisme juga telah dilakukan oleh Mayangsari dan Wilopo (2000) yang membuktikan bahwa konservatisme memiliki value relevance, sehingga laporan keuangan perusahaan yang menerapkan prinsip konservatisme dapat mencerminkan nilai pasar perusahaan. Mayangsari dan Wilopo (2000) mengatakan bahwa secara intuitif prinsip konservatisme bermanfaat karena bisa digunakan untuk memprediksi kondisi mendatang yang sesuai dengan tujuan laporan keuangan. Perusahaan dapat memprediksi kondisi keuangan perusahaan di masa mendatang karena nilai aktiva telah dicatat pada nilai terendah dan laba hanya diakui pada saat terjadinya. Apabila terjadi kesulitan keuangan di masa mendatang, perusahaan tidak terlalu terpengaruh karena telah diantisipasi kerugian yang akan terjadi. Pendukung konservatisme menyatakan bahwa konservatisme menyajikan laba dan aktiva dengan prinsip menunda pengakuan keuntungan dan secepatnya mengakui adanya kerugian. Prinsip ini memang akan menyebabkan laba dan aktiva periode berjalan menjadi lebih rendah. Bila terjadi kenaikan laba dan aktiva di masa datang akibat penerapan prinsip ini, hal tersebut disebabkan oleh keuntungan yang semula ditunda pengakuannya, telah diakui oleh perusahaan karena dipastikan akan terealisasi. Jadi bukan berarti peningkatan laba dan aktiva masa masa datang merupakan cermin dari tidak konservatifnya perusahaan (Watts, 2003a). Watts (2003a) menyatakan bahwa eksistensi konservatisme penting dalam laporan keuangan. Ia mengatakan bahwa ada empat masalah yang mendorong

8 penggunaan konservatisme. Empat masalah tersebut adalah kontrak (contracting), tuntutan hukum (litigation), perpajakan (taxation) dan peraturan (regulation). Dalam penjelasannya tentang pentingnya konservatisme dalam masalah kontrak adalah bahwa manajer memiliki kewajiban untuk menyajikan laporan keuangan kepada pihak-pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan seperti pemegang saham, kreditor dan dewan komisaris. Pada saat menyajikan laporan keuangan, moral hazard dapat timbul selama laporan tersebut berfungsi untuk memberi informasi kepada investor tentang kinerja manajer karena informasi tersebut akan mempengaruhi keputusan investor dalam investasi serta mempengaruhi kesejahteraan manajer. Pengaruh terhadap kesejahteraan manajer tersebut akan memotivasi manajer untuk memasukkan bias ke dalam laporan keuangan. Konservatisme akan membatasi perilaku oportunistik manajer (misalnya, menciptakan distorsi pada laba) dalam menyajikan laporan keuangan. Dampak lainnya adalah adanya peningkatan nilai perusahaan karena konservatisme akan membatasi opportunistic payment kepada manajer (dalam bentuk bonus) dan juga kepada pihak lain seperti shareholders (dalam bentuk dividen). Berkaitan dengan masalah tuntutan hukum (litigation) adalah bahwa tuntutan hukum mendorong perkembangan konservatisme karena tuntutan hukum banyak muncul pada saat laba dan aktiva dicatat terlalu tinggi. Karena adanya potensi tuntutan hukum akibat pencatatan yang overstatement daripada yang understatement, manajemen dan auditor terdorong untuk melaporkan laba dan aktiva yang konservatif.

9 Dalam hubungannya dengan paiak (taxation), adanya insentif untuk menunda pembayaran pajak juga mendorong penggunaan konservatisme. Dengan konservatisme, perusahaan dapat mengurangi present value pajak dengan jalan menunda pengakuan pendapatan. Peraturan (regulation) yang dibuat oleh penyusun standar akuntansi juga memberikan insentif kepada perusahaan untuk menerapkan akuntansi konservatif. Bagi penyusun standar akuntansi, konservatisme akan menghindarkan mereka dari kritik akibat dari penyajian laporan keuangan yang overstate daripada understate. 2.1.2.2 Pengukuran Konservatisme Watts (2003b) membagi konservatisme menjadi 3 pengukuran, yaitu Earning/Stock Return Relation Measure, Earning/Accrual Measures, Net Asset Measure. Berbagai peneliti telah mengajukan berbagai metode pengukuran konservatisme. Berikut beberapa pengukuran konservatisme jika dikelompokkan sesuai dengan pendekatan Watts (2003b). 1. Earning/Stock Return Relation Measure Stock market price berusaha untuk merefleksikan perubahan nilai aset pada saat terjadinya perubahan, baik perubahan atas rugi ataupun laba tetap dilaporkan sesuai dengan waktunya. Basu (1997) menyatakan bahwa konservatisme menyebabkan kejadian-kejadian yang merupakan kabar buruk atau kabar baik terefleksi dalam laba yang tidak sama (asimetri waktu pengakuan). Hal ini disebabkan karena kejadian yang diperkirakan akan

10 menyebabkan kerugian bagi perusahaan harus segera diakui sehingga mengakibatkan bad news lebih cepat terefleksi dalam laba dibandingkan good news. Dalam modelnya, Basu (1997) meregresi laba tahunan dan return saham di tahun yang sama. 2. Earning/Accrual Measures a. Model Givoly dan Hayn (2000) Model Givoly dan Hyan memfokuskan efek konservatisme pada laporan laba rugi selama beberapa tahun. Mereka berpendapat bahwa konservatisme menghasilkan akrual negatif yang terus menerus. Akrual yang dimaksud adalah perbedaan antara laba bersih sebelum depresiasi/amortisasi dan arus kas kegiatan operasi. Semakin besar akrual negatif maka akan semakin konservatif akuntansi yang diterapkan. Hal ini dilandasi oleh teori bahwa konservatisme menunda pengakuan pendapatan dan mempercepat pengakuan biaya. Dengan begitu, laporan laba rugi yang konservatisme akan menunda pengakuan pendapatan yang belum terealisasi dan biaya yang terjadi pada periode tersebut dibandingkan dan dijadikan cadangan pada neraca. Sebaliknya laporan keuangan yang optimis akan cenderung memiliki laba bersih yang lebih tinggi dibandingkan arus kas operasi sehingga akrual yang dihasilkan adalah positif. Depresiasi dikeluarkan dari pendapatan bersih dalam perhitungan CONACC karena depresiasi merupakan alokasi biaya dari aktiva yang dimiliki perusahaan. Pada saat pembelian aset, kas yang dibayarkan

11 termasuk dalam arus kas dari kegiatan investasi dan bukan dari kegiatan operasi. Dengan demikian alokasi biaya depresiasi yang ada dalam pendapatan bersih tidak berhubungan dengan kegiatan operasi dan harus dikeluarkan dari perhitungan. b. Model Zhang (2007) Zhang (2007) menggunakan conv_accrual sebagai salah satu pengukuran konservatisme. Conv_accrual didapatkan dengan membagi akrual non operasi dengan total aset. Akrual non operasi memperlihatkan pencatatan kejadian buruk yang terjadi dalam perusahaan, contohnya biaya restrukturisasi dan penghapusan aset. Dalam penelitian Zhang (2007) mengalikan conv_accrual dengan -1 bertujuan untuk mempermudah analisa. Dimana, semakin tinggi nilai conv_accrual menunjukkan penerapan konservatisme yang semakin tinggi juga. c. Discretionary Accrual Model akrual lainnya yang juga dapat digunakan sebagai pengukuran konservatisme adalah model discretionary accruals. Terdapat beberapa model untuk menghitung Discretionary Accrual. Discretionary Accrual yang paling sering digunakan adalah discretionary accrual Model Kasznik (1999). Kasznik (1999) memodifikasi Model Dechow et al. (1995) dengan memasukkan unsur selisih arus kas operasional (ΔCFO) untuk mendapatkan nilai akrual non-diskresioner dan akrual diskresioner. Karena Kasznik (1999) berpendapat bahwa perubahan arus kas dari hasil operasi perusahaan akan berkorelasi negatif dengan total akrual.

12 3. Net Asset Measure Ukuran ketiga yang digunakan untuk mengetahui tingkat konservatisme dalam laporan keuangan adalah nilai aktiva yang understatement dan kewajiban yang overstatement. Salah satu model pengukurannya adalah proksi pengukuran yang digunakan oleh Beaver dan Ryan (2000) yaitu dengan mengunakan market to book ratio yang mencerminkan nilai pasar relatif terhadap nilai buku perusahaan. Rasio yang bernilai lebih dari 1, mengindikasikan penerapan akuntansi yang konservatif karena perusahaan mencatat nilai perusahaan lebih rendah dari nilai pasarnya 2.2 Penelitian Sebelumnya Oktomegah (2012), Aristiyani dan Wirawati (2013), Deslatu dan Susanto (2009), Pramudita (2012), Almilia (2005), Lasdi (2009), Harahap (2012), Sari dan Adhariani (2011), Hamdan dkk (2012), Hamid dan San (2013), Brouwer (2009), Widya (2004), Alfian dan Sabeni (2013), Raharja dan Sandra (2011), Juanda (2007), Hamdan (2011), Veres dkk (2013), Murwaningsari dan Nugraha (2010), Arabahmadi dkk (2013), dan Moeinaddin dkk (2012) merupakan peneliti yang telah melakukan penelitian mengenai pengaruh ukuran perusahaan terhadap konservatisme akuntansi. Namun terdapat perbedaan hasil untuk masing-masing penelitian. Oktomegah (2012) mendapatkan hasil bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap konservatisme akuntansi. Ukuran perusahaan yang merupakan proksi dari biaya politis memberikan indikator bahwa terdapat transfer kekayaan yang semakin besar seiring dengan semakin besarnya total aset

13 perusahaan. Oleh sebab itu manajer berusaha untuk melakukan penurunan laba untuk meminimalkan biaya politis yang mungkin terjadi. Hasil yang sama juga disimpulkan oleh Wattz and Zimmerman (1986), Zmijewski dan Hagerman (1981), Lo (2005), Sari dan Adhariani (2009), Widya (2004), Hamdan (2011), dan Moeinaddin dkk (2012). Lain halnya dengan Almilia (2005) yang menyimpulkan bahwa semakin kecil ukuran perusahaan maka akan mendorong manajer untuk menyajikan laporan yang cenderung konservatif untuk menghindari adanya political cost yang tinggi. Hal ini mengindikasikan bahwa perusahaan yang memiliki ukuran yang kecil cenderung untuk menerima dampak yang cukup besar dari regulasi yang ditetapkan pemerintah atau dengan kata lain perusahaan yang memiliki ukuran yang kecil sangat rentan terhadap political cost dibandingkan perusahaan yang mempunyai ukuran yang besar. Hasil ini sama dengan penelitian yang disimpulkan oleh Hamdan dkk (2012), Juanda (2007), dan Arabahmadi dkk (2013). Peneliti lainnya menyimpulkan bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap penerapan konservatisme. Hasil ini disimpulkan oleh Deslatu dan Susanto (2009), Hamid dan San (2013), Alfian dan Sabeni (2013), Raharja dan Sandra (2011), Veres dkk (2013), dan Murwaningsari dan Nugraha (2010). Belum ditemukan peneliti yang meneliti leverage sebagai variabel moderasi yang dapat mempengaruhi hubungan antara ukuran perusahaan terhadap konservatisme akuntansi. Namun variabel leverage juga diungkapkan sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi penerapan konservatisme akuntansi. Lo (2005), Oktomegah (2012), Aristiyani dan Wirawati (2013), Deslatu dan Susanto

14 (2009), Pramudita (2012), Almilia (2005), Lasdi (2009), Harahap (2012), Sari dan Adhariani (2009), Hamdan dkk (2012), Hamid dan San (2013), Widya (2004), Alfian dan Sabeni (2013), Devayanti (2012), Raharja dan Sandra (2011), Juanda (2007), dan Moeinaddin dkk (2012) adalah peneliti yang telah meneliti hubungan antara leverage dan konservatisme akuntansi. Para peneliti tersebut menyimpulkan bahwa leverage berpengaruh terhadap konservatisme akuntansi.