BAB I PENDAHULUAN. hokum yang menyangkut hak para keluarganya (ahli waris) terhadap seluruh

dokumen-dokumen yang mirip
PEMBAHASAN KOMPILASI HUKUM ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. setiap manusia akan mengalami peristiwa hukum yang dinamakan kematian.

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan, baik yang berhubungan dengan Allah, maupun yang berhubungan

BAB I PENDAHULUAN. sehari -hari. Masalah ini sering muncul karena adanya salah satu pihak yang

BAB I PENDAHULUAN. harta yang banyak dan sebagian lagi ada yang sebaliknya. Setelah tiba. peristiwa hukum yang lazim disebut dengan kematian.

BAB I PENDAHULUAN. dan keadaan, mengangkat dan menghilangkan segala beban umat. Hukum

BAB I PENDAHULUAN. dengan ahli waris. Adanya pewarisan berarti adanya perpindahan hak, berupa. harta benda dari si pewaris kepada ahli waris.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masyarakat batak toba menganut sistem kekeluargaan patrilineal yaitu

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP HIBAH SEBAGAI PENGGANTI KEWARISAN BAGI ANAK LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN DI DESA PETAONAN

BAB I PENDAHULUAN. tertentu yang berupa ajakan, seruan dan sebagai pemberi peringatan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW merupakan agama

BAB I PENDAHULUAN. pasar pada kelompok-kelompok pembeli menurut jenis-jenis produk tertentu dan

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana sempurnanya Islam. Islam adalah agama yang lengkap dan sempurna,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Masalah. perkembangan zaman yang berdasarkan Undang-undang pendidikan

بسم االله الرحمن الرحیم

BAB I PENDAHULUAN. Islam mengajarkan berbagai macam hukum yang menjadikan aturanaturan

Pengertian Mawaris. Al-miirats, dalam bahasa Arab adalah bentuk mashdar (infinitif) dari kata waritsa-yaritsuirtsan-miiraatsan.

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Manusia juga diberi Agama dari Allah Swt yang mengatur

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan umat manusia, dan usaha juga sangat menentukan pola hidup, corak

KEDUDUKAN PEREMPUAN DALAM KEWARISAN

BAB I PENDAHULUAN. Saw. yang mengandung petunjuk bagi manusia, Alquran diturunkan untuk menjadi

BAB I PENDAHULUAN. manusia sebagai makhluk sosial tidak terlepas dari individu lain. 1. Pertalian darah menurut garis bapak (Patrilineal)

Standar Kompetensi : 7. Memahami hukum Islam tentang Waris Kompetensi Dasar: 7.1 Menjelaskan ketentuan-ketentuan hukum waris 7.2 Menjelaskan contoh

BAB I PENDAHULUAN. benda tapi tidak sampai batas nisab zakat, namun ada pula yang tidak memiliki harta

BAB I PENDAHULUAN. tersebut diucapkan sebagai bentuk perjanjian suami atas isterinya, diucapkan

BAB IV ANALISIS TERHADAP PRAKTEK PEMBAGIAN WARISAN KEPADA AHLI WARIS PENGGANTI

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. 1. dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang beriman dan bertaqwa

BAB I PENDAHULUAN. Hukum Islam telah menerangkan dan mengatur hal-hal ketentuan yang

BAB IV ANALISA HUKUM TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN AGAMA. BANGIL NOMOR 538/Pdt.G/2004/PA.Bgl PERSPEKTIF FIQH INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Amir Syarifudin, Hukum Kewarisan Islam, Fajar Interpratama Offset, Jakarta, 2004, hlm.1. 2

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan kewajiban orang lain untuk mengurus jenazahnya dan dengan

BAB I PENDAHULUAN. pusaka peninggalan mayit kepada ahli warisnya. 1

BAB I PENDAHULUAN. membayar zakat pulalah baru diakui komitmen ke-islaman seseorang. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam

BAB IV ANALISIS PENDAPAT IMAM AL-SYAFI I TENTANG KEWARISAN KAKEK BERSAMA SAUDARA. A. Analisis Pendapat Imam al-syafi i Tentang Kewarisan Kakek Bersama

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. lain. Kegiatan yang lebih banyak dan efektif ialah jual beli. Disamping sebagai

untuk mengikuti ajaran Ibrahim dan agar beliau dan umat Islam

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhannya telah mampu merombak tatanan atau sistem kewarisan yang

BAB I PENDAHULUAN. Segi kehidupan manusia yang telah diatur Allah dapat dikelompokkan

BAB IV ANALISIS HUKUM WARIS ISLAM TERHADAP PRAKTEK PEMBAGIAN WARIS DI KEJAWAN LOR KEL. KENJERAN KEC. BULAK SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. diciptakan dalam bentuk yang paling sempurna. Disamping manusia. terjadi karena manusia dianugerahi akal oleh Allah Swt, sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Hukum kewarisan Islam pada dasarnya berlaku untuk umat Islam dimana

BAB I PENDAHULUAN. agama, yaitu bahasa Arab. Oleh karena itu Bahasa Arab sangat penting bagi umat Islam,

BAB I PENDAHULUAN. Hukum Islam mengatur hubungan manusia dengan Allah SWT dan hubungan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan formal, nonformal, dan informal di sekolah, dan luar sekolah yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Penegasan Judul

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkawinan merupakan hubungan cinta, kasih sayang dan kesenangan.

BAB I PENDAHULUAN. dapat menghadapi segala tantangan yang akan timbul, lebih-lebih dalam

BAB I PENDAHULUAN. Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy, Fiqh Mawaris, PT. Pustaka Rizki Putra, Semarang, 2002, hlm. 4.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkawinan merupakan sunnah Rasul yang dilakukan oleh kaum muslim

BAB I PENDAHULUAN. (bacalah) yang tertera dalam surat al- Alaq ayat 1-5. manusia dari segumpal darah melalui proses yang telah ditetapkan oleh Allah

Disebarluaskan melalui: website: TIDAK untuk tujuan KOMERSIL

Analisis Hukum Islam Terhadap Pembagian Waris Dalam Adat Minang (Studi Kasus Di Desa Biaro Gadang, Sumatera Barat)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. tumbuh dengan jiwa islami sebagaimana sabda Rasulullah SAW:

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan keterampilan yang berguna dalam menjalani hidup. terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam.

BAB I PENDAHULUAN. Kematian atau meninggal dunia adalah suatu peristiwa yang pasti akan

BAB I PENDAHULUAN. tauhid, mengubah semua jenis kehidupan yang timpang kearah kehidupan yang

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan kaidah-kaidah hukum Islam yang telah mempunyai dalil yang

BAB I PENDAHULUAN. seorang pria atau seorang wanita, rakyat kecil atau pejabat tinggi, bahkan penguasa suatu

BAB IV ANALISIS PERNIKAHAN DALAM MASA IDDAH. A. Analisis Pemikiran Pernikahan dalam Masa Iddah di Desa Sepulu Kecamatan

BAB I PENDAHULUAN. beberapa aspek yang perlu untuk diperhatikan baik itu oleh masyarakat sendiri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkawinan amat penting dalam kehidupan manusia, baik bagi

HASIL WAWANCARA. Konteks Tatap Muka dalam Komunikasi Antarpribadi

TINJAUAN MAQASHID AL-SYARI AH SEBAGAI HIKMAH AL-TASYRI TERHADAP HUKUM WALI DALAM PERNIKAHAN

BAB I PENDAHULUAN. salah satunya hukum waris yang terdapat di Indonesia ini masih bersifat

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak lepas dari berbagai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dapat mengamalkan dan menjadikan Islam sebagai pandangan hidup. 1

3BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. bagi rakyatnya, sehingga mampu mandiri dan dapat membangun bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. Sehubungan dengan itu Allah Swt berfirman dalam Alquran surah At-Tahrim

GUGATAN WARISAN DAN PEMBAGIANNYA DI PENGADILAN AGAMA SURAKARTA. (Studi Putusan No. 85/pdt.G/1996/PA.Ska)

HAK WARIS DZAWIL ARHAM

B A B I P E N D A H U L U A N. Puasa di dalam Islam disebut Al-Shiam, kata ini berasal dari bahasa Arab

MASALAH HAK WARIS ATAS HARTA BERSAMA DALAM PERKAWINAN KEDUA MENURUT HUKUM ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. pelanggaran terhadap adat akan berdampak pada ketidak seimbangan dan

BAB I PENDAHULUAN. jangka waktu tertentu. Bila anak didik sudah mencapai pibadi dewasa susila,

BAB I PENDAHULUAN. baik (thoyib) karena dalam Alquran Allah SWT telah memerintahkan kepada

WASIAT WAJIBAH DAN PENERAPANNYA (Analisis Pasal 209 Kompilasi Hukum Islam)

BAB I PENDAHULUAN. bidang ekonomi, sosial budaya dan juga pendidikan. kepribadian yang bulat dan untuk membentuk manusia sebagai makhluk

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia

BAB IV ANALISIS TERHADAP TIDAK ADANYA HAK WARIS ANAK PEREMPUAN PADA MASYARAKAT KARO DI DESA RUMAH BERASTAGI KECAMATAN BERASTAGI KABUPATEN KARO

BAB I PENDAHULUAN. Berbicara tentang warisan menyalurkan pikiran dan perhatian orang ke arah suatu

BAB I PENDAHULUAN. perubahan besar yang terjadi. Salah satunya yang menandai. perubahan orientasi masyarakat muslim dari urusan ibadah yaitu

BAB IV DASAR PERTIMBANGAN MAHKAMAH AGUNG TERHADAP PUTUSAN WARIS BEDA AGAMA DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

[ Indonesia Indonesian

BAB I PENDAHULUAN. kebahagiaan dunia dan akhirat. Dakwah sebagai aktifitas umat Islam dalam. metode maupun media yang digunakan.

BAB I PENDAHULUAN. Allah menciptakan manusia dalam keadaan saling membutuhkan, maka Allah

BAB I PENDAHULUAN. ditegaskan dalam Undang-Undang RI No 20 tahun 2003 tentang system

Ceramah Ramadhan 1433 H/2012 M Bagaimana Kita Merespon Perintah Puasa

BAB I PENDAHULUAN. yang ditinggalkan atau berpindah dan menjadi hak milik ahli warisnya. Allah SWT

BAB IV ANALISIS TERHADAP PENGUASAAN TIRKAH AL-MAYYIT YANG BELUM DIBAGIKAN KEPADA AHLI WARIS

BAB I PENDAHULUAN. hubungan, baik bersifat vertikal maupun horizontal. Hubungan yang sifatnya

BAB I PENDAHULUAN. Allah swt. kepada Nabi Muhammad saw. sebagai salah satu rahmat yang tidak

SKRIPSI. Ditulis untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mendapatkan Gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta

AZAS-AZAS HUKUM WARIS DALAM ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. benua dan lautan yang sangat luas, maka penyebaran agama-agama yang dibawa. melaksanakan kemurnian dari peraturan-peraturannya.

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk mencari kemaslahatan pribadi, keluarga maupun umum. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. berbagai bidang keilmuan lainnya. Al-Qur an juga merupakan firman Allah

BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG HARTA DALAM PERKAWINAN ISLAM. harta kerabat yang dikuasai, maupun harta perorangan yang berasal dari harta

BAB IV ANALISIS EFEKTIVITAS PENGAWASAN KUA KECAMATAAN SEDATI TERHADAP PENGELOLA BENDA WAKAF

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses perjalanan kehidupan manusia adalah lahir, hidup dan mati. Semua tahap itu membawa pengaruh dan akibat hokum kepada lingkungannya, terutama denganorang yang dekat dengannya. Baik dekat dalam arti nasab maupun dalam arti lingkungan. Kelahiran membawa akibat timbulnyahak dan kewajiban bagi dirinya dan orang lain serta timbulnya hubungan hokum antara dia dengan orang tua kerabat dan masyarakat lingkungannya. Demikian juga dengan kematian seseorang membawa pengaruh dan akibat hokum kepada diri, keluarga, masyarakat dan lingkungan sekitarnya, selain itu, kematian tersebut menimbulkan kewajiban orang lain bagi dirinya (si mayit) yang berhubungan dengan pengurusan jenazahnya. Dengan kematian timbul pula akibat hokum lain secara otomatis, yaitu adanya hubungan ilmu hokum yang menyangkut hak para keluarganya (ahli waris) terhadap seluruh harta peninggalannya. Agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw merupakan sebuah aturan yang lengkap dan sempurna, yang mengatur segala aspek kehidupan utuk keselamatan dunia dan akhirat. Hukum Islam yang diturunkan Allah SWT untuk mengatur manusia memiliki tiga macam tabi at (cirri khusus), yaitu: a). Takamul (semprna, bulat 1

2 dan tuntas); b). Wasthiyah (seimbang dan harmonis); dan c). Harakah (bergerak dinamis dan berkembang sesuai dengan perkembangan zaman). Kesempurnaan tata aturan hukum Islam tu, disebabkan karena ia mengatur berbagai persoalan hidup dan satu persoalan yang menjadi fokus bahan kajian hokum Islam ialah hokum kewarisan yang dirumuskan secara rinci, baik di dalam al-qur an maupun al-hadits Rasulullah khususnya mengenai siapa saja yang berhak menerima warisan dan seberapa besar bagian yang akan diperoleh masing-masing ahli wnaris itu. Di dalam syari at Islam, tidak ada hokum dituangkan secara terperinci dengan keterangan yang sangat jelas di dalam al-qur an seperti halnya hokumhukum pewarisan ini. Perhatian Islam yang sangat besar terhadap masalah kewarisan (harta peninggalan) dalam kehidupan kaum muslimin. Sebab harta benda merupakan urat nadi kehidupan bagi setiap pribadi manusia maupun kelompok masyarakat. Dengan harta yang dimilikinya, manusia dapat berdiri dengan tegak dan menjalani kehidupan dengan baik. System pembagian waris atau system kewarisan yang berlaku di Indonesia sangat banyak sekali corak dan ragamnya. Di mana system kewarisannya berpijak kepada bentuk masyarakatnya. Ada masyrakat yang menganut system patrilineal, di mana setiap orang itu selalu menghubungkan dirinya hanya kepada ayahnya, sehingga apabila terjadi pembagian waris maka anak yang dari jalur ayah saja yang mendapat bagian. Ada juga msyarakat yang menganut system matrilineal, di mana setiap orang itu selalu menghubungkan dirinya kepada ibunya saja, sehingga yang mendapat waris hanyalah garis

3 keturunan sang ibu. Masyarakat Indonesia pun ada yang menganut system parental atau bilateral yang mana system ini menghubungkan keturunannya kepada bapaknya. Jadi yang termasuk anaknya yang nanti akan mendapat warisan dari orang tuanya. Sedangkan syari at Islam menetapkan aturan waris dengan bentuk yang teratur dan adil. Di dalamnya ditetapkan hak kepemilikan harta bagi setiap manusia baik laki-laki maupun perempuan dengan cara yang legal. Syari at Islam juga menetapkn hak pemindahan kepemilikan seseorang sesudah meninggal dunia kepada ahli warisnya, dari seluruh kerabat tanpa membedakan antara laki-laki dan perempuan dan besar atau kecil. Syari at Islam telah menetapka ketentuan mengenai pewarisan yang sangat bagus, bijaksana dan adil. Peraturan yang berkaitan dengan pemindahan harta benda milik seseorang yang ditinggalkan setelah ia meninggal dunia kepada ahli warisnya, dilakukan baik kepada ahli waris laki-laki maupun perempuan tanpa membedakan antara yang masih kecil atau yang sudah dewasa. Membgi harta warisan sesuai dengan ketentuan Allah SWT dalam al- Qur an merupakan suatu keharusan (kewajiban) bagi seluruh ahli waris, hal ini dapat dipahami dari rangkaian ayat yang menerangkan tentang jumlah harta warisan yang akan diterima anak (laki-laki dan perempuan) dan ayah serta ibu dalam kewarisan yang diikuti dengan perrnyataan bahwa semua aturan itu (فريضة من هللا) adalah suatu ketentuan hukum Allah

4 Artinya: Bagi orang laki-laki ada hak bagian dari harta peninggalan ibu-bapa dan kerabatnya, dan bagi orang wanita ada hak bagian (pula) dari harta peninggalan ibu-bapa dan kerabatnya, baik sedikit atau banyak menurut bahagian yang Telah ditetapkan..(q.s. An-Nisa : 7:) 1 Dalam syari at Islam telah ditetapkan bahwa bagian ahli waris lakilaki lebih banyak daripada bagian perempuan, yakni ahli waris laki-laki dua kali bagian ahli waris perempuan. Firman Allah SWT: Allah SWT menjanjikan surge bagi orang-orang yang beriman yang mentaati ketentuan-nya dalam pembagian harta warisan dan ancaman siksa bagi mereka yang mengingkai-nya. Firman Allah SWT: 1 Depag, RI. Al-Qur an dan Terjemahnya, (Jakarta: Sari Agung, 2002), Cet, XVII, h. 142.

5 Ayat di atas dengan jelas menunjukkan perintah Allah SWT, agar umat Islam dalam melaksanakan pembagian harta warisan berdasarkan hukum yang ada dalam al-qur an. Rasulullah saw. Mempertegas lagi dengan sabdanya. عن ابن عباس قال قال رسول اهلل صلى اهلل عليه وسلم احلفوا الفرائض بأهلها فما بقي فهو الوىل رجل ذكر. )رواه مسلم(. Artinya: Nabi Muhammad saw, bersabda: berikanlah harta pusaka kepada orang-orang yang berhak, (sesudah itu) sisanya untuk orang laki-laki yang lebih utama, (H.R. Muslim) Bagi umat Islam melaksanakan ketentuan yang berkenaan dengan hokum kewarisan merupakan suatu kewajiban yang harus dijalankan, karena itu merupakan bentuk manifestasi keimanan dan ketaqwaan kepada Allah dan Rasul-Nya. Dalam masalah kewarisan ini dikenal akan adanya ashabah, yaitu ahli waris yang mendapakan warisan dalam jumlah yang besar, kecil atau tidak ada sama sekali. Dalam masyarakat Banjar ada tiga dari sepuluh orang yang kurang tahu mengenai makna ahsbah ini, mereka banyak yang beranggapan bahwa yang namanya anak laki-laki dalam keluarga itu ashabah dan berhak atas harta orang tuanya, sedangkan keberadaan anak perempuan seolah terabaikan.

6 Salah satunya ada sebuah keluarga, S meninggal dengan meninggalkan ahli waris dua orang anak laki-laki dan tiga orang anak perempuan serta seorang isteri, ayah dan ibu. Mereka beranggapan bahwa anak laki-laki yang paling tua dari si pewaris adalah ahli waris yang paling berhak atas semua harta peninggalan, si pewaris mau apa saja yang dia perbuat terhadap harta peninggalan tersebut, sedang keberadaan anak perempuan si pewaris hanya bergantung pada si anak laki-laki tersebut, sering tidak mendapat bagian. Berdasarkan fenomena di atas, maka penulis merasa tertarik untuk meneliti lebih mendalam tentang masalah ashabah ini, yang akan penulis tuangkan dalam sebuah karya ilmiah yang berbentuk skripsi dengan judul: Praktek Pembagian Harta Warisan Di Desa Simpur Kecamatan Simpur Kabupaten HSS (Studi Kasus Terhadap Tiga Problem Kewarisan Ashabah) B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut dan untuk lebih terarahnya penelitian ini maka disusun rumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana Pandangan masyarakat Desa Simpur Kecamatan Simpur Kandangan tentang konsep ashabah? 2. Bagaimana Praktek pembagian harta warisan oleh masyarakat Simpur Kecamatan Simpur Kandangan?

7 C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini sesuai dengan rumusan masalah yaitu: 1. Untuk mengetahui pandangan masyarakat Desa Simpur Kecamatan Simpur Kandangan tentang konsep ashabah. 2. Untuk praktek pembagian harta warisan oleh mayarakat Desa Simpur Kecamatan Simpur Kandangan. D. Signifikansi Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan bergna untuk: 1. Kepentingan studi ilmiah atau sebagai terapan disiplin ilmu ke Syari ahan. 2. Menambah wawasan dan ilmu pengetahuan bagi penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya tentang ashabah dalam pandangan masyarakat Banjar dan Hukum Islam. E. Kajian Pustaka Berdasarkan penelaahan terhadap penelitian terdahulu yang penulis lakukan, berkaitan dengan masalah waris, maka ditemukan penelitian sebelumnya yang juda mencari tentang permasalahan waris, namun demikian ditemukan. Subtansi yang berbeda dengan persoalan yang penulis angkat dalam penelitian dimaksud. Pandangan Masyarakat Terhadap Asabah Dalam

8 Kewarisan Di Kecamatan Tanta Kabupaten Tabalong. Oleh Syaiful Rahman (NIM 9501110125). Hukum Kewarisan Islam Terhadap Porsi Anak Laki-laki dan Perempuan. Oleh Abu Bakar (NIM 9601110968). Kewarisan Berdasarkan Asabah Dan Hubungannya Dari Aspek Kekerabatan (Kajian Pendangan Antara Fiqih Sunni Dan Fiqih Syafi ai). Oleh Fahilah (NIM 9701111849). Praktik Pengucilan Terhadap Ashabah Oleh Ahli Waris Yang Lain Dalam Pembagian Harta Warisan di Kecamatan Banjarmasin Tengah Kota Banjarmasin. Oleh Haris Fadilah (NIM 9801112323). Praktik Pembagian Teehadap Ashabah Oleh Ahli Waris Yang Lain Dalam Pembagian Harta Warisan di Kecamatan Landasan Ulin Kota Banjarbaru. Oleh Linny Apriani (NIM 0201115039). Berdasarkan dengan hal tersebut di atas, permasalahan yang akan penulis angkat dalam penelitian ini adalah menitikberatkan pada Pada Praktek Pembagian Harta Warisan Di Desa Simpur Kecamatan Simpur Kabupaten HSS (Studi Kasus Terhadap Tiga Problem Kewarisan Ashabah). Demikian terdapat permasalahan yang sangat berbeda antara penelitianpenelitian orang lain yang penulis kemukakan di atas dan persoalan yang penulis teliti. Disamping penelitian-penelitian terdahulu di atas, penulis juga ada membaca hasil penelitian tentang Pola Pembagian Warisan menurut Hukum Adat Masyarakat Banjar yang ditulis oleh Gusti Muzainah, SH. MH. Penelitian tersebut membahas tentang harta warisan dalam masyarakat Banjar.

9 Adapun penelitian yang penulis lakukan ini walaupun dengan materi yang sama, yaitu tentang Praktek Pembagian Harta Warisan, tetapi penulis lebih menfokuskan kea rah permasalahan ashabah khususnya masyarakat di Desa Simpur Kecamatan Simpur Kabupaten HSS. F. Difinisi Operasional Agar lebih menjelaskan maksud dari judul di atas dan untuk menghindari kesalahfahaman dan kekeliruan dalam memahaminya, maka penulis perlu mengemukakan difinisi operasional yaitu sebagai berikut: 1. Ashabah, yaitu ahli waris yang tidak mempunyai bagian tetap dan tertentu, baik yang telah diatur dalam al-qur an maupun dalam al- Hadits. Yang dimaksud dengan ashabah di sini adalah ahli waris lakilaki, terutama anak laki-laki dari si pewaris. 2. Pandangan, yaitu benda atau sesuatu yang dilihat; hasil perbuatan melihat; pengetahuan; pendapat; faham atau pendirian pandangan hidup konsep yang dimiliki seseorang atau golongan dalam masyarakat yang dimaksud menanggapi dan menerangkan segala masalah di dunia ini. Yang dimaksud dengan pandangan di sini adalah pengetahuan dan pendapat masyarakat di Desa Simpur tentang ashabah dalam kasus kewarisan. 3. Masyarakat, yaitu sejumlah orang di dalam kelompok tertentu yang berbentuk perikehidupan berbudaya; rakyat. Masyarakat yang dimaksud penulis di sini adlah masyarakat yang berada di Desa

10 Simpur Kecamatan Simpur Kabupaten HSS yang berstatus sebagai ashabah dalam kasus kewarisan (anak dari si pewais dan para tokoh masyarakat). G. Sistematika Penulisan sebagai berikut: Skripsi ini ditulis dalam lima bab dengan sistematika penulisan Bab satu merupakan pendahuluan, Bab ini merupakan pokok pikiran yang menjadi latar belakang pembahasan skripsi ini yang meliputi, latar belakang masalah yang menguraikan alas an untuk memilih judul dan gambaran dari permasalahan yang diteliti. Permasalahan yang telah tergambar dirumuskan dalam bentuk rumusan masalah. Setelah itu disusun tujuan penelitian yang merupakan hasil yang diinginkan. Signifikasi penelitian merupakan kegunaan hasil penelitian. Kajian pustaka ditampilkan sebagai bahan informasi belum adanya tulisan atau penelitian yang akan diteliti oleh penulis. Defenisi operasional dibuat untuk menghindari kesalahpahaman dan kekeliruan dalam menafsirkan pengertian terhadap judul penelitian. Bab dua merupakan landasan teoritis dari penelitian. Yaitu ketentuan hukum Islam tentang Kewarisan. Untuk bab ini disusun dalam sub yang terdiri dari pengertian dan dasar hukum kewarisan, rukun-rukun dan syarat-syarat kewarisan, macam-macam ahli waris, pengertian ashabah, pembagian ashabah,

11 macam-macam ashabah, dan perbedaan antara ashabah orang lain dan ashabah dengan orang lain. Bab ketiga merupakan metode penelitian yang berfungsi sebagai penuntun yang memuat jenis, sifat dan lokasi penelitian, subjek dan objek penelitian, data dan sumber data, teknik pengumpulan dan pengolahan data serta tahapan dari penelitian. Selanjutnya pada bab empat merupakan laporan penelitian yakni, data yang telah dikumpulkan kemudian diolah. Setelah itu dianalisis berdasarkan Hukum Islam yang telah dikemukakan dalam landasan teoritis. Terakhir adalah bab lima yaitu penutup yang berisikan simpulan dan saran-saran.