Tanggung Jawab Pabrik Gula Trangkil dalam Kerja Sama dengan Petani Tebu Rakyat di Trangkil Kabupaten Pati. Ema Bela Ayu Wardani

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Munculnya berbagai lembaga pembiayaan dewasa ini turut memacu

BAB III METODE PENELITIAN

PERJANJIAN KREDIT DENGAN SISTEM REKENING KORAN DI BANK TABUNGAN NEGARA CABANG SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari digerakan dengan tenaga manusia ataupun alam. mengeluarkan Peraturan Perundang-undangan No. 15 Tahun 1985 tentang

BAB I PENDAHULUAN. pertanian dan perkebunan baik yang berskala besar maupun yang berskala. sumber devisa utama Negara Indonesia.

ANALISIS YURIDIS WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN PEMBERIAN KREDIT BAGI USAHA KECIL DI PD. BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR) BANK PASAR KABUPATEN LUMAJANG

I. PENDAHULUAN. Salah satu sasaran pembangunan nasional adalah pertumbuhan ekonomi dengan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara pertanian, artinya sektor tersebut memegang

KEKUATAN HUKUM DARI SEBUAH AKTA DI BAWAH TANGAN

II. TINJAUAN KEPUSTAKAAN DAN KERANGKA PIKIR. Geografi menurut ikatan Geografi Indonesia (IGI :1988) dalam adalah ilmu yang

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat dalam kehidupan sosialnya senantiasa akan melakukan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu harta yang mempunyai sifat permanent dan dapat. dicadangkan untuk kehidupan pada masa datang.

BAB I PENDAHULUAN. kalangan individu maupun badan usaha. Dalam dunia usaha dikenal adanya

BAB I PENDAHULUAN. dalam negeri serta turut aktif dalam membina kemitraan dengan Usaha Kecil dan

BAB I PENDAHULUAN. Munculnya berbagai lembaga pembiayaan dewasa ini turut memacu roda. perekonomian masyarakat. Namun sayangnya pertumbuhan institusi

PERKEMBANGAN KEMITRAAN PETANI TEBU DENGAN PG. KREBET BARU:PERILAKU EKONOMI PETANI TEBU. Fadila Maulidiah

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana terkandung dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992

BAB I PENDAHULUAN. yang putih dan terasa manis. Dalam bahasa Inggris, tebu disebut sugar cane. Tebu

BAB I PENDAHULUAN. Menuju Swasembada Gula Nasional Tahun 2014, PTPN II Persero PG Kwala. Madu yang turut sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang

III. METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam pembahasan penulisan penelitian ini adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara yang kaya akan Sumber Daya Alam (SDA),

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pembiayaan. Bank sebagai lembaga keuangan ternyata tidak cukup mampu untuk

BAB I PENDAHULUAN. berbuat semaksimal mungkin dan mengerahkan semua kemampuannya untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Namun demikian perjanjian kredit ini perlu mendapat perhatian khusus dari

III. METODE PENELITIAN. Penelitian hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah, yang didasarkan pada

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan ini adalah penelitian hukum normatif empiris.penelitian hukum

BAB III METODE PENELITIAN. dianalisis, diambil kesimpulan dan selanjutnya dicarikan cara pemecahanya. 1 Metode

BAB I PENDAHULUAN. dengan pelaku usaha yang bergerak di keuangan. Usaha keuangan dilaksanakan oleh perusahaan yang bergerak di bidang

III. METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam pembahasan penulisan penelitian ini adalah

BAB I PENDAHULUAN. sisi ekonomi. Dalam hal ini tanah pun dapat dibiarkan begitu saja atau dikelola

BAB I PENDAHULUAN. produknya baik barang atau jasa dapat melakukan dengan berbagai cara, yaitu

PELAKSANAAN PERJANJIAN ANTARA AGEN DENGAN PEMILIK PRODUK UNTUK DI PASARKAN KEPADA MASYARAKAT. Deny Slamet Pribadi

BAB I PENDAHULUAN. dijanjikan oleh orang lain yang akan disediakan atau diserahkan. Perjanjian

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MURIA KUDUS

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan pembangunan di berbagai bidang yang berpedoman pada Undangundang

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. batasan usia dewasa. Berbagai ketentuan dalam peraturan perundang-undangan

BAB I PENDAHULUAN. sedang pihak lain menuntut pelaksanaan janji itu. 1. perjanjian dalam Pasal 1313 KUHPerdata adalah Suatu perjanjian adalah

BAB IV PENUTUP. Berdasarkan analisis atau pembahasan terhadap hasil penelitian sebagaimana

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

SISTEM AGRIBISNIS BIBIT TEBU ASAL KULTUR JARINGAN BPTP SULAWESI SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. suatu kelompok dan kemampuan manusia dalam hidup berkelompok ini dinamakan zoon

GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I L A M P U N G KEPUTUSAN GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I LAMPUNG NOMOR 111 TAHUN 1998 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. ini, semakin meningkat pula kebutuhan hidupnya. Kebutuhan manusia akan

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan era globalisasi yang semakin pesat berpengaruh

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II PENGATURAN ATAS JUAL BELI SAHAM DALAM PERSEROAN TERBATAS DI INDONESIA. dapat dengan mudah memahami jual beli saham dalam perseroan terbatas.

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1997 TENTANG PROGRAM PENGEMBANGAN TEBU RAKYAT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DIES NATALIS XXXIII Universitas Islam Batik Surakarta ISBN :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan dunia otomotif di Indonesia dari tahun-ketahun

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. Semarang dalam Suharyono dan Moch. Amien (2013: 19) bahwa geografi adalah

BAB I PENDAHULUAN. otomatis terkait dengan kebutuhan dasar yang diperlukan oleh manusia. Dalam

JENIS-JENIS DAN POLA KEMITRAAN USAHA OLEH : Anwar sanusi

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, baik materiil maupun spiritual. Salah satu cara untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. bertahap, pada hakikatnya merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. negara Indonesia yang menganut Negara welfare state yaitu negara yang

METODE PENELITIAN. beberapa gejala hukum tertentu, dengan jalan menganalisisnya. 1

I. PENDAHULUAN. bekerja di sektor pertanian. Di sektor tersebut dikembangkan sebagai sumber mata

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Permasalahan Industri Gula Indonesia 2.2. Karakteristik Usahatani Tebu

V. KELEMBAGAAN KEMITRAAN USAHATERNAK AYAM RAS PEDAGING

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia bisnis yang berskala kecil, menengah, maupun besar, orang -

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Penyelenggaraan ibadah haji dan umroh merupakan tugas nasional karena

BAB I PENDAHULUAN. dirasakan memiliki kaitan yang mendasar dalam hubungannya dengan hukum,

BAB III METODE PENELITIAN. beberapa gejala hukum tertentu dengan jalan menganalisisnya. 1

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu wadah yang disebut masyarakat, dan untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. signigfikan terhadap sistem ekonomi global dewasa ini. Teknologi telah

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. macam kegiatan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Untuk dapat memenuhi

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 26/Permentan/OT.140/2/2007 TENTANG PEDOMAN PERIZINAN USAHA PERKEBUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

REGULASI KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PEMBERIAN HAK ATAS TANAH UNTUK PERKEBUNAN

BAB I PENDAHULUAN. jenis dan variasi dari masing-masing jenis barang dan atau jasa yang akan

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahap permulaan usaha maupun pada tahap pengembangan. usaha yang dilakukan oleh perusahaan, permodalan merupakan faktor

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Gula merupakan salah satu komoditi strategis bagi perekonomian Indonesia, karena merupakan salah satu dari sembilan

BAB I PENDAHULUAN. alkohol atau spirtus. Pabrik ini menjadi satu-satunya pabrik. Istimewa Yogyakarta yang mengemban tugas untuk mensukseskan program

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebun Agung didirikan pengusaha Cina, sedangkan Pabrik Gula Krebet

III. METODE PENELITIAN. dirumuskan dengan kemungkinan-kemungkinan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia Tahun 1945 mengamanatkan bahwa setiap orang berhak. memperoleh pelayanan kesehatan. Hal ini sejalan dengan Pasal 34 ayat

BAB I PENDAHULUAN. patut, dinyatakan sebagai penyalahgunaan hak. 1 Salah satu bidang hukum

BAB I PENDAHULUAN. Bisnis media di Indonesia semakin berkembang pesat. Hal ini karena

BAB I PENDAHULUAN. kesulitan pembiayaan yang berdampak pada pemberhentian usaha. Melalui

URGENSI PERJANJIAN DALAM HUBUNGAN KEPERDATAAN. Rosdalina Bukido 1. Abstrak

PELAKSANAAN PERJANJIAN SEWA MENYEWA LAHAN UNTUK PEMASANGAN BASE TRANSCEIVER STATION. Oleh : MOCHAMAD ERWIN RADITYO, S.H., M.Kn

4. ANALISIS SISTEM 4.1 Kondisi Situasional

TINJAUAN PUSTAKA. Budidaya tebu adalah proses pengelolaan lingkungan tumbuh tanaman

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era reformasi merupakan era perubahan dalam kehidupan berbangsa dan

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Manusia dalam kehidupannya sehari-hari memiliki kebutuhankebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi dengan alam kehidupan sekitarnya. 1. ketentuan yang harus dipatuhi oleh setiap anggota masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan usahanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan. Perbankan, dalam pasal 1 angka 2 dinyatakan bahwa:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan bidang ekonomi adalah mempercepat pemulihan ekonomi dan. mewujudkan landasan yang lebih kokoh bagi pembangunan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seiring dengan gencar-gencarnya Pemerintah meningkatkan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam keadaan yang sedang dilanda krisis multidimensi seperti yang

METODE PENELITIAN. Penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan analisis dan

DAFTAR PUSTAKA. Buku :

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research) bersifat deskriptif

DIMAS WILANTORO NIM: C.

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

Transkripsi:

Tanggung Jawab Pabrik Gula Trangkil dalam Kerja Sama dengan Petani Tebu Rakyat di Trangkil Kabupaten Pati Ema Bela Ayu Wardani A. Tulus Sartono, Siti Mahmudah Hukum Perdata Dagang/ S1, Fakultas Hukum, Univesitas Diponegoro ABSTRAK Dalam memproduksi gula pasir, diperlukan kerja sama antara petani tebu dan pabrik gula. Tebu yang dihasilkan oleh petani selanjutnya akan diserahkan kepada pabrik gula untuk diolah menjadi gula pasir. Dalam kerja sama antara pabrik gula dan petani tersebut menggunakan sistem bagi hasil. Pembagian hasil didasarkan pada jumlah bobot tebu dan besarnya rendemen gula (kadar gula). Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor 5/ SK/ Mentan/ Bimas/ IV/ 1990 mengatur pembagian hasil masingmasing pihak. Sehubungan dengan kerja sama yang terjalin antara pabrik gula dengan petani tebu dalam meningkatkan produksi gula, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai: Tanggung Jawab Pabrik Gula Trangkil dalam Kerja Sama dengan Petani Tebu Rakyat di Trangkil Kabupaten Pati. Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah bagaimana tanggung jawab Pabrik Gula Trangkil dalam kerja sama dengan petani tebu rakyat di Trangkil Kabupaten Pati, bagaimana bentuk kerja sama antara Pabrik Gula Trangkil dan petani tebu rakyat di Trangkil Kabupaten Pati, dan apa hambatan dalam kerja sama antara Pabrik Gula Trangkil dengan petani tebu rakyat di Trangkil Kabupaten Pati. Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode yuridis empiris. Yuridis empiris artinya mengidentifikasi dan mengkonsepsikan hukum sebagai institusi sosial yang riil dan fungsional dalam sistem kehidupan yang mempola. Tanggung jawab Pabrik Gula Trangkil terhadap petani tebu rakyat ialah mengolah tebu milik petani tebu; memberikan penyuluhan dan pembinaan budidaya tanaman tebu, pengolahan tanah, dan penebangan tebu yang baik; membantu sarana dan prasarana bagi petani untuk melakukan penebangan dan pengangkutan tebu; dan menjamin pemasaran hasil produksi. Perjanjian kerjasama antara Pabrik Gula Trangkil dengan petani tebu rakyat adalah perjanjian kerja sama yang disebut perjanjian kemitraan. Perjanjian kerja sama tersebut tidak secara tertulis, melainkan kesepakatan secara lisan, sedangkan perjanjian kerja sama antara Pabrik Gula Trangkil dan petani tebu rakyat dalam perjanjian kredit adalah dalam bentuk tertulis di bawah tangan.

Kerja sama antara pabrik dan petani adalah Pabrik Gula Trangkil memiliki teknologi yang dapat digunakan untuk mengolah tebu menjadi gula pasir dan petani tebu rakyat mempunyai lahan yang dapat menghasilkan bahan baku gula pasir yaitu tebu. Hambatan dalam kerja sama adalah petani tebu rakyat yang menunggak pembayaran kredit ketahanan pangan dan energi (KKP-E) dan manajemen tebang angkut pabrik yang kurang terjadwal. Kata Kunci: Kerja sama, pembagian hasil. PENDAHULUAN Latar Belakang Kebutuhan gula tidak sesuai dengan produksi gula karena kebutuhan gula masyarakat Indonesia mancapai 5,2 juta ton per tahun sedang pabrik gula di Indonesia hanya dapat memproduksi gula 2,7 juta ton per tahun. Sehingga perlu dilakukan upaya untuk meningkatkan produksi gula pasir. Upaya untuk meningkatkan produksi gula dapat dilakukan dengan meningkatkan kerja sama antara petani tebu dengan pabrik gula. Dalam memproduksi gula pasir, maka diperlukan kerja sama antara petani tebu dan pabrik gula. Tebu yang dikelola oleh petani selanjutnya akan diserahkan kepada pabrik gula untuk diolah menjadi gula pasir. Petani tebu sebagai penggarap diharapkan dapat menghasilkan tebu yang berkualitas tinggi sehingga mempunyai tingkat rendemen yang tinggi pula sedangkan pabrik yang melakukan pengolahan tebu menggunakan teknologi dan berusaha meminimalisasi kehilangan potensi rendemen gula. Dalam kerja sama antara pabrik gula dan petani tersebut menggunakan sistem bagi hasil dalam Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor 5/ SK/ Mentan/ Bimas/ IV/ 1990 mengatur pembagian hasil masing-masing pihak. Sehubungan dengan kerja sama yang terjalin antara pabrik gula dengan petani tebu dalam meningkatkan produksi gula, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai: Tanggung Jawab Pabrik Gula Trangkil dalam Kerja

Sama dengan Petani Tebu Rakyat di Trangkil Kabupaten Pati. Tujuan Tujuan penelitian ini ialah : 1. Untuk mengetahui tanggung jawab Pabrik Gula Trangkil dalam kerja sama dengan petani tebu rakyat di Trangkil Kabupaten Pati. 2. Untuk mengetahui bentuk kerja sama antara Pabrik Gula Trangkil (PG. Trangkil) dan petani tebu rakyat di Trangkil Kabupaten Pati. 3. Untuk mengetahui hambatan yang muncul dalam kerja sama antara Pabrik Gula Trangkil dengan petani tebu rakyat di Trangkil Kabupaten Pati. METODE PENELITIAN Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode yuridis empiris. Yuridis empiris artinya mengidentifikasi dan mengkonsepsikan hukum sebagai institusi sosial yang riil dan fungsional dalam sistem kehidupan yang mempola. 1 Spesifikasi penelitian dalam penulisan hukum ini adalah deskriptif analitis dan bersifat kualitatif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujuan untuk memberikan gambaran seteliti mungkin mengenai manusia, keadaan dan gejala lainnya atau penelitian untuk memecahkan masalah dengan mengumpulkan data, menyusun, menganalisis dan menginterpretasikan. 2 Melalui deskriptif ini maka penelitian peneliti akan mendeskripsikan atau mengumpulkan data. Setelah dikumpulkan, disusun, dijelaskan kemudian dianalisis sehingga dapat menemukan solusi untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi dalam hubungan kerja sama antara petani tebu dan pabrik gula Trangkil. Jenis-jenis data dalam penelitian ini ialah data primer yaitu 1 Ronny Hanitijo Soemitro, Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1998), halaman 17. 2 Abdulkadir Muhammad, Hukum dan Penelitian, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2004), halaman 27.

studi lapangan (field research) dengan menggunakan metode interview secara langsung dengan para responden. dimana peneliti dapat mendengarkan informasi atau keterangan-keterangan dari responden 3 dengan didukung oleh data sekunder yang berkaitan, seperti peraturan dan literatur lainnya. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Profil Pabrik Gula Trangkil Pabrik Gula Trangkil (PG. Trangkil), yang merupakan cabang dari kantor pusat PT. Kebon Agung yang berada di Malang, Jawa Timur. Pabrik Gula Trangkil telah berdiri sejak Tahun 1935. Pemegang saham PT Kebon Agung terdiri dari Yayasan Kesejahteraan Karyawan Bank Indonesia dan Koperasi Karyawan PT. Kebon Agung Rosana. Sebelum Tahun 1974, Pabrik Gula Trangkil memperoleh bahan baku dengan melakukan sewa tanah petani. Penyediaan bahan baku yang berupa tebu diusahakan oleh bagian tanaman. 3 Cholid Narbuko dan Abu Achmadi, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), halaman 81. Mulai tahun 1974 Pabrik Gula Trangkil (PG. Trangkil), untuk meningkatkan pengolahan bahan baku tebu maka Pabrik Gula Trangkil (PG. Trangkil) dibagi menjadi dua, yaitu tebu rakyat dan tebu milik pabrik sendiri. Pada saat Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 1975 petani di bimbing secara massal agar mengusahakan tanaman tebu untuk memenuhi kebutuhan gula. Kemudian Inpres tersebut diganti dengan Inspres Nomor 5 Tahun 1998 tentang Program Pengembangan Tebu Rakyat. Perubahan tersebut dilakukan atas dasar Pasal 6 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Budidaya Tanaman, dimana petani memiliki kebebasan untuk menentukan pilihan jenis tanaman yang akan dibudidayakan. Atas perubahan tersebut maka perubahanperubahan adalah sebagai berikut 4 : petani memiliki kebebasan untuk menentukan pilihan jenis tanaman; sistem bimbingan massal (Bimas) diganti dengan sistem kemitraan, 4 Pola Kemitraan, (Pati: Dinas Kehutanan dan Perkebunan, 2013), halaman 5.

Dinas Kehutanan dan Perkebunan (Dishutbun) hanya bertindak sebagai fasilitator; dan Pabrik Gula sebagai Pemimpin Kerja Operasional Lapangan. B. Tanggung Jawab Pabrik Gula Trangkil Dalam Kerja Sama Dengan Petani Tebu Rakyat Dalam memproduksi gula pasir, pabrik gula memperoleh bahan baku tebu sendiri dan bahan baku tebu rakyat. 5 Pabrik gula membutuhkan mitra petani untuk menghasilkan tebu karena lahan pabrik gula terbatas dan tanahnya menggunakan sistem kontrak, sedangkan lahan petani tebu banyak sehingga dapat menjadi pemasok utama bahan baku (Lahan tebu pabrik 940,42 Ha dan lahan tebu rakyat 12.900 Ha). 6 Petani tebu membutuhkan mitra pabrik gula untuk memproses bahan baku yang dimiliki oleh petani untuk menjadi gula pasir. Pembagian hasil tebu antara Petani Tebu Rakyat dan Pabrik Gula 5 Rahman, Wawancara, Kepala Seksi Akuntansi Pabrik Gula Trangkil, 2 Februari 2013. 6 Andre P, Wawancara, Biro Tanaman Pabrik Gula Trangkil, 22 Februari 2013. Trangkil ditentukan oleh besarnya rendemen tebu. Rendemen tebu adalah kadar kandungan gula didalam batang tebu yang dinyatakan dengan persen. Bila dikatakan rendemen tebu 10 %, artinya ialah bahwa dari 100 kg tebu yang digilingkan di Pabrik Gula akan diperoleh gula sebanyak 10 kg. 7 Perjanjian adalah suatu peristiwa di mana seorang berjanji kepada seorang lain atau di mana dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan sesuatu hal. 8 Perjanjian antara Pabrik Gula Trangkil dan petani tebu rakyat merupakan perjanjian lisan. Pejanjian secara lisan tersebut telah sah, dengan syarat telah dipenuhinya syarat-syarat sahnya perjanjian yang tercantum dalam Pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata 9 Perjanjian lisan tersebut berubah menjadi perjanjian tertulis 7 www.wikipedia.com, disunting pada tanggal 22 November 2012. 8 Subekti, Hukum Perjanjian (Jakarta: Intermasa, 1987), halaman 1. 9 Munir Fuady, Hukum Kontrak: Dari Sudut Pandang Hukum Bisnis, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2001), halaman 83.

apabila petani tebu rakyat yang bersangkutan menggunakan fasilitas dana Kredit Ketahanan Ketahanan Pangan dan Energi (KKP-E). Jenis perjanjian dalam bentuk tertulis dibedakan menjadi 2, yaitu akta otentik dan akta di bawah tangan. Dalam hal ini, perjanjian antara Pabrik Gula Trangkil adalah merupakan perjanjian tertulis di bawah tangan karena perjanjian tersebut dibuat dan ditandangani sendiri oleh para pihak yang mengadakan perjanjian. Akta di bawah tangan adalah akta yang dibuat tidak oleh atau tanpa perantara seorang pejabat umum, melainkan dibuat dan tandatangani sendiri oleh para pihak yang mengadakan perjanjian. 10 Perjanjian tersebut kemudian dilegalisasi di notaris agar tidak ada penyangkalan tanda tangan sehingga aktanya di bawah tangan namun kekuatan pembuktian pada 10 I.G. Rai Widjaya, Merancang Suatu Kontrak/ Perjanjian: Teori dan Praktek, (Jakarta: Kesaint Blanc, 2002), halaman 11. perjanjian di bawah tangan ini sama dengan akta otentik. 11 Dari hak dan kewajiban, maka dapat diketahui bahwa tanggung jawab dari Pabrik Gula Trangkil adalah: 1) Memberikan penyuluhan dan pembinaan kepada para petani tebu rakyat dalam membudidayakan tanaman tebu, pengolahan tanah dan penebangan tebu yang baik. 2) Membantu sarana dan prasarana bagi petani untuk melakukan penebangan dan pengangkutan tebu. 3) Pabrik Gula Trangkil bertanggung jawab untuk menampung dan mengolah tebu yang telah dihasilkan oleh petani tebu rakyat. 4) Menjamin pemasaran hasil produksi gula yang berbahan baku tebu. 5) Pabrik Gula Trangkil bertanggung jawab untuk bertindak sebagai penjamin bagi 11 Ibid, halaman 13.

petani tebu rakyat yang menggunakan Kredit Ketahanan Pangan dan Energi Pengembangan Tebu. C. Kerjasama antara Pabrik Gula Trangkil (PG. Trangkil) dan Petani Tebu Rakyat. Menurut Pasal 1 angka 1 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 1997 tentang Kemitraan, Kemitraan adalah kerjasama usaha antara usaha kecil dengan usaha menengah dan atau usaha besar dengan memperhatikan prinsip saling memerlukan, saling menguntungkan dan saling memperkuat. Pola kemitraan Pabrik Gula Trangkil dan petani tebu rakyat adalah pola inti plasma, sebagaimana tercantum dalam pedoman kemitraan usaha pertanian yang dikeluarkan oleh Departemen Pertanian tahun 1997, menguraikan hak dan kewajiban dari perusahaan inti, yaitu: perusahaan mitra bertindak sebagai perusahaan pengelola yang tidak melakukan usaha budidaya, tetapi memiliki unit pengolahan. Perusahaan mitra tersebut melakukan pembinaan berupa pelayanan dalam bidang teknologi, sarana produksi, permodalan atau kredit, pengolahan hasil, menampung dan memasarkan hasil produksi kelompok mitra. Dalam praktek Pabrik gula sebagai perusahaan mitra bertindak sebagai perusahaan pengelola yang memiliki unit pengolahan, namun sekaligus melakukan usaha budidaya dalam jumlah yang terbatas. Petani tebu rakyat merupakan kelompok mitra yang melakukan budidaya dan menghasilkan tebu. Pabrik Gula Trangkil sebagai perusahaan mitra tersebut melakukan pembinaan dan pengembangan berupa pelayanan dalam permodalan atau kredit, pengolahan hasil tebu, menampung dan memasarkan hasil produksi kelompok mitra. D. Hambatan dalam Kerjasama antara Pabrik Gula Trangkil (PG. Trangkil) dengan Petani Tebu Rakyat. Dalam kerjasama antara Pabrik Gula Trangkil dengan Petani Tebu Rakyat terdapat hambatan. Hambatan

yang yang dimiliki oleh Pabrik Gula Trangkil dan petani tebu rakyat adalah sebagai berikut : 1. Hambatan bagi Pabrik Gula Trangkil adalah terdapat petani tebu rakyat yang menunggak pembayaran kredit ketahanan pangan dan energi (KKP-E) karena dana kredit tidak dipergunakan sebagaimana semestinya. 12 2. Hambatan bagi petani tebu rakyat adalah dalam hal manajemen tebang angkut tebu. Tebu yang telah di tebang kemudian di angkut menggunakan truk menuju pabrik. Sebelum menuju pabrik maka truk pengangkut tebu tersebut ditampung terlebih dahulu di suatu tempat yang disebut plasemen. Apabila plasement penuh maka truk tebu milik petani tersebut terpaksa harus diinapkan ke rumah milik petani selama 1 hingga 3 hari, baru kemudian ikut mengantre di plasemen. 13 12 Rahman, Wawancara, Kepala Seksi Akuntansi Pabrik Gula Trangkil, 28 Desember 2013. 13 Hari, Wawancara, Petani Tebu Rakyat, 22 Februari 2013. KESIMPULAN 1. Tanggung jawab Pabrik Gula Trangkil terhadap petani tebu ialah harus menghabiskan dan mengolah tebu milik petani tebu yang bermitra dengan Pabrik Gula Trangkil, memberikan penyuluhan dan pembinaan kepada para petani tebu rakyat dalam membudidayakan tanaman tebu, pengolahan tanah dan penebangan tebu yang baik, membantu sarana dan prasarana bagi petani untuk melakukan penebangan dan pengangkutan tebu, menjamin pemasaran hasil produksi gula yang berbahan baku tebu dan bertindak sebagai penjamin bagi petani tebu rakyat yang menggunakan Kredit Ketahanan Ketahanan Pangan dan Energi Pengembangan Tebu. 2. Hubungan kerjasama antara Pabrik Gula Trangkil dan petani tebu rakyat adalah hubungan kemitraan, karena dalam kemitraan kedua belah pihak memiliki kesadaran saling membutuhkan dan memiliki posisi tawar yang setara berdasarkan peran masing-masing. Pabrik Gula

Trangkil memiliki teknologi yang dapat digunakan untuk mengolah tebu menjadi gula pasir dan petani tebu rakyat mempunyai lahan yang dapat menghasilkan bahan baku gula pasir yaitu tebu. Perjanjian antara Pabrik Gula Trangkil dan petani tebu rakyat dibuat secara lisan. Perjanjian secara lisan tersebut berubah menjadi perjanjian tertulis di bawah tangan apabila petani menggunakan dana Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKP-E). 3. Hambatan yang yang dimiliki oleh Pabrik Gula Trangkil adalah terdapat petani tebu rakyat yang menunggak pembayaran kredit ketahanan pangan dan energi (KKP-E) Hambatan yang dimiliki oleh Petani tebu rakyat adalah mengenai manajemen tebang angkut karena terkadang masih terdapat tebu milik petani yang tidak dapat langsung di giling sehingga tebu terpaksa harus diinapkan ke rumah milik petani selama 1 hingga 3 hari. 14 DAFTAR PUSTAKA Soemitro, Ronny Hanitijo, Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1998). Muhammad, Abdulkadir, Hukum dan Penelitian, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2004). Narbuko, Cholid dan Abu Achmadi, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001). Subekti, Hukum Perjanjian (Jakarta: Intermasa, 1987). Fuady Munir, Hukum Kontrak: Dari Sudut Pandang Hukum Bisnis, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2001). Widjaya, I.G. Rai, Merancang Suatu Kontrak/ Perjanjian: Teori dan Praktek, (Jakarta: Kesaint Blanc, 2002). 14 Hari, Wawancara, Petani Tebu Rakyat, 22 Februari 2013.