KARKAS, DAN PENYEBARAN OTOT KAMBING KACANG JANTAN PENGGEMUKAN SECARA INTENSIF PADA BOBOT AWAL YANG BERBEDA

dokumen-dokumen yang mirip
MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Ternak Percobaan Kandang Bahan dan Alat Prosedur Persiapan Bahan Pakan

METODE. Materi. Pakan Pakan yang diberikan selama pemeliharaan yaitu rumput Brachiaria humidicola, kulit ubi jalar dan konsentrat.

Iskandar Sembiring, T. Marzuki Jacob, dan Rukia Sitinjak. Departemen Perternakan, Fakultas Pertanian USU

PROPORSI KARKAS DAN KOMPONEN-KOMPONEN NONKARKAS SAPI JAWA DI RUMAH POTONG HEWAN SWASTA KECAMATAN KETANGGUNGAN KABUPATEN BREBES

S. Mawati, F. Warastuty, dan A. Purnomoadi Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro, Semarang ABSTRAK

Gambar 1. Domba Penelitian.

Endah Subekti Pengaruh Jenis Kelamin.., PENGARUH JENIS KELAMIN DAN BOBOT POTONG TERHADAP KINERJA PRODUKSI DAGING DOMBA LOKAL

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Kandang Hewan Percobaan, Laboratorium fisiologi dan biokimia, Fakultas

Gambar 2. (a) Kandang Individu (b) Ternak Domba

D. Akhmadi, E. Purbowati, dan R. Adiwinarti Fakultas Peternakan Unuversitas Diponegoro, Semarang ABSTRAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan populasi yang cukup tinggi. Kambing Kacang mempunyai ukuran tubuh

Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan ABSTRAK

PENAMPILAN PRODUKSI DAN KUALITAS DAGING KERBAU DENGAN PENAMBAHAN PROBIOTIK, KUNYIT DAN TEMULAWAK PADA PAKAN PENGGEMUKAN SKRIPSI NOVARA RAHMAT

KARAKTERISTIK KARKAS KAMBING KACANG, KAMBING PERANAKAN ETTAWA, DAN KAMBING KEJOBONG JANTAN PADA UMUR SATU TAHUN

MATERI. Lokasi dan Waktu

PROPORSI DAGING, TULANG DAN LEMAK KARKAS DOMBA EKOR TIPIS JANTAN AKIBAT PEMBERIAN AMPAS TAHU DENGAN ARAS YANG BERBEDA

Reny Debora Tambunan, Reli Hevrizen dan Akhmad Prabowo. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Lampung ABSTRAK

BAB III MATERI DAN METODE. Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro, Semarang.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Karkas domba Lokal Sumatera (Tabel 9) mempunyai koefisien

TINGKAT KEMATIAN DAN PERTUMBUHAN PEDET SAPI BALI MELALUI PERBAIKAN MANAGEMEN DENGAN INTERVENSI PAKAN KONSENTRAT BERBAHAN LOKAL

HASIL DAN PEMBAHASAN

BOBOT POTONG, BOBOT KARKAS DAN NON KARKAS DOMBA LOKAL YANG DIGEMUKKAN DENGAN PEMBERIAN RANSUM KOMPLIT DAN HIJAUAN SKRIPSI AZIZ MEIARO H

Pertumbuhan dan Komponen Fisik Karkas Domba Ekor Tipis Jantan yang Mendapat Dedak Padi dengan Aras Berbeda

PRODUKTIVITAS KARKAS DAN KUALITAS DAGING SAPI SUMBA ONGOLE DENGAN PAKAN YANG MENGANDUNG PROBIOTIK, KUNYIT DAN TEMULAWAK

PEMANFAATAN KULIT DAGING BUAH KOPI YANG DIAMONIASI PADA PAKAN DOMBA TERHADAP PERSENTASE NON KARKAS DOMBA LOKAL JANTAN LEPAS SAPIH SKRIPSI

PENGARUH KUALITAS PAKAN TERHADAP KEEMPUKAN DAGING PADA KAMBING KACANG JANTAN. (The Effect of Diet Quality on Meat Tenderness in Kacang Goats)

KAJIAN PERTUMBUHAN KARKAS DAN BAGIAN NON KARKAS KAMBING LOKAL JANTAN PASCA PEMBERIAN ASAM LEMAK TERPROTEKSI

Animal Agricultural Journal, Vol. 1. No. 1, 2012, p Online at :

KOMPOSISI FISIK POTONGAN KOMERSIAL KARKAS DOMBA LOKAL JANTAN DENGAN RASIO PEMBERIAN PAKAN YANG BERBEDA SELAMA DUA BULAN PENGGEMUKAN

PERSENTASE KARKAS DAN NON KARKAS DOMBA LOKAL JANTAN DENGAN METODE PEMBERIAN PAKAN YANG BERBEDA

Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2009

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Hewan

BAB III MATERI DAN METODE. berbeda dilaksanakan mulai bulan Maret sampai Agustus 2016 di kandang domba

TERNAK KAMBING 1. PENDAHULUAN 2. BIBIT

PENGGUNAAN PELEPAH KELAPA SAWIT FERMENTASI DENGAN BERBAGAI LEVEL BIOMOL + PADA PAKAN TERHADAP KARKAS DOMBA LOKAL JANTAN SKRIPSI

EDIBLE PORTION DOMBA LOKAL JANTAN DENGAN PAKAN RUMPUT GAJAH DAN POLLARD

PEMANFAATAN LIMBAH SAYUR FERMENTASI TERHADAP PERSENTASE KARKAS PADA DOMBA LOKAL

PENDAHULUAN. Saat ini kebutuhan manusia pada protein hewani semakin. meningkat, yang dapat dilihat dari semakin banyaknya permintaan akan

(Utililization of The Rice Straw with Feed Processing Technology For Non Carcass and Boneless Percentage on Local Rams

PARAMETER TUBUH DAN SIFAT-SIFAT KARKAS SAPI POTONG PADA KONDISI TUBUH YANG BERBEDA SKRIPSI VINA MUHIBBAH

YIELD GRADE DAN RIB EYE MUSCLE AREA KAMBING KACANG JANTAN DENGAN BERBAGAI KADAR PROTEIN DAN ENERGI PAKAN

PENGARUH PEMBERIAN TEPUNG AMPAS TAHU DI DALAM RANSUM TERHADAP BOBOT POTONG, BOBOT KARKAS DAN INCOME OVER FEED COST AYAM SENTUL

Sistem Usahatani Terpadu Jagung dan Sapi di Kabupaten Takalar Provinsi Sulawesi Selatan

PERSENTASE KARKAS DAN KOMPONEN NON KARKAS KAMBING KACANG JANTAN AKIBAT PEMBERIAN PAKAN DENGAN KADAR PROTEIN DAN ENERGI YANG BERBEDA SKRIPSI.

Muhamad Fatah Wiyatna Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan di Kandang Peternakan Koperasi PT Gunung

Hubungan Antara Bobot Potong... Fajar Muhamad Habil

PENGGUNAAN PELEPAH DAUN KELAPA SAWIT DENGAN PERLAKUAN FISIK, KIMIA, BIOLOGI DAN KOMBINASINYA TERHADAP PERFORMANS DOMBA LOKAL JANTAN

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. adalah Day Old Duck (DOD) hasil pembibitan generasi ke-3 sebanyak 9 ekor itik

SKRIPSI. Oleh RIFA TIKA SARI

Hasnudi dan Tri Hesti Wahyuni. (Staf Pengajar Departemen Peternakan Fakultas Pertanian USU)

POTONGAN KOMERSIAL KARKAS KAMBING KACANG JANTAN DAN DOMBA LOKAL JANTAN TERHADAP KOMPOSISI FISIK KARKAS, SIFAT FISIK DAN NILAI GIZI DAGING

HUBUNGAN ANTARA BOBOT POTONG DENGAN YIELD GRADE DOMBA (Ovis aries) GARUT JANTAN YEARLING

POTONGAN KOMERSIAL DAN IMBANGAN DAGING-TULANG KARKAS PADA DOMBA EKOR GEMUK DENGAN PEMBERIAN PAKAN SIANG DAN / ATAU MALAM SKRIPSI OLEH :

HUBUNGAN BUTT SHAPE KARKAS SAPI BRAHMAN CROSS TERHADAP PRODUKTIVITAS KARKAS PADA JENIS KELAMIN YANG BERBEDA

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. karena karakteristiknya, seperti tingkat pertumbuhan cepat dan kualitas daging cukup

SIFAT-SIFAT KUANTITATIF KAMBING KACANG BETINA SEBAGAI SUMBER BIBIT DI KECAMATAN LEMAHSUGIH KABUPATEN MAJALENGKA

SELISIH PROPORSI DAGING, LEMAK DAN TULANG DOMBA EKOR TIPIS YANG DIBERI PAKAN UNTUK HIDUP POKOK DAN PRODUKSI

KARAKTERISTIK KARKAS SAPI JAWA (STUDI KASUS DI RPH BREBES, JAWA TENGAH)

TUMBUH KEMBANG TUBUH TERNAK

Tatap muka ke : 10 POKOK BAHASAN VII VII. SISTEM PRODUKSI TERNAK KERBAU

EDIBLE PORTION DOMBA LOKAL JANTAN YANG MENDAPAT PAKAN LUMPUR LIMBAH FERMENTASI TETES TEBU (LFTT) DALAM KONSENTRAT DENGAN ARAS BERBEDA

KARAKTERISTIK KARKAS DOMBA LOKAL JANTAN YANG DIGEMUKKAN SECARA FEEDLOT DENGAN PAKAN KOMPLIT BERKADAR PROTEIN DAN ENERGI YANG BERBEDA

ANALISIS TUMBUH KEMBANG KARKAS SAPI BALI JANTAN DAN BETINA DARI POLA PEMELIHARAAN EKSTENSIF DI SULAWESI TENGGARA. Oleh: Nuraini dan Harapin Hafid 1)

KARAKTERISTIK KARKAS DAN BAGIAN-BAGIAN KARKAS SAPI PERANAKAN ONGOLE JANTAN DAN BETINA PADA PETERNAKAN RAKYAT DI PROVINSI SULAWESI TENGGARA

PEMANFAATAN AMPAS SAGU FERMENTASI DAN NON FERMENTASI DALAM RANSUM TERHADAP KARKAS AYAM KAMPUNG (Gallus domesticus) UMUR 12 MINGGU

VIII. PRODUKTIVITAS TERNAK BABI DI INDONESIA

RESPONS KOMPOSISI TUBUH DOMBA LOKALTERHADAP TATA WAKTU PEMBERIAN HIJAUAN DAN PAKAN TAMBAHAN YANG BERBEDA

MATERI DAN METODE. Materi. Tabel 2. Komposisi Zat Makanan Ransum Penelitian Zat Makanan Jumlah (%)

KINERJA AYAM KAMPUNG DENGAN RANSUM BERBASIS KONSENTRAT BROILER. Niken Astuti Prodi Peternakan, Fak. Agroindustri, Univ. Mercu Buana Yogyakarta

SKRIPSI BERAT HIDUP, BERAT KARKAS DAN PERSENTASE KARKAS, GIBLET

TINJAUAN PUSTAKA. Gaduhan Sapi Potong. Gaduhan adalah istilah bagi hasil pada bidang peternakan yang biasanya

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan

PEMANFAATAN KULIT DAGING BUAH KOPI YANG DIAMONIASI PADA PAKAN DOMBA TERHADAP PERFORMANS DOMBA LOKAL JANTAN LEPAS SAPIH

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Konsumsi Pakan

Hubungan antara Umur dengan Berat Karkas Depan (Fore Quarter) Ditinjau dari Potongan Primal Sapi Bali Jantan

Distribusi komponen karkas sapi Brahman Cross (BX) hasil penggemukan pada umur pemotongan yang berbeda

Pengaruh Jarak Waktu Pemberian Pakan Konsentrat dan Hijauan Terhadap Produktivitas Kambing Peranakan Etawah Lepas Sapih

AGROVETERINER Vol.5, No.2 Juni 2017

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pengaruh perlakuan terhadap Konsumsi Bahan Kering dan Konsumsi Protein Ransum

I PENDAHULUAN. beberapa tahun terakhir ini mengalami peningkatan. Keadaan ini disebabkan oleh

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Ternak Pakan

EFEK PENGGUNAAN KONSENTRAT PABRIKAN DAN BUATAN SENDIRI DALAM RANSUM BABI STARTER TERHADAP EFISIENSI PENGGUNAAN RANSUM. S.N.

I. MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan April sampai dengan Mei 2015 di

PENDAHULUAN. yaitu ekor menjadi ekor (BPS, 2016). Peningkatan

PENGARUH SUBSTITUSI RUMPUT GAJAH DENGAN LIMBAH TANAMAN SAWI PUTIH FERMENTASI TERHADAP PENAMPILAN PRODUKSI DOMBA LOKAL JANTAN EKOR TIPIS SKRIPSI

Performans Pertumbuhan Itik Talang Benih Jantan dan Betina yang Dipelihara secara Intensif

PERTUMBUHAN DAN KONVERSI PAKAN ULAT TEPUNG (Tenebrio molitor L.) PADA KOMBINASI PAKAN KOMERSIAL DENGAN DEDAK PADI, ONGGOK DAN POLLARD

TINGKAH LAKU MAKAN KAMBING KACANG YANG DIBERI PAKAN DENGAN LEVEL PROTEIN-ENERGI BERBEDA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Bangkok dengan betina ras petelur tipe medium keturunan pertama pada umur

TINJAUAN PUSTAKA. perkembangan di Inggris dan Amerika Serikat, itik ini menjadi popular. Itik peking

Pengaruh Penggunaan Zeolit dalam Ransum terhadap Konsumsi Ransum, Pertumbuhan, dan Persentase Karkas Kelinci Lokal Jantan

PENDAHULUAN. Tujuan utama dari usaha peternakan sapi potong (beef cattle) adalah

Pengaruh Tingkat Penambahan Tepung Daun Singkong dalam Ransum Komersial terhadap Performa Broiler Strain CP 707

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Objek penelitian yang digunakan adalah Itik Peking Mojosari Putih (PMp)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Ternak Domba

KAJIAN PEMANFAATAN PAKAN LOKAL DAN UREA MOLASES BLOK (UMB) UNTUK PENGGEMUKAN SAPI POTONG DI KABUPATEN PINRANG SULAWESI SELATAN

KOMPOSISI KIMIA DAGING KAMBING KACANG JANTAN YANG DIBERI PAKAN DENGAN KUALITAS BERBEDA

Transkripsi:

KARKAS, DAN PENYEBARAN OTOT KAMBING KACANG JANTAN PENGGEMUKAN SECARA INTENSIF PADA BOBOT AWAL YANG BERBEDA (Carcass and Muscle Distribution of Male Kacang Goat from Intensive Fattening with Different Initial Weight) Muhammad Hatta, Sudirman Baco, dan Basit Wello Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin Jl. Perintis Kemerdekaan Km. 10, Makassar, 90245. Email: Dira_hatta@yahoo.com ABSTRACT Kacang Goat is one of Indonesian native livestock having high potency of production that have to be preserved, especially in South Sulawesi. The purpose of this study was to evaluate carcass percentage of commercial cuts as well as muscle distribution of male kacang goat under intensive fattening system with different initial body weight. Twenty one male of kacang goats were randomly divided into three groups according to their initial body weight. The experiment was carried out according to completely randomized design consisted of three treatments (age group) and seven replications for each treatment. The animals were reared under intensive fattening system for three months. At the initial period of the experiment, each goat was weighed to obtained the initial body weight. At the end of the experimental period, each animal was weighed to obtain the slaughtered weight of each animal. Following the slaughter, carcass processing was performed for each animal. The carcass and carcass cuts then were weighed. The results of study showed that animals having a heavier initial body weight grew faster, had higher carcass percentage, and had lower non carcass percentage.the growth of male kacang goat muscle was evenly distributed. Key words: Goats, Intensive, Characteristics, Muscles, Growth, Weight early and Fattening ABSTRAK Kambing Kacang merupakan ternak asli Indonesia yang memiliki potensi tinggi perlu dilestarikan khususnya di Sulawesi Selatan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengamati persentase karkas dan potongan komersilnya serta penyebaran otot kambing kacang jantan yang digemukkan secara intesif pada bobot awal yang berbeda. Sebanyak 21 ekor kambing kacang jantan secara acak dibagi kedalam tiga kelompok menurut berat awal ternak. Percobaan dilaksanakan menurut rancangan acak lengkap terdiri dari tiga perlakuan (kelompok bobot badan awal) dan tujuh ulangan untuk setiap perlakuan. Ternak percobaan dipelihara dengan sistem penggemukan yang intensif selama tiga bulan. Pada wal percobaan, setiap ternak ditimbang untuk mendapatkan informasi berat awal ternak. Pada akhir periode percoban, setiap ternak ditimbang untuk mendapatkan data bobot potong. Setelah pemotongan, dilakukan proses pengkarkasan, penimbangan karkas dan potongan karkas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ternak yang memiliki bobot awal yang lebih besar memilikipertumbuhan lebih cepat, persentase karkas lebih tinggi, dan persentase non karkas lebih rendah. Otot kambing kacang jantan pertumbuhannya menyebar secara merata. Kata kunci : Kambing, Intensif, Karakteristik, Otot, Pertumbuhan, Bobot awal dan Penggemukan PENDAHULUAN Kambing Kacang merupakan ternak asli Indonesia yang banyak dipelihara oleh petani di Sulawesi Selatan. Hal tersebut disebabkan ternak tersebut memiliki beberapa keunggulan yang antara lain, tidak selektif dan mampu memanfaatkan pakan yang berkualitas rendah, memiliki tingkat adaptasi terhadap lingkungan tropik yang cukup tinggi bahkan dapat hidup dan berproduksi baik di lahan kritis. Kambing Kacang sudah lama diusahakan oleh petani atau masyarakat sebagai usaha sampingan atau tabungan karena pemeliharaan dan pemasaran hasil produksi (baik daging, susu, kotoran maupun kulitnya) relatif mudah. Meskipun 7

JITP Vol. 4 No. 1, Januari 2015 secara tradisional menduduki posisi ke dua dari ternak non unggas setelah ternak sapi di Sulawesi Selatan telah memberikan hasil yang lumayan, jika pemeliharaannya ditingkatkan (menjadi semi intensif atau intensif), pertambahan berat badannya dapat mencapai 50 150 gram per hari. Peranan kambing terhadap kontribusi penyediaan daging cukup signifikan dengan populasi 407.246 ekor dan produksi daging 742.260 kg pada tahun 2009 (BPS SulSel, 2010). Melihat dari tingkat pemotongan dan produksi daging, kambing mempunyai tingkat pemotongan sangat tinggi (r = 24,09%). Hal ini menggambarkan bahwa kebutuhan kambing masyarakat sangat tinggi untuk konsumsi lokal Sulawesi Selatan. Jika hal ini tidak segera dilakukan antisipasi bagaimana meningkatkan populasi dan produktifitas maka maka kambing Kacang menjadi langkah akibatnya mengganggu ketahanan pangan masyarakat. Oleh karena itu perlu upaya sistimatik dan terstruktur dalam pengembangan kambing untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat bahkan untuk mendukung Program Swasembada Daging (PSDS) tahun 2014 dan Program Nasional Kecukupan Daging yang telah dicanangkan oleh pemerintah. Berdasarkan Rencana Induk Penelitian Universitas Hasanuddin dan Road Map Laboratorium dan Prodi Produksi Ternak Fakultas Peternakan, ternak kambing sebagai ternak potong dan kebutuhan ritual masyarakat, menjadi prioritas utama dalam pengembangan komoditas unggulan pada bidang peternakan. Oleh karena itu Tema rencana penelitian berbasis Kompetensi Laboratorium yang diusulkan adalah Karakterisasi karkas, non-karkas dan penyebaran otot karkas bernilai ekonomi tinggi pada kambing Kacang penggemukan. Tema ini diusulkan dengan pertimbangan bahwa meskipun kambing Kacang memiliki keunggulan sebagaimana tersebut di atas tetapi perlu diperbaikan penampilannya atau tingkat produktifitasnya. Dengan demikian kebutuhan masyarakat akan daging dan kambing hidup untuk ritual dapat terpenuhi dan sekaligus menambah pendapatan masyarakat petani ternak kambing di Sulawesi Selatan. Secara fenotifik, kambing Kacang tidak mengalami peningkatan populasi dan performans yang dipelihara masyarakat dengan sistem tradisional oleh karena managemen pemeliharaan dan sistem pembiakan belum banyak tersentuh oleh teknologi bahkan beberapa peneliti menduga terjadi penurunan performans karena terjadi silang dalam (inbreeding) yang tinggi. Rendahnya perkembangan populasi kambing di Indonesia terutama juga disebabkan tingginya tingkat pemotongan dan efisiensi reproduksi yang relatif rendah (Setiadi, 1996). Pada umumnya manajemen pemeliharaan kambing Kacang di masyarakat masih bersifat tradisional dan akibatnya produktifitas ternak rendah. Dengan sistem pemeliharaan seperti itu, tidak mampu mengeksploitasi potensi ternak meskipun secara genetik ternak tersebut memiliki potensi produktifitas tinggi. Dengan perbaikan manajemen melalui pola pemeliharaan Semi-Intensif atau intensif dengan pakan yang berkualitas baik diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan. Permasalahannya adalah apakah pertumbuhan yang tinggi melalui penggemukan juga diikuti oleh pertumbuhan dan penyebaran otot-otot karkas yang bernilai ekonomi tinggi pada ternak kambing. Studi tentang hal ini belum banyak dilakukan pada kambing Kacang. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian bagaimana karakteristik pertumbuhan, dan penyebaran otot pada kambing Kacang baik jantan yang digemukkan secara Intensif dengan bobot awal yang berbeda. Dengan pertumbuhan dan penyebaran otot-otot yang bernilai ekonomi tinggi yang banyak, maka terjadi efisiensi produksi sehingga pendapatan petani meningkat dengan demikian kesejahteraan petani ternak kambing juga mengalami peningkatan. Tujuan Penelitian ini adalah untuk melihat pola pertumbuhan, dan penyebaran otot-otot yang bernilai ekonomi tinggi pada kambing kacang jantan yang digemukkan secara intensif dengan bobot awal penggemukan berbeda. MATERI DAN METODE Penelitian dilakukan di Laboratorium Ternak Potong dan Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak Universitas Hasanuddin Makassar. Jenis kambing yang digunakan ialah kabing kacang jantan sebanyak 21 ekor, berumur 1 tahun dengan bobot awal yang berbeda sebagai perlakuan. Penelitian disusun berdasarkan rancangan acak lengkap (RAL) dengan tiga perlakuan berat awal kambing (ringan, sedang, berat) dan 7 ulangan. Pemeliharaan dilakukan dalam kandang individu dengan memberikan pakan konsentrat dan hijauan selama tiga bulan. Komposisi pakan konsentrat yang diberikan dapat dilihat pada Tabel 1. Pakan konsentrat dibuat dengan berbasis bahan lokal, murah dan mudah diperoleh dengan ketersedian sepanjang waktu. Pakan konsentrat diberikan 8

M. Hatta, dkk pada pagi hari sebelum pemberian pakan hijauan. Pakan hijauan 2-3 kali per hari secara ad-libitum. Selain pemberian pakan, kesehatan ternak tetap selalu terkontrol melalui sanitasi kandang yang baik, pemberian obat-obatan dan vaksinasi. Pemeliharaan ternak secara umum tetap menerapkan Good Management Practice (GMP). Penimbangan berat badan dan pengukuran dimensi tubuh dilakukan secara berkala selama penelitian untuk mengetahui tingkat pertumbuhan ternak. Pada akhir penelitian dilakukan pemotongan pada setiap unit ternak percobaan. Prosedur pemotongan dimulai dari pemuasaan ternak yang akan dipotong untuk memperkecil variasi bobot potong akibat isi saluran pencernaan dan untuk mempermudah pelaksanaan pemotongan. Pemotongan ternak dilakukan dimulai dengan memotong leher hingga vena jugularis, oesophagus, dan trachea terputus agar terjadi pengeluaran darah yang sempurna. Kemudian ujung oesophagus diikat agar cairan rumen tidak keluar apabila ternak tersebut digantung. Kepala dilepaskan dari tubuh pada sendi occipito-atlantois. Kaki depan dan kaki belakang dilepaskan pada sendi carpo-metacarpal dan sendi tarso-metatasal. Selanjutnya ternak tersebut digantung pada tendo-achiles pada kedua kaki belakang, kemudian kulitnya dilepas. Karkas segar diperoleh setelah semua organ tubuh bagian dalam dikeluarkan, yaitu hati, impa, jantung, paru-paru, trachea, alat pencernaan, empedu, dan pankreas kecuali ginjal. Bobot yang diperoleh dari selisih bobot potong (bobot tubuh puasa) dengan bobot darah, kepala, kaki, kulit, organ tubuh bagian dalam (selain ginjal), Tabel 1. Komposisi bahan konsentrat penelitian No. Bahan Komposisi (%) 1. Dedak Padi 35,0 2. Jagung 36,0 3. Bungkil Kelapa 15,0 4. Molases 0.25 5. Mineral 0.5 6. Urea 2.0 7. Garam 1,0 8. Probiotik 0.25 9 Tepung ikan 10 dan alat reproduksi serta ekor disebut bobot karkas segar (bobot karkas panas). Karkas segar ini kemudian dibelah secara simentris sepanjang tulang belakangnya dari leher (Ossa vertebrae cervicalis) sampai sakral (Ossa vertebrae sacralis) dan ditimbang bobotnya (bobot karkas segar kiri dan kanan). Karkas sebelah kiri dimasukkan ke dalam kantong plastik yang diikat, lalu disimpan di ruang pelayuan selama 4 jam. Karkas kiri yang telah dikeluarkan dari ruang pelayuan ditimbang bobotnya (bobot karkas kiri layu). Selanjutnya karkas kiri diuraikan menjadi delapan potongan komersial menurut FAO (1991) yaitu paha (leg), pinggang (loin), rusuk dada (rib), bahu (shoulder), perut dada (breast), leher (neck), lengan (shank), dan lekuk lapar (flank), kemudian masing-masing ditimbang. Parameter pertumbuhan (Berat awal, PBB, berat akhir), dimensi tubuh, karkas, non-karkas, otot karkas, lemak dianalisis dengan analisis varians berdasarkan rancangan acak lengkap (RAL), sementara data parameter dengan data kuantitatif nominal atau data kualitatif dianalisis dengan analisis deskritif. HASIL DAN PEMBAHASAN Persentase karkas kambing kacang yang memiliki bobot badang awal berbeda pada awal penggemukan dapat dilihat pada Gambar 1. Berdasarkan Gambar 1. Tersebut diketahui bahwa ada perbedaan yang mencolok antara persentase karkas kambing kacang dengan bobot awal yang lebih ringan (39.6%) jika dibandingkan dengan yang memiliki bobot awal penggemukan sedang (42.7%) dan berat ( 43%). Hasil penelitian ini lebih rendah jika dibandingkan dengan hasil penelitian Hatta (2011) yaitu persentase karkas kambing kacang jantan 46%. Antara kambing kacang bobot awal sedang dengan berat hampir sama. Hal ini mungkin disebabkan karena skor penggemukan belum mencapai maksimum atau dengan kata lain kambing hasil penggemukan tersebut belum mencapai tingkat kegemukan maksimum. Indikasi ini dapat kita lihat pada jumlah lemak pelvis dan lemak ginjal masih sedikit. Menurut Soeparno (1994) faktor-faktor yang mempengaruhi produksi karkas ternak potong dipengaruhi umur ternak, jika umur bertambah bobot hidup bertambah maka karkas baik dalam gram maupun persen bertambah pula. Selanjutnya dikatakan bahwa karkas merupakan tolok ukur produktivitas ternak potong karena karkas merupakan bagian dari 9

JITP Vol. 4 No. 1, Januari 2015 Gambar 1. Persentase karkas kambing kacang jantan dengan berat badan awal yang berbeda setelah dipelihara secara intensif ternak yang benilai ekonomi tinggi. Hal ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Berg dan Butterfield, (1976) yang menyatakan bahwa semakin tinggi bobot potong semakin tinggi pula berat karkas. Persentase berat potongan karkas kambing kacang yang digemukkan dengan sistim pemeliharaan intensif pada bobot awal yang berbeda disajikan pada Tabel 2. Terdapat perbedaan sekitar 5% antara kategori rendah dengan kategori sedang dan berat, sementara kategori sedang dengan berat hanya kurang lebih 1%. Namun demikian hasil uji statistik tidak menunjukkan perbedaan yang nyata, baik antara kategori ringan, sedang maupun berat. Hal ini mungkin disebabkan karena kurangnya unit percobaan yang digunakan. Namun demikian, hasil pada penelitian ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Judge et al.,(1989), bahwa potongan karkas kambing lokal pada boobot potong 15 kg adalah Leg (34.47%), loin (9.4% dan shoulder (21.87%). Menurut Triatmojo (1988) menyatakan bahwa potongan leg, loin dan shoulder kambing lokal berturut-turut adalah 39.0%, 7.0% dan 26.0%. Perbedaan ini mungkin disebabkan oleh tingkat kegemukan ternak yang berbeda. Menurut Johnson dan Priyanto (1983), ternak yang lebih gemuk memiliki persentase karkas lebih tinggi dibanding ternak yang kurus. Persentase berat daging potongan karkas kambing kacang yang digemukkan dengan sistim pemeliharaan intensif pada bobot awal yang berbeda dapat kita lihat pada Tabel 3. Persentase berat potongan leg pada kambing kacang hasil penggemukan dengan hasil penggemukan yang dikategorikan bobot awal ringan (A) adalah 12.54%, kategori sedang (B) 21.0 dan kategori berat (C) 22.6%. Potongan loin (A) 4.36, B (4.7) dan C (5.0) persen. Sedangkan Potongan Shoulder Berturut turut A (2.2.6,B (2.8) dan C (2.7) persen. Terdapat perbedaan sekitar 0.34% antara kategori rendah dengan kategori sedang, 0.6% dengan kategori berat. Sedangkan antara kategori sedang dengan berat hanya kurang lebih 0.3 % untuk potongan loin. Sedangkan untuk potongan Shoulder adalah antara perlakuan A dengan B perbedaannya sekitar 0.2%, sedangkan antara A dengan C hanya 0.1% Namun berdasarkan uji statistik pada alfa 5% tidak menunjukkan perbedaan yang nyata, baik antara kategori ringan, sedang maupun berat. Triatmojo (1988) menyatakan bahwa potongan leg, loin dan shoulder kambing lokal berturut-turut adalah 39.0%, 7.0% dan 26.0%. Perbedaan ini mungkin disebabkan oleh tingkat kegemukan ternak yang berbeda. Menurut Tabel 2. Persentase berat potongan karkas kambing kacang jantan hasil penggemukan yang dipelihara secara intensif Bobot badan awal Bagian Karkas (%) Leg Loin Soulder Ringan 26.7 6.6 21.7 Sedang 31.8 7.3 26.9 Berat 30.7 6.7 27.9 Rataan 29.7 6.9 25.5 10

M. Hatta, dkk Tabel 3. Persentase berat daging pada potongan karkas kambing kacang jantan hasil penggemukan yang dipelihara secara intensif Bobot badan awal Bagian Karkas (%) Leg Loin Soulder Ringan 12.54 4.36 2.6 Sedang 21.0 4.7 2.8 Berat 22.6 5.0 2.7 Rataan 18.7 4.7 2.7 Johnson dan Priyanto (1983), ternak yang lebih gemuk memiliki persentase karkas lebih tinggi dibanding ternak yang kurus. Selanjutnya Soeparno (1994) menyatakan bahwa perbedaan komposisi tubuh dan karkas ternak yaitu antara daging dan lemak tergantung kepada bobot saat dewasa dan bobot potong. KESIMPULAN DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2009. Panduan Lengkap SPPS 12,0 for Windows. Penerbit Andi. Yogyakarta. Berg, R. T. dan R. Butterfield. 1976. New Concept of Cattle Growth. Sidney University Press, Sydney BPS SulSel. 2010. Sulawesi Selatan dalam anggka. Pemerintah Propinsi Sulawesi Selatan, Makassar Hatta, M. 2011. Produktifitas kambing kacangyang dipelihara secara tradisional. J. Jupiter. UPT Perputakaan Unhas. 9(3) : 48 57 Setiadi, B. 1996. Pertumbuhan, perkembangan dan komposisi Karkas kambing. Wartazoa, 5(1): 12-16. Soeparno. 1994. Ilmu dan Teknologi Daging. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta Speedy, A.W. 1980. Sheep Production. Longmann, London Triatmojo, S. 1988. Studi Pengaruh Level Protein Pakan terhadap Pertumbuhan Komposisi karkas Domba Lokal Jantan. [tesis]. Fakultas Pascasarjana Universitas Gajah Mada, Jokyakarta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ternak yang memiliki bobot awal yang lebih besar memilikipertumbuhan lebih cepat, persentase karkas lebih tinggi, dan persentase non karkas lebih rendah. Otot kambing kacang jantan pertumbuhannya menyebar secara merata. 11