BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hanna Amalia Mustopa, 2013

dokumen-dokumen yang mirip
2015 PENGARUH IKLIM ORGANISASI SEKOLAH TERHADAP KINERJA MENGAJAR GURU DI SMK NEGERI SE-KOTA BANDUNG

Sasaran dan. Pengembangan Sikap Profesional. Kompetensi Dasar

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah dalam perkembangannya saat ini lebih dituntut untuk menunjukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Giya Afdila, 2016

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah baik yang diselenggarakan pemerintah maupun masyarakat

I. PENDAHULUAN. Dalam mencapai tujuan, setiap organisasi dipengaruhi oleh perilaku

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tujuan pendidikan nasional yang diamanatkan dalam pembukaan undangundangdasar

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai nilai strategis bagi kelangsungan peradaban manusia di dunia. Hampir

~ 1 ~ BUPATI KAYONG UTARA PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAYONG UTARA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG PENDIDIKAN GRATIS

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dapat dilihat dari perkembangan pendidikannya (Sanjaya,2005).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB IV STANDAR KOMPETENSI GURU. Setelah membaca materi ini mahasiswa diharapkan memahami standar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dini Syamsiah,2014

I. PENDAHULUAN. Organisasi adalah sebuah unit sosial yang dikoordinasikan secara sadar oleh

Sasaran dan. Pengembangan Sikap Profesional. Kompetensi Dasar

DEVELOPPING OF TEACHERS HP

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas pendidikan di Indonesia masih tergolong rendah. Indikator paling nyata

BAB I PENDAHULUAN. Penataan SDM perlu terus diupayakan secara bertahap dan berkesinambungan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pelaku pembangunan pendidikan berupaya untuk menaikkan derajat mutu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Upaya penyelenggaraan pendidikan formal yang berkualitas sangat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rina Hanifah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional yang diatur secara sistematis. Pendidikan nasional berfungsi

KODE ETIK DOSEN AKADEMI KEPERAWATAN HKBP BALIGE 2012 KEPUTUSAN DIREKTUR AKADEMI KEPERAWATAN TENTANG KODE ETIK DOSEN AKPER HKBP BALIGE MUKADIMAH

BAB I PENDAHULUAN. dengan perubahan budaya kehidupan. Perubahan dalam arti perbaikan pendidikan

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia sesuai dengan Undang-Undang Nomor

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya pembangunan dalam dunia pendidikan dilaksanakan dalam. rangka meningkatkan kualitas manusia yang berhubungan dengan proses

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan pendidikan, sampai kapan dan dimanapun ia berada. Pendidikan sangat penting, sebab tanpa pendidikan manusia akan sulit

BAB I PENDAHULUAN. anggotanya untuk meningkatkan prestasi dalam rangka pencapaian tujuan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan nilai-nilai. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Muhammad Khoerudin, 2016

BAB I PENDAHULUAN. sandungan dalam era globalisasi, karena era globalisasi merupakan era

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Hal ini bersentuhan dengan Undang - undang Nomor 20 Tahun 2003

Oleh: DR.DADANG JUANDI, S.Pd.,M.Si. PENDIDIKAN MATEMATIKA FPMIPA UPI

KODE ETIK PEGAWAI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM

I. PENDAHULUAN. penelitian, kegunaan penelitian, dan diakhiri dengan ruang lingkup penelitian.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Eka Purwanti Febriani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Keterampilan bagi seorang guru merupakan syarat penting di disamping

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KEINSINYURAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dan metode pengajaran yang tepat. diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Liqa Yasifa, 2013

BAB I PENDAHULUAN. mendukung masa depan. Pendidikan kejuruan bertujuan untuk meningkatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dunia pendidikan sedang diguncang oleh berbagai perubahan seperti

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,

BUKU KODE ETIK DAN TATA TERTIB DOSEN UNIVERSITAS NGUDI WALUYO

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 23 SERI E

2015 MANFAAT PEMBELAJARAN PRAKARYA DAN KEWIRAUSAHAAN DALAM PENUMBUHAN SIKAP WIRAUSAHA SISWA SMAN 1 CIMAHI

MEMBANGUN KARAKTER BANGSA MELALUI PEMBINAAN PROFESIONALISME GURU BERBASIS PENDIDIKAN NILAI. Prof.Dr.H.Sofyan Sauri, M.Pd

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

2015 PENERAPAN PELATIHAN CETAK SABLON DIGITAL DALAM MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS SISWA TUNARUNGU KELAS XII SMALBDI SLB BC YATIRA CIMAHI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan sistem pendidikan di Indonesia dari waktu ke waktu selalu

MATA KULIAH PENGEMBANGAN KOMPETENSI GURU. Dr. Ali Mustadi, M. Pd NIP

BAB I PENDAHULUAN. langsung terhadap perkembangan manusia, terutama perkembangan seluruh aspek

UNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. Dalam proses belajar mengajar, guru merupakan faktor utama yang

Pendidikan adalah proses pengembangan potensi manusia (kognitif, afektif, psikomotorik) secara terintagrasi dan berkelanjutan untuk menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. Kebijakan pemerintah yang tertuang dalam Undang-Undang No 32 tahun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

Pendidikan adalah proses pengembangan potensi manusia (kognitif, afektif, psikomotorik) secara terintagrasi dan berkelanjutan untuk menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. Untuk dapat membangun SDM (Sumber Daya Manusia) yang berkualitas,

2013, No.71 2 Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 T

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu aspek yang diprioritaskan, dalam pembangunan di

BAB I PENDAHULUAN. Muhamad Kamaludin, Hubungan Persepsi Siswa Terhdap Kompetensi Pendagogik Guru Mata Pelajaran Alat Ukur Dengan

BAB II TELAAH PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan tamatan atau lulusan sebagai sumber daya manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan tersebut menuntut setiap guru untuk terus berupaya melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu unsur yang memiliki peranan penting

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan wahana yang sangat strategis dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

Manual Mutu Sumber Daya Manusia Universitas Sanata Dharma MM.LPM-USD.10

BULETIN ORGANISASI DAN APARATUR

BAB I PENDAHULUAN. Seiring perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, fungsi pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. mencapai sasaran atau serangkaian sasaran bersama (Robbins, 2006:4). Akibat

BAB I PENDAHULUAN. menegaskan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam mewujudkan tujuan pendidikan nasional melalui

BAB I PENDAHULUAN. melainkan pada keunggulan sumber daya manusia (SDM), yaitu tenaga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. dan teknologi yang memadai. Untuk menuju pada kemajuan teknologi yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Siti Robiah Adawiyah, 2014 Usaha Instruktur Dalam Optimalisasi Motivasi Belajar Bahasa Inggris

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUHUAN. A. Latar Belakang Masalah. UU No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan

Standard Guru Penjas Nasional (Rumusan BSNP)

BAB I PENDAHULUAN. mendidik siswanya dengan keahlian dan keterampilan, juga mendidik siswa agar

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Starata 1 Program Studi Pendidikan Akuntansi.

BAB I PENDAHULUAN. melalui pendidikan, baik secara pendidikan formal, non formal maupun

STANDAR KOMPETENSI GURU KELAS SD/MI

BAB I PENDAHULUAN. Rendahnya mutu lulusan dapat dilihat dari rendahnya daya saing sumber

BAB I PENDAHULUAN. yang berkaitan dengan eksistensi guru itu sendiri. meningkatkan pendidikan nasional ternyata masih banyak yang harus di

BAB I PENDAHULUAN. Mengingat mutu pendidikan adalah hal yang penting, pembelajaran pun harus

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk Tuhan YME yang kompleks, unik dan diciptakan dalam integrasi dua substansi yang tidak dapat berdiri sendiri. Substansi pertama disebut tubuh (fisik/jasmani) sebagai unsur materi, sedang substansi kedua disebut jiwa (rohani/psikis). Manusia membentuk organisasi untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu yang tidak dapat mereka capai sendiri karena pada hakikatnya manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan orang lain baik untuk kepentingan individu maupun kelompok layaknya sebuah organisasi sebagai suatu system yang terdiri dari komponen-komponen yang saling berkaitan atau saling ketergantungan satu dengan yang lainya dalam proses mencapai tujuan. Organisasi merupakan wadah interaksi personal baik dengan sesama maupun dengan lingkungan sosial yang mempengaruhi antara yang satu dengan yang lainnya dalam rangka mencapai suatu tujuan. Hal ini sependapat dengan (Stephen P. Robbins 2006: 4) mengemukakan bahwa organisasi adalah unit sosial yang dengan sengaja diatur, terdiri atas dua orang atau lebih yang berfungsi secara relative terus menerus untuk mencapai sasaran atau serangkaian sasaran bersama. Namun setiap orang mempunyai watak yang berbeda-beda, perbedaan akan menimbulkan ketidaknyamanan antar personil dalam lingkup organisasi tetapi disisi lain organisasi merupakan hal terpenting karena merupakan suatu alat untuk bisa menyatukan persepsi, menyamakan pendapat meski seringkali banyak terjadinya perdebatan dan permasalahan yang mengganggu jalannya tujuan organisasi secara efektif. Dalam kondisi seperti ini banyak hal-hal yang perlu diperbaiki agar kelangsungan organisasi tetap bisa terjaga

2 keharmonisanya antara satu dengan yang lainnya. Misalnya setiap guru mempunyai pandangan atau persepsi yang berbeda dalam menggunakan metode pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan daya tangkap peserta didiknya, sebagian guru akan merasakan bahwa metode pembelajaran yang dia terapkan lebih bisa diikuti oleh siswa dibandingkan dengan metode pembelajaran guru lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa adanya perbedaan persepsi atau pandangan antara guru yang satu dengan yang lainnya. Persepsi ini selanjutnya disebut sebagai iklim organisasi. Menurut Wirawan (2007: 122) mengungkapkan bahwa: Iklim organisasi adalah persepsi anggota organisasi (secara individual dan kelompok) dan mereka yang secara tetap berhubungan dengan organisasi mengenai apa yang ada atau terjadi di lingkungan internal organisasi secara rutin, yang mempengaruhi sikap dan perilaku organisasi dan kinerja anggota organisasi yang kemudian mempengaruhi kinerja organisasi. Setiap individu akan merasakan adanya gejala atau kondisi yang membawa mereka pada suatu persepsi yang menyatakan apakah di lingkungan organisasi yang mereka tempati sudah sesuai dengan apa yang direncanakan, apabila kondisi lingkungan organisasi tumbuh dengan adanya hubungan kerjasama yang baik diantara para personilnya maka kondisi organisasi akan tercipta dengan kondusif. keadaan ini disebut dengan iklim organisasi. Hal ini sesuai dengan pendapat Tagarui dan Litwin (Hendyat Soetopo 2010: 141) bahwa Iklim organisasi adalah suatu kualitas lingkungan internal organisasi yang dialami oleh anggotanya, mempengaruhi perilakunya, dan dapat dideskripsikan dengan nilai-nilai karakteristik organisasi. Keadaan iklim organisasi yang kondusif akan menimbulkan perasaan nyaman dan menyenangkan bagi para personil organisasi sehingga para anggota organisasi akan lebih bersemangat dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya semaksimal mungkin. Oleh karena itu, memahami iklim organisasi oleh setiap anggota organisasi merupakan hal yang sangat penting.

3 Misalnya di dalam lingkungan sekolah iklim organisasi akan dirasakan oleh kepala sekolah, guru, siswa, staff tata usaha dan stakeholder sekolah lainnya. Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal secara yang memberi layanan belajar kepada peserta didik dengan menggunakan semua sumber daya dan fasilitas yang tersedia serta dukungan lainnya untuk memperlancar kegiatan belajar dan mengajar. Guru dan kepala sekolah adalah komponenkomponen yang terlibat langsung dalam memberikan layanan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan. Kepala sekolah adalah penanggungjawab lembaga sekolah tingkat dasar dan menengah. Kepala sekolah memiliki tugas dan tanggungjawab terhadap mutu pendidikan, dengan cara memberikan arahan dan bimbingan atau pembinaan kepada guru-guru agar dapat memberikan layanan belajar yang bermutu untuk para siswanya. Guru adalah komponen yang sangat menentukkan dalam implementasi suatu strategi pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, guru tidak hanya berperan sebagai teladan bagi siswanya tetapi juga sebagai pengelola pembelajaran. Wina Sanjaya (2011:24) mengemukakan Sebagai pengelola pembelajaran, guru berperan dalam menciptakan iklim belajar yang memungkinkan siswa dapat belajar secara nyaman. Peran guru yang strategis, menuntut kerja guru yang profesional, dan mampu mengembangkan ragam potensi yang terpendam dalam diri anak didik. Sedemikian besar peran guru dalam melakukan perubahan terhadap peradaban lewat anak didik yang akan menuntut kemajuan masa depan. Peserta didik adalah seseorang yang sedang menuntut ilmu di dalam lembaga pendidikan dasar dan menengah yang berkembang sesuai dengan tahap perkembangannya. Sikap dan penampilan siswa yang berbeda-beda didalam kelas merupakan aspek lain yang bisa mempengaruhi proses pembelajaran.

4 Pemahaman mengenai iklim organisasi oleh guru diharapkan dapat menciptakan suasana yang nyaman bagi guru tersebut ketika berada di sekolah. Sehingga hal ini akan memotivasi guru untuk meningkatkan kualitas mengajarnya dan selanjutnya akan menghasilkan mutu pendidikan yang baik. Di Indonesia pada saat ini masih banyak permasalahan dalam bidang pendidikan yang seharusnya sudah mendapatkan perhatian dari berbagai pihak. Walaupun keberadaan pendidikan dari masa ke masa sudah mulai ada perkembangan namun tidak menutup kemungkinan adanya permasalahan yang dihadapi yang salah satunya disebabkan oleh kinerja guru dalam mengajar. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Nana Sudjana (2002:42) yang dikutip dari analisisnya Dr. S. Eko Widoyoko, MPd, menunjukkan bahwa: Secara umum 76,6 % hasil belajar siswa dipengaruhi oleh kinerja guru, dengan rincian: kemampuan guru mengajar memberikan sumbangn 32,43%, penguasaan materi pelajaranmemberikan sumbangan 32,38 % dan sikap guru terhadap mata pelajaran memberikan sumbangan 8,60%. Kinerja mengajar guru merupakan kemampuan dan usaha guru untuk melaksanakan tugas pembelajaran sebaik-baiknya dalam perencanaan program pengajaran, pelaksanaan kegiatan pembelajaran dan evaluasi hasil pembelajaran. Menurut Dasman Darmawan (2006:45) mengemukakan bahwa: Kinerja mengajar guru ditampilkan oleh beberapa indikator, yaitu: penguasaan terhadap kurikulum dan perangkat pengajarannnya, penguasaan materi pelajaran, penguasaan metode dan tekni penilaian, komitmen atau kecintaan guru terhadap tugasnya dan disiplin. Kinerja guru sangat penting untuk diperhatikan karena mempengaruhi efektivitas pembelajaran. Guru yang mempunyai kinerja yang baik akan mampu menumbuhkan semangat dan motivasi belajar siswa yang lebih baik, dan pada akhirnya akan mampu meningkatkan kualitas belajar peserta didik. Menurut Moh. Uzer Suherman (2000:21) mengatakan bahwa tugas seorang guru meliputi tiga jenis tugas, yaitu tugas sebagai profesi, tugas guru dalam

5 bidang kemanusiaan, dan tugas guru dalam bidang kemasyarakatan. Dalam melaksanakan tugas keprofesionalan, guru berkewajiban: a. Merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaranyang bermutu, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran; b. Meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi secara berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni; c. Bertindak objektif dan tidak diskriminatif atas dasar pertimbangan jenis kelamin, agama, suku, ras dan kondisi fisik tertentu, atau latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi peserta didik dalam pembelajaran; d. Menjunjung tinggi peraturan perundangan-undangan, hukum, dan kode etik guru, serta nilai-nilai agama dan etika; dan e. Memelihara dan memupuk persatuan dan kesatuan bangsa. (Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2006 Tentang Guru dan Dosen Pasal 20) Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi kinerja mengajar guru, antara lain: kompetensi guru, motivasi kerja, kemampuan kerja, kompetensi guru, status sosial guru dan iklim organisasi. Dari beberapa faktor kinerja tersebut yang paling menarik untuk diteliti adalah iklim organisasi sekolah. Seorang guru dalam meningkatkan kinerjanya perlu didukung oleh iklim organisasi sekolah yang kondusif dan motivasi yang tinggi baik dari dalam diri maupun dari luar diri. Dalam melaksanakan tugas mendidik, guru memiliki sifat dan perilaku yang berbeda, ada yang bersemangat dan penuh tanggungjawab dalam melaksanakan tanggungjawab ada juga guru yang suka datang terlambat dan tidak mematuhi peraturan. Kondisi guru seperti itulah yang menjadi permasalahan di setiap lembaga pendidikan formal. Kondisi tersebut

6 menuntut organisasi untuk mampu mengkondisikan atau menyiapkan sumber daya pendidik yang ada untuk mampu memberikan kinerja yang optimal. Begitupun dalam lingkungan organisasi di SMA Kartika XIX-3 dan SMK Kartika XIX-1 adalah salah satu organisasi sekolah dibawah naungan yayasan yang sama yaitu Yayasan Kartika XIX dengan tujuan, latar belakang dan proses system kerja yang berbeda. Hal ini ditegaskan dalam PP No. 29 Tahun 1990 pasal 3 bahwa: Tujuan Pendidikan Menengah Umum (SMA) adalah mengutamakan penyiapan siswa untuk melanjutkan jenjang pendidikan pada jenjang pendidikan tinggi, sedangkan tujuan dari Pendidikan Menengah Kejuruan (SMK) adalah lebih mengutamakan penyiapan siswa untuk memasuki lapangan kerja dan mengembangkan sikap profesional. Di dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Pendidikan Nasional ditegaskan pada Bab 1 pasal 1 bahwa: Standar pendidikan nasional adalah kriteria minimal tentang system pendidikan diseluruh wilayah hukum Negara Republik Indonesia. Standar pendidikan nasional itu terdiri dari standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan dan standar penilaian. Dalam hal ini peneliti mengambil salah satu standar yang sangat berpengaruh terhadap proses kegiatan belajar dan pembelajaran diantara kedua sekolah ini yaitu Standar proses. Hal ini ditegaskan dalam PP No.19 Tahun 2005 Bab 1 Ayat 6 bahwa Standar proses adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satu satuan pendidikanuntuk mencapai standar kompetensi lulusan. Melalui standar proses inilah setiap satuan pendidikan diatur bagaimana seharusnya proses pendidikan berlangsung. Dengan demikian standar proses dapat dijadikan pedoman bagi guru dalam melaksanakan tugas mengajarnya.

7 Dilihat dari standar prosesnya dalam hal kurikulum SMA dan SMK jelas berbeda, Struktur kurikulum SMA meliputi substansi pembelajaran yang ditempuh dalam satu jenjang pendidikan selama tiga tahun mulai Kelas X sampai dengan Kelas XII. Struktur kurikulum disusun berdasarkan standar kompetensi lulusan dan standar kompetensi mata pelajaran. Pengorganisasian kelas-kelas pada SMA dibagi ke dalam dua kelompok, yaitu kelas X merupakan program umum yang diikuti oleh seluruh peserta didik, dan kelas XI dan XII merupakan program penjurusan yang terdiri atas tiga program: (1) Program Ilmu Pengetahuan Alam, (2) Program Ilmu Pengetahuan Sosial, dan (3) Program Bahasa. Dalam kurikulum SMK pada kelompok mata pelajaran yang spesifik meliputi 3 kelompok yaitu : Normatif, Adaptif, dan Produktif. Kelompok mata pelajaran Normatif adalah kelompok mata pelajaran yang membentuk peserta didik menjadi pribadi yang utuh yang memilki norma-norma kehidupan sebagai makhluk individu maupun makhluk sosial. Sedangakan kelompok mata pelajaran Adaptif adalah kelompok mata pelajaran yang berfungsi membentuk peserta didik sebagai individu agar memiliki dasar pengetahuan yang luas dan kuat untuk menyesuaikan diri atau beradaptasi dengan perubahan yang terjadi di lingkungan sosial, lingkungan kerja, serta mamapu mengembangkan diri sesuai dengan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni. Kelompok mata pelajaran Produktif adalah kelompok mata pelajaran yang berfungsi membekali peserta didik agar memiliki kompetensi kerja sesuai Standar Kompetensi Nasional Indonesia (SKNI). Untuk mata pelajaran Normatif terdiri dari Pendidikan Agama, PPKn, Sejarah, Bahasa Indonesia dan Pendidikan Jasmani. Adaptif terdiri dari Matematika, Fisika, Kimia, Biologi, Bahasa Inggris, Komputer dan Kewirausahaan. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan peneliti di SMA Kartika XIX-3 dan SMK Kartika XIX-1 yang diperoleh dari para guru bahwa

8 terlihat jelas kurikulum SMA dan SMK sangat berbeda. keadaan ini menganggu pada proses kegiatan belajar mengajar satu dengan yang lainnya karena letak 2 sekolah ini yang saling berdampingan. SMA dengan berbagai macam pengetahuan umumnya, berbanding terbalik dengan SMK yang lebih mengedepankan keahlian khusus seperti teknik mesin, elektro maupun informatika. Sehingga pada saat berlangsungnya proses kegiatan belajar mengajar siswa SMA merasa terganggu dengan siswa SMK yang sedang melakukan praktek karena jam pelajaran yang berbenturan dan menganggu kenyamanan siswa SMA maupun SMK. Dilihat dari lingkungan fisiknya gedung sekolah SMA dan SMK ini berada pada titik yang sama bahkan tidak dibatasi oleh apapun, ruangan guru yang seharusnya menjadi ruang tertutup tetapi disini sifatnya terbuka karena bersebelahan satu dengan yang lainya, banyak hal yang berbeda dalam mengelola manajemen antara kedua sekolah ini, maka perlu adanya pembenahan untuk setiap unsure sekolah baik itu sarana prasarana maupun untuk keefektifan proses kegiatan belajar mengajar. Hubungan sosial stakeholder 2 sekolah ini pun dari pimpinan, tenaga pendidik dan kependidikan dan para siswa kurang menciptakan keadaan organisasi yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya. Bisa dilihat di lapangan bahwa untuk upacara hari senin saja yang sudah rutin dan wajib dilaksanakan setiap sekolah, 2 sekolah ini hanya melaksanakan upacara bergantian 2 minggu sekali karena posisi sekolah mereka yang berada pada titik yang sama. Maka, jelas terlihat hubungan antara 2 sekolah ini kurang harmonis sehingga tidak menciptakan iklim organisasi yang baik dan bisa menyebabkan kurangnya motivasi para guru untuk mengajar anak didik mereka. Seperti halnya keadaan organisasi harus bisa menciptakan suatu iklim atau kondisi yang mendukung dan nyaman bagi para anggotanya untuk mencapai hasil yang optimal. (Para Guru SMA dan SMK: 2012)

9 Permasalahan tenaga kependidikan perlu diperhatikan mengingat salah satu unsur dari satuan kegiatan pendidikan nasional adalah tenaga pendidik. Keberadaannya dalam sistem pendidikan nasional diarahkan dan dikembangkan untuk memiliki kemampuan atau kompetensi khusus agar dapat memberikan pelayanan terbaik bagi siswanya. Hal ini berhubungan dengan kinerja guru dalam proses pembelajaran. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Lia Vita (2007:97) dalam skripsinya yang berjudul Iklim Kerja Organisasi Sekolah terhadap Motivasi Mengajar Guru di SMA Kartika Siliwangi 2 Bandung yang menyatakan bahwa: Guru selalu semangat mengajar dengan adanya lingkungan organisasi sekolah yang nyaman. Hal ini dapat dilihat dari pernyataan yang menyebutkan bahwa suasana sekolah yang nyaman mendorong semangat kerja guru meningkat. Hal ini berarti lingkungan kerja atau iklim kerja organisasi kondusif mendorong/memotivasi guru untuk lebih berprestasi optimal sesuai dengan kemampuannya ketika guru selalu semangat mengajar dengan adanya lingkungan sekolah yang kondusif. Berdasarkan uraian tersebut maka diperoleh nilai rata-rata secara keseluruhan 4,10 dan dapat disimpulkan bahwa kondisi motivasi mengajar di SMA Kartika Siliwangi 2 secara umum berada pada kategori sangat tinggi Untuk itu maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian lebih jauh bagaimana hubungan iklim organisasi antara 2 sekolah yang berada pada satu tempat terhadap kinerja mengajar guru yang ada di sekolah tersebut. Maka penelitian ini berjudul Pengaruh Iklim Organisasi Sekolah terhadap Kinerja Mengajar Guru di SMA Kartika XIX-3 dan SMK Kartika XIX-1 Bandung.

10 B. Batasan dan Rumusan Masalah 1. Batasan Masalah Secara konseptual penelitian ini dilakukan untuk mengetahui Iklim Organisasi, Kinerja Mengajar Guru dan pengaruhnya di lingkungan SMA Kartika XIX-3 dan SMK Kartika XIX-1 Bandung. 2. Rumusan Masalah Bertolak dari latar belakang yang telah dipaparkan diatas dapat disimpulkan bahwa rumusan masalah merupakan gambaran umum mengenai ruang lingkup penelitian, pembatasan bidang penelitian dan penelaahan variable penelitian. Dengan demikian, permasalahan pokok yang ditetapkan dalam penelitian ini sebagai berikut: a. Bagaimana iklim organisasi di SMA Kartika XIX-3 dan SMK Kartika XIX-1 Bandung? b. Bagaimana kinerja mengajar guru di SMA Kartika XIX-3 dan SMK Kartika XIX-1 Bandung? c. Seberapa besar pengaruh iklim organisasi terhadap kinerja mengajar guru di SMA Kartika XIX-3 dan SMK Kartika XIX-1 Bandung? C. Tujuan Penelitian

11 Sejalan dengan perumusan masalah penelitian ini pun mempunyai tujuan agar mempunyai arah yang jelas dan tolak ukur keberhasilan yang bisa dijadikan pedoman, maka penelitian ini dikategorikn menjadi 2 tujuan, sebagai berikut: 1. Tujuan Umum Secara umum tujuan diadakannya penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran dan informasi yang jelas dan akurat mengenai seberapa besar pengaruh iklim organisasi terhadap kinerja mengajar guru di SMA Kartika XIX-3 dan SMK Kartika XIX-1 Bandung. 2. Tujuan Khusus Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Untuk memperoleh informasi yang jelas tentang kondisi iklim organisasi di SMA Kartika XIX-3 dan SMK Kartika XIX-1 Bandung. b.untuk memperoleh informasi yang jelas tentang kinerja mengajar guru di SMA Kartika XIX-3 dan SMK Kartika XIX-1 Bandung. c. Untuk memperoleh informasi yang jelas tentang sebarapa besar pengaruh iklim organisasi terhadap kinerja mengajar guru di SMA Kartika XIX-3 dan SMK Kartika XIX-1 Bandung. D. Manfaat Penelitian Beberapa manfaat yang dapat peneliti kemukakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Manfaat Secara Teoritis Secara teoritis penelitian ini bermanfaat untuk mengembangkan ilmu administrasi pendidikan, terutama mengenai efektivitas pelaksanaan

12 iklim organisasi sekolah dalam meningkatkan kinerja mengajar guru dan untuk meningkatkan kualitas pendidikan. b. Manfaat Secara Praktis Secara praktis hasil penelitian ini bermanfaat : 1) Sebagai masukan bagi kepala sekolah untuk mengembangkan iklim organisasi sekolah dalam meningkatkan kinerja mengajar guru dengan membina dan mengembangkan tenaga pendidik, tenaga kependidikan, siswa, peran komite sekolah pada lembaga yang dikelolanya dalam peningkatan kualitas sekolah. 2) Sebagai bahan rujukan bagi peneliti dalam pengembangan ilmu Administrasi Pendidikan secara praktis menyangkut iklim organisasi dan kinerja guru 3) Sebagai bahan rujukan bagi instansi yang berwenang dalam pengembangan ilmu Administrasi Pendidikan secara praktis menyangkut iklim organisasi dan kinerja guru. E. Sistematika Penulisan BAB I merupakan pendahuluan yang menguraikan tentang latarbelakang masalah, batasan masalah dan rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi skripsi. BAB II menguraikan tentang kajian pustaka, kerangka pemikiran dan hipotesis penelitian. Kajian pustaka berisi teori yang sedang dikaji yaitu konsep iklim organisasi sekolah dan konsep kinerja mengajar guru, dan kedudukan masalah penelitian dalam bidang ilmu yang diteliti. Kerangka pemikiran merupakan tahapan yang ditempuh dalam merumuskan hipotesis dengan mengkaji hubungan teoritis antar variable penelitian, setelah hubungan variable tersebut didukung oleh teori yang dirujuk barulah hipotesis dapat

13 dirumuskan. Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah yang dirumuskan dalam penelitian. BAB III berisi penjabaran yang rinci mengenai metodelogi penelitian yang terdiri dari lokasi dan subjek populasi/sampel penelitian, desain penelitian, metode penelitian, definisi operasional, instrument penelitian, proses pengembangan instrumen, teknik pengumpulan data, dan analisis data. BAB IV merupakan hasil penelitian dan pembahasan, penelitian akan menguraikan hasil perhitungan yang diperoleh melalui pengumpulan data/angket terhadap indikator-indikator variabel X (Iklim Organisasi Sekolah) dan variabel Y (Kinerja Mengajar Guru) yang sesuai dengan rumus dan prosedur yang telah ditetapkan. Adapun isi yang tercakup dalam bab ini meliputi analisis data, penyajian hasil pengolahan data, dan pembahasan hasil penelitian. BAB V merupakan kesimpulan dan saran yang menyajikan penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap hasil analisis temuan penelitian yang berjudul Pengaruh Iklim Organisasi Sekolah Terhadap Kinerja Mengajar Guru di SMA Kartika XIX-3 dan SMK Kartika XIX-1 Bandung.