BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh kelainan sekresi insulin, ketidakseimbangan antara suplai dan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan meningkatnya glukosa darah sebagai akibat dari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perolehan data Internatonal Diabetes Federatiaon (IDF) tingkat

I. PENDAHULUAN. sebagai akibat insufisiensi fungsi insulin. Insufisiensi fungsi insulin dapat

BAB 1 : PENDAHULUAN. pergeseran pola penyakit. Faktor infeksi yang lebih dominan sebagai penyebab

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, baik secara global, regional, nasional dan lokal (Depkes, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus (DM) merupakan sekelompok kelainan heterogen yang

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit yang diderita masyarakat telah bergeser ke arah. penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah,

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. Association, 2013; Black & Hawks, 2009). dari 1,1% di tahun 2007 menjadi 2,1% di tahun Data dari profil

I. PENDAHULUAN. Diabetes Melitus disebut juga the silent killer merupakan penyakit yang akan

BAB 1 PENDAHULUAN. aktivitas fisik dan meningkatnya pencemaran/polusi lingkungan. Perubahan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. manifestasi berupa hilangnya toleransi kabohidrat (Price & Wilson, 2005).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. adanya kenaikan gula darah (hiperglikemia) kronik. Masalah DM, baik aspek

BAB I PENDAHULUAN. merealisasikan tercapainya Millenium Development Goals (MDGs) yang

BAB I PENDAHULUAN. demografi, epidemologi dan meningkatnya penyakit degeneratif serta penyakitpenyakit

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan survei yang dilakukan World Health Organization (WHO)

BAB I PENDAHULUAN. morbiditas dan mortalitas PTM semakin meningkat baik di negara maju maupun

BAB I PENDAHULUAN. setelah India, Cina dan Amerika Serikat (PERKENI, 2011). Menurut estimasi

BAB I PENDAHULUAN. hiperglikemi yang berkaitan dengan ketidakseimbangan metabolisme

BAB I PENDAHULUAN. dicapai dalam kemajuan di semua bidang riset DM maupun penatalaksanaan

BAB 1 : PENDAHULUAN. karena diabetes mencapai orang per tahun. (1) diabetes mellitus. Sehingga membuat orang yang terkena diabetes mellitus

BAB 1 : PENDAHULUAN. dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun Sedangkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) adalah salah satu penyakit. degenerative, akibat fungsi dan struktur jaringan ataupun organ

BAB I PENDAHULUAN. makan, faktor lingkungan kerja, olah raga dan stress. Faktor-faktor tersebut

BAB I PENDAHULUAN. dengan jumlah penderita 7,3 juta jiwa (International Diabetes Federation


BAB I PENDAHULUAN. sebagai masalah kesehatan global terbesar di dunia. Setiap tahun semakin

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO Tahun 2013, diperkirakan 347 juta orang di dunia menderita

BAB I PENDAHULUAN UKDW. insulin dan kerja dari insulin tidak optimal (WHO, 2006).

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang American Diabetes Association (ADA) menyatakan bahwa Diabetes melitus

BAB I PENDAHULUAN. suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang karena adanya

BAB I PENDAHULUAN. pada jutaan orang di dunia (American Diabetes Association/ADA, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit metabolisme dari karbohidrat,

BAB I PENDAHULUAN. utama bagi kesehatan manusia pada abad 21. World Health. Organization (WHO) memprediksi adanya kenaikan jumlah pasien

BAB I PENDAHULUAN. menempati peringkat kedua dengan jumlah penderita Diabetes terbanyak setelah

BAB I PENDAHULUAN. berkembang adalah peningkatan jumlah kasus diabetes melitus (Meetoo & Allen,

BAB I PENDAHULUAN. mellitus dan hanya 5% dari jumlah tersebut menderita diabetes mellitus tipe 1

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun terus meningkat, data terakhir dari World Health Organization (WHO)

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes melitus telah menjadi masalah kesehatan di dunia. Insidens dan

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan penyakit non infeksi (penyakit tidak menular) justru semakin

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes melitus (DM) adalah penyakit akibat adanya gangguan

BAB I PENDAHULUAN. diakibatkan berbagai faktor seperti perubahan pola penyakit dan pola pengobatan,

BAB 1 PENDAHULUAN. yang saat ini makin bertambah jumlahnya di Indonesia (FKUI, 2004).

DAFTAR ISI. LEMBAR PERSETUJUAN... ii. PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN... v. ABSTRAK... vi. ABSTRACT... vii. RINGKASAN... viii. SUMMARY...

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit degeneratif merupakan transisi epidemiologis dari era penyakit

BAB I PENDAHULUAN UKDW. kasus terbanyak yaitu 91% dari seluruh kasus DM di dunia, meliputi individu

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus adalah penyakit hiperglikemia yang ditandai

BAB 1 PENDAHULUAN. Keberhasilan suatu pengobatan tidak hanya dipengaruh i oleh. kesehatan, sikap dan pola hidup pasien dan keluarga pasien, tetapi

BAB I PENDAHULUAN. diperkirakaan lebih dari 360 juta orang dan diperkirakan akan naik lebih dari dua kali

BAB 1 PENDAHULUAN. situasi lingkungannya, misalnya perubahan pola konsumsi makanan, berkurangnya

BAB I PENDAHULUAN. insulin atau keduanya (American Diabetes Association [ADA] 2010). Menurut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. makanan, berkurangnya aktivitas fisik dan meningkatnya pencemaran / polusi

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas fisik, life style, dan lain-lain (Waspadji, 2009). masalah kesehatan/penyakit global pada masyarakat (Suiraoka, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus menurut American Diabetes Association (ADA) 2005 adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes melitus (DM) merupakan kelainan yang bersifat kronik yang

I. PENDAHULUAN. usia harapan hidup. Dengan meningkatnya usia harapan hidup, berarti semakin

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

I. PENDAHULUAN. yang dewasa ini prevalensinya semakin meningkat. Diperkirakan jumlah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. dibutuhkan atau tubuh tidak dapat menggunakan insulin dengan seharusnya

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus dapat menyerang warga seluruh lapisan umur dan status

BAB 1 PENDAHULUAN. seseorang lebih tinggi dari normal tetapi tidak cukup tinggi untuk didiagnosis

BAB I PENDAHULUAN. (glukosa) dalam darahnya. Yang dicirikan dengan hiperglikemia, yang disertai. berbagai komplikasi kronik (Harmanto Ning, 2005:16).

BAB I PENDAHULUAN. manusia di dunia. Menurut Golostein (2008), bahwa 5% dari populasi penduduk

BAB I PENDAHULUAN. diatas atau sama dengan 126 mg/dl (Misnadiarly, 2006). Gangguan. jaringan tubuh. Komplikasi DM lainnya adalah kerentanan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. untuk bereaksi terhadap insulin dapat menurun, dan pankreas dapat menghentikan

I. PENDAHULUAN. adekuat untuk mempertahankan glukosa plasma yang normal (Dipiro et al, 2005;

BAB I PENDAHULUAN. ditandai oleh kadar glukosa darah melebihi normal serta gangguan


BAB I PENDAHULUAN. tipe 2. Diabetes tipe 1, dulu disebut insulin dependent atau juvenile/childhoodonset

BAB I. Pendahuluan. diamputasi, penyakit jantung dan stroke (Kemenkes, 2013). sampai 21,3 juta orang di tahun 2030 (Diabetes Care, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. hidup yaitu penyakit Diabetes Melitus. Diabetes Melitus (DM) merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. DM suatu penyakit dimana metabolisme glukosa yang tidak normal, yang terjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. menggunakan insulin yang telah diproduksi secara efektif. Insulin merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit diabetes melitus (DM) adalah kumpulan gejala yang timbul pada

BAB I PENDAHULUAN. adalah diabetes melitus (DM). Diabetes melitus ditandai oleh adanya

BAB 1 PENDAHULUAN. relatif sensitivitas sel terhadap insulin, akan memicu munculnya penyakit tidak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. yang selalu mengalami peningkatan setiap tahun di negara-negara seluruh

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tubuh dan menyebabkan kebutaan, gagal ginjal, kerusakan saraf, jantung, kaki

BAB 1 PENDAHULUAN. tertentu dalam darah. Insulin adalah suatu hormon yang diproduksi pankreas

Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S 1 Keperawatan. Disusun Oleh : Rina Ambarwati J.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sebanyak 90% penderita diabetes di seluruh dunia merupakan penderita

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus merupakan sindrom metabolik yang ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. oleh penduduk Indonesia. Penyakit ini muncul tanpa keluhan sehingga. banyak penderita yang tidak mengetahui bahwa dirinya menderita

BAB I PENDAHULUAN. modernisasi terutama pada masyarakat kota-kota besar di Indonesia menjadi

Kesehatan (Depkes, 2014) mendefinisikan diabetes mellitus sebagai penyakit. cukup atau tubuh tidak dapat menggunakan insulin secara efektif, dan

BAB I PENDAHULUAN. adalah suatu kondisi terganggunya metabolisme di dalam tubuh karena

BAB I PENDAHULUAN. terbesar dari jumlah penderita diabetes melitus yang selanjutnya disingkat

EPIDEMIOLOGI DIABETES MELLITUS

BAB I PENDAHULUAN. kurang 347 juta orang dewasa menyandang diabetes dan 80% berada di negara-negara

kepatuhan dan menjalankan self care individu lanjut usia dengan Diabetes Melitus selama menjalani terapi hipoglikemi oral dan insulin?.

BAB I PENDAHULUAN. diabetes mellitus semakin meningkat. Diabetes mellitus. adanya kadar glukosa darah yang tinggi (hiperglikemia)

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes melitus (DM) adalah suatu penyakit gangguan metabolisme yang disebabkan oleh kelainan sekresi insulin, ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan insulin, yang ditandai dengan hiperglikemia (ADA, 2004). Menurut American Diabetes Asociation (ADA), DM dapat diklasifikasikan menjadi beberapa tipe yakni, DM tipe 1, DM tipe 2, DM Gestasional dan DM tipe lain. Beberapa tipe yang ada, DM tipe 2 merupakan salah satu jenis yang paling banyak di temukan yaitu lebih dari 90-95% (ADA, 2015). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh DiabCare pada 12 negara di Asia menunjukkan bahwa jumlah penderita DM tipe 2 dengan pengendalian glukosa darah yang buruk mencapai 68% (Nitiyanant et al, 2002). Sedangkan, beberapa penelitian di berbagai negara menunjukkan bahwa angka penderita diabetes melitus tipe 2 yang memiliki kadar gula darah tidak terkontrol masih tinggi, seperti di Malaysia sebesar 69,2% (Mafauzy, 2006) dan Thailand mencapai 53,5% (Nitiyanant et al, 2002). 6 negara di Amerika Latin menunjukkan bahwa 57% pengendalian glukosa darah pada pendetita DM tipe 2 memiliki kategori buruk (Gagliardino et al, 2001). Indonesia merupakan negara keempat yang memiliki jumlah penderita DM terbanyak di dunia. Di Indonesia diperkirakan jumlah diabetisi mencapai 14 juta orang pada tahun 2006, dimana hanya 50% yang menyadari mengidap DM dan 1

2 diantaranya sekitar 30% yang datang berobat secara teratur (WHO, 2008). Menurut laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, prevalensi DM di Indonesia sebesar 1,5%. Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh DiabCare di Indonesia, diketahui bahwa 47,2% memiliki kendali yang buruk pada glukosa darah plasma puasa >130 mg/dl pada penderita DM tipe 2 (Soewondo, et al, 2010). Menurut laporan Riskesdas tahun 2013, Provinsi Jawa Timur merupakan salah satu wilayah di Indonesia dengan prevalensi penderita DM sebesar 2,1% (Riskesdas 2013). Berdasarkan data yang didapatkan dari Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur (2012) berdasarkan 10 pola penyakit terbanyak pada pasien rawat jalan di rumah sakit tipe B diabetes melitus merupakan penyakit terbanyak nomor dua setelah hipertensi yakni sebanyak 102.399 kasus. Menurut data Dinas Kesehatan Kabupaten Banyuwangi prevalensi kasus baru DM tahun 2013 sebesar 28% dan mengalami kenaikan di tahun 2014 sebesar 31,9%. Beberapa pencegahan penyakit DM telah dilakukan oleh pemerintah Kabupaten Banyuwangi, namun prevalensi penderita baru DM terus meningkat. Kenaikan tersebut diakibatkan oleh berbagai faktor seperti kurangnya kepatuhan diabetisi dalam menjalani program empat pilar pengendalian DM yaitu: edukasi; terapi gizi medis; latihan jasmani dan intervensi farmakologi. Berdasarkan data awal yang didapatkan dari register DM tipe 2 di Puskesmas Kembiritan, pada bulan Januari 2013 sampai dengan bulan November 2014 jumlah penderita DM tipe 2 sebanyak 603 dengan 228 orang dengan kadar gula darah tidak terkontrol (37,8%). Bila dilihat per tahun jumlah kasus DM tipe 2

3 pada tahun 2013 dan 2014 (sampai November) cenderung terjadi peningkatan kasus yakni sebanyak 160 pada tahun 2013 dan 215 pada November 2014, dengan kendali glikemik buruk sebanyak 117 orang (42,2%) dan 111 orang (34,04%). Beberapa upaya telah dilakukan oleh Puskesmas Kembiritan dalam menjalankan program pengendalian DM untuk pasien yang datang, namun dilihat dari data kasus DM tipe 2 dengan kendali glikemik buruk dari tahun 2013 sampai 2014 justru terjadi peningkatan. DM dapat disebut juga dengan the silent killer sebab penyakit ini dapat menyerang beberapa organ tubuh dan mengakibatkan berbagai macam keluhan. DM tidak dapat disembuhkan tetapi glukosa darah dapat dikendalikan melalu 4 pilar penatalaksanaan DM seperti edukasi, diet, olah raga dan obat-obatan. Faktor yang dapat mempengaruhi pengendalian kadar gula darah yakni pengobatan DM yang bermanfaat untuk mempertahankan kadar gula darah dalam kisaran normal. Penderita DM tipe 2 dengan obesitas dapat melakukan pengontrolan kadar gula darah dengan mengatur pola makan dan berolahraga secara teratur, selain itu kepatuhan minum obat sangat mempengaruhi kadar gula darah pada penderita. Pemeriksaan awal yang dilakukan pada seseorang dengan riwayat keluarga DM dapat dilakukan pada usia kurang dari 45 tahun dan terutama yang memiliki faktor risiko seperti kadar kolesterol tinggi, hipertensi atau pun berasal dari ras yang berisiko tinggi mengidap DM tipe 2 (Maulana, 2008). Selain itu, untuk menjaga kadar gula darah agar tetap terkontrol sebaiknya penderita DM tipe 2 menjaga asupan gula, selalu rutin berolahraga, tidak merokok dan selalu menjalani pengobatan (Ahmad, 2014).

4 Pengelolaan DM yang tidak dilakukkan dengan baik, terutama pengendalian kadar gula darah dapat menimbulkan komplikasi. Beberapa penyakit yang dapat dikeluhkan akibat dari DM seperti gangguan penglihatan, katarak, penyakit jantung, gangguan ginjal, impotensi seksual, luka sulit sembuh dan membusuk (gangren), infeksi paru dan sebagainya. Tidak jarang penyakit DM dapat mengakibatkan kecacatan akibat terjadi pembusukan pada organ tubuh (Depkes, 2005). Selain komplikasi yang dapat ditimbulkan akibat tidak terkendalinya glukosa darah, penderita DM tipe 2 dengan glukosa darah puasa yang tidak terkendali merupakan penyebab risiko kematian akibat penyakit kardivaskuler tertinggi (Kaptoge et al, 2011; Sacks et al, 2002). Dampak yang ditimbulkan oleh DM tidak hanya pada kematian, tetapi sebagai penyakit yang diderita seumur hidup, sehingga memerlukan biaya besar untuk perawatan kesehatan penderita DM (IDF, 2011), oleh sebab itu sangat dipelukan program pengendalian DM tipe 2. DM tipe 2 dapat dihindari, ditunda kedatangannya atau dihilangkan dengan pengendalian faktor risiko (Kemenkes, 2010). Upaya yang dilakukan dalam pengendalian kadar gula darah untuk mencegah atau menghambat terjadinya komplikasi perlu dilakukan. Salah satu indikator pengendalian DM yang baik dengan menggunakan kadar gula darah puasa (PERKENI, 2011). Beberapa faktor yang turut memepengaruhi pengendalian glukosa darah pada penderita DM tipe 2 telah diteliti sebelumnya. Penelitian yang dilakukan salah satunya seperti umur, durasi penyakit dan obat-obatan, sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ahmad et al (2014), menyatakan bahwa usia yang

5 lebih tua dengan durasi yang lebih singkat dan menerima monoterapi menunjukkan kontrol glikemik yang lebih baik. Menurut Chua dan Chan (2011) penderita DM tipe 2 yang tingkat kepatuhan minum obatnya rendah memiliki kadar glukosa darah yang lebih tinggi. Faktor asupan juga dapat berperan dalam pengendalian kadar gula darah seperti karbohidrat, protein asupan lemak, serat dan indeks glikemi dalam pengendalian kadar gula darah (Imawati 2008). Aktivitas fisik juga dapat mempengaruhi kadar gula darah, sejalan dengan penelitian yang dilakukan Astuti (2013) menyatakan bahwa sebagian besar responden yang memiliki aktivitas sedang cenderung memiliki kendali kadar glukosa darah yang buruk. Menurut Ahmad (2014) menyatakan bahwa merokok merupakan salah satu faktor yang mengakibatkan kadar gula darah tidak terkendali. Beberapa penelitian yang telah dilakukan menemukan hasil yang berbeda-beda. Menurut kajian penulis hal tersebut lebih banyak disebabkan perbedaan metode yang digunakan, karakteristik sampel yang berbeda dan daerah serta fasilitas kesehatan yang berbeda. Melihat tingginya kejadian kadar gula darah tidak terkontrol pada studi penelitian yang dilakukan beberapa negara, menunjukkan bahwa pengendalian yang buruk pada penderita DM tipe 2 seperti pada 6 negara Amerika Latin mencapai 57% dan 12 negara di Asia yang mencapai 68%, maka dibutuhkan beberapa pencegahan untuk mengendalikan kadar gula darah seperti 4 pilar penatalaksanaan DM. Pencegahan hendaknya dilakukan dengan cermat untuk mencegah atau mengendalikan terjadinya komplikasi. Pengendalian kadar gula darah yang tidak terkontrol dapat disebabkan oleh kelainan sekresi insulin,

6 ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan insulin, yang ditandai dengan hyperglikemia. Berdasarkan data awal yang didapatkan dari register DM tipe 2 di Puskesmas Kembiritan, pada bulan Januari 2013 sampai dengan bulan November 2014 jumlah penderita DM tipe 2 masing-masing sebanyak 160 orang dan 215 orang, dengan kendali glikemik buruk sebanyak 117 orang (42,2%) dan 111 orang (34,04%). Cenderung terjadi peningkatan kasus dari tahun 2013 hingga tahun 2014. Banyaknya faktor yang berhubungan dengan pengendalian kadar gula darah pada penderita DM tentunnya membuat tindakan pengelolaan penyakit hendaklah dilakukan dengan cermat, untuk dapat mencegah atau mengendalikan terjadinya komplikasi. Mengingat DM merupakan penyakit yang diderita seumur hidup. Selain itu, dari beberapa hasil penelitian terdahulu menunjukkan hasil yang berbeda-beda pada tiap penelitian yang dilakukan, peneliti tertarik melihat beberapa faktor yang dapat pempengaruhi kendali glikemik seperti durasi penyakit, kepatuhan minum obat, kepatuhan diet, satus gizi, jarak fasilitas kesehatan, aktivitas fisik, pengetahuan dan merokok di Puskesmas Kembiritan, sehingga hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan dan upaya untuk pengendalian kadar gula darah. 1.2 Rumusan Masalah Puskesmas kembiritan merupakan puskesmas yang memiliki jumlah pasien lebih banyak dibandingkan dengan puskesmas lain yang ada di Kabupaten Banyuwangi dan diantaranya memiliki kendali glikemik buruk cukup tinggi. Berdasarkan uraian permasalahan tersebut, rumusan masalah dalam penelitian ini

7 adalah apakah faktor risiko kendali glikemik buruk pada penderita diabetes melitus tipe 2 di Puskemas Kembiritan Kabupaten Banyuwangi. 1.3 Pertanyaan Penelitian Apakah durasi penyakit, kepatuhan minum obat, kepatuhan diet, status gizi, aktivitas fisik, jarak fasilitas kesehatan, pengetahuan dan paparan asap rokok dapat meningkatkan risiko kendali glikemik buruk pada penderita diabetes melitus tipe 2? 1.4 Tujuan Penelitian 1.4.1 Tujuan Umum Mengetahui faktor risiko kendali glikemik buruk pada penderita diabetes melitus tipe 2 di Puskesmas Kembiritan Kabupaten Banyuwangi. 1.4.2 Tujuan Khusus 1. Mengetahui adanya hubungan antara durasi penyakit dengan kendali glikemik 2. Mengetahui adanya hubungan antara kepatuhan minum obat dengan kendali glikemik 3. Mengetahui adanya hubungan antara kepatuhan diet dengan kendali glikemik 4. Mengetahui adanya hubungan antara status gizi dengan kendali glikemik 5. Mengetahui adanya hubungan antara aktivitas fisik dengan kendali glikemik

8 6. Mengetahui adanya hubungan antara jarak fasilitas kesehatan dengan kendali glikemik 7. Mengetahui adanya hubungan antara pengetahuan dengan kendali glikemik 8. Mengetahui adanya hubungan antara paparan asap rokok dengan kendali glikemik 1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi dalam pengembangan pengetahuan tentang faktor risiko tidak terkendalinya gula darah dan menjadi acuan bagi calon peneliti selanjutnya, terutama yang berhubungan dengan diabetes melitus dan pengendalian gula darah. 1.5.2 Manfaat Praktis 1. Penelitian ini dapat menjadi masukan bagi penentu kebijakan, dinas kesehatan, puskesmas dan rumah sakit dalam mengembangkan program pengendalian gula darah. 2. Penelitian ini akan memberikan implikasi terhadap proses monitoring dan evaluasi program diabetes melitus. 3. Penelitian ini dapat dijadikan informasi bagi layanan pengendalian gula darah untuk meningkatkan program yang berkaitan dengan pengendalian gula darah.