PELAKSANAAN PEMBELAJARAN SISWA LAMBAN BELAJAR KELAS II SD N JLABAN

dokumen-dokumen yang mirip
LAYANAN PENDIDIKAN BAGI SISWA SLOW LEARNER OLEH GURU DI KELAS III

PELAKSANAAN PENGAJARAN REMEDIAL PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS II SD N 1 SEDAYU

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ANAK TUNAGRAHITA

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan mereka dapat menggenggam dunia. mental. Semua orang berhak mendapatkan pendidikan yang layak serta sama,

PELAKSANAAN PENGAJARAN REMEDIAL ANAK LAMBAN BELAJAR SD N 1 KRAKAL IMPLEMENTATION OF SLOW LEARNER REMEDIAL TEACHING SD N 1 KRAKAL

PELAKSANAAN KEGIATAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF ANAK TUNAGRAHITA DI SD NEGERI BANGUNREJO 2 KOTA YOGYAKARTA

IDENTIFIKASI HAMBATAN-HAMBATAN GURU DALAM PEMBELAJARAN DI KELAS III A SEKOLAH INKLUSI SDN GIWANGAN YOGYAKARTA

PEMBELAJARAN PADA ANAK BERKESULITAN BELAJAR MEMBACA MENULIS DI KELAS III B SD NEGERI GIWANGAN

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE SCRIPT UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN SISWA LAMBAN BELAJAR (SLOW LEARNEAR) KELAS II SD NEGERI JLABAN KECAMATAN SENTOLO KABUPATEN KULON PROGO SKRIPSI

PERSIAPAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF SISWA SDLB NEGERI 40 KABUPATEN SOLOK

PERAN SHADOW TEACHER DALAM LAYANAN KHUSUS KELAS INKLUSI DI SDN PERCOBAAN 1 KOTA MALANG

LAYANAN GURU BAGI SISWA LAMBAN BELAJAR DI KELAS IV SEKOLAH DASAR NEGERI GADINGAN WATES

PELAKSANAAN KURIKULUM ADAPTIF DI SEKOLAH PENYELENGGARA PENDIDIKAN INKLUSI DI SEKOLAH DASAR NEGERI GIWANGAN, YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam meningkatkan sumber daya

PELAKSANAAN ASSESSMENT PEMBELAJARAN IPS KELAS V OLEH GURU DI SD GUGUS BINTANG KECAMATAN TEMPURAN KABUPATEN MAGELANG TAHUN AJARAN 2013/2014

3

PENDIDIKAN NILAI NASIONALISME DI SD NEGERI 2 WATES KULON PROGO

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pelaksanaan Pembelajaran Bahasa Indonesia...( Ervinda Noor Ramadhani) 1011

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TEKNIK KANCING GEMERINCING

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dasar bertujuan untuk memberikan bekal kemampuan. dasar kepada peserta didik untuk mengembangkan kehidupannya sebagai

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARANACTIVE KNOWLEDGE SHARINGUNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN BERTANYA BIOLOGISISWA KELAS XI IPA 1 SMA NEGERI 1 NGEMPLAKTAHUN

ABSTRAK. Kata Kunci : Anak berkebutuhan khusus, TK, pelayanan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ARTIKULASI UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS LAPORAN PENGAMATAN USAHA KONFEKSI

PENERAPAN MODEL MIND MAP DALAM PENINGKATAN HASIL BELAJARAN IPS TEMA SEJARAH PERADABAN INDONESIA PADA SISWA KELAS V DI SD NEGERI 1 SRUWENG

SOSIALISASI PROGRAM PENDIDIKAN INKLUSIF NUFA (Nurul Falah) Bekasi, 22 Juni PSG Bekasi

RAHMAT FAUZI NIM. K

Jurnal Sosialisasi Pendidikan Sosiologi-FIS UNM

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

PEMBELAJARAN KETERAMPILAN KOMPUTER BAGI ANAK CEREBRAL PALSY KELAS VIII DI SLB PGRI SENTOLO KULON PROGO

BAB I PENDAHULUAN. dalam melakukan segala aktifitas di berbagai bidang. Sesuai dengan UUD 1945

Uni Harnika 1), Chumdari 2), Hasan Mahfud 3) PGSD FKIP Universitas Sebelas Maret, Jalan Selamet Riyadi 449 Surakarta 1)

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya sekolah-sekolah regular dimana siswa-siswanya adalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. adanya diskriminasi termasuk anak-anak yang mempunyai kelainan atau anak

PERAN GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM MENGATASI KESULITAN BELAJAR PESERTA DIDIK BERKEBUTUHAN KHUSUS PADA PENDIDIKAN INKLUSI DI SMK NEGERI 4 PADANG

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT DALAM PENINGKATAN KETERAMPILAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA KELAS V SD 1)

PENINGKATAN KEAKTIFAN SOSIAL DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI DI SMA NEGERI KARANGPANDAN MELALUI STRATEGI TEAM QUIZ DISERTAI MODUL

PERSEPSI GURU TERHADAP METODE PROBLEM SOLVING DALAM MENINGKATKAN KETRAMPILAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA DI SDN BAKALAN.

Oleh: ANYTA FAJAR TRISETYANINGSIH A

LAYANAN AKOMODASI GURU DALAM PEMBELAJARAN UNTUK SISWA LAMBAN BELAJAR (SLOW LEARNER) DI KELAS V

UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERCERITA MELALUI PENDEKATAN PRAGMATIK

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION

PROSES PEMBELAJARAN INKLUSI UNTUK ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS KELAS XI DKV DI SMK NEGERI 4 PADANG JURNAL

PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA PEMAHAMAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE SURVEY, QUESTION, READ, RECITE, AND REVIEW (SQ3R)

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP LEMBAGA PEMERINTAHAN PUSAT MELALUI MODEL SCRAMBLE PADA SISWA SEKOLAH DASAR

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE (TTW) UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF JIGSAW KELAS IV SDN JLABAN

TAHUN AJARAN 2016/2017

PELAKSANAAN BIMBINGAN BELAJAR DI KELAS I SD NEGERI KARANGGAYAM TAHUN AJARAN 2015/ 2016

PELAKSANAAN LAYANAN BIMBINGAN BELAJAR PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 1 SUKORINI

PENINGKATAN HASIL BELAJAR PKn MELALUI PENERAPAN MODEL PROBLEM SOLVING

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGHITUNG PERBANDINGAN SKALA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS- ACHIEVMENT DIVISIONS (STAD)

STRATEGI ACTIVE KNOWLEDGE SHARING UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR JURNAL. Oleh DIAH NURAINI MUNCARNO DARSONO

386 Penggunaan Pendekatan Scientific

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN MENGGUNAKAN MEDIA KARTU KATA BERGAMBAR SISWA KELAS I SD NEGERI GEMBONGAN

SUMIYATUN SDN Ketami 1 Kec. Pesantren Kota Kediri

ANALISIS KESULITAN ANAK TUNAGRAHITA DALAM MENYELESAIKAN SOAL OPERASI PENJUMLAHAN DI SEKOLAH LUAR BIASA (SLB) HARAPAN IBU METRO

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKn MENGGUNAKAN ROLE REVERSAL QUESTION SISWA KELAS V SDN MINOMARTANI 6 ARTIKEL JURNAL

IMPLEMENTASI PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM PEMBELAJARAN TEMATIK INTEGRATIF PADA KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI NIRMALA BANTUL

PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA INTENSIF MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE CIRC

BAB I PENDAHULUAN. serta meningkatkan mutu kehidupan dan martabat manusia Indonesia dalam

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI MELALUI TEKNIK EXAMPLES NON EXAMPLES

PENDIDIKAN KHUSUS LANDASAN YURIDIS

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan suatu bangsa karena menjadi modal utama dalam pengembangan

ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN MATA PELAJARAN MATEMATIKA PADA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) SLOW LEARNERS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

LAYANAN PENDIDIKAN GURU PADA SISWA HIPERAKTIF DI KELAS II SD NEGERI 1 NGULAKAN KARANGSARI KECAMATAN PENGASIH KABUPATEN KULON PROGO ARTIKEL JURNAL

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN INKLUSIF SDN No MEDAN MARELAN

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP SIFAT-SIFAT BANGUN RUANG MELALUI MODEL LEARNING CYCLE (PEMBELAJARAN BERSIKLUS) PADA SISWA SEKOLAH DASAR

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP SIFAT-SIFAT CAHAYA MELALUI MODEL KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) BERBASIS EKSPERIMEN PADA SISWA SEKOLAH DASAR

BAB I. sosialnya sehingga mereka dapat hidup dalam lingkungan sekitarnya. Melalui

PENGGUNAAN MODEL KOOPERATIF TIPE TGT DENGAN MULTIMEDIA DALAM PEMBELAJARAN IPA SISWA KELAS V SDN 6 PANJER TAHUN AJARAN 2014/2015

PELAKSANAAN PENILAIAN AUTENTIK DALAM PEMBELAJARAN TEMATIK PADA SISWA KELAS IV A SEKOLAH DASAR NEGERI 4 WATES KECAMATAN WATES KABUPATEN KULON PROGO

BAB I PENDAHULUAN. kuat, dalam bentuk landasar filosofis, landasan yuridis dan landasan empiris.

warga negara yang memiliki kekhususan dalam pemenuhan kebutuhan pendidikannya. Salah satu usaha yang tepat dalam upaya pemenuhan kebutuhan khusus

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi diantara umat manusia itu sendiri (UNESCO. Guidelines for

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR AKUNTANSI

PEMBELAJARAN MENULIS PERMULAAN PADA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN DI SDN SEMPU ANDONG BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2012/2013

Kesiapan Guru dalam Pelaksanaan Wajib Belajar 12 Tahun di Sekolah Inklusi

BAB I PENDAHULUAN. Maha Esa dan berbudi pekerti luhur. Sebagaimana yang diamanatkan Undang-

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE SCRIPT UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA

UPAYA MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP PERJUANGAN MELAWAN PENJAJAHAN DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION

BAB I PENDAHULUAN. manusia, tidak terkecuali bagi anak luar biasa atau anak berkebutuhan khusus.

PELAKSANAAN PENILAIAN PORTOFOLIO DALAM MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA OLEH GURU KELAS VI SD

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN TEMATIK BERDASARKAN KURIKULUM 2013 DI SDIT MUHAMMADIYAH AL-KAUTSAR KARTASURA

Ningsih et al., Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa...

Skripsi. Oleh: Dwi Listiawan X

PENDIDIKAN KHUSUS PUSAT KURIKULUM BALITBANG DIKNAS

PENERAPAN STRATEGI THE POWER OF TWO UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS X SMAN 9 PEKANBARU

Kata kunci: pendekatan saintifik, pembelajaran, siswa kelas IV SD Negeri Pujokusuman 1

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN TEMATIK DI KELAS AWAL SD NEGERI INKLUSI BANGUNREJO 2 KRICAK TEGALREJO YOGYAKARTA

Hayyan Ahmad Ulul Albab

Oleh: Cici Fitri Rahayu* Mahasiswa Bimbingan dan Konseling STKIP PGRI Sumatera Barat ABSTRACT

Abstrak. Kata Kunci : Metode pembelajaran kooperatif tipe Think Pair and Share (TPS), aktivitas belajar siswa, hasil belajar siswa.

Rohmah Mujibatur., Penerapan Metode Role Playing dengan Media Gambar...

PENERAPAN TEKNIK LEARNING CELL UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP MENGENAL SISTEM PEMERINTAHAN PUSAT

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP STRUKTUR BUMI MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH

Transkripsi:

1.104 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 11 Tahun ke-5 2016 PELAKSANAAN PEMBELAJARAN SISWA LAMBAN BELAJAR KELAS II SD N JLABAN IMPLEMENTATION OF SLOW LEARNER LEARNING OF GRADE II SD N JLABAN Oleh: Witrias Swestika Nugrahayati, PGSD/PSD, wswestika@gmail.com Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pelaksanaan pembelajaran siswa lamban belajar (slow learner) kelas II SD N Jlaban, Kecamatan Sentolo, Kabupaten Kulon Progo. Pelaksanaan pembelajaran yang dimaksud meliputi kegiatan perencanaan, proses pembelajaran, serta evaluasi/tindak lanjut dalam pembelajaran siswa lamban belajar.penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis deskripstif. Subjek penelitiannya adalah guru kelas II. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teknik analisis data meliputi reduksi data, penyajian data, dan verifikasi. Keabsahan data diuji dengan triangulasi teknik dan triangulasi sumber. Hasil penelitian menunjukkan bahwa guru kelas II melaksanakan pembelajaran yang sama untuk siswa reguler dan siswa lamban belajar. Guru melakukan apersepsi dengan cara tanya jawab tentang keadaan sekitar siswa. Guru melakukan motivasi dengan cara mengajak siswa bernyanyi atau melakukan berbagai macam tepuk. Metode pembelajaran yang digunakan guru adalah ceramah dan tanya jawab. Salah satu perlakukan khusus untuk siswa lamban belajar adalah diadakannya tambahan waktu menyelesaikan tugas setelah pulang sekolah. Kata Kunci: Pelaksanaan Pembelajaran, Siswa Lamban Belajar Abstract Abstract This research aimed to identification implementation of the slow learner learning of grade II SD N Jlaban. That implementation of slow learner learning included planning, implementation, and evaluation/follow up in slow learner learning strategy. This research used qualitative approach with descriptive type. The research subject was the teacher of grade II. The data collecting included observation, interview, and documentation. The data analysis included data reduction, display data, and verification. The data validation used technique and source triangulation. The research result showed that the teacher of grade II did the same learning implementation for slow learner students and the regular students. The teacher did the apperception with asking question about the circumtances arround the students.the teacher did the motivation with singing a song or another calpping. The learning methode that be used the teacher were expository and aking a question. The special treatment for slow learner students was held an extra time for finishing the task after school. Key Words: Learning Implementation, Slow Learner

Pelaksanaan Pembelajaran Siswa... (Witrias Swestika Nugrahayati) 1.105 2 PENDAHULUAN Konsep pendidikan untuk semua (education is for all) merupakan salah satu dasar pelaksanaan pendidikan di Indonesia. Hal tersebut juga telah termaktub dalam UUD 1945 pasal 31 ayat 1 yang berbunyi, Setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan. Landasan yuridis yang lain adalah UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 5 ayat 1 yang berbunyi, Setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperloeh pendidikan yang bermutu. Dunia pendidikan khususnya bangku persekolahan merupakan salah satu wahana untuk memproses sebuah input pendidikan (peserta didik) agar nantinya menjadi output pendidikan yang berintelek dan berkarakter. Realitas menunjukkan bahwa peserta didik yang ada adalah heterogen. Misalnya saja, ada peserta didik yang memiliki kecerdasan di atas rata-rata; ada peserta didik yang berbakat; ada peserta didik yang memiliki kecerdasan di bawah rata-rata; gangguan konsentrasi belajar; gangguan emosional; lamban belajar; hambatan fisik; autis; dan lain sebagainya. Kesemua karakteristik peserta didik di atas juga memiliki hak untuk menimba ilmu di bangku persekolahan secara formal. Sekolah luar biasa merupakan institusi pendidikan untuk memfasilitasi anak-anak yang berkebutuhan khusus. Selain itu, di dalam kerangka sistem pendidikan Indonesia juga terdapat sekolah inklusi, sekolah reguler yang memiliki tanggung jawab untuk menyediakan kesempatan bagi ABK untuk mengenyam pendidikan. Menurut Permendiknas Nomor 70 Tahun 2009 tentang Pendidikan Inklusif bagi Peserta Didik yang Memiliki Kelainan dan Memiliki Potensi Kecerdasan dan/atau Bakat Istimewa, Pasal 1 bahwa: Pendidikan inklusif adalah sistem penyelenggaraan pendidikan yang memberikan kesempatan kepada semua peserta didik yang memiliki kelainan dan memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa untuk mengikuti pendidikan atau pembelajaran dalam lingkungan pendidikan Penyelenggaraan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus pada dasarnya diarahkan agar setiap anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal, mampu menjadi manusia yang bermoral, berbudi luhur, dan berakhlak mulia, sehingga kelak mampu menjalani kehidupan yang mulia dan bermartabat baik sebagai makhluk individu maupun sosial. Menurut Safrudin Aziz (2015:117), tujuan penyelenggaraan pendidikan anak berkebutuhan khusus mustahil tercapai jika sejak awal anak diisolasikan dari teman sebayanya di sekolah-sekolah khusus. Pendapat tersebut sejalan dengan Pemerdiknas No. 70 tahun 2009 pasal 1 yang berbunyi bahwa

1.106 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 11 Tahun ke-5 2016 1 pendidikan inklusif adalah sistem penyelenggaraan pendidikan yang memberikan kesempatan kepada semua peserta didik yang memiliki kelainan dan memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa untuk mengikuti pendidikan atau pembelajaran dalam lingkungan secara bersama-sama dengan peserta didik pada umumnya. Pada tahun ajaran 2015/2016, di SD Negeri Jlaban terdapat dua belas anak berkebutuhan khusus. Berdasarkan hasil assesmen 10 anak teridentifikasi mengalami lamban belajar (slow learner), 1 anak termasuk tunagrahita, dan 1 anak termasuk dalam kategori retardasi mental. Berdasarkan observasi proses pembelajaran di SD N Jlaban yang dilakukan peneliti pada tanggal 10 Juli 12 Agustus, ditemukan beberapa permasalahan yang terjadi dalam pembelajaran, khususnya untuk anak lamban belajar (slow learner) di kelas II. Di kelas II, terdapat tiga anak lamban belajar, yakni CM, ICP, dan OHR. Permasalahan-permasalahan yang terjadi pada anak lamban belajar di SD N Jlaban, khususnya kelas II diantaranya adalah sebagai berikut. Di SD N Jlaban, yang termasuk dalam sekolah inklusi ini, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan pelaksanaan pembelajaran di dalam kelas semuanya sama. Tidak terdapat RPP khusus untuk ABK. Tidak terdapat kurikulum khusus untuk siswa ABK sehingga siswa slow learner masih sulit untuk mengikuti proses pembelajaran. Siswa yang bersangkutan sering tertinggal dalam memahami suatu materi pembelajaran ketika siswa lainnya telah paham dan mulai mempelajari materi yang lainnya. Bila ditanya tentang materi yang telah dipelajari, siswa akan merasa kebingungan dalam menjelaskan atau menjawab pertanyaan mengenai materi tersebut. Hal tersebut terjadi pada ketiga anak lamban belajar yang diobservasi. OHR cenderung akan diam bila ditanya tentang materi pelajaran. Sedangkan CM dan ICP cukup antusias dalam menjawab pertanyaan namun seringkali jawabannya tidak sesuai dengan materi. Guru tidak memberikan perhatian khusus ketika siswa slow learner memiliki semangat yang rendah untuk mengikuti pembelajaran. Ketika mengerjakan suatu tugas, siswa tersebut akan mengerjakan dengan cepat namun tidak tepat serta siswa tidak menghiraukan apakah jawabannya tersebut benar atau salah. Ketika diskusi berlangsung dalma proses pembelajaran, siswa terlihat pasif. Ketiga anak tersebut terlihat jarang menulis di buku tulis masingmasing. ICP seringkali bermain sendiri ketika diskusi berlangsung. OHR akan selalu diam sepanjang proses pembelajaran. CM seringkali terlihat ramai ketika berdiskusi berlangsung. Guru kelas II akan tetap

2 Pelaksanaan Pembelajaran Siswa... (Witrias Swestika Nugrahayati) 1.107 melanjutkan materi pelajaran meskipun ketiga anak lamban belajar mengalami masalah tersebut. Siswa slow learner seringkali ramai di dalam kelas dan mengganggu teman-teman lainnya. Dua orang yang terkenal paling ramai dan seringkali mengganggu temantemannya yang lain di kelas II ini adalah ICP dan CM. Selama proses pembelajaran, siswa tersebut akan sering mengajak temantemannya berbicara, mengganggu teman lain (usil), atau jalan-jalan ke sana ke mari hingga ditegur oleh guru. Siswa slow learner juga seringkali diejek teman-temannya karena selalu mendapat nilai yang jelek. Beberapa siswa kelas II mengatakan bahwa ketiga anak lamban belajar tersebut tidak lancar membaca, tidak dapat menghitung, dan hanya dapat mengganggu temantemannya di kelas. Ketika peneliti melakukan observasi, ICP sempat beberapa kali menangis dikarenakan tidak bisa menjawab pertanyaan dan di buku ICP ditulis kata bodoh oleh teman-teman lain. Berdasarkan keseluruhan masalah yang ditemukan peneliti tersebut, sebagian besar masalah berkaitan dengan proses pembelajaran. Jika berbicara mengenai proses pembelajaran, maka hal ini tidak lepas dari peran seorang guru. Menurut Hamruni (2012: 11), guru adalah pelaku pembelajaran, sehingga guru merupakan faktor yang terpenting. Di tangan gurulah sebenarnya letak keberhasilan pembelajaran. Komponen guru tidak dapat dimanipulasi atau direkayasa oleh komponen lain, tapi guru mampu memanipulasi atau merekayasa komponen lain menjadi bervariasi. Tujuan rekayasa pembelajaran oleh guru adalah untuk membentuk lingkungan peserta didik supaya sesuai dengan lingkungan yang diharapkan. Pada akhirnya, peserta didik memperoleh suatu hasil belajar sesuai dengan yang diharapkan pula. Ketika merekayasa pembelajaran, guru harus berdasar pada kurikulum yang berlaku. Menurut Mohammad Efendi (2009: 23-24), mengajar anak dengan kebutuhan khusus tidak sama seperti mengajar anak normal. Hal ini semata-mata karena bersandar pada kondisi yang dialami anak yang bersangkutan. ABK yang bersangkutan masuk dalam sebuah kelas inklusi bukan kelas khusus, sehingga perlu adanya identifikasi khusus mengenai bagaiamana pelaksanaan pembelajaran yang digunakan guru dalam mengelola sebuah kelas inklusi. METODE PENELITIAN Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis deskripstif. Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di SD Negeri Jlaban, Sentolo, Kulon Progo.

1.108 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 11 Tahun ke-5 2016 1 Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari 2016. Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah guru kelas II. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini melalui teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teknik Analisis Data Teknik analisis data dalam penelitian ini melalui teknik reduksi data, penyajian data, dan verifikasi. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian ini terdiri dari pedoman observasi, pedoman wawancara, dan pedoman dokumentasi yang berhubungan dengan strategi pembelajaran siswa lamban belajar. Uji Keabsahan Data Pengujian keabsahan data menggunakan triangulasi sumber dan triangulasi teknik. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Guru senantiasa mempersiapkan RPP pada setiap pembelajaran. RPP mengacu pada buku guru tematik kurikulum 2013 yang dibuat berkelompok dengan guru lain dalam satu gugus. Seluruh komponen pembelajaran yang tercantum dalam RPP (media, metode, penilaian, sumber, materi, strategi) untuk siswa lamban belajar adalah sama dengan siswa lainnya. Sedangkan untuk menganalisis karakteristik siswa lamban belajar, guru melakukan komunikasi individual secara intensif dan berdasar pada evaluasi proses pembelajaran. Terdapat 3 subindikator dalam pelaksanaan pembelajaran siswa lamban belajar, yakni tahap kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir. Dalam kegiatan awal pembelajaran terbagi menjadi tiga aspek pengamatan, yakni adanya apersepsi, motivasi, dan penyampaian pokok-pokok materi. Guru biasanya melakukan apersepsi dengan cara tanya jawab secara lisan tentang lingkungan sekitar siswa atau kegiatan keseharian siswa. Sedangkan untuk menimbulkan motivasi di awal pembelajaran, guru melakukan kegiatan bernyanyi bersama atau melakukan berbagai tepuk. Guru tidak selalu menyampaikan pokok-pokok materi yang akan dipelajari. Kegiatan inti pembelajaran dalam kelas inklusi ini sekilas tidak berbeda dengan kelas reguler pada umumnya. Guru melakukan pembelajaran secara klasikal dan tidak memberikan perilaku spesial kepada ketiga siswa lamban belajar. Selama

Pelaksanaan Pembelajaran Siswa... (Witrias Swestika Nugrahayati) 1.109 kegiatan penelitian, peneliti menemukan kegiatan berbagai macam tepuk yang pola bagaimana cara guru menyampaikan materi di kelas, yakni melalui rangkaian merupakan kegiatan favorit siswa untuk memfokuskan perhatian mereka. Selain itu, kegiatan pengamatan, tanya jawab, sebagai ice breaking, guru juga seringkali menjawab soal, kemudian diteliti satu per satu pekerjaan siswa berikut tanda bacanya. Siswa lamban belajar dan siswa lainnya melakukan kegiatan pembelajaran yang mengajak siswa untuk menyanyi bersamasama. Metode pembelajaran yang digunakan guru adalah ceramah, tanya jawab, dan sama seperti pola pembelajaran di atas. Guru terkadang terdapat permainan. Metode juga seringkali membentuk kelompokkelompok tersebut adalah sama dengan metode yang diskusi untuk menyelesaikan tugas. Keberadaan GPK yang datang ke SD Jlaban seminggu dua kali, yakni hari Selasa dan Jumat untuk menangani siswa ABK kelas 1-6 belumlah optimal peranannya. telah direncanakan dalam RPP. Metode pembelajaran siswa lamban belajar adalah sama dengan siswa lainnya. Guru tidak pernah menggunakan media pembelajaran selain papan tulis. Kegiatan tanya jawab secara klasikal Bahkan, di hari yang telah terjadwal merupakan salah satu metode yang tersebut, GPK tidak selalu masuk ke kelas II. Layanan GPK yang diberikan ini tidak sesuai dengan amanat Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 39 tahun 2009 yang menyatakan bahwa beban mengajar guru pembimbing khusus pada satuan digunakan guru setiap hari. Dengan metode ini, siswa terpancing untuk aktif menjawab berbagai pertanyaan guru. Begitu pula untuk siswa lamban belajar. Metode ini juga membangkitkan sikap percaya diri dan berani pada siswa. Dalam kegiatan akhir pendidikan yang menyelenggarakan pembelajaran, terdapat tiga aspek yang pendidikan inklusif paling sedikit 6 (enam) jam tatap muka dalam 1 (satu) minggu. Siswa kelas II memang masih tergolong siswa kelas rendah yang masih sangat senang untuk bermain. Sehingga, jika mereka terlalu jenuh mengikuti pelajaran, diamati, yakni penyampaian kesimpulan, evaluasi, dan tindak lanjut. Guru biasanya melakukan tanya jawab dengan siswa secara klasikal untuk menyimpulkan materi yang telah dipelajarinya. Di akhir pembelajaran pun, teknik tanya jawab ini terlihat masih maka akan banyak siswa yang ramai. menjadi andalan untuk meningkatkan Apalagi ketiga anak lamban belajar, ICP, keaktifan dan keterlibatan siswa dalam CM, dan OHP. Biasanya guru melakukan

1.110 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 11 Tahun ke-5 2016 1 pembelajaran, begitu pula untuk siswa lamban belajar. Guru tidak melakukan evaluasi khusus di akhiir pembelajaran. Evaluasi dilakukan selama proses pembelajaran. Soal evaluasi untuk siswa lamban belajar dengan siswa lainnya adalah sama. Sedangkan untuk tindak lanjut siswa, guru akan memberikan pekerjaan rumah (PR) atau tugas yang sesuai dengan materi pembelajaran pada pertemuan tersebut.tindak lanjut siswa lamban belajar dengan siswa lainnya adalah sama. Program khusus untuk siswa lamban belajar yang terdapat di kelas II SD N Jlaban ini adalah tambahan waktu menyelesaikan tugas sepulang sekolah dan pertemuan wali murid ABK yang diselenggarakan dua kali dalam satu semester. Selain itu, guru juga melakukan komunikasi individual baik dengan siswa maupun wali siswa. untuk GPK sendiri tidak ikut serta mendampingi siswa dalam program tambahan waktu sepulang sekolah. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan tentang strategi pembelajaran siswa lamban belajar kelas II SD N Jlaban sebagai berikut. Untuk indikator perencanaan pembelajaran, guru menganalisis karakteristik siswa lamban belajar dengan cara melakukan komunikasi individual secara intensif dan berdasar pada evaluasi proses pembelajaran. Seluruh komponen pembelajaran yang tercantum dalam RPP (media, metode, penilaian, sumber, materi, strategi) untuk siswa lamban belajar adalah sama dengan siswa lainnya. Ditinjau dari indikator pelaksanaan pembelajaran, guru melakukan apersepsi dengan cara tanya jawab tentang kegiatan siswa atau keadaan lingkungan sekitar siswa. Guru menimbulkan motivasi awal dengan cara bernyanyi atau tepuk. Guru terkadang menyampaikan pokok-pokok materi secara lisan atau ditulis di papan tulis. Guru melakukan apersepsi dengan cara tanya jawab tentang kegiatan siswa atau keadaan lingkungan sekitar siswa. Guru menimbulkan motivasi awal dengan cara bernyanyi atau tepuk. Guru terkadang menyampaikan pokok-pokok materi secara lisan atau ditulis di papan tulis. Guru menyimpulkan pembelajaran dengan cara tanya jawab secara klasikal. Tidak ada evaluasi khusus di akhir pembelajaran. Evaluasi dilakukan selama proses pembelajaran. Guru selalu memberikan PR kepada seluruh siswa dengan soal yang sama. Ditinjau dari tindak lanjut siswa lamban belajar, dilakukannya tambahan waktu mengerjakan soal untuk siswa lamban belajar sepulang sekolah. Selain itu, guru

2 Pelaksanaan Pembelajaran Siswa... (Witrias Swestika Nugrahayati) 1.111 melakukan komunikasi individual dengan siswa selama proses pembelajaran. Saran Berdasarkan kesimpulan tersebut, maka beberapa saran yang diajukan oleh peneliti adalah sebagai berikut. Guru kelas sebaiknya lebih memperhatikan siswa lamban belajar secara khusus dalam hal meningkatkan motivasi belajar, modifikasi evaluasi dan penilaian, serta ditingkatkannya program khusus untuk siswa lamban belajar. Guru kelas sebaiknya meningkatkan koordinasi lebih intensif dengan berbagai pihak, yakni GPK dan orang tua siswa. Pihak sekolah perlu mengevaluasi pelaksanaan pembelajaran di kelas inklusif sehingga dapat meningkatkan kualitas pembelajaran kelas inklusi di SD N Jlaban. DAFTAR PUSTAKA Hamruni. (2012). Strategi Pembelajaran. Yogyakarta: Insan Madani. Mohammad Efendi. (2009). Pengantar Psikopedagogik Anak Berkeklainan. Jakarta: Bumi Aksara.