KONSEP PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA PEMANTAUAN RADIASI DAN PENGELOLAAN BAHAN SUMBER PADA PENAMBANGAN BAHAN GALIAN NON NUKLIR

dokumen-dokumen yang mirip
KAJIAN BAHAN SUMBER (U DAN Th) PADA EKSPLORASI, PENAMBANGAN, PEMROSESAN PASIR ZIRKON DI KALTENG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR,

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG TINGKAT KLIERENS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR... TAHUN 2012 TENTANG TINGKAT KLIERENS

KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA

KEBIJAKAN PENGAWASAN TERHADAP LIMBAH RADIOAKTIF

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

No Penghasil Limbah Radioaktif tingkat rendah dan tingkat sedang mempunyai kewajiban mengumpulkan, mengelompokkan, atau mengolah sebelum diser

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2015, No Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1997 tentang

SISTEM MANAJEMEN DOSIS PADA PENGANGKUTAN ZAT RADIOAKTIF DENGAN KENDARAAN DARAT

PENGEMBANGAN PERATURAN TERKAIT PERIZINAN INSTALASI NUKLIR

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Kebijakan Pengawasan Ketenaganukliran

*39525 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 27 TAHUN 2002 (27/2002) TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG NILAI BATAS RADIOAKTIVITAS LINGKUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2015 TENTANG KESELAMATAN RADIASI DAN KEAMANAN DALAM PENGANGKUTAN ZAT RADIOAKTIF

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG PERIZINAN PEMANFAATAN SUMBER RADIASI PENGION DAN BAHAN NUKLIR

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG PERIZINAN PEMANFAATAN SUMBER RADIASI PENGION DAN BAHAN NUKLIR

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

REVIU PERATURAN PENGANGKUTAN ZAT RADIOAKTIF DI INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2015 TENTANG KESELAMATAN RADIASI DAN KEAMANAN DALAM PENGANGKUTAN ZAT RADIOAKTIF

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR : 05-P/Ka-BAPETEN/VII-00 TENTANG PEDOMAN PERSYARATAN UNTUK KESELAMATAN PENGANGKUTAN ZAT RADIOAKTIF

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG PERIZINAN PEMANFAATAN SUMBER RADIASI PENGION DAN BAHAN NUKLIR

2013, No Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1997 tentang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR : 05-P/Ka-BAPETEN/VII-00 TENTANG PEDOMAN PERSYARATAN UNTUK KESELAMATAN PENGANGKUTAN ZAT RADIOAKTIF

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2007 TENTANG KESELAMATAN RADIASI PENGION DAN KEAMANAN SUMBER RADIOAKTIF

PEMANTAUAN LINGKUNGAN DI SEKITAR PUSAT PENELITIAN TENAGA NUKLIR SERPONG DALAM RADIUS 5 KM TAHUN 2005

oleh Werdi Putra Daeng Beta, SKM, M.Si

Pertambangan adalah salah satu jenis kegiatan yang melakukan ekstraksi mineral dan bahan tambang lainnya dari dalam bumi.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

EVALUASI PEMANTAUAN TENORM PADA PEMBUATAN NATRIUM ZIRKONAT. Sajima dan Sunardjo Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan - BATAN ABSTARK ABSTRACT

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2007 TENTANG KESELAMATAN RADIASI PENGION DAN KEAMANAN SUMBER RADIOAKTIF

EVALUASI PENGARUH POLA ALIR UDARA TERHADAP TINGKAT RADIOAKTIVITAS DI DAERAH KERJA IRM

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PERIZINAN INSTALASI NUKLIR DAN PEMANFAATAN BAHAN NUKLIR

KIMIA INTI DAN RADIOKIMIA. Stabilitas Nuklir dan Peluruhan Radioaktif

KONSEP PEDOMAN TEKNIS INVENTARISASI BAHAN GALIAN TERTINGGAL DAN BAHAN GALIAN BERPOTENSI TERBUANG PADA WILAYAH USAHA PERTAMBANGAN. Oleh : Tim Penyusun

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2007 TENTANG KESELAMATAN RADIASI PENGION DAN KEAMANAN SUMBER RADIOAKTIF

URGENSI AMANDEMEN TERHADAP PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 27 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF

RANCANGAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR TENTANG KESELAMATAN RADIASI DALAM KEGIATAN IMPOR, EKSPOR, DAN PENGALIHAN BARANG KONSUMEN

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG PENGOLAHAN LIMBAH RADIOAKTIF TINGKAT RENDAH DAN TINGKAT SEDANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DIREKTORAT PERIZINAN FASILITAS RADIASI DAN ZAT RADIOAKTIF BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR

KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2007 TENTANG KESELAMATAN RADIASI PENGION DAN KEAMANAN SUMBER RADIOAKTIF

Keamanan Sumber Radioaktif

PROSES PENYIMPANAN LIMBAH RADIOAKTIF

SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN RADIASI

- 3 - BAB I KETENTUAN UMUM

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2000 TENTANG PERIZINAN PEMANFAATAN TENAGA NUKLIR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2000 TENTANG PERIZINAN PEMANFAATAN TENAGA NUKLIR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan:

PEMANTAUAN PAPARAN RADIASI LINGKUNGAN DI PUSAT PENGEMBANGAN GEOLOGI NUKLIR TAHUN 2011

LAMPIRAN III PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG BATASAN DAN KONDISI OPERASI INSTALASI NUKLIR NONREAKTOR

HIMPUNAN PERATURAN YANG BERKAITAN DENGAN PENANAMAN MODAL TAHUN 2014

2017, No Perubahan atas Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 93, Tambahan

2 Sebagai pelaksanaan amanat Undang-undang Nomor 10 Tahun 1997 tentang Ketenaganukliran telah diberlakukan Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2002 te

PEMANTAUAN RADIOEKOLOGI KELAUTAN DI SEMENANJUNG LEMAHABANG, JEPARA TAHUN 2005

Widyanuklida, Vol. 15 No. 1, November 2015: ISSN

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara (Lembaran Negara Repub

PERATURANPEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2015 TENTANG KESELAMATANRADIASIDAN KEAMANAN DALAMPENGANGKUTANZAT RADIOAKTIF

FORMAT DAN ISI LAPORAN SURVEI RADIOLOGI AKHIR

KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA

PENINGKATAN SISTEM PROTEKSI RADIASI DAN KESELAMATAN KAWASAN NUKLIR SERPONG TAHUN 2009

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM MANAJEMEN FASILITAS DAN KEGIATAN PEMANFAATAN TENAGA NUKLIR

KETENTUAN KESELAMATAN DEKOMISIONG REAKTOR NUKLIR 1

Pengembangan Peraturan Perundang-undangan berkaitan dengan Uji Kesesuaian Pesawat Sinar-X Radiologi Diagnostik dan Intervensional

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

pekerja dan masyarakat serta proteksi lingkungan. Tujuan akhir dekomisioning adalah pelepasan dari kendali badan pengawas atau penggunaan lokasi

PENGUKURAN KONSENTRASI RADON DALAM TEMPAT PENYIMPANAN LIMBAH RADIOAKTIF. Untara, M. Cecep CH, Mahmudin, Sudiyati Pusat Teknologi Limbah Radioaktif

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PERIZINAN INSTALASI NUKLIR DAN PEMANFAATAN BAHAN NUKLIR

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PERIZINAN INSTALASI NUKLIR DAN PEMANFAATAN BAHAN NUKLIR

BAB I PENDAHULUAN. pertambangan antara lain, Undang-Undang No. 4 Tahun 2009 tentang

RINGKASAN. Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor; Program St~di Pengeloiaan Sumberdaya

PEMANTAUAN RADIOAKTIVITAS DEBU DI UDARA DAERAH KERJA PPGN TAHUN 2011

SISTEM AKUNTANSI LIMBAH TERPADU (SALT)

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG KESELAMATAN DAN KEAMANAN INSTALASI NUKLIR

Peraturan Ketenaganukliran

FUNGSI PROGRAM PROTEKSI DAN KESELAMATAN RADIASI DALAM PEMANFAATAN TENAGA NUKLIR

PEMANTAUAN DOSIS RADIASI INTERNAL DENGAN WBC UNTUK PEKERJA PUSAT TEKNOLOGI LIMBAH RADIOAKTIF SERPONG TAHUN 2012

PEMETAAN SPASIAL KONDISI RADIOAKTIVITAS ALAM TERESTRIAL DI SEMENANJUNG MURIA, JAWA TENGAH

2 instalasi nuklir adalah instalasi radiometalurgi. Instalasi nuklir didesain, dibangun, dan dioperasikan sedemikian rupa sehingga pemanfaatan tenaga

SISTEM DAN MEKANISME PERIZINAN PEMANFAATAN SUMBER RADIASI PENGION

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG KESIAPSIAGAAN DAN PENANGGULANGAN KEDARURATAN NUKLIR

Sihana

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG KEAMANAN SUMBER RADIOAKTIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Widyanuklida, Vol. 14 No. 1, November 2014: ISSN

2017, No Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 152, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5445); 3. Peraturan Presiden Nomor 46 Tahun

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 05-P/Ka-BAPETEN/I-03 TENTANG PEDOMAN RENCANA PENANGGULANGAN KEADAAN DARURAT

Transkripsi:

KONSEP PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA PEMANTAUAN RADIASI DAN PENGELOLAAN BAHAN SUMBER PADA PENAMBANGAN BAHAN GALIAN NON NUKLIR SUDARTO 1, PANDU DEWANTO 1, DYAH KALLISTA 1 PUSAT PENGKAJIAN SISTEM DAN TEKNOLOGI PENGAWASAN INSTALASI DAN BAHN NUKLIR Badan Pengawas tenaga Nuklir (BAPETEN), Jl. Gajah Mada 8 Jakarta 10120 Abstrak KONSEP PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA PEMANTAUAN RADIASI DAN PENGELOLAAN BAHAN SUMBER PADA PENAMBANGAN BAHAN GALIAN NON NUKLIR. Dalam Peraturan Pemerintah No.27 tahun 2002 tentang Pengelolaan Limbah Radioaktif, pasal 32 ayat (1) dinyatakan bahwa setiap orang atau badan yang melakukan penambangan bahan galian non nuklir yang dapat menghasilkan limbah radioaktif sebagai hasil samping penambangan wajib malakukan analisis keselamatan radiasi. Dan pada ayat (2) menyebutkan bahwa hasil analisis keselamatan radiasi sebagaimana yang dimaksud dalam ayat 1 wajib disampaikan kepada Badan Pengawas. Untuk memenuhi amanat PP 27 tahun 2002 diperlukan tatacara untuk melakukan analisis keselamatan radiasi dan pengelolaan bahan sumber dalam penambnagan bahan sumber termasuk pasir zirkon. Terkait dengan upaya pemenuhan terhadap persyaratan tersebut diatas, pada tahun 2009 ini dilakukan kajian mengenai rencana pemantauan radiasi dan pengelolaan bahan sumber pada penambangan bahan galian non nuklir. Melaluai hasil kajian ini diuraikan pembahasan mengenai estimasi dosis radiasi dan konsentrasi bahan sumber, tingkat pengecualian dari perizinan dan deklarasi bahan sumber, tingkat pengecualian untuk pengangkutan konsentrat mineral berat, dan batas pengangkutan konsentrat mineral berat. Dapat disimpulkan bahwa hasil kajian ini dapat digunakan sebagai bahan utama untuk penyusunan Pedoman Analisis Keselamatan dan Pengelolaan Bahan Sumber Pada Penambangan Bahan Galian Non Nuklir sebagai pelaksanaan dari PP 27 tahun 2002 untuk meningkatkan pengawasan terhadap pengelolaan bahan sumber yang dihasilkan dari penambangan bahan galian non nuklir. Dengan demikian dapat juga akan memudahkan pengawasan terhadap implementasi dari Perka BAPETEN No. 09/tahun 2006 tentang Protokol Tambahan, khususnya dalam kewajiban menyampaikan deklarasi bahan sumber kepada BAPETEN. Kata kunci: bahan sumber, penambangan bahan galian non nuklir Abstract GUIDELINES CONCEPT ON RADIATION MONITORING PLAN AND MANAGEMENT MATERIAL SOURCES IN NON-NUCLEAR MINING. In goverment regulation No. 27 year 2002 of Radioactive Waste Management, article 32 paragraph (1) stated that any person or entity who perform non-mining extratctive nuclear can produce radioactive waste as a byproduct of mining must be do a mandatory of radiation safety analysis. And in paragraph (2) states that the radiation safety analysis referred to in paragraph (1) shall be submitted to the regulatory body. Related to compliance efforts, to meet the requirements mentioned above, BAPETEN in 2009 was carried out assesment on radiation monitoring plan and mangement of source material on non-mining extractive nuclear. Obtained result of assesment described a discussion of the estimation of radiation doses and concentration of the source material, the level of exemption from licensing and declaration of the source material. the exception for the transportation of heavy mineral concentrate, and limit the heavy mineral concentrate transport. This assesment result can be used as the main material for the preparation of guidelines for safety analysis and mangement of material sources non-nuclear mining especially to perform implementation safety requirement on PP 27 year 2002, to enhance supervision over the mangement of material sources resulting from mining non-nuclear minerals. It can be used to facilitate the monitoring of secure according to the implementation of the Perka BAPETEN Sudarto, dkk 471 Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir - BATAN

No. 09 year 2006 on Additional Protocol, particularly the obligations of the source material convey the declaration to realize BAPETEN. Keywords: source material, non-mining extractive nuclear PENDAHULUAN Pada pengembangan sebuah tambang pasir mineral terbuka dan pabrik pengolahannya terutama pada penambangan bahan galian non nuklir, hasil galian yang berupa mineral berkonsentrasi berat akan diangkut ke luar fasilitas pengolahan guna pemisahan sekunder menggunakan gravitasi, magnetis dan metode electrostatic untuk menghasilkan produk mineral tunggal yang dapat dijual. Sedangkan hasil samping semisal pasir kuarsa dan tanah liat akan kembali ke area penambangan dan landform dilakukan untuk mengaktifkan kembali daerah sekitar pertambangan prakontur. Bijih tambang yang mengandung mineral berat yang terdiri ilmenite, rutile, leucoxene dan zircon dengan sejumlah kecil mineral yang tidak ekonomis mungkin termasuk didalamnya monazite. Semua mineral tersebut mengandung sejumlah bahan sumber uranium dan thorium yang radioaktif, dalam skala kecil sampai dengan skala yang jauh melebihi batas yang ikut. Semua pertambangan yang mengandung radioaktif harus tunduk pada Peraturan undangundang ketenaganukliran. Dalam Peraturan Pemerintah No.27 tahun 2002 tentang Pengelolaan Limbah Radioaktif, pasal 32 ayat (1) dinyatakan bahwa setiap orang atau badan yang melakukan penambangan bahan galian non nuklir yang dapat menghasilkan limbah radioaktif sebagai hasil samping penambangan wajib malakukan analisis keselamatan radiasi. Dan pada ayat (2) menyebutkan bahwa hasil analisis keselamatan radiasi sebagaimana yang dimaksud dalam ayat 1 wajib disampaikan kepada Badan Pengawas. Namun demikian belum ada pedoman mengenai tata cara melakukan analisis keselamatan radiasi sebagaimana diamnatkan PP 27 tahun 2002 terdapat Pengelolaan bahan sumber dalam penambangan non nuklir termasuk penambangan pasir zirkon sampai dengan saat ini belum diatur secara tegas dengan Peraturan Kepala Badan Pengawas. khususnya mengenai tingkat dan batas radiasi, konsentrasi bahan sumber. Sejak tahun 2007 telah ditemukan sejumlah masalah eksport hasil tambang pasir zirkon secara ilegal di Kalimantan. Dengan kejadian ini sudah barang tentu pengelolaan bahan sumber akibat penambangan pasir zirkon juga tidak dilakukan dengan benar. Dalam makalah ini dibahas konsep tata cara melakukan analisis hasil radiasi dan pengelolaan bahan sumber yang bertujuan untuk menyediakan hasil kajian untuk pembuatan Pedoman Analisis Keselamatan dan Pengelolaan Bahan Sumber Pada Penambangan Bahan Galian Non Nuklir Dengan ruang lingkup: 1. Estimasi dosis radiasi dan konsentrasi bahan sumber 2. Tingkat pengecualian dari perizinan dan deklarasi bahan sumber 3. Tingkat pengecualian untuk pengangkutan konsentrat mineral berat 4. Batas pengangkutan konsentrat mineral berat IDENTIFIKASI MASALAH Belum terdapat pedoman yang mengatur persyaratan tentang analisis keselamatan radiasi dan pengelolaan bahan sumber dalam setiap penambangan bahan galian non nuklir. ISTILAH DAN METODOLOGI Istilah Bahan nuklir adalah bahan yang dapat menghasilkan reaksi pembelahan berantai atau bahan yang dapat diubah menjadi bahan yang dapat menghasilkan reaksi pembelahan berantai. Bahan sumber, adalah: 1. uranium yang mengandung campuran isotop yang terjadi di alam; 2. uranium deplesi yang mengandung isotop 235; 3. thorium; 4. uranium atau thorium seperti tersebut pada huruf a, huruf b, dan huruf c dalam bentuk Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir-BATAN 472 Sudarto, dkk

logam, paduan logam, senyawa kimia, atau konsentrat; 5. bahan-bahan lain yang mengandung satu atau lebih dari bahan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d dalam konsentrasi yang ditetapkan oleh Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir; dan/atau 6. bahan selain yang dimaksud pada huruf a, huruf b, huruf c, huruf d, dan huruf e yang ditetapkan oleh Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir. Bahan galian adalah aneka ragam unsur kimia, mineral, kumpulan mineral, batuan, bijih, termasuk batubara, gambut, bitumen padat, dan mineral radioaktif yang terjadi secara alami dan mempunyai nilai ekonomis. Keselamatan Radiasi Pengion yang selanjutnya disebut Keselamatan Radiasi adalah tindakan yang dilakukan untuk melindungi pekerja, anggota masyarakat, dan lingkungan hidup dari bahaya radiasi. Keamanan Sumber Radioaktif adalah tindakan yang dilakukan untuk mencegah akses tidak sah atau perusakan, dan kehilangan, pencurian, dan/atau pemindahan tidak sah Sumber Radioaktif. Penambangan adalah kegiatan yang meliputi penggalian, pemberaian, pemuatan dan pengangkutan bahan galian yang dilakukan baik secara sederhana (manual) maupun mekanis. Pertambangan adalah kegiatan, teknologi dan bisnis yang berkaitan dengan industri pertambangan mulai dari prospeksi, eksplorasi, evaluasi, penambangan, pengolahan, pemurnian, pengangkutan sampai pemasaran. Metodologi Dalam makalah ini, metodelogi yang dipergunakan yaitu: 1. Studi komparasi dengan referensi utama yaitu Peraturan kepala Badan pengawas Tenaga Nuklir Nomor 27 Tahun 2002 dan Keysbrook Mineral Sand Project, Western Australia Radiation Management Plan 2. Diskusi teknis mendalam dengan narasumber 3. Kunjungan kerja teknis terhadap fasilitas pertambangan 4. Workshop keselamatan pertambangan HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam Penyusunan Rencana Pengelolaan Bahan Sumber pada Penambangan Non Nuklir perlu sekiranya ditetapkan suatu rencana manajemen radiasi yang bertujuan untuk mengidentifikasi sumber radiasi potensial pada operasi yang diajukan, sebagai dasar desain dan manajemen strategis karyawan untuk menghindari atau meminimalisir emisi radiasi serta Detail dari persyaratan monitoring dan pelaporan sesuai dengan emisi radiasi. Untuk mendapatkan hal tersebut diatas perlu adanya pedoman yang mengatur persyaratan tentang analisis keselamatan radiasi dan pengelolaan bahan sumber dalam setiap penambangan bahan galian non nuklir, meliputi: 1. Estimasi dosis radiasi dan konsentrasi bahan sumber 2. Tingkat pengecualian dari perizinan dan deklarasi bahan sumber 3. Tingkat pengecualian untuk pengangkutan konsentrat mineral berat 4. Batas pengangkutan konsentrat mineral berat Estimasi Dosis Radiasi dan Konsentrasi Bahan Sumber 1. Perkiraan potensi dosis untuk pekerja dapat dihitung berdasarkan pengukuran dari tingkat radiasi uji sampel dari konsentrat minerat berat produk. Tabel 1 menyajikan contoh hasil gamma spectrometry analisis (hingga 95%, 2σ, tingkat keyakinan) untuk empat contoh konsentrat minerat berat pada Keysbrook Mineral Sand Project, Western Australia. 2. Berdasarkan nilai terukur pada tabel 1, dapat dihitung aktivitas spesifik U dan Th dalam Bq/gr, dan nilai konsentrasi U dan Th dalam ppm dari seluruh sampel dan contoh hasilnya ditunjukaan pada Tabel 2 dihitung dengan asumsi keseimbangan sekuler dari rantai peluruhan. 3. Berdasarkan tabel 1 dan 2, konsentrasi dari uranium dan thorium dalam konsentrat mineral berat dapat ditentukan. Sebagai contoh konsentrasi U dan Th pada proyek pasir mineral keysbrook besarnya adalah 0.642(~0.64) becquerel pergram untuk U dan0.882 (~0.880) becquerel pergram untuk Th. Dari perhitungan ini selanjutnya dapat ditentukan nilai U dan Th dalam ppm. Sudarto, dkk 473 Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir - BATAN

Sample ID Tabel 1. pengukuran nilai radiasi Ra-226 (Bq/gr) Ra-228( Bq/gr) K-40 (Bq/gr) 1......... 2......... Sam ple ID Tabel 2. perhitungan nilai U dan Th U-238 Th-232 Bq/gr ppm Bq/gr ppm 1............ 2.............. 5. Sedangkan perkiraan dosis tahunan untuk pekerja ditapak ditunjukkan seperti perhitungan dibawah. Dengan melihat dua jalur potensial dari paparan radiasi bagi pekerja: a. Paparan terhadap radiasi gamma external, dan b. Paparan radiasi internal. Tingkat Pengecualian Dari Perizinan Dan Deklarasi Bahan Sumber 1. Tingkat pengecualian dari pengawasan untuk bahan sumber dapat dilihat dari Perka BAPETEN No.19 tahun 2000 tentang Pengecualian dari Kewajiban Memiliki Izin Pemanfaatan Tenaga Nuklir, Seperti yang ditunjukkan pada Tabel 3. Sedangkan tingkat pengecualian dari kewajiban penyampain deklarasi ke BAPETEN dapat dilihat dari Perka No. 09/ tahun 2006 tentang Protokol Tambahan. 2. Sebagai perbandingan, tabel 4 berisi batas tingkat pengecualian dari perizinan yang diberlakukan di Australia. Yang pertama dihitung berdasarkan laju disintegrasi alfa Th 232, Th 230 dan turunannya, yang ke dua dihitung berdasarkan laju disintegrasi alfa dari U 238, U 234, U 235. Tabel 3. Tingkat Pengecualian Untuk Perizinan Bahan Sumber Aktivitas/konsentrasi maksimum yang dikecualikan dari kewajiban memiliki izin Bq Bq/gr Thorium (alam) 1000 1 Uranium (alam) 1000 1 Tabel 4. Tingkat Pengecualian Untuk Perizinan No Bahan Sumber Kuantitas maksimum (Mbq) 1 Thorium (alam) 4.0 2 Uranium (alam) 4.0 Tingkat Pengecualian Untuk Pengangkutan Konsentrat Mineral Berat 1 Tingkat pengecualian dari pengangkutan untuk bahan sumber pada tabel 5 berisi batas tingkat pengecualian dari pengangkutan yang diberlakukan di Australia. Nuklida induk dan turunannya meliputi : Thorium alam: Ra-228, Ac-228, Th-228, Ra-224, Rn-220, Po-216, Pb-212, Bi- 212,Tl-208 (0.36), Po-212 (0.64) dan Uranium alam: Th-234, Pa-234m, U-234, Th-230, Ra-226, Rn-222, Po-218, Pb- 214,Bi-214, Po-214, Pb-210, Bi-210, Po- 210 Sedang tingkat pengecualian dari pengangkutan untuk bahan sumber dari Peraturan Pemerintah No.26 tahun 2002 pasal 3 ayat 1 huruf e tentang Keselamatan Pengangkutan Zat Radioaktiv menyebutkan Ketentuan dalam Peraturan Pemerintah ini tidak berlaku untuk zat radioaktif yang berasal dari alam dalam ukuran tertentu dan pada ayat 2 dinyatakan Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur lebih lanjut dengan Keputusan Kepala Badan Pengawas. Ketentuan Pengangkutan Konsentrat Mineral Berat 2. Pada ARPANSA 2001 tentang bungkusan yang dikecualikan untuk pengangkutan bahan radioaktif. Dalam paragrap 407 menyebutkan bahwa kwantitas bahan Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir-BATAN 474 Sudarto, dkk

Tabel 5. batas tingkat pengecualian dari pengangkutan Radionuklida Th (alam) U (alam) AI A2 Konsentrasi aktivitas untuk material yang batas aktivitas untuk pengangkutan yang dikecualikan dikecualikan TBq TBq Bq/g Bq Tak Tak 1 (b) 1000 Tak Tak 1 (b) 1000 radioaktif di dalam suatu bungkusan haruslah tidak melebihi batas relevan paragrap 408 419. Paragraph ini menjelaskan detil lebih lanjut berbagai jenis bungkusan dan persyratannya. Persyaratan tambahan dan kendali untuk pengangkutan bungkusan yang dikecualikan terdapat dalam bentuk paragrap 515. Paragrap/Ayat] 516 menyatakan bahwa ambang batas radiasi pengukuran eksternal pada titik dimanapun pada pada permukaan bungkusan dikecualikan haruslah tidak melebihi lima microsieverts per jam. KESIMPULAN DAN SARAN 1. Hasil kajian ini dapat di gunakan untuk penyusunan Pedoman Analisis Keselamatan dan Pengelolaan Bahan Sumber Pada Penambangan Bahan Galian Non Nuklir sebagai perturan pelaksanaan dari PP 27 tahun 2002 pasal 32 ayat (3) 2. Sebagai bahan pertimbangan teknis utama dalam meningkatkan pengawasan terhadap pengelolaan bahan sumber yang dihasilkan dari penambangan bahan galian non nuklir. 3. Untuk memudahkan pengawasan terhadap implementasi dari Perka BAPETEN No. 09/tahun 2006 tentang Protokol Tambahan, khususnya dalam kewajiban menyampaikan deklarasi bahan sumber kepada BAPETEN. 4. Disarankan merealisasikan koordinasi antar instansi pusat dan daerah dalam melakukan pengawasan terhadap bahan sumber pada penambangan bahan galian non nuklir. DAFTAR PUSTAKA 1. KEYSBROOK MINERAL SAND PROJECT, Western Australia Radiation Management Plan, 2007 2. PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA No. 27 Tahun 2002 Tentang Pengelolaan Limbah Radioaktif 3. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR No. 9 Tahun 2006 Tentang Pelaksanaan Protokol Tambahan Pada Sistem Pertanggungjawaban Dan Pengendalian Bahan Nuklir 4. PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA No. 33 Tahun 2007 Tentang Keselamatan Radiasi Pengion Dan Keamanan Sumber Radioaktif 5. PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA No. 26 Tahun 2002 Tentang Keselamatan Pengangkutan Zat Radioaktif 6. SUDARTO, DKK, Kajian Teknis Aspek Pengawasan Bahan Nuklir Dalam Pasir Zirkon, prosiding seminar nasional sains dan teknologi-ii 2008, Universitas lampung, 2008. Sudarto, dkk 475 Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir - BATAN

Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir-BATAN 476 Sudarto, dkk