FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PARTISIPASI PRIA DALAM PROGRAM KB DAN KESEHATAN REPRODUKSI

dokumen-dokumen yang mirip
Volume 3 / Nomor 1 / April 2016 ISSN :

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PARTISIPASI PRIA DALAM KELUARGA BERENCANA DI LINGKUNGAN IV KELURAHAN TELING ATAS KOTA MANADO

PENGETAHUAN DAN SIKAP SUAMI PASANGAN USIA SUBUR DENGAN KEIKUTSERTAAN MENJADI AKSEPTOR KB PRIA. Darwel, Popi Triningsih (Poltekkes Kemenkes Padang )

FAKTOR DETERMINAN PARTISIPASI PRIA DALAM VASEKTOMI. Andik Setiyono 1, Siti Novianti 2. Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Siliwangi Tasikmalaya

Associated Factors With Contraceptive Type Selection In Bidan Praktek Swasta Midwife Norma Gunung Sugih Village

GASTER, Vol. 8, No. 1 Februari 2011 ( )

FAKTOR IBU YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAN IMPLANT (Studi pada akseptor KB Desa Arjasari, Kecamatan Leuwisari, Kabupaten Tasikmalaya 2014)

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN PRAKTEK PENCEGAHAN KEHAMILAN USIA MUDA

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RENDAHNYA PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI MKJP PADA PUS DI PUSKESMAS TEMBILAHAN HULU

PARTISIPASI PRIA DALAM DALAM KELUARGA BERENCANA DI KELURAHAN SUKAMANAH KECAMATAN CIPEDES KOTA TASIKMALAYA. Andrianty Istiqomah 1)

Kesesuaian Sikap Pasangan Usia 1

BAB I PENDAHULUAN. Visi Keluarga Berencana Nasional adalah Keluarga Berkualitas. Keluarga yang

BAB I PENDAHULUAN. cara operasional dan dampaknya terhadap pencegahan kelahiran.tahap

Correlation Between Mother s Knowledge and Education On Use Of Contraceptive In Yukum Jaya Village Central Lampung In 2013

ANALISIS PARTISIPASI PRIA DALAM PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI DI KELURAHAN INDRALAYA MULYA KECAMATAN INDRALAYA KABUPATEN OGAN ILIR TAHUN 2011

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN TINGKAT EKONOMI DENGAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI DI WILAYAH PUSKESMAS SEKAMPUNG KABUPATEN LAMPUNG TIMUR

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Program keluarga berencana merupakan salah satu program pembangunan

Beberapa Faktor yang Berhubungan dengan Pemilihan Alat Kontrasepsi IUD pada Wanita PUS di Desa Pasekan Kecamatan Ambarawa Kabupaten Semarang

HUBUNGAN INFORMASI DENGAN PENGGUNAAN KONTRASEPSI METODE OPERASI PRIA (MOP) PADA PRIA PASANGAN USIA SUBUR DI KECAMATAN PAKUALAMAN YOGYAKARTA ABSTRAK

*Fakultas Kesehatan Masyarakat

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh : AHMAD NASRULLOH J

PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG KB PRIA DI KABUPATEN DEMAK (Studi Pada Masyarakat Pesisir Dan Masyarakat Kota di Kabupaten Demak)

FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RENDAHNYA PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM (AKDR) DI PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. bayi sebagai upaya untuk menjarangkan jarak kehamilan. terbentuknya keluarga kecil yang berkualitas (BkkbN, 2013)

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN MOTIVASI PASANGAN USIA SUBUR (PUS) TERHADAP PEMAKAIAN KONTRASEPSI KB

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan anggota keluarganya. Pada umumnya, apabila hal tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Jumlah penduduk yang terus meningkat dan sumber daya alam yang tidak

I. PENDAHULUAN. atau pasangan suami istri untuk mendapatkan tujuan tertentu, seperti

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN SIKAP AKSEPTOR KB TERHADAP KONTRASEPSI METODE OPERASI WANITA (MOW) DI DESA BARON MAGETAN

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan penduduk maka semakin besar usaha yang dilakukan untuk. mempertahankan kesejahteraan rakyat. Ancaman terjadinya ledakan

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PARTISIPASI SUAMI MENJADI AKSEPTOR KELUARGA BERENCANA (KB) DI DESA KEBET KECAMATAN BEBESEN KABUPATEN ACEH TENGAH

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN KB VASEKTOMI TERHADAP PENGETAHUAN SUAMI DI DESA SOCOKANGSI KECAMATAN JATINOM KABUPATEN KLATEN

PATH ANALYSIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEDIAAN SUAMI SEBAGAI AKSEPTOR VASEKTOMI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SANDEN BANTUL YOGYAKARTA TESIS

HUBUNGAN KELOMPOK UMUR PASANGAN USIA SUBUR (PUS) DENGAN PEMILIHAN JENIS ALAT KONTRASEPSI DI DESA PADAMUKTI KECAMATAN SOLOKANJERUK KABUPATEN BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. jumlah dan jarak kehamilan dengan memakai kontrasepsi. Kontrasepsi

FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETIDAKIKUTSERTAAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI PADA PASANGAN USIA SUBUR

BAB 1 PENDAHULUAN. (1969) yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak dalam

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEIKUTSERTAAN SUAMI PADA PROGRAM KB VASEKTOMI DI WILAYAH KECAMATAN BANJARMASIN TIMUR

PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI PADA PASANGAN USIA SUBUR USE OF CONTRACEPTION BY COUPLES OF CHILDBEARING AGE

HUBUNGAN BEBERAPA FAKTOR PADA WANITA PUS DENGAN KEIKUTSERTAAN KB SUNTIK DI DESA DUREN KECAMATAN SUMOWONO KABUPATEN SEMARANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PUBLIKASI ILMIAH Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Starta I pada Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. keadaan stagnan yang ditandai dengan tidak meningkatnya beberapa indikator

: LULUK ERDIKA GRESTASARI J

BAB I PENDAHULUAN. berencana secara komprehensif (Saifuddin, 2006). mencapai kesejahteraan keluarga. Program KB merupakan bagian terpadu

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN SUAMI TENTANG KB DENGAN PARTISIPASI SUAMI DALAM BER-KB DI KELURAHAN KEMANG KABUPATEN BOGOR

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN PASANGAN USIA SUBUR (PUS) DALAM PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI DI DESA PASIRANGIN KECAMATAN CILEUNGSI KABUPATEN BOGOR

HUBUNGAN PENDIDIKAN, PENGETAHUAN, USIA DAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN PEMILIHAN KONTRASEPSI IUD DI DESA TANGGAN GESI SRAGEN NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. Program Keluarga Berencana (KB) menurut Undang-Undang Nomor 10

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG IUD DENGAN MINAT KB IUD DI DESA MOJODOYONG KEDAWUNG SRAGEN

Oleh : Noviyanti, Indria Astuti, dan Siska Erniawati Stikes Jendr.A. Yani Cimahi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI KONDOM DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS KASOKANDEL KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN

32 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes. Volume VII Nomor 1, Januari 2016 ISSN: PENDAHULUAN. Latar Belakang

PARTISIPASI PRIA DALAM PROGRAM KELUARGA BERENCANA (KB) DI DESA KEDEN KECAMATAN PEDAN KABUPATEN KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan jumlah penduduk merupakan salah satu masalah besar. berkembang. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan

UNIVERSITAS SILIWANGI FAKULTAS ILMU KESEHATAN PEMINATAN KESEHATAN REPRODUKSI SKRIPSI, NOVEMBER 2014

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh : Nor Adiyati Arifa Rahmah

BAB 1 PENDAHULUAN. petugas membantu dalam memilih dan memutuskan jenis kontrasepsi yang akan

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI PADA PASANGAN USIA SUBUR (PUS) DI DESA KARANGJATI KABUPATEN SEMARANG

FAKTOR DETERMINAN PARTISIPASI PRIA DALAM VASEKTOMI. Andik Setiyono, Siti Novianti RINGKASAN

BAB I PENDAHULUAN. dalam pelaksanaan hingga saat ini juga masih mengalami hambatan hambatan.

PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI PRIA DALAM KELUARGA BERENCANA DI UPTD PUSKESMAS CIGASONG KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN Oleh : Ade Tedi Irawan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia adalah negara yang memiliki banyak masalah kependudukan yang

NASKAH PUBLIKASI AGUSTIAN SASMITA NIM I

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2014 mencapai 231,4 juta

HUBUNGAN MOTIVASI DENGAN KINERJA PETUGAS LAPANGAN KELUARGA BERENCANA DI KABUPATEN GIANYAR TAHUN 2015

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan telah, sedang dan akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah

Jurnal KES MAS UAD Vol. 4, No. 1, September 2010

98 Jurnal Kesehatan Samodra Ilmu Vol. 08 No. 01 Januari 2017

BAB I PENDAHULUAN. sejalan dengan hasil kesepakan International Conference On Population and

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PRIA PRODUKTIF TERHADAP METODE KONTRASEPSI VASEKTOMI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAWASARI

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PERILAKU DROP OUT KB DI DESA CARINGIN KABUPATEN PANDEGLANG BANTEN

FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI INTRA UTERINE DEVICE

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk serta meningkatkan kesehatan ibu dan anak.

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia karena masih dijumpainya penduduk yang sangat miskin, yang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional yang sangat penting dalam rangka mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. India, Pakistan, Brazil, dan Nigeria yang memberikan kontribusi besar pada

Oleh : Eti Wati ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. pendekatan pengendalian populasi dan penurunan fertilitas menjadi kearah

Volume 4 No. 1, Maret 2013 ISSN :

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh: ASFARIZA YUDHI PRABOWO

BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KUNJUNGAN IBU HAMIL (K4) DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS CIMARAGAS KABUPATEN CIAMIS TAHUN 2013.

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh : ANANG RIASMOKO J

GAMBARAN MOTIVASI SUAMI TERHADAP KONTRASEPSI MANTAP DI DUKUH SIDOKERTO PURWOMARTANI KALASAN SLEMAN YOGYAKARTA TAHUN 2009

BAB I PENDAHULUAN. Pasangan Usia Subur diharapkan menggunakan metode kontrasepsi untuk

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMILIHAN ALAT KOTRASEPSI INTRA UTERINE DEVICE (IUD) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAGENTAN 2 TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. bulan Agustus 2010 antara lain jumlah penduduk indonesia adalah

The Factors that Affect the Participation of Men in Vasektomi in Kelurahan Sioldengan Kecamatan Rantau Selatan Kabupaten Labuhanbatu 2018

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang dengan berbagai. masalah. Masalah utama yang dihadapi di Indonesia adalah dibidang

BAB 1 PENDAHULUAN. diatas 9 negara anggota lain. Dengan angka fertilitas atau Total Fertility Rate

Nuke Devi Indrawati. Tlp : ABSTRAK

Desi Andriani * Kaca Kunci : Pengetahuan, Pendidikan, AKDR. Daftar pustaka : 16 ( )

Kata Kunci: Pasangan Usia Subur,Non Metode Kontrasepsi Jangka Panjang

Kata Kunci : Pelatihan, Motivasi, Dukungan Keluarga dan Masyarakat, Keaktifan Kader Posyandu

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI WANITA USIA SUBUR (WUS) DALAM PEMILIHAN KONTRASEPSI HORMONAL DI DESA BATURSARI KECAMATAN MRANGGEN KABUPATEN DEMAK

Rika herawati : Hubungan Berat Badan Ibu Dengan Pemakaian KB Hormonal Di Desa Pekan Tebih Wilayah Kerja Puskesmas Kepenuhan Hulu

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DENGAN SIKAP SUAMI DALAM BER-KB DI DESA WONOREJO WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEDAWUNG I SRAGEN SKRIPSI

Transkripsi:

FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PARTISIPASI PRIA DALAM PROGRAM KB DAN KESEHATAN REPRODUKSI (Studi di Desa Nangtang di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas DPT Cigalontang Kabupaten Tasikmalaya 2014) Lovy Toeswanti 1) Siti Novianti 2) Nur Lina 3) Mahasiswi Fakultas Ilmu Kesehatan Peminatan Kesehatan Reproduksi Universitas Siliwangi Tasikmalaya (lovy.toeswanti@student.unsil.ac.id) 1) Dosen Pembimbing Bagian Epidemiologi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Siliwangi Tasikmalaya (Sitinovianti@unsil.ac.id) 2) (nurlina_arifien@yahoo.com) 3) ABSTRAK Partisipasi pria dalam program KB dan kesehatan reproduksi adalah tanggung jawab pria dalam keterlibatan dan kesertaan ber-kb dan kesehatan reproduksi serta perilaku seksual yang sehat dan aman bagi dirinya, pasangannya, dan keluarganya. Masalah utama yang di hadapi saat ini adalah rendahnya partisipasi pria dalam pelaksanaan program KB dan kesehatan reproduksi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan partisipasi pria dalam program KB dan kesehatan reproduksi di Desa Nangtang di wilayah kerja UPTD Puskesmas DPT Cigalontang Kabupaten Tasikmalaya. Metode penelitian menggunakan metode survei analitik dengan pendekatan Cross Sectional dengan sampel 94 pria PUS dari 754 populasi. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik sample kuota. Variabel bebas yang diteliti adalah paritas, persepsi, dan akses media. Analisis yang dilakukan yaitu analisis univariat menggunakan distribusi frekuensi dan analisis bivariat menggunakan Uji Chi Square dengan derajat kepercayaaan 95%. Hasil penelitian menunjukan bahwa tidak ada hubungan antara paritas dengan partisipasi pria dalam program KB dan kesehatan reproduksi (P value=1.000), ada hubungan antara persepsi dengan partisipasi pria dalam program KB dan kesehatan reproduksi (P value=0.005), ada hubungan antara akses media dengan partisipasi pria dalam program KB dan kesehatan reproduksi (P value=0.000). Upaya untuk meningkatkan partisipasi pria disarankan bagi puskesmas untuk mengadakan sosialisasi kembali tentang program KB dan kesehatan reproduksi agar para suami termotivasi kembali akan penggunaan KB pria dan sadar akan kesehatan reproduksi suami, istri, dan keluarga. Kata Kunci : Partisipasi Pria, Kesehatan Reproduksi. Kepustakaan : (2003-2013)

FACTORS RELATED TO MEN PARTICIPATION IN FAMILY PLANING AND REPRODUCTIVE HEALTH PROGRAM (Study At Nangtang Village, In The Region UPTD District Health Centre Of DPT Cigalontang, Tasikmalaya 2014) Lovy Toeswanti 1) Siti Novianti 2) Nur Lina 3) The Students of Health Seciences Faculty Specialization in Reproductive Health Siliwangi University Tasikmalaya (lovy.toeswanti@student.unsil.ac.id) 1) Supervisor of Epidemiology Faculty of Health Seciences Siliwangi University Tasikmalaya (sitinovianti@unsil.ac.id) 2) (nurlina_arifien@yahoo.com) 3) ABSTRACT Men participation in family planning and reproductive health program is the responsibility of the involvement and teh participation of them for applying it, including sexual behavior which are healthy and safe for them selves, their partner, and families. The main problem faced nowadays is the low participation of men in the implementation of family planing and reproductive health program. This research aims to know the factors related to men participation in family planing and reproductive health program at Nangtang village, in the region UPTD district health centre of DPT Cigalontang, Tasikmalaya. The research method uses analytical survey method by using Cross Sectional with the sample 94 men EFA of 754 population. The sample is taken by using quota sample technique. The independent variables examined are parity, perceptions and media access. The analysis is performed through univariate analysis using frequency distribution and bivariate analysis using Chi-Square test with 95% confidence level. The research result show that there is no relationship between parity and men participation in family planing and reproductive health program (p value=1.000); there is a relationship between perception and men participation in family planing and reproductive health program (p value=0.005); there is a relationship between media access and men participation in family planing and reproductive health program (p value=0.000). The efforts to increase men participation is recommended for the district health centre to hold a re-socialization about family planing and reproductive health program in order the men are motivated in using male contraceptive and be aware of reproductive health pof men, women, and families. Key Words : Men Participation, Reproductive Health. Reference : (2003-2013)

1. PENDAHULUAN Program Keluarga Berencana (KB) adalah suatu program yang dimaksud untuk membantu para pasangan usia subur (PUS) dalam mencapai tujuan reproduksi mereka, mencegah kehamilan yang tidak diinginkan dan mengurangi insiden kehamilan berisiko tinggi, kesakitan dan kematian membuat pelayanan yang bermutu, terjangkau, diterima dan mudah diperoleh bagi semua orang yang membutuhkan. Meningkatkan mutu komunikasi, informasi, edukasi, konseling dan pelayanan meningkatkan partisipasi dan tanggung jawab pria dalam praktek KB (BKKBN, 2006). Kesehatan reproduksi merupakan salah satu topik penting yang mendapat perhatian dari berbagai pihak, baik di dalam maupun di luar negeri. Meluasnya liputan media massa sampai ke pelosok negeri yang menyajikan fakta seputar kesehatan reproduksi, baik positif maupun negatif mendorong pemerintah, perorangan, swasta dan lembaga swadaya masyarakat untuk mengambil peran aktif dalam menyosialisasikan sekaligus memberikan jalan keluar atas permasalahan kesehatan reproduksi (Immamah, 2009). Permasalahan yang dihadapi saat ini adalah masih banyaknya para pria yang kurang peduli terhadap kesertaan keluarga berencana, keputusan untuk menggunakan kontrasepsi diserahkan sepenuhnya kepada istri dan bukan keputusan mereka bersama. Disisi lain, pihak perempuan seringkali kurang mendukung partisipasi pria, karena perempuan lebih banyak mengalah. Selain itu, masih ada hambatan kultural dalam masyarakat yang menganggap keluarga berencana dan kesehatan reproduksi, kesehatan ibu dan anak adalah urusan perempuan yang hamil dan melahirkan, selain itu kebiasaan perempuan untuk menerima perilaku sosial tersebut sebagai hal yang wajar, pilihan kontrasepsi pria hanya dua, yaitu: kondom dan vasektomi, serta kurangnya dukungan dari para tokoh masyarakat/ agama/ adat yang seharusnya menjadi contoh bagi masyarakat setempat (BKKBN, 2009). Peningkatan partisipasi pria dalam ber-kb dan Kesehatan Reproduksi merupakan bagian dari pelaksanaan hak-hak reproduksi dan kesehatan reproduksi. Dalam hal ini termasuk pemenuhan hak-hak pria untuk

mendapatkan informasi dan akses terhadap pelayanan KB yang aman, efektif, terjangkau, dapat diterima dan menjadi pilihannya. Serta metode pengaturan kelahiran lainnya yang tidak bertentangan dengan hukum, etika dan nilai sosial (Henny, 2011). Berdasarkan Peraturan Presiden No. 7 tahun 2004 tentang Rencana pembangunan Jangka Menengah (RPJM) ditetapkan bahwa peserta KB Pria sebesar 4,5%, namun kenyataannya partisipasi pria dalam KB masih rendah. Perkembangan partisipasi pria dalam KB khususnya dalam penggunaan kontrasepsi selama kurun waktu 12 tahun terakhir belum memperlihatkan kenaikan yang berarti, yaitu hanya 0,2 %. Hal ini dapat dilihat dari angka pencapaian peningkatan partisipasi pria tahun 1991 sebesar 0,8 % (SDKI 1991), pada tahun 2003 sebesar 1,3 % (SDKI 2002-2003), sedangkan pada tahun 2007 sebesar 1,5 % (SDKI 2007). Peserta KB baru secara nasional sampai bulan Desember 2013 sebanyak 8.500.247 peserta. Apabila dilihat per mix kontrasepsi maka pesentasenya adalah sebagai berikut : 348.134 peserta IUD (7,75%), 128.793 peserta MOW (1,52%), 784.215 peserta Implant (9,23%), 4.128.115 peserta Suntikan (48,56%), 2.261.480 peserta Pil (26,60%), 9.375 peserta MOP (0,25%) dan 517.638 peserta Kondom (6,09%) (Laporan Umpan Balik BKKBN, 2013). Berdasarkan data jumlah peserta KB Kabupaten Tasikmalaya tahun 2013 di 39 kecamatan mencapai 253.954 (64.91%) dari total 391.221 PUS. Jumlah peserta KB Pria Kecamatan Cigalontang mencapai 173 (1.15%) dari total 14.999 KB aktif (BPMKB, 2013). Hasil survei awal yang dilakukan oleh peneliti dilapangan dari 15 orang suami ternyata 53,3% (8 orang) suami partisipasinya rendah dalam pelaksanaan program KB dan kesehatan reproduksi. Berdasarkan pemaparan diatas maka peneliti tertarik melakukan penelitian tentang Faktor Faktor yang Berhubungan dengan Partisipasi Pria dalam Program KB dan Kesehatan Reproduksi di Desa Nangtang di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas DPT Cigalontang Kabupaten Tasikmalaya 2014.

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan paritas, persepsi, akses media terhadap partisipasi pria dalam program kb dan kesehatan reproduksi di Desa Nangtang di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas DPT Cigalontang. 2. METODE PENELITIAN Metode yang digunakan adalah metode survey dengan menggunakan pendekatan Cross Sectional. Populasi pada penelitian ini adalah 754 orang. Sampel yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi sebanyak 94 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik sempel kuota. Instrument penelitian yang digunakan adalah kuesioner yang berisikan 1 item pernyataan dari paritas, 20 item pertanyaan dari persepsi suami, 5 item pertanyaan dari akses media, dan 8 item pertanyaan dari partisipasi pria, 34 item pertanyaan tersebut untuk mengetahui tinggi atau rendahnya partisipasi pria dalam program KB dan kesehatan reproduksi. Analisis Bivariat menggunakan uji Chi-Square dengan tingkat kemaknaan 0,05. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN a. Analisis Univariat Tabel 3.1 Distribusi Frekuensi Responden di Desa Nangtang di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas DPT Cigalontang Tahun 2014 No Variabel Frekuensi F Persentase (%) Paritas 1 >2 anak 22 23,4 2 2 anak 72 76,6 Persepsi 3 Kurang Baik 18 19,1 4 Baik 76 80,9 Akses Media 5 Kurang 26 27,7 6 Baik 68 72,3 Partisipasi 7 Rendah 29 30,9 8 Tinggi 65 69,1

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa kategori paritas responden yang mempunyai 2 anak adalah sebanyak 72 orang (76,6%) dibandingkan kategori paritas responden yang mempunyai >2 anak adalah sebanyak 22 orang (23,4%). Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa persepsi responden paling banyak yang baik adalah sebanyak 76 orang (80,9%) dibandingkan persepsi responden paling sedikit yang kurang baik adalah sebanyak 18 orang (19,1%). Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa kategori akses media responden yang baik (dua atau lebih akses media) adalah sebanyak 68 orang (72,3%) dibandingkan kategori akses media responden yang kurang baik (hanya satu akses media) adalah sebanyak 26 orang (27,7%). Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa kategori partisipasi responden paling tinggi (dua atau lebih partisipasi) adalah sebanyak 65 orang (69,1%) dibandingkan partisipasi responden paling rendah (hanya satu partisipasi) adalah sebanyak 29 orang (30,9%). b. Analisis Bivariat Tabel 3.2 Hubungan Partisipasi Pria dalam Program KB dan Kesehatan Reproduksi di Desa Nangtang di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas DPT Cigalontang Tahun 2014 Partisipasi Pria No Variabel Rendah Tinggi F % F % Partitas 1 >2 anak 7 31,8 15 68,2 2 2 anak 22 30,6 50 69,4 Persepsi 3 Kurang Baik 11 61,1 7 38,9 4 Baik 18 23,7 59 76,3 Akses Media 5 Kurang 17 68,0 8 32,0 6 Baik 12 17,4 57 82,6 p value OR 1,000-0,005 5,063 0,000 10,094

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa proporsi partisipasi pria rendah lebih banyak ditemukan pada responden dengan paritas >2 anak (31,8%) dibandingkan yang paritas 2 anak (30,6%). Berdasarkan uji statistik Chi-Square diperoleh nilai p=1,000 (p value lebih dari 0,05), maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara paritas dengan partisipasi pria dalam program KB dan kesehatan reproduksi. Penelitian Dewi (2009) di Indonesia yang meneliti mengenai faktor-faktor yang memengaruhi partisipasi pria dalam keluarga berencana dan kesehatan reproduksi bahwa ada keterlibatan yang lebih tinggi dari pasangan kelompok yang memiliki empat anak atau lebih dibandingkan mereka yang memiliki anak lebih sedikit. Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa proporsi partisipasi pria rendah lebih banyak ditemukan pada responden dengan persepsi kurang (61,1%) dibandingkan yang baik (23,7%). Berdasarkan uji statistik Chi-Square diperoleh nilai p=0,005 (p value kurang dari 0,05), maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara persepsi dengan partisipasi pria dalam kesehatan reproduksi. Nilai OR=5,063 yang berarti responden yang kurang baik persepsinya memiliki risiko 5,063 kali terhadap partisipasi pria dibandingkan responden yang baik persepsinya. Hasil penelitian Purwanti yang menyatakan bahwa suami dengan persepsi positif terhadap alat kontrasepsi pria lebih tinggi pada kelompok suami yang menggunakan alat kontrasepsi pria dari pada kelompok kontrol (Bruner, 1858). Menurut Green persepsi merupakan salah satu faktor predisposisi seseorang untuk bertindak terhadap obyek tertentu. Sedangkan menurut Notoatmodjo (2007) persepsi adalah pengalaman yang dihasilkan melalui indera penglihatan, pendengaran, penciuman dan sebagainya, setiap orang mempunyai persepsi yang berbeda meskipun obyeknya sama. Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa partisipasi pria rendah lebih banyak ditemukan pada responden dengan akses media kurang (68,0%) dibandingkan yang baik (17,4%). Berdasarkan uji statistik Chi-Square diperoleh nilai p=0,000 (p value kurang dari 0,05), maka dapat

disimpulkan bahwa ada hubungan antara akses media dengan partisipasi pria dalam program KB dan kesehatan reproduksi. Nilai OR=10,094 yang berarti responden yang kurang baik akses medianya memiliki risiko 10,094 kali terhadap partisipasi pria rendah dibandingkan responden yang baik akses medianya. Hasil penelitian yang pernah dilakukan oleh Yani (2011), diperoleh hasil penelitian bahwa persentase yang berminat dalam ber-kb lebih banyak pada responden yang pernah mendapatkan informasi yaitu 64,7% dibandingkan dengan responden yang tidak pernah mendapatkan informasi yaitu 35,3%. Hal tersebut menunjukan bahwa ada hubungan informasi dengan minat suami menjadi akseptor keluarga berencana (KB). 4. SIMPULAN 1. Tidak ada hubungan antara paritas dengan partisipasi pria dalam program KB dan Kesehatan Reproduksi, dengan nilai p value=1,000. 2. Ada hubungan antara persepsi dengan partisipasi pria dalam program KB dan Kesehatan Reproduksi, dengan nilai p value=0,005 dan nilai OR=5,063. 3. Ada hubungan akses media dengan partisipasi pria dalam program KB dan Kesehatan Reproduksi, dengan nilai p value=0,000 dan nilai OR=10,094. 5. SARAN 1. Bagi Puskesmas Perlu adanya sosialisasi kembali dari puseksmas terkait tujuan sebenarnya tentang program KB dan Kesehatan Reproduksi, sehingga warga masyarakat khususnya para suami termotivasi kembali akan penggunaan KB pria dan sadar akan kesehatan reproduksi suami, istri, dan keluarga.

6. DAFTAR PUSTAKA BKKBN. Faktor-Faktor yang mempengaruhi Rendahnya Partisipasi Pria dalam KB. http://www.bkkbn.go.id/gemapria/infodetail.php?infid=79.2007. Laporan Bulanan Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Keluarga Berencana Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2013. Laporan Bulanan Puskesmas Cigalontang Tahun 2013. Laporan Tahunan Puskesmas Cigalontang Tahun 2013. Notoatmojo, Soekidjo, Promosi Kesehatan & Ilmu Perilaku, Rineka Cipta, Jakarta, 2007. Notoatmodjo, Soekidjo, Kesehatan Masyarakat Ilmu Dan Seni, Rineka Cipta, Jakarta, 2007. Purwanti, Henny, 2011, Upaya Peningkatan Partisipasi Pria Dalam Keluarga Berencana Dan Kesehatan Reproduksi Sebagai Wujud Kesetaraan Gender, Jurnal Argumentum, VOL.10(2): 153-169. Purwanti, Nunuk Sri, Hubungan antara Persepsi Suami Tentang Alat Kontrasepsi Pria dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi Pria dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi Pria di Kabupaten Bantul. Tesis, Program Pasca Sarjana UGM, Yogyakarta, 2004.