MENTERIKEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN

dokumen-dokumen yang mirip
SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 139 /PMK.06/2009 TENTANG

!'VI.

Yth. 1. Perusahaan Asuransi; 2. Perusahaan Asuransi Syariah; 3. Perusahaan Reasuransi; dan 4. Perusahaan Reasuransi Syariah di tempat.

2013, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuangan

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 12/ 21 /PBI/2010 TENTANG RENCANA BISNIS BANK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

MENTERIKEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN

2015, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuang

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 106/PMK.06/2017 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 106/PMK.06/2017 TENTANG

RANCANGAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.05/2014

MENTER! KEUANGAN REPUBLIK JNQONESIA SALIN AN

2016, No Proyek/Kegiatan melalui penerbitan Surat Berharga Syariah Negara; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 37 /POJK.03/2016 TENTANG RENCANA BISNIS BANK PERKREDITAN RAKYAT DAN BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH

MENTERIKEUANGAN REPUBUK INDONESIA SP...LINAN

MENTERIKEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 5 /POJK.03/2016 TENTANG RENCANA BISNIS BANK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERIKEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN

PERMINTAAN TANGGAPAN ATAS RANCANGAN SURAT EDARAN OJK

KEMENTERIAN BADAN USAHA MILIK NEGARA SALINAN KEPUTUSAN MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA NOMOR : KEP- 102/M-BUMN/2002 TENTANG

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 37 /POJK.03/2016 TENTANG RENCANA BISNIS BANK PERKREDITAN RAKYAT DAN BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH

2017, No penerimaan negara bukan pajak dari hasil pengelolaan kekayaan negara yang dipisahkan; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana d

- 1 - PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 46 / PMK.02 / 2006 TENTANG TATA CARA PENYAMPAIAN INFORMASI KEUANGAN DAERAH MENTERI KEUANGAN,

MENTERJKEUANGAN REPUBUK JNDONESJA SALIN AN TENT ANG DA A OPERASIONAL BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KETENAGAKERJAAN TAHUN 2017

MENTERIKEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN

MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN 198/PMK.07/2016

MENTERIKEUANGAN REPUBLlK IN!;)ONESIA SALIN AN

MENTER!KEUANGAN REPUBUK INDONESIA SALIN AN PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK I N DONESIA NOMOR 174 /PMK.08/2016

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 52 /SEOJK.03/2016 TENTANG RENCANA BISNIS BANK PERKREDITAN RAKYAT

MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, SALIN AN PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 136/PMK.05/2016

MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN

MENTERIKEUANGAN REPUBLIK INQONESIA SALIN AN

MENTERIKEUANGAN REPUBL!K INDONESIA SALIN AN PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG

MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN

PERMINTAAN TANGGAPAN ATAS RANCANGAN SURAT EDARAN OJK

MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SP...LINAN PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA TENT ANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTER!

MENTERIKEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 214 /PMK.05/2016 TENT ANG TATA CARA PEMBAYARAN GAJI

MENTERIKEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179/PMK.04/2016 TENT ANG REGISTRASI KEPABEANAN

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/25/PBI/2004 TENTANG RENCANA BISNIS BANK UMUM GUBERNUR BANK INDONESIA,

- 1 - PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 199/PMK.010/2008 TENTANG INVESTASI DANA PENSIUN MENTERI KEUANGAN,

MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 213 /PMK.07/2015 '

MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONES!A SALIN AN

PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 212 /PMK. 08/2016 TENTANG LAPC)RAN PERTANGGUNGJAWABAN BANK INDONESIA ATAS

MENTERIKEUANGAN REPUBLIK INDONESlA SALIN AN

2017, No unit akuntansi kuasa pengguna anggaran pada Kementerian Badan Usaha Milik Negara; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimak

MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INQONESIA &ALINAN

MENTERIKEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 /PMK TENTANG

MENTER!KEUANGAN REPUBLIK!NDONES!A SALIN AN

MENTERIKEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN

MENTERIKEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERUBAHAN ATAS PE RATURAN MENTER!

MENTER!KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN

(4) dan Pasal 6C ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor /PMK.02/2015 MENTERIKEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN

MENTERIKEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN

MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

2018, No Nomor 50, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3263) sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Undang-

MENTER!KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN

2016, No Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2016; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2015 tentang Angga

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20/PMK.01/2007

RANCANGAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.03/2016 TENTANG RENCANA BISNIS BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH

SALINAN KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 511 /KMK.06/2002 TENTANG INVESTASI DANA PENSIUN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

MENTERIKEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN

MENTERIKEUANGAN REPUBLIK INDONES!A SALIN AN

SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.03/2016 TENTANG RENCANA BISNIS BANK PERKREDITAN RAKYAT

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 122/PMK.04/2017 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 122/PMK.04/2017 TENTANG PENUNDAAN PEMBAYARAN UTANG BEA MASUK, BEA KELUAR,

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 119/PMK.05/2007 TENTANG

MENTER!KEUANGAN REPUBUK INDONESIA SALIN AN PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLI ' K IN DONESIA NOMOR 144 /PMK.02/2016 TENT ANG

MENTERIKEUANGAN REPUBUK INDONESIA SALIN AN

MENTERIKETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 76/PMK.05/2008 TENTANG PEDOMAN AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN BADAN LAYANAN UMUM MENTERI KEUANGAN,

- 1 - MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

2017, No /PMK.05/2016 tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Badan Layanan Umum; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dima

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 13/POJK.03/2015 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT

2017, No nilai kekayaan awal Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 511/KMK.06/2002 TENTANG INVESTASI DANA PENSIUN

MENTERIKEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 270/PMK TENTANG

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 12/ 21 /PBI/2010 TENTANG RENCANA BISNIS BANK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

2016, No Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494); 2. Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin P

2017, No Negara Republik Indonesia Nomor 4916); 3. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2009 tentang Pos (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009

MENTERIKEUANGAN REPUBLlK INDONESIA SALIN AN

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 143 /PMK.010/2009 TENTANG PRINSIP MENGENAL NASABAH LEMBAGA PEMBIAYAAN EKSPOR INDONESIA

MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN

-2- memberikan pertimbangan atas Rancangan Revisi Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintah 06 tentang Akuntansi Investasi (Revisi 2016); e. bahwa berda

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 44 /PMK.05/2009 TENTANG RENCANA BISNIS DAN ANGGARAN SERTA PELAKSANAAN ANGGARAN BADAN LAYANAN UMUM

MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 17/PMK.05/2007 TENTANG

PERATURAN BERSAMA MENTERI KEUANGAN DAN MENTERI NEGARA BADAN USAHA MILIK NEGARA NOMOR 23/PMK.01/2007 NOMOR PER-04/MBU/2007 TENTANG

MENTERIKEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN

2017, No (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 179, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5724); 2. Peraturan Presi

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 141 /PMK.010/2009 TENTANG PRINSIP TATA KELOLA LEMBAGA PEMBIAYAAN EKSPOR INDONESIA

2017, No Keuangan, telah dibahas dan dikaji oleh Tim Penilai; d. bahwa berkenaan dengan huruf b dan huruf c tersebut di atas, perlu mengatur ke

2017, No memberikan kepastian hukum, perlu dilakukan pencabutan Peraturan Menteri Keuangan/ Keputusan Menteri Keuangan yang pengaturan kewenang

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Wajib Pajak. Penghasilan Saham. Pihak Lain. Perubahan.

MENTERIKEUANGAN REPUBLIK INQONESlA SALIN AN PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 87/PMK.02/2017

MENTERIKEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. PPN. Pembangunan. Pasca Bencana Alam.

Transkripsi:

MENTERIKEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2'.3.1/PMK.06/2016 TENT ANG TATA CARA PENYUSUNAN, PENYAMPAIAN, DAN PERUBAHAN RENCANA JANGKA PANJANG SERTA RENCANA KERJA DAN ANGGARAN TAHUNAN LEMBAGA PEMBIAYAAN EKSP OR INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ES A. MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang a. bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 37 ayat (3 Undang Undang Nomor 2 Tahun 2009 tentang Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia, telah ditetapkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 139 /PMK. 06 / 2009 tentang Tata Cara Penyusunan, Penyampaian, dan Pengubahan Rencana Jangka Panjang serta Rencana Kerja dan Anggaran Tahunan Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 222/PMK.06/ 2009 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 139 /PMK. 06 / 2009 Tentang Tata Cara Penyusunan, Penyampaian, dan Pengubahan Rencana Jangka Panjang serta Rencana Kerja dan Anggaran Tahunan Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia;

- 2 - b. bahwa dalam rangka memperkuat tata kelola penyusunan, penyampaian dan perubahan Rencana Jangka Panjang serta Rencana Kerja dan Anggaran Tahunan Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia, perlu dilakukan penyesuaian atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 139 /PMK. 06 /2009 tentang Tata Cara Penyusunan, Penyampaian, dan Pengubahan Rencana Jangka Panjang serta Rencana Kerja dan Anggaran Tahunan Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 222/PMK. 06 /2009 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 139 / PM K. 06 / 2009 Tentang Tata Cara Penyusunan, Penyampaian, dan Pengubahan Rencana Jangka Panjang serta Rencana Kerja dan Anggaran Tahunan Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang Tata Cara Penyusunan, Penyampaian, dan Perubahan Rencana Jangka Panjang serta Rencana Kerja dan Anggaran Tahunan Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia; Mengingat 1. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2009 tentang Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 2, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 49 57 ; 2. Peraturan Presiden Nomor 28 Tahun 2015 tentang Kementerian Keuangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 51 ; 3. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 234 /PMK. 01/ 2015 tentang Organisasi Dan Tata Kerja Kementerian Keuangan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 19 26 ;

- 3 - MEMU TUSKAN: Menetapkan PERATURAN MENTER! KEU ANGAN TENTANG TATA CARA PENYUSU NAN, PENYAMPAIAN, DAN PERU BAHAN RENCANA JANGKA PANJANG SERTA RENCANA KERJA DAN ANGGARAN TAHU NAN LEMBAGA PEMBIAYAAN EKSPOR INDONESIA. BAB I KETENTU AN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Menteri ini, yang di maksud dengan: 1. Lembaga Pembi ayaan Ekspor Indonesi a yang selanjutnya di si ngkat LP EI adalah Lembaga Pembi ayaan Ekspor Indonesi a sebagai mana di maksud dalam Undang- Undang tentang Lembaga Pembi ayaan Ekspor Indonesi a. 2. Menteri adalah Menteri Keuangan Republi k Indonesi a. 3. Rencana Jangka Panjang yang selanjutnya di si ngkat RJP adalah rencana strategi s yang mencakup rumusan mengenai tujuan dan sasaran yang hendak di capai dalam jangka waktu 5 (li ma tahun. 4. Rencana Kerja dan Anggaran Tahunan yang selanjutnya di si ngkat RKAT adalah penjabaran tahunan dari RJP yang menggambarkan rencana kerja dan anggaran LP EI mulai 1 Januari sampai dengan 31 Desember, termasuk strategi untuk mereali sasi kan rencana tersebut. 5. Laporan Reali sasi Rencana Kerja dan Anggaran Tahunan yang selanjutnya di sebut Laporan Reali sasi RKAT adalah laporan dari Di rektur Eksekuti f LP EI kepada Menteri mengenai reali sasi RKAT pada peri ode tertentu. 6. Laporan Pengawasan Rencana Kerja dan Anggaran Tahunan yang selanjutnya di sebut Laporan Pengawasan RKA T adalah laporan dari Dewan Di rektur LP EI kepada Menteri mengena1 hasi l pengawasan terhadap pelaksanaan RKAT pada peri ode tertentu. 7. Tujuan adalah sesuatu yang hendak di capai secara gari s besar oleh LP EI melalui berbagai upaya pencapai an.

- 4-8. Sasaran adalah penjabaran dari Tujuan yang lebih spesifik, terukur, dan rinci dalam jangka waktu tertentu. 9. Strategi adalah garis- garis besar cara yang akan ditempuh LP EI dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh Dewan Direktur yang menjadi pegangan manajemen dalam melaksanakan kegiatan usaha. 10. Kebijakan adalah ketentuan-ketentuan atau arahanarahan yang ditetapkan oleh Dewan Direktur yang menjadi pegangan bagi Direktur Eksekutif dalam melaksanakan kegiatan usaha. 11. Program Kerja adalah langkah-langkah yang akan dilaksanakan oleh LP EI pada setiap tahun anggaran dan merupakan rencana kerja untuk mencapai sasaran setiap tahun. 12. Pembiayaan Ekspor Nasional yang selanjutnya disingkat PEN adalah Pembiayaan Ekspor Nasional sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang tentang Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia. 13. Indikator Kinerja Utama yang selanjutnya disingkat IKU adalah tolok ukur keberhasilan pencapaian kinerja. BAB II PENYUSUNAN RENCANA JANGKA PANJANG DAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN TAHUNAN Bagian Pertama Um um Pasal 2 ( 1 Direktur Eksekutif LP EI menyusun: a. RJP setiap 5 (lima tahun sekali; dan b. RKAT setiap 1 (satu tahun sekali. (2 Penyusunan RJP dan RKAT sebagaimana dimaksud pada ayat (1 harus memperhatikan Asas, Tujuan, dan Kebijakan PEN. (3 Direktur Eksekutif menyampaikan RJP dan RKAT kepada Dewan Direktur untuk mendapatkan persetujuan.

- 5 - (4 Dewan Direktur menyampaikan RJP dan RKAT kepada Menteri untuk mendapatkan pengesahan. Bagian Kedua Rencana Jangka Panjang Pasal 3 RJP se bagaimana dimaksud dalam Pas al 2 paling kurang memuat: a. pendahuluan; b. evaluasi pelaksanaan RJP sebelumnya; c. posisi LP EI saat ini; d. asumsi-asumsi yang digunakan dalam penyusunan RJP; e. Sasaran, Strategi, Kebijakan, dan Program Kerja RJP; clan f. proyeksi keuangan dan investasi. Pasal 4 (1 Pendahuluan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf a, memuat penjelasan dan rincian: a. latar belakang dan sejarah LP EI; b. visi dan misi LP EI; c. tujuan LPEI; dan d. arah pengem bangan LP EI. (2 Evaluasi pelaksanaan RJP sebelumnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf b, memuat penjelasan dan nnc1an: a. evaluasi pelaksanaan RJP sebelumnya, yang dilakukan dengan membandingkan antara RJP dengan RKAT dan realisasi setiap tahunnya; b. pencapa1an tujuan yang telah ditetapkan dan penyimpangan yang terjadi; c. pelaksanaan strategi dan kebijakan yang telah ditetapkan; dan d. kendala yang dihadapi LP EI dan upaya-upaya pemecahan masalah yang telah dilakukan.

- 6 - (3 Posisi LP EI saat ini sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf c, memuat penjelasan dan rincian: a. analisis kekuatan, kelemahan, kesempatan, dan ancaman tiap bidang kegiatan dan penentuan bobot serta peringkat masing-masing; b. penentuan pos1s1 LP EI sesuai dengan metode analisis yang digunakan; dan c. analisis daya tarik pasar, daya samg, serta pos1s1 LP EI sesuai metode yang digunakan. (4 Asumsi yang digunakan dalam penyusunan RJP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf d berupa setiap faktor yang mempengaruhi kegiatan operasional LP EI yang berasal dari internal dan eksternal. (5 Sasaran, Strategi, Kebijakan, dan Program Kerja RJP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf e, memuat penjelasan dan rincian: a. Sasaran LP EI meliputi tingkat pertumbuhan dan kesehatan serta sasaran bidang-bidang/ unit-unit kegiatan (target-target secara kuantitatif dan spesifik setiap tahunnya; b. Strategi yang digunakan setiap tahunnya, meliputi strategi sesuai posisi, strategi bisnis dan strategi fungsional tiap-tiap bidang/ unit kegiatan LP EI; c. Kebijakan-kebijakan umum dan fungsional yang memberikan batasan-batasan fleksibilitas dan menjadi pegangan manajemen dalam melaksanakan strategi/ program-program kegiatan; d. Program Kerja yang akan dilaksanakan beserta anggarannya setiap tahunnya termasuk kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah; dan e. Keterkaitan antara sasaran, strategi, kebijakan dan program kerja yang menggambarkan arah perkembangan LP EI secara rinci. (6 Proyeksi keuangan dan investasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf f, memuat penjelasan dan rincian: a. asumsi-asumsi penyusunan proyeksi keuangan;

- 7 - b. rencana investasi dan proyeksi sumber dana serta penggunaan dana investasi tahunan selama 5 (lima tahun, termasuk di dalamnya proyeksi penyertaan modal Negara; c. proyeksi arus kas tahunan selama 5 (lima tahun; d. proyeksi posisi keuangan (neraca tahunan selama 5 (lima tahun; dan e. proyeksi laba/ rugi tahunan selama 5 (lima tahun. Bagian Ketiga Rencana Kerja dan Anggaran T ahunan Pasal 5 RKAT sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 memuat: a. misi, kebijakan umum, Sasaran, Strategi, Kebijakan, Program Kerja dan kegiatan sebagai penjabaran lebih lanjut atas RJP untuk periode tahun RKAT ; b. anggaran yang diperinci atas setiap anggaran Program Kerja dan kegiatan termasuk kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah; c. ringkasan eksekutif; d. kinerja LPEI pada saat RKAT disusun; e. penerapan manajemen risiko; f. Kebijakan dan strategi manajemen; g. proyeksi keuangan termasuk kegiatan usaha berdasarkan pnns1p syariah beserta asums1 yang digunakan; h. rencana pengembangan orgamsas1 dan sumber daya manus1a; i. rencana pengembangan produk dan/ atau aktivitas baru; J. rencana pengembangan dan/ atau perubahan jaringan kantor; k. rencana penugasan khusus dari Pemerintah kepada LPEI; 1. keterkaitan antara Sasaran, Strategi, Kebijakan, Program Kerja dan kegiatan yang menggambarkan arah perkembangan LPEI secara rinci;

- 8 - m. indikator kinerja utama (IKU ; n. hal- hal lain yang memerlukan persetujuan Menteri; dan o. informasi lain-lain. Pasal 6 Ringkasan eksekutif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf c, memuat penjelasan tentang gambaran umum RKAT. Pasal 7 Kinerja LPEI pada saat RKAT disusun sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf d paling kurang memuat: a. permodalan; b. kualitas aset; c. rentabilitas; d. likuiditas; dan e. dukungan atas kebijakan/ program pemerintah. Pasal 8 Penerapan manajemen risiko sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf e paling kurang memuat: a. faktor-faktor risiko; b. proses manajemen risiko; c. profil risiko; dan d. penerapan tata kelola yang baik. Pasal 9 Kebijakan dan strategi manajemen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf f paling kurang memuat: a. kebijakan manajemen; b. kebijakan manajemen risiko dan kepatuhan; c. strategi pengembangan bisnis; dan d. kebijakan remunerasi. Pasal 10 Proyeksi keuangan se bagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf g paling kurang memuat: a. asumsi makro dan mikro yang digunakan;

- 9 - ; b. posisi keuangan (neraca c. laba rugi; d. arus kas; e. rencana sumber dana: 1 penerbitan surat berharga; 2 pmjaman jangka pendek, jangka menengah, dan/ atau jangka panjang yang bersumber dari pemerintah asmg, lembaga multilateral, bank, lembaga keuangan dan pembiayaan, dan/ atau pemerintah; dan 3 lainnya. f. rencana pembiayaan: 1 kepada peminjam inti; 2 menurut sektor ekonomi; 3 menurut jenis penggunaan; 4 menurut wilayah; dan 5 segmentasi. g. rencana penyaluran fasilitas penjam1nan antara lain menurut jenis produk dan persentase retensi sendiri; h. rencana penyaluran asuransi antara lain menurut jenis produk dan persentase retensi sendiri; 1. rencana penempatan dana yang belum dipergunakan untuk membiayai kegiatannya dalam bentuk: 1 surat berharga; dan/ atau 2 penempatan dalam bentuk s1mpanan pada bank dalam negeri dan/ atau bank luar negeri dan/ atau Bank Indonesia. J. rencana penempatan dana dalam bentuk penyertaan modal; k. rencana permodalan; 1. proyeksi rasio-rasio dan pos-pos tertentu; dan m. tingkat kesehatan. Pasal 11 Rencana pengembangan organisasi dan sumber daya manusia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf h paling kurang memuat:

-10 - a. rencana pengembangan organisasi; b. rencana pengembangan sumber daya manusia; dan c. rencana pengembangan sistem informasi manajemen. Pasal 12 Rencana pengembangan produk dan/ atau aktivitas baru sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf i paling kurang memuat rencana penerbitan produk dan/ atau aktivitas baru. Pasal 13 Rencana pengembangan dan/ a tau perubahan jaringan kantor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf j meliputi rencana pembukaan jaringan kantor di dalam dan di luar wilayah Republik Indonesia. Pasal 14 Rencana penugasan khusus dari Pemerintah kepada LPEI sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf k paling kurang memuat: a. rencana sumber dan penggunaan dana; dan b. proyeksi keuangan. Pasal 15 Penyusunan keterkaitan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf1 berpedoman pada ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 sampai dengan Pasal 14. Pasal 16 (1 IKU sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf m meliputi perspektif keuangan, perspektif stakeholder, perspektif proses bisnis internal, dan perspektif pembelajaran dan pertumbuhan. (2 Perspektif stakeholder sebagaimana dimaksud pada ayat (1 paling kurang memuat pelaksanaan tugas LPEI dalam mendukung PEN.

- 11 - BAB III PENYAMPAIAN RENCANA JANGKA PANJANG DAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN T AHU NAN. Pasal 17 (1 Dewan Direktur dan Direktur Eksekutif menandatangani rancangan RJP dan RKAT (2 Dewan Direktur menyampaikan rancangan RJP dan RKAT sebagaimana dimaksud pada ayat (1 kepada Menteri untuk mendapatkan pengesahan. (3 Pengesahan rancangan RJP dan RKAT sebagaimana dimaksud pada ayat (2 dilakukan oleh Direktur J enderal Kekayaan Negara atas nama Menteri dan dilaporkan kepada Menteri. (4 Penyampaian rancangan RJP dan RKAT sebagaimana dimaksud pada ayat (1 untuk periode berikutnya diajukan paling lambat 60 (enam puluh hari kalender sebelum berakhirnya periode RJP dan RKAT tahun berjalan. Pasal 18 (1 Dalam hal Menteri menilai rancangan RJP dan RKAT sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (2 belum sepenuhnya memenuhi ketentuan sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri ini, maka Menteri dapat meminta Dewan Direktur untuk melakukan penyesua1an. (2 Dewan Direktur wajib menyampaikan penyesuaian rancangan RJP dan RKAT sebagaimana dimaksud pada ayat (1 kepada Menteri, paling lama 15 (lima belas hari kerja sejak LPEI menerima surat permintaan penyesuaian dari Menteri. Pasal 19 (1 Pengesahan rancangan RJP dan RKAT sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (2 paling lama 60 (enam puluh hari kalender terhitung sejak tanggal diterimanya rancangan RJP dan RKAT secara lengkap oleh Menteri.

- 12 - (2 Jika dalam waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1 Rancangan RJP dan RKAT belum disahkan, maka rancangan RJP dan RKAT tersebut dianggap telah mendapatkan pengesahan. BAB IV PERU BAHAN RENCANA JANGKA PANJANG DAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN TAHU NAN Bagian Pertama Perubahan RJP Pasal 20 ( 1 Dewan Direktur dapat mengajukan usulan secara tertulis perubahan RJP yang telah disahkan kepada Menteri dalam hal: a. terdapat pengaruh yang mengakibatkan terjadinya deviasi pencapaian Sasaran lebih dari 20% (dua puluh per seratus ; b. terdapat manajemen baru yang berpandangan perlu untuk mengubah RJP; atau c. terdapat perubahan kondisi perekonomian yang berpengaruh terhadap perkembangan bisnis. (2 Usulan perubahan RJP sebagaimana dimaksud pada ayat (1 disampaikan paling lambat 30 (tiga puluh hari kerja sebelum pelaksanaan perubahan RJP. Pasal 21 (1 Dalam hal Menteri menilai usulan perubahan RJP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (1 belum sepenuhnya memenuhi ketentuan sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri ini, maka Menteri dapat meminta Dewan Direktur un tuk melakukan penyesua1an.

- 13 - (2 Dewan Direktur menyampaikan penyesuaian perubahan RJP sebagaimana dimaksud pada ayat (1 kepada Menteri, paling lama 15 (lima belas hari kerja sejak LPEI menerima surat permintaan penyesuaian dari Menteri. (3 Pengesahan atas usulan perubahan RJP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (1 ditetapkan paling lambat 30 (tiga puluh hari kalender setelah diterimanya usulan perubahan RJP secara lengkap. (4 Jika dalam waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (3 usulan perubahan RJP belum disahkan, maka perubahan RJP tersebut dianggap telah mendapat pengesahan. Bagian Kedua Perubahan RKAT Pasal 22 ( 1 Dewan Direktur dapat mengajukari usulan secara tertulis mengenai perubahan RKAT yang telah disahkan kepada Menteri dalam hal: a. terdapat perubahan asumsi yang mengakibatkan terjadinya deviasi pencapaian total target PEN di luar penugasan khusus lebih dari 20% (dua puluh per seratus ; b. terdapat tambahan rencana kerja sesuai kebutuhan LPEI; c. berdasarkan penugasan/ kebijakan Pemerintah; atau d. terdapat perubahan kondisi perekonomian yang berpengaruh terhadap perkembangan bisnis. (2 Usulan perubahan RKAT sebagaimana dimaksud pada ayat (1 hanya dapat dilakukan 1 (satu kali, paling lambat pada akhir bulan Juni tahun berjalan. (3 Usulan perubahan RKAT sebagaimana dimaksud pada ayat (1 disampaikan paling lambat 30 (tiga puluh hari kerja sebelum pelaksanaan perubahan RKAT.

- 14 - (4 Pengesahan atas usulan perubahan RKAT sebagaimana dimaksud pada ayat (1 di tetapkan pali ng lambat 30 (tiga puluh hari kalender setelah di terimanya usulan perubahan RKAT secara lengkap. BABV PELAPORAN REALISASI DAN PENGAWASAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN TAHU NAN Pasal 23 (1 Di rektur Eksekuti f waji b menyampai kan Laporan Reali sasi RKAT secara tri wulanan kepada Menteri pali ng lambat 30 (ti ga puluh hari kalender setelah triwulan yang bersangkutan berakhi r dengan tembusan kepada Di rektur J enderal Kekayaan Negara. (2 Untuk Laporan Reali sasi RKAT triwulan IV di sampaikan pali ng lambat 60 (enam puluh hari kalender setelah tri wulan IV berakhir. (3 Laporan Realisasi RKAT sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1 pali ng kurang memuat: a. perbandingan antara RKAT dengan realisasi RKAT; b. penjelasan mengenai penyimpangan atas reali sasi RKAT; dan c. ti ndak lanjut atas pencapai an RKAT. Pasal 24 (1 Dewan Di rektur wajib menyampai kan La po ran Pengawasan RKAT secara semesteran kepada Menteri paling lambat 60 (enam puluh hari kerja setelah semester dimaksud berakhi r. (2 Laporan pengawasan sebagai mana di maksud pada ayat (1 pali ng kurang memuat: a. pendapat Dewan Di rektur tentang pelaksanaan RKAT;

-15 - b. penilaian atas faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja LPEI; dan c. pendapat Dewan Direktur mengenai upaya memperbaiki kinerja LPEI. Pasal 25 Dalam hal batas akhir penyampaian RJP dan RKAT sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (4, Pasal 20 ayat (2, dan Pasal 22 ayat (3, serta penyampaian laporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (1 dan ayat (2 serta Pasal 24 ayat (1 jatuh pada hari Sabtu, hari Minggu, dan/ atau hari libur, maka RJP, RKAT, dan laporan, disampaikan pada hari kerja pertama berikutnya paling lambat pukul 17. 00 WIB. Pasal 26 (1 Direktur Eksekutif bertanggung jawab atas pelaksanaan dan pencapaian sasaran-sasaran yang telah ditetapkan dalam RJP dan RKAT. (2 Dewan Direktur bertanggung jawab dalam melakukan pengawasan atas pelaksanaan dan pencapaian sasaransasaran yang telah ditetapkan dalam RJP dan RKAT. Pasal 27 Dalam rangka evaluasi tahunan LPEI, Menteri dapat menugaskan unit eselon I yang mempunyai tugas menyelenggarakan pengawasan internal atas pelaksanaan tugas di lingkungan Kementerian Keuangan. Pasal 28 Perhitungan realisasi capaian IKU kantor akuntan publik. tahunan diaudit oleh

- 16 - BAB VI SANKS I Pasal 29 (1 Dewan Direktur yang melanggar ketentuan Pasal 17 ayat (4, dan Pasal 18 ayat (2, dikenakan sanksi administratif berupa teguran tertulis. (2 Apabila pelanggaran ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (4 dan Pasal 18 ayat (2 melampaui periode berjalan RJP dan RKAT yang bersangkutan, Dewan Direktur dikenakan sanksi administratif berupa pemberhentian. Pasal 30 (1 Dewan Direktur yang melanggar ketentuan Pasal 23 ayat (3 dan Pasal 24 ayat (2 dikenakan sanksi administratif berupa teguran tertulis yang pertama. (2 Apabila pelanggaran ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (3 dan Pasal 24 ayat (2 melampaui batas waktu penyampa1an pelaporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (1 dan ayat (2 serta Pasal 24 ayat ( 1, dikenakan sanksi administratif berupa teguran tertulis yang kedua. (3 Apabila pelanggaran ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (3 dan Pasal 24 ayat (2 melampaui batas waktu penyampaian pelaporan periode berikutnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (1 dan Pasal 24 ayat (1, dikenakan sanksi administratif berupa pemberhentian.

-17 - BAB VII KETENTU AN PERALIHAN Pasal 31 Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku: a. RJP dan RKAT LPEI yang telah diajukan, namun belum ditetapkan, proses penetapannya mengikuti ketentuan dalam Peraturan Menteri ini. b. RJP yang telah ditetapkan sebelum berlakunya Peraturan Menteri ini dinyatakan tetap berlaku. BAB VIII KETENTU AN PENU TU P Pasal 32 Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Peraturan Menteri Keuangan Nomor 139 / PMK.06 /2009 tentang Tata Cara Penyusunan, Penyampaian, dan Pengubahan Rencana Jangka Panjang serta Rencana Kerja dan Anggaran Tahunan Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 222/ PM K.06 /2009, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Pasal 33 Peraturan Menteri m1 mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

-18 - Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri 1n1 dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 30 Desember 2016 MENTERI KEU ANGAN REPU BL IK INDONESIA, ttd. SRI MULYANI INDRAWATI Diundangkan di Jakarta pada tanggal 30 Desember 2016 DIREKTUR JENDERAL PERATURAN PERU ND ANG-U ND ANGAN KEMENTERIAN HU KUM DAN HAK ASAS I MANUSIA REPU BLIK INDONESIA, ttd. WIDODO EKATJAHJANA BERITA NEGARA REPU BL IK INDONESIA TAHU N 2016 NOMOR 215 0 Salinan sesuai dengan aslinya Kepala Biro U mum u. b. Kepala Bagian T.U. Kementerian