BUPATI KULON PROGO PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR : 4 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH BUPATI KULON PROGO,

dokumen-dokumen yang mirip
BUPATI KULON PROGO PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR : 5 TAHUN 2006 TENTANG IZIN SEMENTARA PEMANFAATAN AIR TANAH BUPATI KULON PROGO,

PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR : 7 TAHUN 2004 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN,

MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MEMTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR : 1451 K/10/MEM/2000 TENTANG

<Lampiran> KEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR : 1451 K/10/MEM/2000 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PENYELENGGARAAN TUGAS PEMERINTAHAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR : 3 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH BUPATI LEBAK,

BUPATI SUBANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUBANG NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG IZIN PENGAMBILAN DAN PEMANFAATAN AIR TANAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BEKASI

LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

BUPATI NATUNA PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN NATUNA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH

PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 3 SERI E

~ 1 ~ BUPATI KAYONG UTARA PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAYONG UTARA NOMOR 7 TAHUN TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG AIR TANAH

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 29 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR LAMPUNG,

BUPATI PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DI KABUPATEN PACITAN

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b, perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Pengelolaan Air Tanah;

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUSI RAWAS NOMOR 10 TAHUN 2003 TENTANG PENGELOLAAN AIR BAWAH TANAH KABUPATEN MUSI RAWAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DI PROVINSI JAWA TENGAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 8 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH

BUPATI WONOGIRI PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI BARRU PROVINSI SULAWESI SELATAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG AIR TANAH

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR : 2 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA,

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 25 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 31 TAHUN 2006 TENTANG PENDAYAGUNAAN AIR TANAH GUBERNUR JAWA BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAGIRI HULU NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DAN AIR PERMUKAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 13 TAHUN 2004 T E N T A N G IZIN PENGAMBILAN DAN PEMANFAATAN AIR BAWAH TANAH

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN DAERAH KOTA KEDIRI NOMOR 13 TAHUN 2013

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2012 NOMOR 3 PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DI PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

NOMOR 11 TAHUN TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH

RANCANGAN GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DI PROVINSI JAWA TENGAH

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MAGELANG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TENGAH NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK TENGAH,

PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN AIR BAWAH TANAH DI PROPINSI JAWA TIMUR

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 78 TAHUN 2002 TENTANG

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

BUPATI ROKAN HILIR PERATURAN DAERAH ROKAN HILIR NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN AIR BAWAH TANAH

BUPATI BOYOLALI RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOYOLALI NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 18 TAHUN 2012 TENTANG IZIN AIR TANAH BUPATI KUDUS,

PERATURAN DAERAH KOTA PRABUMULIH NOMOR 26 TAHUN 2003 TENTANG IZIN PENGELOLAAN AIR BAWAH TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PRABUMULIH,

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG IZIN PENGELOLAAN AIR TANAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 09 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA,

PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 3 TAHUN 2018 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH,

PERATURAN BUPATI SRAGEN NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DI KABUPATEN SRAGEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG ESA BUPATI SRAGEN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HALMAHERA TENGAH NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN AIR BAWAH TANAH KABUPATEN HALMAHERA TENGAH

BUPATI BONE PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONE NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 5 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT,

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI REMBANG,

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 17 TAHUN 2003 TENTANG PENGENDALIAN AIR BAWAH TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DI KOTA PEKALONGAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BREBES Nomor : 23 Tahun : 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULANG BAWANG NOMOR 11 TAHUN 2004 TENTANG IZIN PENGEBORAN DAN PENGAMBILAN AIR BAWAH TANAH SERTA MATA AIR

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 32 TAHUN 2008

WALIKOTA AMBON PROVINSI MALUKU PERATURAN DAERAH KOTA AMBON NOMOR 9TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR : 6 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI IZIN PENGGUNAAN AIR TANAH

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PERIZINAN AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

BUPATI JOMBANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH

QANUN KABUPATEN BIREUEN NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR GORONTALO,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 10 TAHUN 2006 TENTANG IZIN PENGELOLAAN AIR BAWAH TANAH DAN AIR PERMUKAAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMEDANG,

PEMERINTAH KABUPATEN KARIMUN

PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA BARAT NOMOR : 16 TAHUN 2001 T E N T A N G PENGELOLAAN AIR BAWAH TANAH DENGAN RAKHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SERANG,

BUPATI BATU BARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATU BARA NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 10 TAHUN 2002 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 5 TAHUN 2004 TENTANG

BUPATI NABIRE PERATURAN DAERAH KABUPATEN NABIRE NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI NABIRE,

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 121 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI SUKAMARA PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 28 TAHUN 2011 TENTANG PERIZINAN PENGELOLAAN AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PESAWARAN NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PESAWARAN,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 56 TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA PELAYANAN PERIZINAN PENGELOLAAN AIR BAWAH TANAH

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 28 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG IZIN PEMANFAATAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR

Transkripsi:

BUPATI KULON PROGO PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR : 4 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH BUPATI KULON PROGO, Menimbang : a. bahwa pengaturan Air Tanah dimaksudkan untuk memelihara kelestarian sumber daya alam dan lingkungan hidup akibat pengambilan Air Tanah yang bertujuan agar keberadaan Air Tanah sebagai sumber daya air tetap mendukung dan mengantisipasi tuntutan perkembangan pembangunan yang berkelanjutan serta berpihak kepada kepentingan rakyat; b. bahwa hak atas Air Tanah adalah hak guna air yang pengelolaannya didasarkan atas asas fungsi kelestarian, keseimbangan, kemanfaatan umum, keterpaduan, dan keserasian, keadilan, kemandirian, transparansi serta akuntabilitas publik; c. bahwa berdasarkan pertimbangan dimaksud huruf a dan b, perlu menetapkan Peraturan Bupati tentang Pengelolaan Air Tanah; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah Daerah Kabupaten Dalam Lingkungan Daerah Istimewa Jogjakarta yang telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1951 tentang Perubahan Undang-undang Nomor 15 Tahun 1950 Republik Indonesia untuk Penggabungan Daerah Daerah Kabupaten Kulon Progo dan Adikarta dalam Lingkungan Daerah Istimewa Jogjakarta menjadi satu Kabupaten dengan nama Kulon Progo; 2. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974 tentang Pengairan; 3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya;

2 4. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang; 5. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup; 6. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2003 tentang Sumber Daya Air; 7. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan; 8. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005; 9. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1950 tentang Penetapan Mulai Berlakunya Undang-Undang Tahun 1950 Nomor 12, 13, 14 dan 15 dari Hal Pembentukan Daerah Daerah Kabupaten di Djawa Timur/Tengah/Barat dan Daerah Istimewa Jogjakarta; 10. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1982 tentang Tata Pengaturan Air; 11. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup; 12. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom; 13. Peraturan Pemerintah Nomor 77 Tahun 2001 tentang Irigasi; 14. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air; 15. Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 1451.K/10/MEM/2000 tentang Pedoman Teknis Penyelenggaraan Tugas Pemerintahan di Bidang Pengelolaan Air Tanah; 16. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 17 Tahun 2001 tentang Jenis Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib Dilengkapi dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup; 17. Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 716.K/ 40/MEM/2005 tentang Batas Horisontal Cekungan Air Tanah di Pulau Jawa dan Pulau Madura;

3 M E M U T U S K A N : Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Bupati ini yang dimaksud dengan: 1. Daerah adalah Kabupaten Kulon Progo. 2. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah. 3. Bupati adalah Bupati Kulon Progo. 4. Instansi adalah Lembaga Perangkat Daerah yang mempunyai fungsi dan tugas pokok dibidang pengelolaan air tanah. 5. Air Tanah adalah semua air yang terdapat dalam lapisan tanah atau batuan yang mengandung air di bawah permukaan tanah, termasuk mata air. 6. Akuifer atau Lapisan Pembawa Air adalah lapisan batuan jenuh air di bawah permukaan tanah yang dapat menyimpan dan meneruskan air. 7. Cekungan Air Tanah adalah suatu wilayah yang dibatasi oleh batas-batas hidrolika yang dikontrol oleh kondisi geologi dan hidrogeologi, tempat semua kejadian hidrogeologi mencakup proses pengimbuhan, pengaliran, dan pelepasan Air Tanah berlangsung. 8. Pengelolaan Air Tanah adalah upaya merencanakan, mengorganisasi, melaksanakan, memantau dan mengevaluasi penyelenggaraan kegiatan inventarisasi, konservasi dan pendayagunaan Air Tanah. 9. Pengambilan Air Tanah adalah setiap kegiatan untuk memperoleh Air Tanah dengan cara penggalian, pengeboran, penurapan, atau dengan cara lainnya. 10. Penurapan Air Tanah adalah pengambilan air tanah dari sumber mata air, untuk ditampung dalam suatu tempat yang tidak dapat meresapkan kembali air tanah ke dalam tanah.

4 11. Hak Guna Air Tanah adalah hak untuk memperoleh, memakai dan/atau mengusahakan Air Tanah untuk berbagai keperluan tertentu. 12. Eksplorasi Air Tanah adalah penyelidikan Air Tanah detail untuk menetapkan lebih teliti/seksama tentang sebaran dan karakteristik sumber air tersebut, melalui pemetaan hidrogeologi, pengeboran eksplorasi Air Tanah dan survey geofisika. 13. Konservasi Air Tanah adalah upaya melindungi dan memelihara keberadaan, kondisi dan lingkungan Air Tanah guna mempertahankan kelestarian dan/atau kesinambungan fungsi, ketersediaan dalam kuantitas dan kualitas yang memadai untuk memenuhi kebutuhan makhluk hidup, baik waktu sekarang maupun pada generasi yang akan datang. 14. Pelestarian Air Tanah adalah upaya mempertahankan kelestarian kondisi dan lingkungan Air Tanah tanpa mengalami perubahan berarti agar dapat dimanfaatkan secara berkesinambungan. 15. Perlindungan Air Tanah adalah upaya menjaga keberadaan serta mencegah terjadinya kerusakan kondisi dan lingkungan Air Tanah. 16. Pemeliharaan Air Tanah adalah upaya memelihara keberadaan Air Tanah sesuai fungsinya. 17. Pengawetan Air Tanah adalah upaya untuk memelihara kondisi dan lingkungan Air Tanah agar selalu tersedia dalam kuantitas dan kualitas yang memadai. 18. Pengendalian Kerusakan Air Tanah adalah upaya mencegah dan menanggulangi kerusakan Air Tanah serta memulihkan kondisinya agar fungsinya kembali seperti semula. 19. Pengendalian Pencemaran Air Tanah adalah upaya mencegah dan menanggulangi pencemaran Air Tanah serta memulihkan Air Tanah untuk menjamin kualitas Air Tanah agar sesuai dengan baku mutu air. 20. Pemulihan Air Tanah adalah upaya untuk memperbaiki atau merehabilitasi kondisi dan lingkungan Air Tanah agar lebih baik atau kembali seperti semula. 21. Rehabilitasi Air Tanah adalah usaha untuk memperbaiki kondisi dan lingkungan Air Tanah yang telah mengalami penurunan kuantitas dan atau kualitas agar lebih baik/atau kembali seperti semula.

5 22. Inventarisasi Air Tanah adalah kegiatan untuk mengetahui cekungan dan potensi Air Tanah dengan cara pemetaan, penyelidikan, penelitian dan eksplorasi Air Tanah. 23. Pendayagunaan Air Tanah adalah upaya penatagunaan, penyediaan dan penggunaan, pengembangan dan pengusahaan Air Tanah secara optimal, berhasil guna dan berdaya guna. 24. Penatagunaan Air Tanah adalah upaya untuk menentukan zona pengambilan dan penggunaan Air Tanah. 25. Penyediaan Air Tanah adalah upaya pemenuhan kebutuhan akan air dan daya air untuk memenuhi berbagai keperluan dengan kualitas dan kuantitas yang sesuai. 26. Penggunaan Air Tanah adalah pengambilan dan pemanfaatan Air Tanah. 27. Pengembangan Air Tanah adalah upaya peningkatan kemanfaatan fungsi Air Tanah sesuai daya dukungnya. 28. Sumur Pantau adalah sumur yang dibuat untuk memantau kedudukan muka dan/atau kualitas Air Tanah pada akuifer tertentu. 29. Jaringan Sumur Pantau adalah kumpulan sumur pantau yang tertata berdasarkan kebutuhan pemantauan terhadap Air Tanah pada suatu cekungan Air Tanah. 30. Sumur Bor adalah sumur yang pembuatannya dilakukan dengan pengeboran secara mekanis atau manual. 31. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup yang selanjutnya disebut AMDAL adalah kajian mengenai dampak besar dan penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan. 32. Upaya Pengelolaan Lingkungan/Upaya Pemantauan Lingkungan yang selanjutnya disingkat UKL/UPL adalah upaya pengendalian, penanganan dan pemantauan dampak terhadap lingkungan hidup dari suatu usaha dan/atau kegiatan yang tidak wajib AMDAL. 33. Daerah Imbuhan Air Tanah (Recharge Area) adalah suatu wilayah peresapan yang mampu menambah Air Tanah secara alamiah pada suatu cekungan Air Tanah.

6 34. Daerah Lepasan Air Tanah (Discharge Area) adalah suatu wilayah dimana proses keluaran Air Tanah berlangsung secara alamiah pada suatu cekungan Air Tanah. BAB II TUJUAN Pasal 2 Pengelolaan Air Tanah diselenggarakan dengan tujuan untuk mewujudkan kemanfaatan Air Tanah yang berkelanjutan, kesinambungan ketersediaan secara kuantitas dan kualitas dengan mencegah dampak kerusakan lingkungan akibat pengambilan Air Tanah. BAB III WEWENANG DAN TANGGUNG JAWAB Pasal 3 (1) Wewenang dan tanggung jawab Bupati dalam pengelolaan Air Tanah meliputi : a. menetapkan kebijakan pengelolaan Air Tanah di Daerah berdasarkan kebijakan Air Tanah Nasional dan Propinsi dengan memperhatikan kepentingan wilayah daerah sekitarnya; b. menetapkan pola pengelolaan Air Tanah pada cekungan Air Tanah yang berada utuh dalam wilayahnya berdasarkan pada prinsip keterpaduan antara Air Tanah dengan air permukaan; c. menyelenggarakan inventarisasi, konservasi dan pendayagunaan Air Tanah dalam rangka pengelolaan Air Tanah sesuai kebijakan, pedoman, prosedur, standar, persyaratan, dan kriteria di bidang Air Tanah yang ditetapkan oleh Pemerintah; d. merumuskan dan menetapkan zona konservasi Air Tanah dalam cekungan yang berada utuh di wilayahnya;

7 e. menyiapkan kelembagaan, sumber daya manusia, sarana dan peralatan, serta pembiayaan yang mendukung pengelolaan Air Tanah; f. melakukan pemantauan, pengendalian, dan pengawasan dalam rangka pengelolaan Air Tanah; g. mengatur peruntukan pemanfaatan Air Tanah pada cekungan Air Tanah yang berada utuh dalam wilayahnya; h. memberikan Izin Pengeboran Eksplorasi dan Eksploitasi Air Tanah, Izin Pengambilan Air Tanah, Izin Penurapan Mata Air dan Izin Pengambilan Air Mata Air; i. menetapkan dan mengatur jaringan sumur pantau pada cekungan Air Tanah yang berada utuh diwilayahnya; j. mengelola data dan informasi Air Tanah; dan k. mendorong peran masyarakat dalam kegiatan konservasi, pendayagunaan, dan pengendalian serta pengawasan dalam rangka pengelolaan Air Tanah. (2) Wewenang dan tanggung jawab dimaksud ayat (1) dilaksanakan oleh Instansi. (3) Dalam melaksanakan wewenang dan tanggung jawab dimaksud ayat (2), Kepala Instansi berkoordinasi dengan Instansi terkait dan/atau Pemerintah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. BAB IV KEGIATAN PENGELOLAAN Bagian Pertama Inventarisasi Air Tanah Pasal 4 (1) Inventarisasi Air Tanah meliputi kegiatan pemetaan, penyelidikan, dan penelitian, eksplorasi, serta evaluasi data Air Tanah.

8 (2) Inventarisasi Air Tanah dimaksud ayat (1) untuk menentukan : a. perencanaan pengelolaan Air Tanah; b. sebaran cekungan Air Tanah; c. daerah imbuhan dan lepasan; d. geometri dan karakteristik Akuifer ; e. neraca dan potensi Air Tanah; dan f. pengambilan Air Tanah. (3) Kegiatan inventarisasi Air Tanah dilaksanakan untuk penyusunan rencana atau pola induk pengembangan terpadu Air Tanah yang disajikan dalam bentuk peta skala lebih besar dari 1 : 100.000. (4) Hasil inventarisasi Air Tanah digunakan sebagai dasar penyusunan Rencana Konservasi dan Pendayagunaan Air Tanah. (5) Hasil inventarisasi Air Tanah dikelola oleh Instansi dan dilaporkan kepada Bupati dengan tembusan disampaikan kepada Direktur Jenderal Mineral, Batubara dan Panas Bumi Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral dan Gubernur Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Bagian Kedua Konservasi Pasal 5 (1) Konservasi Air Tanah bertumpu pada asas kemanfaatan, kesinambungan, ketersediaan dan kelestarian Air Tanah serta lingkungan keberadaannya. (2) Konservasi Air Tanah dilakukan untuk menjaga kelestarian, kesinambungan, ketersediaan, kuantitas dan kualitas daya dukung lingkungan, fungsi Air Tanah, dan mempertahankan keberlanjutan pemanfaatan Air Tanah. (3) Konservasi Air Tanah dilaksanakan berdasarkan pada :

9 a. hasil kajian identifikasi dan evaluasi cekungan Air Tanah secara kuantitas dan kualitas; b. hasil kajian daerah imbuhan dan lepasan Air Tanah; c. rencana pengelolaan Air Tanah pada cekungan Air Tanah; dan d. hasil pemantauan perubahan kondisi dan lingkungan Air Tanah. Pasal 6 (1) Konservasi dilakukan melalui : a. penentuan zona konservasi Air Tanah; b. perlindungan dan pelestarian Air Tanah; c. pengawetan Air Tanah; d. pemulihan Air Tanah; e. pengendalian pencemaran Air Tanah; dan f. pengendalian kerusakan Air Tanah. (2) Konservasi Air Tanah dilakukan secara menyeluruh pada cekungan Air Tanah mencakup daerah imbuhan dan daerah lepasan Air Tanah. (3) Konservasi Air Tanah menjadi salah satu pertimbangan dalam perencanaan pendayagunaan Air Tanah dan perencanaan tata ruang wilayah. Pasal 7 (1) Untuk menjamin keberhasilan konservasi, dilakukan kegiatan pemantauan Air Tanah. (2) Pemantauan Air Tanah dilakukan untuk mengetahui perubahan kualitas, kuantitas, dan dampak lingkungan akibat pengambilan dan pemanfaatan Air Tanah dan/atau perubahan lingkungan. (3) Pemantauan Air Tanah meliputi : a. pemantauan perubahan kedudukan air muka Air Tanah; b. pemantauan perubahan kualitas Air Tanah; c. pemantauan pengambilan pemanfaatan Air Tanah; d. pemantauan pencemaran Air Tanah; e. pemantauan perubahan debit dan kualitas air mata air; dan f. pemantauan perubahan lingkungan Air Tanah.

10 (4) Pemantauan Air Tanah dilakukan dengan cara : a. membuat sumur pantau; b. mengukur dan mencatat kedudukan muka Air Tanah pada sumur pantau dan /atau sumur produksi terpilih; c. mengukur dan mencatat debit mata air; d. memeriksa sifat fisika, komposisi kimia, dan kandungan biologi Air Tanah pada sumur pantau, sumur produksi dan mata air; e. memetakan perubahan kualitas dan/atau kuantitas Air Tanah; f. mencatat jumlah pengambilan dan pemanfaatan Air Tanah; dan g. mengamati dan mengukur perubahan lingkungan fisik akibat pengambilan Air Tanah. (5) Pemantauan Air Tanah dilakukan secara berkala sesuai jenis kegiatan pemantauan. Bagian Ketiga Perencanaan Pendayagunaan Air Tanah Pasal 8 (1) Perencanaan pendayagunaan Air Tanah dilaksanakan sebagai dasar pendayagunaan Air Tanah pada cekungan Air Tanah. (2) Kegiatan perencanaan pendayagunaan Air Tanah dilakukan dalam rangka pengaturan pengambilan dan pemanfaatan serta pengendalian Air Tanah. (3) Perencanaan pendayagunaan Air Tanah didasarkan pada hasil inventarisasi dengan memperhatikan konservasi Air Tanah. (4) Dalam melaksanakan perencanaan pendayagunaan Air Tanah wajib melibatkan peran serta masyarakat. (5) Hasil perencanaan pendayagunaan Air Tanah merupakan salah satu dasar dalam penyusunan dan penetapan rencana tata ruang wilayah.

11 Bagian Keempat Peruntukan Pemanfaatan Pasal 9 (1) Peruntukan pemanfaatan Air Tanah ditetapkan dengan urutan prioritas sebagai berikut : a. air minum; b. air untuk rumah tangga; c. air untuk peternakan dan pertanian sederhana; d. air untuk industri; e. air untuk irigasi; f. air untuk pertambangan; g. air untuk usaha perkotaan; dan h. air untuk kepentingan lainnya. (2) Urutan prioritas peruntukan pemanfaatan Air Tanah dimaksud ayat (1) dapat berubah dengan memperhatikan kepentingan umum dan kondisi setempat, dengan ketentuan Peruntukan pemanfaatan Air Tanah untuk keperluan air minum tetap merupakan prioritas utama di atas segala keperluan lain. (3) Peruntukan pemanfaatan Air Tanah untuk keperluan selain air minum dapat menggunakan Air Tanah apabila tidak dapat dipenuhi dari sumber air lainnya. Pasal 10 (1) Setiap Pemanfaatan Air Tanah wajib memperoleh Izin Pemanfaatan Air Tanah. (2) Pengaturan mengenai Izin pemanfaatan Air Tanah diatur dengan Peraturan Bupati tersendiri.

12 BAB V PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN Pasal 11 (1) Pengawasan dan pengendalian kegiatan pendayagunaan dan konservasi Air Tanah dilaksanakan oleh Instansi dengan melibatkan peran serta masyarakat. (2) Pengawasan dan pengendalian meliputi : a. lokasi titik pengambilan Air Tanah; b. teknis konstruksi sumur bor dan uji pemompaan; c. pembatasan debit pengambilan Air Tanah; d. penataan teknis dan pemasangan alat ukur debit pemompaan; e. pendataan volume pengambilan Air Tanah; f. teknis penurapan mata air; g. kajian hidrologi; dan h. pelaksanaan UKL dan UPL atau AMDAL. (3) Masyarakat dapat melaporkan kepada Bupati Cq. Kepala Instansi apabila menemukan pelanggaran pengambilan dan pemanfaatan Air Tanah serta merasakan dampak negatif sebagai akibat pengambilan Air Tanah. BAB VI KETENTUAN PENUTUP Pasal 12 Peraturan Bupati ini mulai berlaku sejak tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Bupati ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kabupaten Kulon Progo. Ditetapkan di Wates pada tanggal 3 Pebruari 2006 BUPATI KULON PROGO, Cap/ttd H. TOYO SANTOSO DIPO

13 Diundangkan di Wates pada tanggal 3 Pebruari 2006 Plt. SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN KULON PROGO, Cap/ttd K A D I M A N BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO TAHUN 2006 NOMOR 1 SERI E