BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 34 TAHUN 2016 TENTANG

dokumen-dokumen yang mirip
BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 35 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 23 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 25 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENGHAPUSAN PIUTANG PAJAK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

BUPATI CILACAP PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 65 TAHUN 2013 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK DI KABUPATEN CILACAP

PERATURAN BUPATI PURWAKARTA NOMOR 91 TAHUN 2015TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI IZIN GANGGUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 5 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI PEMAKAIAN KEKAYAAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI SIDOARJO PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 47 TAHUN 2014 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA SEMARANG

WALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT

BUPATI CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT KHUSUS PARKIR DI KABUPATEN CILACAP

BUPATI SEMARANG PROPINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 45 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PENGELOLAAN RETRIBUSI DAERAH

BERITA DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 34 Tahun 2014 Seri C Nomor 1 PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 34 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 64 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI TERMINAL DI KABUPATEN CILACAP

BUPATI KAUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAUR NOMOR 09 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI IZIN GANGGUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KAUR,

BUPATI NUNUKAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR DI KABUPATEN CILACAP

QANUN KABUPATEN ACEH SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2012 T E N T A N G RETRIBUSI PELAYANAN PARKIR DI TEPI JALAN UMUM

BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 19 TAHUN 2008 TENTANG RETRIBUSI JASA PELAYANAN INDUSTRI KECIL MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI IZIN GANGGUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BULULUKUMBA. PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA Nomor : 3 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK RESTORAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BANDUNG BARAT PROVINSI JAWA BARAT

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI BULUNGAN SALINAN PERATURAN BUPATI BULUNGAN NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENGHAPUSAN PIUTANG PAJAK DAERAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MADIUN,

BUPATI KAUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAUR NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI PENGGANTIAN BIAYA CETAK KARTU TANDA PENDUDUK DAN AKTA CATATAN SIPIL

PEMERINTAH KABUPATEN BLORA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLORA NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG RETRIBUSI PASAR GROSIR DAN/ATAU PERTOKOAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 12 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI,

NOMOR : 10 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI PASAR GROSIR DAN/ATAU PERTOKOAN BUPATI PURWAKARTA,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 15 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG

WALIKOTA MATARAM PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR : 36 TAHUN 2012 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MATARAM,

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT

BUPATI CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 54 TAHUN 2012 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 13 TAHUN 2013

Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 45 TAHUN 2014 TENTANG PENGHAPUSAN PIUTANG PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI RUMAH POTONG HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLUNGKUNG,

BUPATI SIDOARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG IZIN GANGGUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIDOARJO,

GUBERNUR SULAWESI TENGAH

BUPATI SIDOARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PARKIR DI KABUPATEN SIDOARJO

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG Nomor : 19 Tahun : 2005 Serie : C Nomor : 4 PEMERINTAH KABUPATEN MAGELANG

BUPATI SUKABUMI PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKABUMI NOMOR 26 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK PARKIR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR : 4 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI PENGGANTIAN BIAYA CETAK PETA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

NOMOR : 12 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI PERPANJANGAN IZIN MEMPEKERJAKAN TENAGA KERJA ASING BUPATI PURWAKARTA,

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH BUMBU NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PENGGANTIAN BIAYA CETAK KARTU TANDA PENDUDUK DAN AKTA CATATAN SIPIL

Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG TATA CARA PENGHAPUSAN PIUTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN.

PEMERINTAH DAERAH KOTA KOTAMOBAGU

LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 18 Tahun : 2013

-1- Bbb B U P A T I B A L A N G A N PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI PASAR GROSIR DAN/ATAU PERTOKOAN

BUPATI SERANG PERATURAN BUPATI SERANG NOMOR 44 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENGHAPUSAN PIUTANG PAJAK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KOTA SUKABUMI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BATANG. Tahun 2009 Nomor 4 Seri CA Nomor 13 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BATANG

BUPATI PULANG PISAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PULANG PISAU NOMOR 5 TAHUN 2015

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI PENGGANTIAN BIAYA CETAK PETA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SINJAI,

BUPATI MANGGARAI BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 25 TAHUN 2010 TENTANG RETRIBUSI IZIN GANGGUAN

Peraturan...

BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 44 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PARKIR DI TEPI JALAN UMUM

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG Nomor : 3 Tahun 2009 PEMERINTAH KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABALONG NOMOR 01 TAHUN 2014 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TABALONG,

BUPATI PANGANDARAN PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PARKIR DI TEPI JALAN UMUM

BUPATI NUNUKAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR TAHUN TENTANG RETRIBUSI IZIN GANGGUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN TUBAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN NOMOR 18 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PENGGANTIAN BIAYA CETAK KARTU TANDA PENDUDUK

BUPATI BULUNGAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN BUPATI BULUNGAN NOMOR 31 TAHUN 2016

KABUPATEN CIANJUR NOMOR : 63 TAHUN : 2002

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI PERPANJANGAN IZIN MEMPEKERJAKAN TENAGA KERJA ASING

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG NOMOR 13 TAHUN 2010

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG RETRIBUSI PEMAKAIAN KEKAYAAN DAERAH

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN NOMOR 24 TAHUN 2011 T E N T A N G

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU NOMOR 21 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PENGGANDAAN DAN CETAK PETA DIBIDANG PERTAMBANGAN DAN ENERGI

PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARIMUN NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG RETRIBUSI PERPANJANGAN IZIN MEMPEKERJAKAN TENAGA KERJA ASING

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK,

BUPATI GRESIK PROVINSI JAWA TIMUR

PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PENGGANTIAN BIAYA CETAK KARTU TANDA PENDUDUK DAN AKTA CATATAN SIPIL

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN,

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT KHUSUS PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 9 TAHUN 2009

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGASEM NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PENGGANTIAN BIAYA CETAK KARTU TANDA PENDUDUK DAN AKTA CATATAN SIPIL

BUPATI NGAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGAWI NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PENYEBERANGAN DI AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI LEBAK PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG RETRIBUSI PERPANJANGAN IZIN MEMPEKERJAKAN TENAGA KERJA ASING

Transkripsi:

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 34 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN PENGURANGAN, KERINGANAN, PEMBEBASAN, DAN PENGHAPUSAN PIUTANG RETRIBUSI IZIN GANGGUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIDOARJO Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 29 ayat (3) dan Pasal 35 ayat (3) Peraturan Daerah Kabupaten Sidoarjo Nomor 5 Tahun 2012 tentang Izin Gangguan, perlu mengatur ketentuan mengenai Tata Cara Pemberian Pengurangan, Keringanan, Pembebasan dan Penghapusan Piutang Retribusi Izin Gangguan; b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, perlu menetapkan Peraturan Bupati tentang Tata Cara Pemberian Pengurangan, Keringanan, Pembebasan dan Penghapusan Piutang Retribusi Izin Gangguan; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah Kabupaten/ Kotamadya dalam Lingkungan Provinsi Jawa Timur sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1965 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1965 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2730); 2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); 4. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400); 5. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);

2 6. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 93, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4866); 7. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Derah dan Retribusi (Lembaran Negara Nomor 2002 Nomor 134, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4247); 8. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234); 9. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah dengan Undang- Undang Nomor 9 Tahun 2015 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5679); 10. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 Tentang Retribusi Daerah (Lembaran negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 119, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4139); 11. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4578); 12. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4593); 13. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2013 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 40, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5404); 14. Peraturan Presiden Nomor 87 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan; 15. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah kedua kali dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 310); 16. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 27 Tahun 2009 tentang Pedoman Penetapan Izin Gangguan Di Daerah, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 22 Tahun 2016; 17. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 80 Tahun 2015 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah; 18. Peraturan Daerah Kabupaten Sidoarjo Nomor 5 Tahun 2012 tentang Izin Gangguan (Lembaran Daerah Kabupaten Sidoarjo Tahun 2012 Nomor 4 Seri C);

3 19. Peraturan Daerah Kabupaten Sidoarjo Nomor 5 Tahun 2015 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Sidoarjo Tahun 2015 Nomor 6 Seri D, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Sidoarjo Nomor 61); 20. Peraturan Bupati Sidoarjo Nomor 32 Tahun 2012 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Kabupaten Sidoarjo Nomor 5 Tahun 2012 Tentang Izin Gangguan (Berita Daerah Kabupaten Sidoarjo Tahun 2012 Nomor 32); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG TATA CARA PEMBERIAN, PENGURANGAN, KERINGANAN, PEMBEBASAN, DAN PENGHAPUSAN PIUTANG RETRIBUSI IZIN GANGGUAN BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Bupati ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kabupaten Sidoarjo. 2. Pemerintah Daerah adalah Bupati beserta Perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintah Daerah. 3. Bupati adalah Bupati Sidoarjo. 4. Badan Pelayanan Perijinan Terpadu, yang selanjutnya disebut BPPT adalah Perangkat Daerah Kabupaten Sidoarjo yang mengelola Izin Gangguan. 5. Tim Pengurangan, Pembebasan dan Penghapusan Piutang Retribusi Izin Gangguan, yang selanjutnya disebut Tim, adalah tim yang ditetapkan oleh Bupati melalui surat ketetapan yang bertugas melaksanakan proses pemberian Pengurangan, Pembebasan dan Penghapusan Piutang Retribusi Izin Gangguan sejak proses verifikasi sampai dengan terbitnya surat pertimbangan. 6. Tim Keringanan adalah tim yang ditetapkan oleh Kepala Badan melalui surat ketetapan yang bertugas melaksanakan proses pemberian Keringanan Retribusi Izin Gangguan sejak proses verifikasi sampai dengan terbitnya surat pertimbangan. 7. Retribusi Daerah, yang selanjutnya disebut Retribusi adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/ atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan. 8. Izin Gangguan adalah pemberian izin tempat usaha/kegiatan kepada orang pribadi atau badan di lokasi tertentu yang dapat menimbulkan bahaya, kerugian dan gangguan tidak termasuk tempat usaha yang lokasinya telah ditunjuk oleh Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah. 9. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari Usaha Menengah atau Usaha Besar yang memenuhi kriteria Usaha

Kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. 10. Objek Retribusi adalah pemberian Izin Gangguan. 11. Piutang Retribusi adalah piutang yang timbul karena adanya tagihan Retribusi sebagaimana tercantum dalam Surat Ketetapan Retribusi Daerah yang belum dilunasi oleh Wajib Retribusi. 12. Wajib Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang menurut peraturan perundang-undangan Retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran Retribusi, termasuk pungutan atau pemotong Retribusi tertentu. 13. Pemohon adalah Wajib Retribusi atau kuasa Wajib Retribusi yang mengajukan permohonan pengurangan, keringanan, dan/ atau penghapusan piutang Retribusi Izin gangguan kepada Pemerintah Kabupaten Sidoarjo. 14. Surat Ketetapan Retribusi Daerah, yang selanjutnya disingkat SKRD adalah surat ketetapan retribusi yang menentukan besarnya jumlah pokok Retribusi yang terutang. 15. Surat Tagihan Retribusi Daerah, yang selanjutnya disingkat STRD adalah surat untuk melakukan tagihan Retribusi dan atau sanksi administrasi berupa bunga atau denda. 16. Perangkat Daerah adalah perangkat daerah di Kabupaten Sidoarjo. BAB II DASAR PEMBERIAN PENGURANGAN, KERINGANAN, DAN PEMBEBASAN RETRIBUSI IZIN GANGGUAN Bagian Kesatu Bentuk Pemberian Pengurangan, Keringanan dan Pembebasan Pasal 2 (1) Bupati dapat memberikan pengurangan, keringanan dan pembebasan retribusi berdasarkan permohonan wajib retribusi melalui BPPT. (2) Permohonan Pengurangan, Keringanan dan Pembebasan retribusi diajukan terhadap retribusi yang telah ditetapkan dalam SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan. (3) Wajib retribusi tidak dapat mengajukan permohonan Pengurangan, Keringanan dan Pembebasan retribusi secara bersama-sama dalam waktu yang bersamaan. (4) Pemberian Pengurangan dan Pembebasan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan oleh tim yang ditetapkan dengan Keputusan Bupati. Sedangkan Keringanan dilakukan oleh tim internal yang ditetapkan dengan Keputusan Kepala Badan. (5) Bupati tanpa permohonan dari wajib retribusi dapat memberikan pembebasan retribusi. (6) Pemberian pembebasan retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat apabila objek retribusi terkena bencana. (7) Bencana sebagaimana dimaksud pada ayat (6) ditetapkan dengan Keputusan Bupati. 4

5 Pasal 3 (1) Pengurangan retribusi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) diberikan dalam bentuk pengurangan terhadap sanksi administratif. (2) Keringanan retribusi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) diberikan dalam bentuk angsuran pembayaran retribusi terhadap pokok retribusi. (3) Pembebasan retribusi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) diberikan dalam bentuk pembebasan dari be-saran retribusi. Bagian Kedua Dasar Pemberian Pengurangan, Keringanan dan Pembebasan Pasal 4 (1) Pengurangan retribusi diberikan kepada wajib retribusi dengan mempertimbangkan : a. kemampuan membayar wajib retribusi; b. objek retribusi bersifat nirlaba dan/atau mendukung program Pemerintah atau Pemerintah Daerah; c. objek retribusi terkena bencana; (2) Keringanan retribusi diberikan kepada wajib retribusi dengan mempertimbangkan : a. kemampuan membayar wajib retribusi; b. objek retribusi bersifat nirlaba dan/atau mendukung program Pemerintah atau Pemerintah Daerah; c. objek retribusi terkena bencana; (3) Pembebasan retribusi diberikan kepada wajib retribusi dengan mempertimbangkan : a. pendirian bangunan milik negara/daerah yang digunakan untuk penyelenggaraan pemerintahan; b. pendirian bangunan yang digunakan semata-mata untuk melayani kepentingan umum dibidang ibadah atau social yang tidak bersifat komersial; atau c. kegiatan yang menurut peraturan perundang-undangan termasuk objek yang tidak dikenai Retribusi Izin Gangguan. Pasal 5 Dampak kegiatan terkena bencana dibedakan menjadi 3 (tiga) kategori yaitu : a. dampak bencana berat, apabila bencana mengakibatkan kegiatan usaha yang menjadi objek retribusi berhenti beroperasi untuk jangka waktu paling sedikit 3 (tiga) bulan berturut-turut; b. dampak bencana sedang, apabila bencana mengakibatkan kegiatan usaha yang menjadi objek retribusi paling banyak tersisa 50% (lima puluh perseratus) dari kapasitas maksimal operasi berdasarkan laporan pemohon atau bukti lain yang dipersamakan; c. dampak bencana ringan,apabila bencana mengakibatkan kegiatan usaha yang menjadi objek retribusi paling banyak tersisa 75% (lima puluh perseratus) dari kapasitas maksimal operasi berdasarkan laporan pemohon atau bukti lain yang dipersamakan;

6 Bagian Ketiga Besaran Pemberian Pengurangan, Keringanan dan Pembebasan Pasal 6 (1) Pengurangan, keringanan dan pembebasan retribusi diberikan dengan mempertimbangkan kreteria dan tolok ukur pemberian pengurangan, keringanan dan pembebasan retribusi. (2) Kreteria dan tolok ukur sebagaimana dalam Pasal 4 dengan ketentuan sebagai berikut: a. Pengurangan maksimal 75% (tujuh puluh lima per seratus) dari sanksi administratif, dengan alasan yang dapat dipertanggungjawabkan; b. keringanan berupa angsuran pembayaran retribusi terhadap pokok retribusi paling banyak 6 (enam) kali dalam jangka waktu 1 (satu) tahun anggaran; c. pembebasan retribusi diberikan paling banyak 100% (seratus per seratus). (3) Pemberian pengurangan dan pembebasan retribusi ditetapkan dengan Keputusan Bupati. Sedangkan keringanan ditetapkan dengan Keputusan Kepala Badan. Bagian Keempat Tim Pengurangan, Keringanan dan Pembebasan Pasal 7 (1) Proses pemberian pengurangan, keringanan dan pembebasan dilaksanakan oleh tim sebagaimana dalam Pasal 2 ayat (4). (2) Tim sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas unsur SKPD terkait. Sedangkan Keringanan dilaksanakan oleh tim internal. (3) Tim sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mempunyai tugas pokok dan kewenangan untuk: a. melakukan verifikasi berkas permohonan yang diajukan oleh Pemohon melalui BPPT; b.menyatakan permohonan yang diajukan oleh Pemohon telah lengkap atau tidak; c. menyatakan permohonan yang diajukan oleh Pemohon gugur atau lulus; d. memberitahukan secara tertulis kepada Pemohon melalui BPPT dalam hal sebagaimana dimaksud pada huruf b dan huruf c; e. meminta Pemohon untuk melengkapi persyaratan yang tidak lengkap; f. melakukan peninjauan lapangan terkait permohonan yang diajukan oleh Pemohon, apabila diperlukan; g. membuat Berita Acara Peninjauan Lapangan, apabila diperlukan; h. menyampaikan laporan dan Surat Pertimbangan ke Bupati atas hasil kinerja Tim dalam proses pemberian pengurangan, keringanan dan pembebasan retribusi. (4) Surat pertimbangan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf h akan menjadi bahan pertimbangan bagi Bupati untuk menerima atau menolak permohonan Pemohon. (5) Tim bertanggung jawab langsung kepada Bupati.

7 Bagian Kelima Persyaratan dan Prosedur Pengajuan Permohonan Pengurangan, Keringanan dan Pembebasan Retribusi Pasal 8 Permohonan pengurangan, keringanan dan pembebasan retribusi diajukan dengan melampirkan persyaratan sebagai berikut: a. surat permohonan secara tertulis dalam Bahasa Indone sia dari pemohon langsung/tidak dikuasakan ditujukan kepada Bupati melalui BPPT disertai dengan alasan yang benar dan dapat dipertanggungjawabkan; b. fotocopy SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan; c. diajukan paling lama 7 (tujuh) hari kerja sejak ditetapkannya SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan; d. dalam hal objek retribusi sedang dalam proses pengajuan, tetap dikenakan denda keterlambatan sebagaimana mestinya. Pasal 9 Prosedur pengurangan, keringanan dan pembebasan retribusi sebagai berikut: a. tim internal BPPT/ tim SKPD terkait melakukan pembahasan dan verifikasi berkas permohonan; b. apabila tim telah menyatakan bahwa hasil verifikasi berkas permohonan telah lengkap dan dinyatakan lulus selanjutnya tim dapat melakukan peninjuanlapangan, apabila diperlukan; c. berita acara rapat dan/ atau berita acara peninjauan lapangan akan menjadi bahan pertimbangan bagi tim iternal BPPT/ tim SKPD terkait untuk membuat surat prtimbangan; d. berita acara rapat dan/ atau berita acara peninjauan lapangan dan surat pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf c, dilaporkan kepada Bupati sebagai bahan pertimbangan Bupati untuk menerima atau menolak permohonan Pemohon; e. apabila Bupati menolak permohonan Pemohon, Bupati wajib menerbitkan Surat Ketetapan penolakan pengurangan atau keringanan ataupembebasan retribusi yang berisi alasan-alasan penolakan yang selanjutnya diberitahukan kepada Pemohon melalui BPPT selambatlambatnya 4 (empat) bulan dalam tahun anggaran sejak pengajuan permohonan dan atas dasar penolakan tersebut maka wajib retribusi tetap harus melaksanakan kewajibannya membayar retribusi sesuai dengan ketentuan yang berlaku. f. apabila Bupati menerima permohonan pemohon, Bupati wajib menerbitkan Surat Ketetapan persetujuan penghapusan piutang retribusi kepada pemohon melalui BPPT paling lambat 4 (empat) bulan dalam tahun anggaran sejak pengajuan permohonan. BAB III DASAR PENGHAPUSAN PIUTANG RETRIBUSI IZIN GANGGUAN Bagian Kesatu Bentuk Penghapusan Piutang Pasal 10

8 (1) Bupati dapat memberikan penghapusan piutang retribusi berdasarkan permohonan wajib retribusi melalui BPPT. (2) Permohonan penghapusan piutang retribusi diajukan terhadap retribusi yang telah ditetapkan dalam SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan. (3) Wajib retribusi tidak dapat mengajukan permohonan penghapusan piutang retribusi secara bersama-sama dalam waktu yang bersamaan. (4) Pemberian penghapusan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan oleh tim yang ditetapkan dengan Keputusan Bupati (5) Bupati tanpa permohonan dari wajib retribusi dapat memberikan penghapusan piutang. (6) Dasar pertimbangan pemberian penghapusan piutang retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (5) apabila : a. piutang retribusi tidak mungkin ditagih lagi karena hak untuk melakukan penagihan sudah kadaluwarsa; b. wajib retribusi perorangan telah meninggal dunia tid ak mempunyai ahli waris dan tidak mempunyai harta warisan harus dibuktikan dengan surat keterangan dari instansi terkait c. wajib retribusi baik perorangan atau badan yang tidak mempunyai harta kekayaan lagi; d. kegiatan usaha sudah berhenti; atau e. bangunan musnah/ tidak ada lagi. Pasal 11 Penghapusan piutang retribusi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 diberikan dalam bentuk penghapusan dari seluruh besaran retribusi yang tertagih termasuk denda retribusi. Bagian Kedua Dasar Pemberian Penghapusan Piutang Pasal 12 Dasar penghapusan piutang diberikan kepada wajib retribusi dengan mempertimbangkan : a. piutang retribusi tidak mungkin ditagih karena hak untuk melakukan penagihan sudah kadaluwarsa; b. wajib retribusi perorangan yang telah meninggal dunia dan tidak meninggalkan harta warisan serta tidak mempunyai ahli waris dengan bukti surat keterangan dari instansi yang terkait; c. wajib retribusi baik perorangan atau badan yang tidak mempunyai harta kekayaan lagi, dengan melampirkan pu- tusan pailit dari pengadilan yang berwenang; d. bangunan musnah/ tidak ada lagi; atau e. wajib retribusi baik perorangan atau badan yang telah ditagih sampai dengan 3 (tiga) kali dan setelah dilakukan tinjauan lapangan diketahui ternyata bangunan telah musnah.

9 Bagian Ketiga Besaran Pemberian Penghapusan Piutang Pasal 13 (1) Pemberian Penghapusan Piutang retribusi diberikan dengan mempertimbangkan kreteria dan tolak ukur pemberian Penghapusan Piutang retribusi. Kreteria dan tolak ukur sebagaimana pada ayat (1) dengan ketentuan sebagai berikut: a. kemampuan membayar; b. keluarga miskin yang ditunjukkan dengan kartu keluarga miskin atau surat keterangan yang diper- samakan; c. objek retribusi terkena bencana. d. wajib retribusi baik perorangan atau badan yang tidak mempunyai harta kekayaan melampirkan putusan pailit dari pengadilan yang berwenang. e. wajib retribusi yang memiliki Bangunan tetapi telah musnah dan Tidak ada lagi wajib melampirkan surat keterangan kepala desa yang menyatakan bangunan musnah dan tidak ada serta bukti foto. Bagian Keempat Tim Penghapusan Piutang Pasal 14 (1) Proses pemberian penghapusan piutang dilaksanakan oleh tim sebagaimana dalam Pasal 10 ayat (4). (2) Tim sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas unsur SKPD terkait. (3) Tim sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mempunyai tugas pokok dan kewenangan sebagai berikut: a. melakukan verifikasi berkas permohonan yang diajukan oleh Pemohon melalui BPPT; b. menyatakan permohonan yang diajukan oleh pemohon telah lengkap atau tidak; c. menyatakan permohonan yang diajukan oleh pemohon gugur atau lulus; d. memberitahukan secara tertulis kepada pemohon melalui BPPT dalam hal sebagaimana dimaksud pada huruf b dan huruf c; e. meminta pemohon untuk melengkapi persyaratan yang tidak lengkap; f. melakukan peninjauan lapangan terkait permohonan yang diajukan oleh pemohon, apabila diperlukan; g. membuat berita acara peninjauan lapangan, apabila diperlukan; h. menyampaikan laporan dan surat pertimbangan ke Bupati atas hasil kinerja tim dalam proses penghapusan retribusi. (4) Surat pertimbangan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf h menjadi bahan pertimbangan bagi Bupati untuk menerima atau menolak permohonan pemohon. (5) Tim bertanggung jawab langsung kepada Bupati.

10 Bagian Kelima Persyaratan dan Prosedur Pengajuan Permohonan Penghapusan Piutang Pasal 15 (1) Permohonan penghapusan piutang retribusi diajukan dengan melampirkan persyaratan sebagai berikut: a. surat permohonan secara tertulis dalam Bahasa Indonesia dari pemohon langsung/tidak dikuasakan ditujukan kepada Bupati melalui BPPT disertai dengan alasan yang benar dan dapat dipertanggungjawabkan; b. fotocopy SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan; c. diajukan paling lama 7 (tujuh) hari kerja sejak ditetapkannya SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan; d. terhadap wajib retribusi perorangan yang telah meninggal dunia dan tidak meninggalkan harta warisan serta tidak mempunyai ahli waris sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 hururf b, melampirkan dokumen sebagai berikut: 1. surat keterangan meninggal dunia dari pejabat daerah setempat minimal kepala desa/ lurah atau rumah sakit jika Wajib Retribusi meninggal dunia di rumah sakit; 2. surat keterangan dari pejabat yang berwenang bahwa wajib retribusi tidak mempunyai ahli waris; 3. surat pertimbangan dari tim yang dikeluarkan berdasarkan peninjauan lapangan; dan 4. putusan/ penetapan pengadilan bahwa wajib retribusi tidak meninggalkan harta warisan. (2) Terhadap piutang retribusi yang tidak mungkin ditagih karena hak untuk melakukan penagihan sudah kadaluwarsa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat 6 huruf (a) dan Pasal 12 huruf a memenuhi ke-tentuan sebagai berikut: a. piutang retribusi yang telah melampaui jangka waktu 3 (tiga) tahun terhitung sejak saat terhutangnya retribusi, kecuali apabila wajib retribusi melakukan tindak pidana di bidang retribusi; b. kadaluwarsa penagihan retribusi sebagaimana dimaksud angka 1 tertangguh apabila: 1. diterbitkan surat teguran; 2. ada pengakuan utang retribusi dari wajib retribusi baik langsung maupun tidak langsung. c. dalam hal diterbitkan surat teguran sebagaimana dimaksud pada huruf b angka 1, kadaluwarsa penagihan dihitung sejak tanggal diterimanya surat teguran tersebut; d. pengakuan utang retribusi secara langsung sebagaimana dimaksud pada huruf b angka 2, adalah wajib retribusi dengan kesadarannya menyatakan masih mempunyai utang retribusi dan belum melunasinya kepada Pemerintah Daerah; e. pengakuan utang retribusi secara tidak langsung sebagaimana dimaksud pada huruf b angka 2 dapat diketahui dari pengajuan permohonan angsuran atau penundaan pembayaran dan permohonan keberatan oleh wajib retribusi.

(3) Dalam hal objek retribusi sedang dalam proses pengajuan, tetap dikenakan denda keterlambatan sebagaimana mestinya. Pasal 16 Prosedur penghapusan piutang retribusi sebagai berikut: a. tim internal BPPT/ tim SKPD terkait melakukan pembahasan dan verifikasi berkas permohonan; b. apabila tim telah menyatakan bahwa hasil verifikasi berkas permohonan telah lengkap dan dinyatakan lulus selanjutnya tim dapat melakukan peninjuan lapangan, apabila diperlukan; c. berita acara rapat dan/ atau berita acara peninjauan lapangan akan menjadi bahan pertimbangan bagi tim internal BPPT/ tim SKPD terkait untuk membuat surat prtimbangan; d. berita acara rapat dan/ atau berita acara peninjauan lapangan dan surat pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf c, dilaporkan kepada Bupati sebagai bahan pertimbangan Bupati untuk menerima atau menolak permohonan Pemohon; e. apabila Bupati menolak permohonan Pemohon, Bupati wajib menerbitkan Surat Ketetapan penolakan penghapusan piutang retribusi yang berisi alasan-alasan penolakan; f. BPPT memberitahukan kepada Pemohon paling lambat 4 (empat) bulan dalam tahun anggaran sejak pengajuan permohonan dan atas dasar penolakan tersebut maka wajib retribusi tetap harus melaksanakan kewajibannya membayar retribusi sesuai dengan ketentuan yang berlaku; g. apabila Bupati menerima permohonan pemohon, Bupati wajib menerbitkan Surat Ketetapan persetujuan penghapusan piutang retribusi kepada pemohon melalui BPPT paling lambat 4 (empat) bulan dalam tahun anggaran sejak pengajuan permohonan. 11 BAB IV PENGAWASAN DAN SANKSI Pasal 17 (1) Apabila BPPT di kemudian hari menemukan adanya data dan/atau informasi yang tidak benar, maka BPPT dapat merekomendasikan kepada Bupati untuk memberikan sanksi administratif berupa pencabutan surat keputusan persetujuan pengurangan, keringanan, atau penghapusan piutang retribusi. (2) Pencabutan surat keputusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), tidak menghapus atau menghilangkan kewajiban wajib retribusi. BAB V KETENTUAN PENUTUP Pasal 18 Pada saat Peraturan Bupati ini mulai berlaku, Peraturan Bupati Nomor 32 Tahun 2012 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Kabupaten Sidoarjo Nomor 5 Tahun 2012 tentang Izin Gangguan dinyatakan tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan Peraturan Bupati ini.

12 Pasal 19 Peraturan Bupati ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Bupati ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kabupaten Sidoarjo. Ditetapkan di Sidoarjo pada tanggal 1 Juli 2016 BUPATI SIDOARJO, ttd SAIF UL ILAH Diundangkan di Sidoarjo pada tanggal 1 Juli 2016 SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN SIDOARJO, ttd VINO RUDY MUNTIAWAN BERITA DAERAH KABUPATEN SIDOARJO TAHUN 2016 NOMOR 34 NOREG PERBUP : 34 TAHUN 2016