RENCANA PENGEMBANGAN WILAYAH DAN INVESTASI PROVINSI PAPUA BARAT BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROVINSI PAPUA BARAT

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Jambi RPJMD KOTA JAMBI TAHUN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

H a l I LATARBELAKANG

BAPPEDA KAB. LAMONGAN

RENCANA STRATEGIS TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Era reformasi saat ini telah banyak perubahan dalam berbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. kelemahan, peluang dan tantangan dari sumberdaya yang dimiliki. Rencana

GUBERNUR PAPUA PERATURAN DAERAH PROVINSI PAPUA NOMOR 21 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH PROVINSI PAPUA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Pengantar

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR : 14 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. RPJMD Kabupaten Bintan Tahun I-1

I. PENDAHULUAN. membangun infrastruktur dan fasilitas pelayanan umum. pasar yang tidak sempurna, serta eksternalitas dari kegiatan ekonomi.

PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PEMERINTAH KABUPATEN BIAK NUMFOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BIAK NUMFOR NOMOR : 21 TAHUN 2001 TENTANG

BAB 4 VISI, MISI, PENGEMBANGAN WILAYAH DAN INVESTASI

BAB I PENDAHULUAN R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N I - 1

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKALAN

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH TAHUN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

RENSTRA BADAN KETAHANAN PANGAN BAB I PENDAHULUAN

NOMOR 15 TAHUN 2002 LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON - 2 -

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun BAB 1 PENDAHULUAN

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2008 NOMOR : 07 PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 07 TAHUN 2008 TENTANG

B A B P E N D A H U L U A N

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Banyuwangi Tahun I-1

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

MAJU, MANDIRI, ADIL DAN SEJAHTERA. RPJMD

BUPATI BULUNGAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG

RENCANA STRATEGIS SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH (RENSTRA-SKPD) BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN MUSI RAWAS

BAB 4 ANALISIS ISU STRATEGIS DAERAH

LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN NASIONAL

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LIMA PULUH KOTA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN KABUPATEN (RKPK) ACEH SELATAN TAHUN 2014 BAB I PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Reformasi telah membawa perubahan yang signifikan terhadap pola

Pendahuluan. Latar Belakang

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA TANGERANG SELATAN

BUPATI TEGAL PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEGAL NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) RKPD KABUPATEN BERAU TAHUN 2013 BAB I - 1

PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH TAHUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Bab I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB 7 KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

RENCANA STRATEGIS ( RENSTRA - SKPD )

PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG KABUPATEN PADANG LAWAS

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

I - 1 BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KOORDINASI PENYULUHAN

BUPATI REMBANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG

Strategi. Arah Kebijakan. RPJP Nasional. RPJM Daerah. RPJP Daerah. Program. Indikator. Visi Misi Tujuan Sasaran Kebijakan Program/ Kegiatan

LAMPIRAN I. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Lubuklinggau Tahun

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB I PENDAHULUAN. BAB I - RPJM Aceh Tengah Latar Belakang

PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN PASURUAN TAHUN

RENCANA STRATEGIS BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN GARUT TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. bottom-up learning.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN NASIONAL

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB - I PENDAHULUAN I Latar Belakang

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR: 9 TAHUN 2008 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH PROVINSI JAWA BARAT TAHUN

PEMERINTAH KABUPATEN KAPUAS HULU

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. SIPD Kota Surakarta Tahun 2015

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Strategis (Renstra) Dinas Pendidikan dan Pengajaran Kabupaten Lamandau ( ) 1

BUPATI KEPULAUAN ANAMBAS

PENDAHULUAN BAB I PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) 2012 PENDAHULUAN

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Lingga Tahun

GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR : 3 TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lahirnya Undang-undang No. 22 tahun 1999 yang direvisi dengan

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : TAHUN 2009 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 8 TAHUN 2011

A. LATAR BELAKANG PENGERTIAN DASAR

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

PEMERINTAH KABUPATEN GRESIK

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG KOTA JAMBI TAHUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA JAMBI,

PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN I Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SUKAMARA (REVISI)

Bappeda Kabupaten Murung Raya Tahun 2013 PENDAHULUAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKALIS NOMOR 04 TAHUN 2007 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG ( RPJP ) KABUPATEN BENGKALIS TAHUN

RENSTRA DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA TAHUN

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN KUNINGAN TAHUN

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG

Transkripsi:

1-1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan di Tanah Papua telah berlangsung selama lebih dari 4 dekade terakhir. Tujuan dasarnya adalah untuk meningkatkan harkat dan martabat Masyarakat Papua melalui penyelenggaraan pembangunan di segala bidang. Penyelenggaraan pembangunan di Tanah Papua secara kelembagaan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional. Strategi penyelenggaraan pembangunan dilakukan melalui sebuah proses bertahap. Tahap-tahap itu mencakup tahap Pembangunan Jangka Panjang (PJP), Pembangunan Jangka Menengah, dan Pembangunan Jangka Pendek. PJP berlangsung selama periode 25 tahun, Pembangunan Jangka Menengah berlansung selam periode 5 tahun, dan Pembangunan Jangka Pendek berlangsung selama periode 1 tahun. Berdasarkan dimensi waktu, penyelenggaraan Pembangunan Jangka Panjang dapat berlangsung lebih dari satu periode. Penyelenggaraan pembangunan Jangka Panjang selama periode 25 tahun pertama (1968/1969-1993/1994) disebut PJP-I, periode 25 tahun kedua (1994/1995-2019/2020) disebut PJP-II, dan seterusnya. Setiap periode Pembangunan Jangka Panjang dilakukan melalui 5 tahap, di mana setiap tahapan berlansung selama 5 tahun yang terkenal dengan singkatan Pelita. Pemerintahannya dikenal dengan nama Pemerintah Orde Baru, dan periode atau masa pemerintahan ini dikenal dengan sebutan Masa atau Era Orde Baru. Selama berlangsungnya PJP-I sebenarnya telah banyak yang dilakukan pemerintah, dan bahkan beberapa di antara program yang telah dilakukan ternyata berhasil memperoleh pengakuan dunia. Di antara program-program itu adalah Program Keluarga Berencana, dan Program Pembangunan Pertanian Tanaman Pangan. Program pembangunan pertanian tanaman pangan ternyata berhasil menggeser posisi Negara Indonesia dari negera pengimpor beras terbesar di antara negara-negara di dunia menjadi negara swasembada beras. Namun proses pelaksanaan PJP-I ternyata diwarnai oleh ketimpangan antar wilayah dalam berbagai hirarki. Ketimpangan mencolok terjadi antar Wilayah Indonesia Bagian Barat dan Wilayah Indonesia Bagian Timur. Ketimpangan besar juga terjadi antar wilayah propinsi, terutama antara Propinsi Irian Jaya (nama pada waktu itu) dan propinsi-propinsi lainnya di Indonesia. Tanah Papua yang telah tertinggal dibandingkan propinsi lain di Indonesia, ketimpangan juga terjadi antar wilayah. Ketimpangan mencolok terjadi antar wilayah pesisir dan pegunungan, antar wilayah Pantai Utara dan Pantai Selatan, antar wilayah kabupaten/kota. Ketimpangan mencolok juga terjadi antar kelompok masyarakat, terutama antara kelompok Masyarakat Papua Asli dan kelompok masyarakat pendatang dari luar Tanah Papua.

1-2 Ketimpangan terus berlangsung sekalipun proses penyelenggaraan PJP-I telah dilampaui, bahkan telah mencapai awal penyelenggaraan PJP-II. Hal ini merupakan indikator bawwa strategi pembangunan yang diterapkan tidak mampu menjamin kemerataan kemajuan antar wilayah maupun antar kelompok masyarakat. Selain itu ternyata pula strategi pembangunan yang diterapkan dengan memberi fokus pada pembangunan bidang ekonomi, ternyata tidak mampu menghadapi krisis moneter dan krisis ekonomi global yang melanda perekonomian dunia sejak tahun 1997, tepatnya pada tahun ke-4 Pelita VI PJP-II. Di Indonesia, yang terjadi bukan saja krisis moneter dan krisis ekonomi, tetapi lebih luas yakni krisis multi dimensi terutama krisis sosial dan krisis politik. Dampak potensialnya adalah tumbangnya kekuasaan Orde Baru, dan munculnya era reformasi. Salah satu tuntutan rakyat pada awal era reformasi adalah perubahan sistem pemerintahan dari sistem sentralisasi menjadi sistem desentralisasi. Tuntutan rakyat ini mendapat sambutan positif dari pemerintah era reformasi, dengan dibuat dan diberlakukannya kebijakan pemerintah yang dituangkan dalam undang-undang seperti di bawah ini. 1) Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah atau Otonomi Daerah yang berlaku secara nasional, dan selanjutnya direvisi menjadi Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004. 2) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pusat dan Daerah, yang selanjutnya direvisi menjadi Undang Undang Nomor 33 Tahun 2004. Pemberlakuan kedua undang-undang ini ternyata memiliki implikasi perubahan sistem perencanaan pembangunan. Implikasi ini diwujudnyatakan oleh pemerintah dalam Undang- Undang Nomor 25 tahun 2004, tentang Sistem Perencanaan Nasional, dan difokuskan pada Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Daerah yang memuat visi, misi, dan arah pembangunan daerah. Untuk memberikan fokus pada upaya penyebaran pusat-pusat pertumbuhan dan pengurangan kesenjangan antar wilayah serta memperbaiki kinerja investasi, selain RPJP Daerah perlu disertai dengan Rencana Pengembangan Wilayah dan Investasi (RPWI) Daerah. RPWI Daerah Propinsi Papua Barat disusun berdasarkan kondisi faktual yang mencakup: potensi, permasalahan, kebutuhan, dan aspirasi masyarakat. RPWI Daerah Propinsi Papua Barat, selanjutnya perlu ditetapkan dengan Peraturan Daerah untuk jangka waktu 20 tahun. Sesungguhnya pengembangan wilayah dan investasi di Propinsi Papua Barat bukanlah hal yang mudah. Kesulitannya tidak hanya karena mencakup berbagai bidang dan sektor pembangunan serta memerlukan berbagai ilmu pengetahuan, tetapi juga Wilayah Propinsi Papua Barat menunjukkan kondisi bio-fisik yang heterogan dan spesifik, di samping juga dikuasai oleh warga masyarakat adat yang beragam dengan struktur sosial-ekonomi dan sosial-budaya yang juga beragam dengan kekhasannya masing-masing. Berdasarkan kesulitan-kesulitannya ini, pengembangan wilayah dan investasi di Propinsi Irian Jaya perlu direncanakan dengan baik. Rencana yang baik yang dimaksudkan di sini adalah rencana yang memenuhi 3 syarat utama, sebagai berikut:

1-3 1) Sesuai potensi bio-fisik Wilayah Propinsi Papua Barat 2) Mampu berinteraksi dengan struktur sosial-ekonomi dan soaial-budaya warga masyarakat adat di Wilayah Propinsi Papua Barat. 3) Mampu mengantisipasi masa depan yang pasti berubah sebagai dampak realisasi berbagai program pengembangan wilayah dan investasi secara internal Propinsi Papua Barat, disamping dampak berbagai program pembangan pada tingkat regional, nasional, dan global.. 1.2. Kedudukan dan Fungsi RPWI Daerah Propinsi Papua Barat merupakan pedoman umum bagi aparat pemerintah daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, organisasi politik, organisasi sosial kemasyarakatan, lembaga swadaya masyarakat, organisasi profesi, lembaga pendidikan, dunia usaha, dan tokoh masyarakat serta seluruh lapisan masyarakat di Propinsi Papua Barat dalam melaksanakan pembangunan daerah dan investasi, mulai tahun 2007 sampai dengan tahun 2026. Kedudukan RPWI Daerah Propinsi Papua Barat adalah sebagai kerangka dasar pengelolaan pembangunan daerah berbasis kewilayahan yang merupakan penjabaran dari kehendak masyarakat Propinsi Papua Barat, dengan tetap memperhatikan arah RPJP Propinsi Papua Barat dan Nasional. Untuk menjamin keterkaitan perencanaan, RPWI Propinsi Papua Barat berbasis pada Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Daerah yang merupakan acuan kebijakan spasial bagi pembangunan lintas sektoral maupun wilayah agar pemanfaatan ruang dapat sinergis dan berkelanjutan. Dengan demikian RPWI Daerah Propinsi Papua Barat berfungsi sebagai arah dan pedoman dalam penyelenggaraan pemerintahan, pengelolaan pembangunan, penyelenggaraan investasi, pengurangan kesenjangan antar wilayah dan pemberian pelayanan kepada masyarakat serta semua pihak di Propinsi Papua Barat. 1.3. Maksud dan Tujuan Maksud penulisan ini adalah untuk merumuskan pedoman kerja bagi Pemerintah Daerah (Pemda) Propinsi Papua Barat tentang bagaimana layaknya pengembangan wilayah dan investasi di propinsi ini. Hal ini penting mengingat Propinsi Papua Barat merupakan propinsi baru, sehingga belum memiliki kelengkapan perencanaan dasar yang lebih realistis sesuai potensi sumberdaya lokal. Tujuan umum penulisan adalah untuk menyusun rencana pengembangan wilayah dan investasi di Propinsi Papua Barat. Secara khusus penulisan ini bertujuan untuk melakukan hal-hal sebagai berikut: (1) Mempelajari potensi wilayah Propinsi Papua Barat. (2) Mengidentifikasi isu-isu pokok pembangunan. (3) Merumuskan visi dan misi pengembangan wilayah dan investasi. (4) Merumuskan arah kebijakan dan agenda pengembangan.

1-4 (5) Merumuskan strategi penyebaran pusat-pusat pertumbuhan. (6) Merumuskan strategi investasi dan pendapatan serta pembiayaan. 1.4. Landasan Hukum Penyusunan RPWI Daerah Propinsi Papua Barat Tahun 2007 2026 disusun atas dasar hukum seperti di bawah ini. 1.4.1. Landasan idiil : Pancasila 1.4.2. Landasan konstitusional : UUD 1945 1.4.3. Landasan operasional : 1) Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua. 2) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional. 3) Peraturan Pemerintah Nomor 108 Tahun 2000 tentang Laporan Tata Cara Pertanggungjawaban Kepala Daerah. 4) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. 5) Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah. 1.5. Ruang Lingkup Pekerjaan Penyusunan rencana pengembangan wilayah dan investasi di Propinsi Papua Barat mencakup pekerjaan-pekerjaan seperti di bawah ini. (1) Studi kepustakaan. (2) Pengumpulan data dan informasi di lapangan. (3) Pengolahan dan analisis data/informasi. (4) Penulisan draf dokumen rencana pengembangan wilayah dan investasi. (5) Seminar draf dokumen rencana pengembangan wilayah dan investasi. (6) Penulisan dokumen akhir rencana pengembangan wilayah dan investasi. 1.6. Sistematika Dokumen RPWI Daerah Propinsi Papua Barat memuat aspek pengembangan wilayah (pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya) dan investasi untuk jangka waktu 20 tahun mendatang, disusun dengan sistematika sebagai berikut :

1-5 BAB I. BAB II. BAB III. BAB IV. BAB V. BAB VI. BAB VII. BAB VIII. BAB IX. PENDAHULUAN POTRET UMUM WILAYAH PROVINSI PAPUA BARAT KERAGAAN ISU POKOK PEMBANGUNAN VISI, MISI PENGEMBANGAN WILAYAH DAN INVESTASI. ARAH KEBIJAKAN DAN AGENDA PENGEMBANGAN STRATEGI PENYEBARAN PUSAT-PUSAT PERTUMBUHAN STRATEGI INVESTASI STRATEGI PENERIMAAN DAN PEMBIAYAAN PENUTUP 1.7. Teknik Pendekatan Penyusunan rencana pengembangan wilayah dan investasi di Propinsi Papua Barat menggunakan pendekatan partisipatif dengan basis ekosistem Wilayah Propinsi Papua Barat. Pendekatan partisipatif memberi fokus pada perencanaan bersama pemangku kepentingan yang meliputi Pusat Penelitian Pemberdayaan Fiskal dan Ekonomi Daerah (P3FED) UNIPA, Bappeda Propinsi Papua Barat, Bappeda Kabupaten/Kota di Propinsi Papua Barat, dan lembaga terkait dengan perencanaan pengembangan wilayah dan investasi di Propinsi Papua Barat. Basis ekosistem dipilih dalam rangka menempatkan semua komponen yang menyusun ekosistem Wilayah Propinsi Papua Barat ikut diperhitungkan dalam perencanaan pengembangan wilayah dan investasi.