ANALISIS KEBIJAKAN DAN PENYUSUNAN RENSTRA

dokumen-dokumen yang mirip
LAPORAN AKHIR TAHUN 2014 ANALISIS KEBIJAKAN DAN PENYUSUNAN ROK DEDI SUGANDI

[ ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PRODUKSI KELAPA SAWIT RAKYAT DI PROVINSI BENGKULU ]

I. PENDAHULUAN. Untuk tingkat produktivitas rata-rata kopi Indonesia saat ini sebesar 792 kg/ha

RENCANA OPERASIONAL DISEMINASI HASIL PENGKAJIAN (RODHP) TA 2015

RENCANA OPERASIONAL DISEMINASI HASIL PENENELITIAN (RODHP) MODEL PENGEMBANGAN PERTANIAN PERDESAAN BERBASIS INOVASI (m-p3bi) INTEGRASI KOPI-SAPI POTONG

RENCANA OPERASIONAL DISEMINASI HASIL PENELITIAN (RODHP) GUGUS TUGAS KALENDER TANAM TERPADU DI PROVINSI BENGKULU

RENCANA OPERASIONAL DISEMINASI HASIL PENGKAJIAN (RODHP) GELAR TEKNOLOGI PERTANIAN

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian khususnya subsektor perkebunan merupakan

RENCANA OPERASIONAL DISEMINASI HASIL PENELITIAN (RODHP) PENDAMPINGAN PTT PADI DI PROVINSI BENGKULU

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Salah satu sasaran pembangunan nasional adalah pertumbuhan ekonomi dengan

UPAYA PENINGKATAN KUALITAS DAN KUANTITAS KOMODITI KOPI JAWA TIMUR GUNA MENUNJANG PASAR NASIONAL DAN INTERNASIONAL

I. PENDAHULUAN. Gaya hidup pada zaman modern ini menuntun masyarakat untuk mengkonsumsi

RENCANA DISEMINASI HASIL PENGKAJIAN (RDHP) DEMFARM

I. PENDAHULUAN. pertanian. Indonesia memiliki beragam jenis tanah yang mampu. menyuburkan tanaman, sinar matahari yang konsisten sepanjang tahun,

BAB I PENDAHULUAN. Kopi Indonesia merupakan salah satu komoditas perkebunan yang telah di ekspor

I. PENDAHULUAN. Perekonomian merupakan salah satu indikator kestabilan suatu negara. Indonesia

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. perekonomian Indonesia. Hal ini terlihat dari beberapa peranan sektor pertanian

RENCANA OPERASIONAL PENELITIAN PERTANIAN (ROPP) PENGKAJIAN SISTEM USAHA AGRIBISNIS SAPI PERAH PADA SENTRA PENGEMBANGAN DI PROVINSI BENGKULU

KODE: :26/ /011/C/RDHP/2013 KALENDER TANAM (KATAM) DI PROVINSI BENGKULU

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I PENDAHULUAN. tersebut antara lain menyediakan pangan bagi seluruh penduduk, menyumbang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor penting yang patut. diperhitungkan dalam meningkatkan perekonomian Indonesia.

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

I. PENDAHULUAN. Indonesia terkenal dengan sebutan negara agraris, yang ditunjukkan oleh luas

PROSPEK DAN ARAH PENGEMBANGAN AGRIBISNIS KEDELAI. Edisi Kedua. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian AGRO INOVASI

PETUNJUK PELAKSANAAN PENDAMPINGAN SL-PTT PADI DAN JAGUNG DI PROVINSI BENGKULU

KERAGAAN PRODUKTIFITAS BEBERAPA KLON UNGGUL KARET RAKYAT DI PROPINSI BENGKULU. Some variability Productivity Superior Rubber Clone People in Bengkulu

Kegiatan Penelitian. Kegiatan Penelitian

IX. KESIMPULAN DAN SARAN

RENCANA OPERASIONAL DISEMINASI HASIL PENGKAJIAN (RODHP)

PETUNJUK PELAKSANAAN KEGIATAN DISEMINASI MODEL PENGEMBANGAN PERTANIAN PERDESAAN MELALUI INOVASI (M-P3MI) BERBASIS INTEGRASI SAPI-PADI

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. dan jasa menjadi kompetitif, baik untuk memenuhi kebutuhan pasar nasional. kerja bagi rakyatnya secara adil dan berkesinambungan.

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

Krisis ekonomi yang melanda lndonesia sejak pertengahan bulan. Sektor pertanian di lndonesia dalam masa krisis ekonomi tumbuh positif,

I. PENDAHULUAN. Arah kebijakan pembangunan pertanian yang dituangkan dalam rencana

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang.

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dimana sektor pertanian merupakan

[ nama lembaga ] 2012

I. PENDAHULUAN. Karet di Indonesia merupakan salah satu komoditas penting perkebunan. selain kelapa sawit, kopi dan kakao. Karet ikut berperan dalam

I. PENDAHULUAN. Dalam rangka peningkatan produksi pertanian Indonesia pada periode lima

BAB I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian memegang peran strategis dalam pembangunan

I. PENDAHULUAN. Kopi merupakan salah satu komoditas ekspor unggulan subsektor perkebunan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. daya yang dimiliki daerah, baik sumber daya alam maupun sumber daya

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. kegiatan pertanian yang mendominasi perekonomian masyarakat desa, dimana

I. PENDAHULUAN. sektor yang mempunyai peranan yang cukup strategis dalam perekonomian

REKOMENDASI SEMINAR STRATEGI DAN TANTANGAN PEMBANGUNAN EKONOMI JANGKA MENENGAH PROVINSI JAMBI 22 DESEMBER 2005

I. PENDAHULUAN. Indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki areal perkebunan yang luas.

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

Analisis Pemasaran Kakao (P4MI) Wednesday, 04 June :07 - Last Updated Tuesday, 27 October :46

I. PENDAHULUAN. penyerapan tenaga kerja dengan melibatkan banyak sektor, karena

Kode : X.229 KAJIAN STRATEGI KEBIJAKAN DAN LANGKAH OPERASIONAL DALAM UPAYA PENINGKATAN PRODUKSI KARET UNTUK MENDUKUNG PEMBANGUNAN KORIDOR SUMATERA

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu mempunyai peran cukup besar dalam memenuhi kebutuhan pangan

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Analisis Sensitivitas Produksi Kopi Sambung

KODE: 26/ /011/D/RDHP/2013 DEMFARM KEDELAI. YONG FARMANTA, SP, MSi

PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi daerah dan nasional. Pertanian yang berkelanjutan

TERM OF REFERENCE (TOR) PENUNJUKAN LANGSUNG TENAGA PENDUKUNG PERENCANAAN PENGEMBANGAN PENANAMAN MODAL DI BIDANG AGRIBISNIS TAHUN ANGGARAN 2012

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn)

No.46/08/17/Th IV, 03 Agustus 2015

RENCANA KINERJA TAHUNAN BALAI BESAR PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PASCAPANEN PERTANIAN 2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PROSPEK DAN ARAH PENGEMBANGAN AGRIBISNIS JAGUNG. Edisi Kedua. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian AGRO INOVASI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS JERUK. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005

I. PENDAHULUAN. Lahan sudah menjadi salah satu unsur utama dalam menunjang. kelangsungan kehidupan sejak manusia pertama kali menempati bumi.

TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH PADI SPESIFIK BENGKULU

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KAJIAN PENGGUNAAN VARIETAS UNGGUL PADI BERLABEL DI KECAMATAN CURUP SELATAN KABUPATEN REJANG LEBONG PROVINSI BENGKULU

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Kedudukan, Tugas, Fungsi dan Kewenangan

Deskripsikan Maksud dan Tujuan Kegiatan Litbangyasa :

Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS KEDELAI. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005

agribisnis untuk mencapai kesejahteraan wilayah pedesaan (prospherity oriented) (Bappeda Kabupaten Lampung Barat, 2002). Lebih lanjut Bappeda

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

RENCANA OPERASIONAL PENGKAJIAN PERTANIAN (ROPP) PENGKAJIAN TEKNOLOGI PENGENDALIAN HAMA PENGGEREK BUAH KAKAO (PBK) DI KABUPATEN KEPAHIANG BENGKULU

I. PENDAHULUAN. titik berat pada sektor pertanian. Dalam struktur perekonomian nasional sektor

dalam merefleksikan penelitian dan pengembangan pertanian pada TA. 2013

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti:

RENCANA STRATEGIS BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN KALIMANTAN TENGAH TAHUN

I. PENDAHULUAN. Otonomi Daerah dengan sistem desentralisasi diimplementasikan di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Selama krisis, usaha di sektor pertanian menunjukkan kinerjanya sebagai

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Studi Empiris Tentang Jeruk

BAB I PENDAHULUAN. melimpah. Memasuki era perdagangan bebas, Indonesia harus membuat strategi yang

I. PENDAHULUAN. Kopi merupakan salah satu komoditas andalan dan termasuk dalam kelompok

KARAKTERISTIK PETANI BIOINDUSTRI DI DATARAN TINGGI GAYO. Oleh : Rini Andriani

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan suatu hal yang cukup penting dalam mewujudkan

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2013

4.3. PENGEMBANGAN MODEL

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Transkripsi:

RENCANA OPERASIONAL PENELITIAN PERTANIAN (ROPP) ANALISIS KEBIJAKAN DAN PENYUSUNAN RENSTRA 2015-2019 DEDI SUGANDI BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU 2014

RENCANA OPERASIONAL PENELITIAN PERTANIAN NOMOR : 1. JUDUL RPTP : Analisis Kebijakan dan Penyusunan Renstra 2015-2019 2. Judul ROPP 1 : Analisis Kebijakan pengembangan usahatani kopi di Provinsi Bengkulu 3. SUMBER DANA TAHUN ANGGARAN : DIPA BPTP Bengkulu TA. 2014 4. PROGRAM : Penciptaan Teknologi dan Varietas Unggul Berdaya Saing a. Komoditas : Tanaman Perkebunan b. Jenis Kegiatan : Pengkajian d. Status Kegiatan : Lama (L) 5. JUDUL KEGIATAN : Analisis Kebijakan dan Penyusunan Renstra 2015-2019 6. LOKASI KEGIATAN PENGKAJIAN : Provinsi Bengkulu KATA KUNCI : dinamika, kebijakan, kopi, Bengkulu 7. PENELITI YANG TERLIBAT : Peneliti 4 orang No Nama/NIP Jabatan Jabatan dalam Kegiatan Fungsional/Bidang keahlian 1 Dr. Ir. Dedi Sugandi, MP Peneliti Madya Penanggung jawab 2 Emlan Fauzi, SP Peneliti Pertama Anggota tim 3 Hamdan, SP, M.Si Peneliti Pertama Anggota tim 4 Yong Farmanta, SP, M.Si Peneliti Pertama Anggota tim 5 Herlena Bidi Astuti, SP Calon Peneliti Anggota tim 6 Wawan Eka Putra, SP Calon Peneliti Anggota tim 8. TUJUAN a. Menganalisis kebijakan pengembangan usahatani kopi di Provinsi Bengkulu. b. Menyusun alternatif rekomendasi kebijakan pengembangan kopi di Provinsi Bengkulu. 9. LATAR BELAKANG Analisis kebijakan diarahkan untuk memfasilitasi adopsi teknologi, pengembangan agribisnis, serta mendukung pembangunan pertanian wilayah dan perdesaan. Sintesa kebijakan diharapkan mampu memecahkan permasalahan teknis,

sosial, dan ekonomi pembangunan pertanian wilayah dalam arti luas, baik yang bersifat responsif maupun antisipatif (Badan Litbang Pertanian, 2003). Salah satu tugas pokok Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) ialah memberikan pertimbangan dan rekomendasi kebijakan pertanian kepada pemerintah daerah. Pemerintah Daerah Provinsi Bengkulu bersama dengan Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian dan Kementerian Riset dan Teknologi mencanangkan peningkatan nilai tambah kopi bagi kesejahteraan masyarakat melalui penguatan sistem inovasi daerah (SIDa). Dalam kesepakatan ini BPTP Bengkulu berkewajiban untuk menyediakan tenaga ahli bidang tanaman kopi, melakukan penelitian kopi spesifik lokasi, membuat analisa kebijakan usahatani kopi rakyat, melakukan pembinaan dan pengembangan sumberdaya manusia, dan diseminasi inovasi teknologi spesifik lokasi. Kopi merupakan salah satu komoditas andalan perkebunan yang mempunyai kontribusi yang cukup nyata dalam perekonomian Indonesia, yaitu sebagai penghasil devisa, sumber pendapatan petani, penghasil bahan baku industri, penciptaan lapangan kerja dan pengembangan wilayah. Pemerintah telah menetapkan 30 komoditas utama Kemeterian Pertanian tahun 2010-2014, salah satu diantaranya adalah kopi. Indonesia mempunyai keunggulan komparatif dan kompetitif dalam memproduksi kopi, yang berarti mempunyai peluang untuk meningkatkan luas kebun, produksi, dan ekspor kopi. Provinsi Bengkulu termasuk tiga besar produsen kopi Indonesia dengan luas areal 91.434 ha dan produksi 55.845 ton. Produsen kopi terbesar di Indonesia adalah Provinsi Lampung dengan luas areal 162.342 dan produksi 145.025 ton, disusul Sumatera Selatan dengan luas areal 256.138 dan produksi 138.385 ton. Skala regional Provinsi Bengkulu, kopi merupakan salah satu komoditas perkebunan utama setelah kelapa sawit dan karet. Luas tanam komoditas kopi mencapai 94.232 ha (21,27%) dengan jumlah keluarga yang terlibat sebanyak 75.453 kepala keluarga (19,18%). Kopi termasuk komoditas ekspor penting Provinsi Bengkulu dengan nilai US$ 7.972.061,9 atau 0,03% dari total nilai ekspor yang mencapai US$ 267.493.793,40 (BPS, 2013). Perkebunan kopi Bengkulu didominasi oleh perkebunan rakyat dengan total luas 95.016 ha atau 99,17%, sementara areal perkebunan swasta sebesar 784 ha. Jenis kopi yang umumnya dikembangkan adalah kopi Robusta dengan luas tanam mencapai 90.441 Ha atau 95,19% dengan produksi 54.201 ton (produktivitas 0,71 ton/ha), luas tanam kopi arabika mencapai 3.791 ha dengan produktivitas 0,77 ton/ha. Produktivitas ini masih jauh di bawah potensi hasil sebesar 1,5-2,0 ton/ha, baik kopi 2

robusta maupun arabika. Rincian luas tanam dan produksi kopi robusta dan arabika Provinsi Bengkulu disajikan pada Tabel 1. Tabel 1 Luas tanaman menghasilkan dan produksi kopi menurut kabupaten tahun 2013 Kabupaten/Kota Kopi Robusta TM Luas (ha) (ha) Produksi (ton) TM (ha) Kopi Arabika Luas (ha) Produksi (ton) Bengkulu Selatan 2.587 2.874 1.675 - - - Rejang Lebong 20.513 23.383 14.200 215 273 144 Bengkulu Utara 5.485 7.985 3.628 1.363 2.284 972 Kaur 6.241 9.558 2.202 - - - Seluma 6.823 8.207 4.912 - - - Mukomuko 63 82 55 19 44 7 Lebong 6.644 7.900 4.717 220 225 220 Kepahiang 24.720 25.939 20.244 148 610 122 Bengkulu Tengah 3.409 4.489 2.559 192 355 192 Kota 15 24 9 - - - Sumber: BPS. Bengkulu dalam Angka 2013 Keterangan: TM= Tanaman menghasilkan Pengembangan kopi di Provinsi Bengkulu dihadapkan pada masalah produktivitas yang rendah, kualitas produk yang rendah, keterbatasan akses terhadap penetrasi pasar, dan infrastruktur. Beberapa penyebab rendahnya produksi kopi adalah belum ditanam pada kelas kesesuaian lahan yang tepat, ditanam pada lahan dengan kemiringan lebih dari 15% tanpa diikuti tindakan konservasi lahan, tingkat kesuburan tanah yang rendah, varietas yang sangat variatif, pengendalian hama dan penyakit, pengelolaan naungan belum optimal, kelembagaan petani lemah, dan kopi sudah tua. Berbagai kendala yang ditemui dalam pengembangan kopi rakyat belum sepenuhnya diukur dalam hubungan yang timbal balik yang dinamis. Beberapa masalah hanya diukur berdasarkan persentase atau kecenderungan tanpa dilihat seberapa besar pengaruh faktor tersebut dalam suatu sistem produksi yang kompleks. Untuk itu, dalam pengkajian ini akan dilakukan sintesa pengembangan kopi rakyat melalui pendekatan dinamika sistem terhadap faktor-faktor yang mempengaruhinya sehingga diperoleh rumusan kebijakan yang lebih terukur. 3

10. DASAR PERTIMBANGAN Pengembangan kopi, terutama kopi di perkebunan rakyat harus dilakukan terintegrasi. Beberapa aspek harus menjadi perhatian mulai dari kualitas bahan tanam, panen, pengembangan produk, penanganan pascapanen dan pemasaran. Kopi merupakan salah satu komoditas unggulan dan penting bagi Provinsi Bengkulu. Saat ini isu strategis daerah yang tertuang dalam RPJM 2010-2015 adalah peningkatan daya saing produk pertanian. Bagi Provinsi Bengkulu, kopi merupakan salah satu tanaman perkebunan yang memberikan peranan terbesar dalam pembentukan Produk Domestik Bruto, dan setiap tahun terus mengalami peningkatan produksi (BPS, 2011). Salah satu kabupaten yang menjadikan kopi sebagai komuditas unggulan yang memberikan kontribusi PDRB yang cukup besar adalah Kabupaten Rejang Lebong dan Kepahiang. Untuk Kabupaten Rejang Lebong pada kurun waktu 2005-2011 perkembangan luas dan produksi tanaman perkebunan menunjukkan kecenderungan peningkatan baik jenis maupun produksinya. Kegiatan usaha tani kopi di Provinsi Bengkulu telah dilakukan secara turun temurun sejak lama dan sejauh ini telah menujukkan hasil yang baik dengan adanya peningkatan luas lahan dan output yang dihasilkan. Peningkatan luas lahan dan jumlah produksi ini menunjukkan bahwa kegiatan usaha tani kopi terutama jenis kopi robusta di Provinsi Bengkulu makin diterima oleh masyarakat. Kegiatan usaha tani ini pada awalnya dilakukan tanpa menggunakan teknologi apapun dan tanpa pemeliharaan yang intensif. Sejak tahun 1995 kegiatan usaha tani kopi robusta di lakukan menggunakan teknologi penyambungan dan pemeliharaan yang intensif dengan pemupukan dan penyemprotan hama penyakit tanaman. Teknologi penyambungan dan pemeliharaan ini merupakan bagian dari input produksi yang digunakan dalam kegiatan usaha tani kopi robusta terutama petani kopi di Kabupaten Rejang Lebong. Produktivitas, efisiensi, produksi dan pendapatan petani sangat dipengaruhi oleh tingkat adopsi atau penggunaan inovasi teknologi. Semakin banyak inovasi teknologi yang diadopsi akan berdampak pada peningkatan efisiensi usaha tani, produktivitas, nilai tambah dan daya saing, serta pendapatan petani. Senjang hasil/produktivitas (yield gap) merupakan salah satu indikator untuk mengetahui tingkat adopsi teknologi. Senjang hasil yang lebar antara hasil riel dengan potensi hasil dari suatu komoditas menunjukkan bahwa adopsi teknologi masih rendah. Permasalahan-permasalahan dalam upaya peningkatan produktivitas bersifat kompleks, menyangkut koordinasi dan tupoksi lintas institusi, sehingga seringkali sulit diselesaikan secara permanen. Untuk itu perlu dicari solusi dan akar permasalahan. Hal 4

ini perlu dilakukan untuk menghindari permasalahan yang berulang dalam upaya peningkatan produksi yang ditekankan melalui peningkatan produktivitas. Permasalahan yang sering muncul dalam upaya peningkatan produktivitas adalah: masalah pupuk, masalah iklim dan bencana alam, pasca panen, masalah harga (Andi Nuhung, 2010) 11. PERKIRAAN KELUARAN a. Kinerja kebijakan pengembangan usahatani kopi di Provinsi Bengkulu. b. Rekomendasi alternatif kebijakan pengembangan kopi di Provinsi Bengkulu. 12. METODOLOGI PENGKAJIAN a. Lokasi dan waktu kegiatan Pengkajian akan dilakukan di Kabupaten Rejang Lebong dan Kabupaten Kepahiang Provinsi Bengkulu. Pemilihan daerah pengkajian ini dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan Kabupaten Rejang Lebong dan Kepahiang sebagai sentra kopi robusta dan kopi arabika. Kegiatan dilaksanakan dari bulan Januari sampai dengan Desember 2014. b. Metode pengambilan sampel Metode penarikan sampel yang digunakan dalam pengkajian ini adalah stratified random sampling. Tahap pertama penarikan satuan sampling primer, yaitu memilih 2 kabupaten sentra produksi kopi robusta dan 2 kabupaten sentra kopi arabika. Tahap kedua adalah memilih satuan sampling sekunder, yaitu memilih n keluarga (kepala keluarga) dari tiap kabupaten terpilih. Satuan sampling terpilih dari tahap kedua ini merupakan unit elementer yang menjadi responden pengkajian. Kabupaten terpilih untuk sentra kopi robusta dan arabika adalah kepahiang dan Rejang Lebong. Luas tanaman kopi robusta dan arabika di masing-masing kabupaten adalah 23.383 ha dan 25.939 ha. Selanjutnya untuk Kabupaten Rejang Lebong adalah Kecamatan Curup Selatan dan Bermani Ulu Raya dengan luas tanam 4.549 ha (38.68 %) dan 2.395 ha (20,37). Kabupaten kepahiang adalah kecamatan Bermani ilir dan Muara Kemumu dengan luas tanam seluas 4.425 ha (29,86%) dan 8.054 ha (32,54%). Masing-masing kecamatan akan dipilih 2 desa, masing-masing desa akan dipilih 20 orang sampel. Sehingga total responden yang terlibat dalam penelitian ini adalah 160 orang responden. Sampel untuk pedagang dan pengolah kopi ditentukan dengan metode snow ball sampling. Model ini digunakan karena target populasi pedagang dan 5

pengolah kopi tidak diketahui dengan jelas dan sulit didekati dengan cara lainnya (Sarantakos, 1993). c. Metode pengumpulan data Data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Data primer dikumpulkan melalui kegiatan survei melalui wawancara terhadap para pemangku kebijakan tingkat provinsi (Dinas Perkebunan), tingkat kabupaten (Dinas Perkebunan), dan pelaksana di tingkat lapangan (PPL, petani, pedagang dan pengolah kopi). Wawancara terhadap pemangku kebijakan diarahkan untuk mengetahui program pengembangan kopi di tingkat provinsi dan kabupaten. Data primer yang dikumpulkan di tingkat petani adalah sebagai berikut: 1) Penerapan teknologi dan keragaan usahatani kopi, parameter input dan output, rantai pemasaran dan kelembagaan (kelompok tani, koperasi, lembaga pasar, dll) 2) Dukungan petugas dalam pemberdayaan petani kopi. Data sekunder merupakan data pendukung yang dikumpulkan dari dinas/instansi terkait yang meliputi data karakteristik lokasi/wilayah (biofisik, sosial ekonomi dan budaya), laporan akhir tahun dinas perkebunan dan publikasi-publikasi hasil penelitian sebagai referensi. d. Analisis data Rekomendasi kebijakan pengembangan kopi rakyat di Provinsi Bengkulu dilakukan dengan pendekatan dinamika sistem (Model Dynamic System). Penyusunan model dinamik ini melalui beberapa tahapan, yaitu: 1. Identifikasi potensi dan permasalahan 2. Pemetaan Masalah (Black Box) 3. Analisis masalah dan potensi melalui metode Causal Loop 4. Perumusan masalah ke dalam bentuk matematis dalam struktur model 5. Verifikasi dan validasi model 6. Analisis sensitivitas 7. Rekomendasi Kebijakan 6

e. Tahapan Kegiatan 1. Persiapan Tahapan awal adalah desk study dengan mengumpulkan bahan-bahan dan informasi pendukung yang digunakan untuk menentukan lokasi dan responden. 2. Pelaksanaan - Melakukan komunikasi dan koordinasi dengan dinas dan pihak terkait di tingkat provinsi dan kabupaten. - Melakukan pengumpulan data, survey dengan menggunakan kuesioner terhadap responden terpilih yaitu pelaku pasar, dinas terkait dan petani - Entry data serta melakukan analisis dengan menggunakan Modeling untuk mendapatkan pola gambaran dan sintesa. Hasil akhir dari pengumpulan data berupa gambaran lengkap permasalahan yang disajikan dalam bentuk tabel dan variabel variabel yang dianalisis. - Hasil penelitian selanjutnya didiskripsikan dalam bentuk rumusan kebijakan alternative dan pelaporan hasil akhir penelitian. 7

- 13. LEMBAR PENGESAHAN Penanggung Jawab ROPP, Dr. Ir. Dedi Sugandi, MP NIP. 19590206 198603 1 002 Penanggung Jawab RPTP, MENYETUJUI : Ketua Kelji Sosek, Dr. Ir. Dedi Sugandi, MP Hamdan, SP,M.Si NIP. 19590206 198603 1 002 NIP. 19772106 200212 1 001 MENGETAHUI : Kepala BPTP Bengkulu, Dr. Ir. Dedi Sugandi, MP NIP. 19590206 198603 1 002 8