BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia (human resources) secara unggul. Sumber daya manusia yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini dunia mengalami perubahan dengan begitu cepatnya. Perubahan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Mereka yang memiliki komitmen tinggi cenderung lebih bertahan dan rendah

I. PENDAHULUAN. dan teknologi yang memadai. Untuk menuju pada kemajuan teknologi yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. teori itu dipakai adalah karena teori tersebut relevan dengan variabel yang dipakai serta

BAB I PENDAHULUAN. meliputi segala bidang, diantaranya politik, sosial, ekonomi, teknologi dan

BAB I PENDAHULUAN. membentuk dan mendewasakan serta menanamkan nilai-nilai kemanusiaan yang

BAB I PENDAHULUAN. kependidikan sebagai unsur yang mempunyai posisi sentral dan strategis

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indrayogi, 2014

BAB I PENDAHULUAN. untuk memproduksi barang-barang yang berkualitas demi meningkatkan daya

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. 1. Ada pengaruh positif dan signifikan gaya kepemimpinan kepala sekolah

BAB I PENDAHULUAN. pembagian karyawan menjadi karyawan tetap dan karyawan kontrak, baik perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu wadah yang sangat penting agar warga negara Indonesia dapat

BAB I PENDAHULUAN. dasawarsa terakhir ini, ternyata belum sepenuhnya mampu menjawab. kebutuhan dan tantangan nasional dan global dewasa ini.

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas dan mutu pendidikan. Oleh karena itu setiap tenaga

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Didunia usaha keberadaaan seorang pemimpin dalam organisasi sangat

BAB II URAIAN TEORITIS. terhadap produktivitas karyawan pada PT. Pelabuhan Indonesia I (Persero)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia tengah menghadapi suatu masa dimana terjadinya

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Kinerja merupakan salah satu alat ukur dari keberhasilan sebuah

peningkatan kualitas sumber daya manusia mutlak diperhatikan

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan adalah suatu organisasi yang memiliki tujuan tertentu yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya

MENGULAS KEMAMPUAN MANAJERIAL KEPALA SEKOLAH. DI ERA OTONOMI Oleh: Dr. H. Yoyon Bahtiar Irianto, M.Pd. (FIP-UPI)

I. PENDAHULUAN. Dalam mencapai tujuan, setiap organisasi dipengaruhi oleh perilaku

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Keberhasilan suatu organisasi sangat tergantung pada kinerja Sumber

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. SMA Negeri 2 Sarolangun) dapat disimpulkan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas. Menurut Suryadi (2011: 2) warga negara berhak memperoleh pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan sistem manajemen pemerintahan dan pembangunan antara lain

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perwujudan manusia yang berkualitas tersebut menjadi tanggung jawab

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Ikhwannul Ikhsan, 2014 Pengaruh Iklim Sekolah Terhadap Kinerja Guru Akuntansi Di Smk Se-Kota Cimahi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu alternatif untuk mengatasi berbagai krisis yang

KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH

BAB I PENDAHULUAN. mencapai suatu tujuan cita-cita luhur mencerdaskan kehidupan bangsa.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berbagai pengaruh lingkungan seperti lingkungan psikologis, pengaruh sosial,

BAB I PENDAHULUAN. dan tanpa manusia, organisasi tidak akan berfungsi. Sumber daya manusia

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia dan akan berpengaruh langsung terhadap pembentukan

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat menghambat pembangunan dan perkembangan ekonomi nasional.

BAB IV ANALISIS TENTANG UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM MENCAPAI VISI DAN MISI SEKOLAH DI SD NEGERI 03 PODODADI KARANGANYAR PEKALONGAN

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. sekolah dengan keefektifan Sekolah Menengah Pertama di Kota Medan. Hal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era informasi dan globalisasi yang terjadi saat ini, menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dan utama dalam konteks pembangunan bangsa dan negara. Begitu

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya pembangunan dalam dunia pendidikan dilaksanakan dalam. rangka meningkatkan kualitas manusia yang berhubungan dengan proses

BAB I PENDAHULUAN. ditetapkan visi, misi dan strategi pembangunan pendidikan nasional. Visi

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pencapaian tujuan tersebut, perusahaan membutuhkan tenaga-tenaga

BAB II LANDASAN TEORI. berkaitan dengan komitmen afektif dan budaya organisasi. karena mereka menginginkannya (Meyer dan Allen, 1997)

KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan UU No. 3 tahun 1982, perusahaan adalah setiap bentuk usaha yang

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan sumber daya yang dimilikinya. Baik sumber daya materil

BAB I PENDAHULUAN. salah satunya dalam bidang pendidikan. Sehubungan dengan hal tersebut,

KODE ETIK GURU INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mutu sumber daya manusia menuju era globalisasi yang penuh dengan tantangan.

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada era

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan pilar utama bagi kemajuan bangsa dan negara.

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Lamba dan Choudary (2013) menyebutkan bahwa komitmen adalah

BAB I PENDAHULUAN. kelas, tapi seorang guru juga harus mampu membimbing, mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Indonesia sebagai suatu bangsa yang sedang giat-giatnya

BAB I PENDAHULUAN. Penataan SDM perlu terus diupayakan secara bertahap dan berkesinambungan

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkat baik yang bergerak di bidang produksi barang maupun jasa.

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi merupakan era kemajuan ilmu pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mempunyai komitmen pada organisasi biasanya mereka menunjukan sikap kerja

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada jalur formal di Indonesia terbagi menjadi empat jenjang, yaitu

Sasaran dan. Pengembangan Sikap Profesional. Kompetensi Dasar

BAB I PENDAHULUAN. mengusahakan tercapainya pendidikan nasional. Sistem Pendidikan Nasional

Latihan: UJI KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH 2012

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. bidang kekuasaan kehakiman di empat lingkungan peradilan, yaitu Peradilan

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Tantangan kepemimpinan saat ini adalah menghadapi perubahan lingkungan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan memiliki peranan penting dalam meningkatan sumber daya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. dari analisis data dapat digeneralisasikan pada populasi penelitian. Berdasarakan rumusan

BAB 1 PENDAHULUAN. terpenting di dalam suatu perusahaan. Tanpa peran manusia meskipun berbagai

I. PENDAHULUAN. kehidupan lainnya seperti keluarga, sosial kemasyarakatan, pemerintahan,

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Peran dari pendidikan tersebut adalah sebagai sarana dalam. meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia.

BAB I PENDAHULUHUAN. A. Latar Belakang Masalah. UU No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan ini berdiri pada tahun 1973 sebagai sebuah home industry yang

BAB II KAJIAN TEORI. jawab baik secara fisik maupun spiritual terhadap keberhasilan aktivitas kerja dari

BAB I PENDAHULUAN. membentuk karyawan untuk berfikir, bersikap dan berperilaku. Budaya organisasi

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kompetensi yang baik maka seorang guru terutama guru TK dapat memenuhi dan

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Dasar (SD) Negeri Wirosari memiliki visi menjadikan SD

Bab 4. Visi, Misi, Tata Nilai, Tujuan Strategik, Arah Kebijakan dan Strategi Fakultas Ekonomi Unila

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan perusahaan industri yang selalu ingin survive dan berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan selalu mendapatkan sorotan tajam dari masyarakat.

Sasaran dan. Pengembangan Sikap Profesional. Kompetensi Dasar

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. sekolah dengan keefektifan sekolah di MTs Kabupaten Labuhanbatu Utara.

BAB I PENDAHULUAN. adanya Undang-undang Guru dan Dosen. Guru bertanggung jawab mengantarkan

Penerapan MBS, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012), hlm Nanang Fattah, Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan dalam Konteks

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekolah sebagai salah satu komponen dari pendidikan yang eksistensinya

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN BIDANG PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangsa Indonesia sebagai bagian dari masyarakat global, perlu mempersiapkan sumber daya manusia (human resources) secara unggul. Sumber daya manusia yang unggul diperlukan, mengingat tingkat persaingan antar negara semakin kompetitif. Keberadaan manusia Indonesia yang unggul menduduki posisi sangat strategis. Adanya sumber daya manusia yang unggul dalam penguasaan berbagai jenis keterampilan, keahlian profesional, serta ilmu pengetahuan dan teknologi diharapkan dapat menggerakkan sektor-sektor industri secara lebih efisien dan produktif. Untuk melahirkan Human Resources yang unggul, salah satunya melalui kegiatan pendidikan yang berkualitas. Proses pendidikan yang berkualitas dan berkesinambungan dari jenjang pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi. Keberadaan pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan tertinggi, kelanjutan dari jenjang pendidikan sekolah lanjutan menengah atas, yang merupakan satuan pendidikan sangat urgen untuk diteliti keberadaannya (Collier, dkk dalam Indra Jati Sidi, 2002). Dosen merupakan komponen pendidikan yang sangat strategis dalam menciptakan pendidikan yang berkualitas. Partisipasi dan peran aktifnya memberi sumbangan besar dalam mencapai tujuan pendidikan secara nasional. Untuk itu, peningkatan kinerja dosen di suatu program studi merupakan kebutuhan yang mendesak. Ditetapkannya Undang- 1 Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dan Undang-Undang

Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen semakin menegaskan bahwa fungsi, peran dan kedudukan dosen sangat strategis. Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 (bab 3 pasal 7), dosen adalah tenaga profesional yang melaksanakan pekerjaan khusus, dan memiliki prinsip-prinsip: (1) bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme, (2) komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia, (3) kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang tugas, (4) kompetensi yang sesuai dengan bidang tugas, (5) tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan, (6) memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja, (7) kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat, (8) jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas keprofesionalan, (9) organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur hal-hal yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan dosen. Untuk meningkatkan kinerja dosen diperlukan aktivitas yang terencana dari lembaga yang bersangkutan. Adapun cara yang dapat dilakukan oleh lembaga perguruan tinggi: (1) meningkatkan kualitas hubungan antara atasan dan bawahan lembaga pendidikan, (2) meningkatkan komitmen dosen terhadap profesinya dan (3) mengefektifkan kepemimpinan dalam pendidikan. Sebagaimana dikatakan Mahmudi (2007: 20) yang menyebutkan beberapa faktor yang dapat mempangaruhi kinerja antara lain : 1. Faktor personal/individual, meliputi: pengetahuan, ketrampilan (skill), kemampuan, kepercayaan diri, motivasi dan komitmen.

2. Faktor kepemimpinan, meliputi kualitas dalam memberikan dorongan, semangat, arahan dan dukungan yang diberikan manajer dan team leader. 3. Faktor tim, meliputi kualitas dukungan dan semangat yang diberikan oleh rekan dalam satu tim, kekompakan dan keeratan anggota tim. 4. Faktor sistem, meliputi sistem kerja dan infrastruktur yang diberikan oleh organisasi, proses organisasi, dan kultur kinerja dalam organisasi. 5. Faktor kontekstual (situasional) meliputi: tekanan dan perubahan lingkungan eksternal dan internal. Hubungan baik antara atasan dan bawahan membuat suasana di tempat kerja menjadi menyenangkan dan kondusif. Atasan memiliki berbagai gaya dan cara dalam mengawasi pekerjaan: antara lain, ada yang menyerahkan segala sesuatunya kepada yang diberi tugas, ada yang senang memerintah, senang mengajarkan dan ada yang senang memperhatikan pekerjaan sampai detail. Atasan yang memberi kepercayaan dan kebebasan pada anak buah, tentu hanya dengan sedikit pengawasan, sangat sesuai bagi mereka yang senang bekerja secara mandiri. Jika merasa nyaman dengan cara ini dan dapat mempertanggungjawabkan kepercayaan yang diberikan, serta dapat bekerja secara mandiri, maka pendekatan ini sangat cocok bagi bawahan. Untuk mempertahankan SDM bermotivasi tinggi, Armstrong (1999:98-100) memberikan pemikiran yakni perlunya pendekatan yang lebih menitikberatkan pada manajemen pendorong kerja (workforce management). Sedangkan menurut Walton (dalam Amstrong, 1999:99) pendekatan tersebut sebaiknya diganti dengan strategi komitmen. Menurutnya, pegawai akan menampilkan respon terbaik dan terkreatif mereka pada saat mereka diberi tanggungjawab yang lebih luas, ditantang untuk memberi kontribusi dan

dibantu untuk mencapai kepuasan kerja. Tingkat komitmen baik komitmen organisasi terhadap pegawai atau sebaliknya, sangat diperlukan karena melalui komitmen tersebut akan tercipta iklim kerja yang profesional. Faktor komitmen dipandang penting karena pegawai yang memiliki komitmen tinggi terhadap organisasi akan memiliki sikap yang profesional dan menjunjung tinggi nilai-nilai yang telah disepakati dalam organisasi. Membangun komitmen pegawai sangat terkait dengan bagaimana komitmen organisasi kepada anggota organisasi. Organisasi memberikan pelayanan apa kepada anggota organisasi. Menurut George Straus (1992), keterlibatan dan partisipasi pegawai secara luas merupakan bagian terpenting dari strategi komitmen yang tinggi dari organisasi. Dalam dunia kerja, komitmen seseorang terhadap organisasi/ perusahaan seringkali menjadi isu yang sangat penting. Sehingga beberapa organisasi berani memasukkan unsur komitmen sebagai salah satu syarat untuk memegang suatu jabatan yang ditawarkan dalam iklan-iklan lowongan pekerjaan. Meskipun hal ini sudah sangat umum, namun tidak jarang pengusaha maupun pegawai masih belum memahami arti komitmen yang sesungguhnya. Padahal pemahaman tersebut sangat penting agar tercipta kondisi kerja yang kondusif, sehingga organisasi/perusahaan dapat berjalan secara efisien dan efektif. Dalam rangka memahami apa sebenarnya komitmen individu terhadap organisasi/ perusahaan, apa dampaknya bila komitmen tersebut tidak diperoleh dan mengapa hal tersebut perlu dipahami, penulis mencoba menjelaskannya dalam artikel pendek ini (Zainuddin Sri Kuntjoro dalam http://www.e-psikologi.com/masalah/250702.htm). Meyer dan Allen (1991) dalam Karina (http://rumahbelajarpsikologi. com/index.php/komitmen-organisasi.html), merumuskan tiga dimensi komitmen dalam

berorganisasi, yaitu: affective, continuance, dan normative. Ketiga hal ini lebih tepat dinyatakan sebagai komponen dari komitmen berorganisasi. Hal ini disebabkan hubungan anggota organisasi dengan organisasi mencerminkan perbedaan derajat ketiga komponen tersebut. Affective commitment berkaitan dengan hubungan emosional anggota terhadap organisasinya, identifikasi dengan organisasi, dan keterlibatan anggota dengan kegiatan di organisasi. Anggota organisasi dengan affective commitment yang tinggi akan terus menjadi anggota dalam organisasi karena memang memiliki keinginan untuk itu. Continuance commitment menunjukkan kesadaran anggota organisasi akan mengalami kerugian, jika meninggalkan organisasi. Anggota organisasi dengan continuance commitment yang tinggi, akan menjadikan anggota terus dalam organisasi karena mereka memiliki kebutuhan untuk tetap menjadi anggota organisasi tersebut. Normative commitment menggambarkan perasaan keterikatan untuk terus berada dalam organisasi. Anggota organisasi dengan normative commitment yang tinggi akan terus menjadi anggota dalam organisasi karena merasa dirinya harus berada dalam organisasi tersebut (Allen & Meyer, 1997 (http://rumahbelajarpsikologi.com/index.php/komitmen-organisasi.html). Faktor-faktor yang mempengaruhi komitmen dalam berorganisasi, karakteristik pribadi individu, karakteristik organisasi, dan pengalaman selama berorganisasi (Allen & Meyer, 1997). Yang termasuk karakteristik organisasi adalah struktur organisasi, desain kebijaksanaan dalam organisasi, dan bagaimana kebijaksanaan organisasi tersebut disosialisasikan. Karakteristik pribadi terbagi ke dalam dua variabel, yaitu variabel demografis; dan variabel disposisional. Variabel demografis mencakup gender, usia, status

pernikahan, tingkat pendidikan, dan lamanya seseorang bekerja pada suatu organisasi. Dalam beberapa penelitian ditemukan adanya hubungan antara variabel demografis tersebut dan komitmen berorganisasi, namun ada pula beberapa penelitian menyatakan bahwa hubungan tersebut tidak terlalu kuat (Aven Parker, & McEvoy; Mathieu & Zajac dalam Allen & Meyer, 1997). Selain komitmen yang dapat berkontribusi terhadap peningkatan kinerja pegawai adalah, sikap pegawai yang bersangkutan pada jabatan fungsional yang diembankannya. Jadi Sikap disini mencakup dua aspek, baik psikologi maupun sosiologi. Dari aspek psikologi sikap adalah orientasi individu bersifat tetap mencakup pemahaman, perasaan dan kesiapan bertindak terhadap sesuatu hal (Allport dalam Sears et. Al 1985:137). Sedangkan dari aspek sosiologi, sikap adalah potensi pendorong dalam jiwa individu warga masyarakat untuk bereaksi terhadap lingkungan, nilai-nilai yang berlaku (Koentjaraningrat ed, 1979:381). Jadi sikap pada jabatan dosen, adalah response secara sadar dari individu tenaga pengajar perguruan tinggi terhadap tugas pengemban tridarma perguruan tinggi yang mencakup pendidikan-pengajaran; penelitian dan pengabdian kepada masyarakat secara kreatif dan berkelanjutan. Selanjutnya, Organisasi akan maju, jika dipimpin oleh seorang yang mencerminkan sebagai Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas dan pantas disebut sebagai pemimpin. Kepemimpinan di suatu lembaga sebaiknya dibangun di atas paradigma sustained improvement. Artinya, kepemimpinan yang selalu berupaya melakukan pembaharuan yang terus menerus dan menghargai kreativitas. Figur pemimpin yang demikian ini disebut sebagai pemimpin yang visioner. (Wahyudi., 2008: 7). Pemimpin visioner adalah sosok pemimpin yang berpandangan jauh kedepan dan menjadikan visi

sebagai strategi, aspirasi mencapai sukses ada dua dimensi yaitu: 1 eksternal ia bertindak sebagai juru bicara dan penentu arah bagi organisasi. 2 internal, ia mampu bertindak sebagai pelatih dan agen perubahan bagi bawahan. Kepemimpinan visioner selalu berorientasi ke pencapaian tujuan jangka panjang sesuai dengan visi lembaga dan terfokus pada kepemimpinan team (shared leadership). Menggapai masa depan organisasi tidak mudah. Banyak tantangan, kendala dan resiko gagal selalu ada. Resistensi internal terhadap perubahan yang diharapkan kadangkala cukup tinggi. Lalu bagaimana pemimpin mengelola lembaga yang dipimpinnya? Proses perubahan organisasi harus diawali dari perubahan individu secara berkelanjutan. Secara prinsip adalah: meningkatkan terus menerus hasil yang lebih baik lagi melalui peningkatan yang fundamental, yaitu peningkatan kompetensi individu, peningkatan kualitas disiplin dan moral kerja, peningkatan kualitas hasil kerja dan pelayanan. Keberhasilan pimpinan organisasi dalam mengelola perubahan ditentukan banyak faktor, salah satunya adalah kualitas kepemimpinan yang mereka miliki. Jackson (2003), mengemukakan dua faktor penting yang mendukung keberhasilan seorang pemimpin organisasi dalam melakukan perubahan atau menggerakkan orang-orang dalam organisasi yaitu karakter kepemimpinan dan kemampuan menciptakan lingkungan yang kompetitif. Setiap pemimpin dalam organisasi harus mampu menjadi penggerak (driver) bagi organisasi yang dipimpin. Penggerak untuk menuju ke pencapaian target dan tujuan yang telah ditetapkan organisasi. Pemimpin organisasi harus mampu mengoptimalkan penggunaan semua resources dalam organisasi agar tujuan organisasi dapat dicapai secara optimal. Oleh karena itu, pemimpin dalam organisasi harus mampu berperan sebagai manager.

Banyak pemimpin yang gagal menggerakkan organisasi kearah visi yang telah dirumuskan, gagal mencapai target dan tujuan yang telah ditetapkan. Mengapa mereka gagal? Bermacam-macam penyebabnya. Salah satunya adalah, mereka tidak mampu mengajak, mengarahkan, menggerakkan orang-orang dalam organisasi untuk bekerja secara giat (work harder), dan bekerja dengan prestasi yang sempurna (work smarter). Dalam era sekarang ini, kepemimpinan organisasi (dalam hal ini program studi) yang dibutuhkan adalah kepemimpinan kreatif yang mampu menggapai tujuan kedepan, responsive terhadap tantangan yang muncul, dan dengan kepemimpinan seperti itu, mampu mengerakkan semua SDM organisasi sebagai satu kesatuan team yang solid. Perguruan tinggi yang ingin berkembang memerlukan kepemimpinan ketua program studi yang visioner. Oleh karena itu, tipe kepemimpinan ini menarik untuk diteliti. Ada sejumlah faktor yang turut menentukan kesuksesan suatu program studi, salah satunya faktor pemimpin. Pemimpin program studi (ketua program studi) memiliki posisi strategis karena kewenangan yang dimiliki dan kemampuan dalam berpikir kreatif untuk menggerakan bawahan sehingga memiliki komitmen dan komunikasi yang kuat untuk menyelesaikan tugas atau pekerjaannya. Ada pengaruh yang inherent pada kualitas dan gaya pemimpin dalam memotivasi bawahan untuk bekerja maksimal melakukan tugas. Untuk itu, perlu diteliti apakah ada pengaruh motivasi, komitmen dan kepemimpianan yang visioner terhadap kinerja anggota organisasi, termasuk untuk peningkatan kinerja dosen sejak seseorang ikrar bersedia dan siap menjadi dosen. Apabila diamati khususnya di Universitas Muria Kudus, ternyata masih terdapat dosen yang belum mencerminkan kinerja secara optimal, masih dijumpahi adanya dosen yang tidak mencurahkan tenaga dan fikirannya untuk kegiatan tridarma perguruan tinggi seutuhnya, yang ditandai dengan

jenjang karier jabatan akademik mereka masih ada yang terhambat, yaitu lebih dari empat tahun belum naik jabatan fungsionalnya. Berdasarkan penjelasan tersebut di atas, memperlihatkan betapa pentingnya, komitmen, sikap pada jabatan, serta kepemimpinan visioner dapat mempengaruhi kinerja dosen di Universitas Muria kudus. Oleh karena itu dalam penelitian ini akan menekankan analisis regresi (pengaruh) komitmen dan sikap pada jabatan terhadap kinerja dosen melalui kepemimpinan vsioner Ketua program studi di Universitas Muria Kudus. B. Rumusan Masalah Berdasarkan hal-hal yang telah diuraikan pada latar belakang maka dapat dirumuskan masalah penelitian ini sebagai berikut: 1. Adakah pengaruh komitmen terhadap kepemimpinan visioner Ketua program studi di Universitas Muria Kudus? 2. Adakah pengaruh sikap pada jabatan terhadap kepemimpinan visioner Ketua program studi di Universitas Muria kudus? 3. Adakah pengaruh komitmen dan sikap pada jabatan secara bersama-sama terhadap kepemimpinan visioner Keetua program studi di universitas Muria kudus? 4. Adakah pengaruh kepemimpinan visioner ketua program studi terhadap kinerja dosen di Universitas Muria Kudus? 5. Adakah pengaruh komitmen terhadap kinerja dosen di Universitas Muria Kudus? 6. Adakah pengaruh sikap pada jabatan terhadap kinerja dosen di Universitas Muria Kudus?

7. Adakah pengaruh komitmen dan sikap pada jabatan secara bersama-sama terhadap kinerja dosen di Universitas Muria kudus? 8. Adakah pengaruh komitmen, sikap pada jabatan dan kepemimpinan visioner ketua program studi, secara bersama-sama terhadap kinerja dosen di Universitas Muria Kudus? C. Tujuan Penelitian Penelitian ini dimaksudkan untuk mengungkap pengaruh faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja dosen melalui, komitmen, sikap pada jabatan dan kepemimpinan visioner ketua program studi, dengan tujuan untuk memahami: 1. Pengaruh komitmen terhadap kepemimpinan visioner Ketua program studi di Universitas Muria kudus. 2. Pengaruh sikap pada jabatan terhadap kepemimpinan visioner Ketua program studi di Universitas Muria Kudus. 3. Pengaruh komitmen dan sikap pada jabatan secara bersama-sama terhadap kepemimpinan visioner Ketua program studi di Universitas Muria Kudus. 4. Pengaruh kepemimpinan visioner ketua program studi terhadap kinerja dosen di Universitas Muria Kudus. 5. Pengaruh komitmen terhadap kinerja dosen di Universitas Muria kudus. 6. Pengaruh sikap pada jabatan terhadap kinerja dosen di Universitas Muria Kudus. 7. Pengaruh komitmen dan sikap pada jabatan secara bersama-sama terhadap kinerja dosen di Universitas Muria Kudus.

8. Pengaruh komitmen, sikap pada jabatan dan kepemimpinan visioner ketua program studi secara bersama-sama terhadap kinerja dosen di Universitas Muria Kudus. D. Luaran Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat membawa manfaat bagi berbagai pihak, antara lain: 1. Bagi ilmu pengetahuan: Untuk merperkaya khasanah ilmu pengetahuan dibidang manajemen pendidikan dan sebagai referensi bagi penelitian selanjutnya dalam bidang pendidikan. 2. Bagi Fakultas: menjadi sumbangan pemikiran dekan, kususnya ketua program studi dalam meningkatkan kinerja dosenya. 3. Bagi Universitas : Sebagai masukan agar dalam rekrutmen dosen, dan promosi ketua program studi, untuk mempertimbangkan faktor komitmen, sikap pada jabatan dan kepemimpinan visioner ketua program studi,dalam upaya peningkatan kinerja dosen