Pengenalan Bentuk Geometri Benda Menggunakan Faktor Kebundaran

dokumen-dokumen yang mirip
IDENTIFIKASI DAUN BERDASARKAN FAKTOR KEKOMPAKAN DAN FAKTOR KEBUNDARAN BENTUK DAUN

MKB3383 TEKNIK PENGOLAHAN CITRA Pemrosesan Citra Biner

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

APLIKASI TRANSFORMASI WATERSHED UNTUK SEGMENTASI CITRA DENGAN SPATIAL FILTER SEBAGAI PEMROSES AWAL

Implementasi Morphology Concept and Technique dalam Pengolahan Citra Digital Untuk Menentukan Batas Obyek dan Latar Belakang Citra

KLASIFIKASI TELUR AYAM DAN TELUR BURUNG PUYUH MENGGUNAKAN METODE CONNECTED COMPONENT ANALYSIS

BAB II TEORI DASAR PENGOLAHAN CITRA DIGITAL

PENERAPAN METODE SOBEL DAN GAUSSIAN DALAM MENDETEKSI TEPI DAN MEMPERBAIKI KUALITAS CITRA

Pola adalah entitas yang terdefinisi dan dapat diidentifikasi melalui ciri-cirinya (features).

BAB 2 LANDASAN TEORI. dari sudut pandang matematis, citra merupakan fungsi kontinyu dari intensitas cahaya

GLOSARIUM Adaptive thresholding Peng-ambangan adaptif Additive noise Derau tambahan Algoritma Moore Array Binary image Citra biner Brightness

DETEKSI POSISI PLAT NOMOR KENDARAAN BERMOTOR BERDASARKAN AREA CITRA

FAKULTAS TEKNIK (FT) PROGRAM TEKNIK INFORMATIKA UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI KEDIRI 2016

SEGMENTASI CITRA DIGITAL DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA WATERSHED DAN LOWPASS FILTER SEBAGAI PROSES AWAL ( November, 2013 )

BAB I PENDAHULUAN. Citra (image) istilah lain untuk gambar sebagai salah satu komponen

Binerisasi Otomatis Pada Citra Bergradasi Dengan Metode Variabel Dan Metode Iterasi

Pengantar Pengolahan Citra. Ade Sarah H., M. Kom

Penentuan Stadium Kanker Payudara dengan Metode Canny dan Global Feature Diameter

PERANCANGAN PEMBANGKIT TANDA TANGAN DIGITAL MENGGUNAKAN DIGITAL SIGNATURE STANDARD (DSS) Sudimanto

1. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Implementasi Noise Removal Menggunakan Wiener Filter untuk Perbaikan Citra Digital

PERBANDINGAN METODE PENDETEKSI TEPI STUDI KASUS : CITRA USG JANIN

IMPLEMENTASI METODE SPEED UP FEATURES DALAM MENDETEKSI WAJAH

PERBANDINGAN METODE ROBERTS DAN SOBEL DALAM MENDETEKSI TEPI SUATU CITRA DIGITAL. Lia Amelia (1) Rini Marwati (2) ABSTRAK

Klasifikasi Kualitas Keramik Menggunakan Metode Deteksi Tepi Laplacian of Gaussian dan Prewitt

BAB 2 LANDASAN TEORI

ANALISIS UNJUK KERJA MEDIAN FILTER PADA CITRA DIGITAL UNTUK PENINGKATAN KUALITAS CITRA

Implementasi Metode Run Length Encoding (RLE) untuk Kompresi Citra

Muhammad Zidny Naf an, M.Kom. Gasal 2015/2016

oleh: M BAHARUDIN GHANIY NRP

MAKALAH SEMINAR TUGAS AKHIR IDENTIFIKASI OBJEK BERDASARKAN BENTUK DAN UKURAN Dika Adi Khrisna*, Achmad Hidayatno**, R.

GRAFIK KOMPUTER DAN PENGOLAHAN CITRA. WAHYU PRATAMA, S.Kom., MMSI.

PENGENALAN POLA PLAT NOMOR KENDARAAN BERBASIS CHAIN CODE

Model Citra (bag. 2)

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

SEGMENTASI CITRA MEDIK MRI (MAGNETIC RESONANCE IMAGING) MENGGUNAKAN METODE REGION THRESHOLD

Pemampatan Citra. Esther Wibowo Erick Kurniawan

SISTEM PENGENALAN BUAH MENGGUNAKAN METODE DISCRETE COSINE TRANSFORM dan EUCLIDEAN DISTANCE

BINERISASI CITRA DOKUMEN DENGAN FILTERISASI HOMOMORPHIC

SATUAN ACARA PERKULIAHAN TEKNIK ELEKTRO ( IB ) MATA KULIAH / SEMESTER : PENGOLAHAN CITRA / 8 KODE MK / SKS / SIFAT : AK / 2 SKS / MK LOKAL

KOMPRESI CITRA (2) & SEGEMENTASI CITRA. Pertemuan 13 Mata Kuliah Pengolahan Citra

PENGOLAHAN CITRA DIGITAL ( DIGITAL IMAGE PROCESSING )

Oleh: Riza Prasetya Wicaksana

KOMPRESI CITRA. Pertemuan 12 Mata Pengolahan Citra

BAB I PENDAHULUAN. teknologi pengolahan citra (image processing) telah banyak dipakai di berbagai

BAB II CITRA DIGITAL

PENGOLAHAN CITRA DIGITAL

PENGOLAHAN CITRA DIGITAL

PENERAPAN SEGMENTASI MULTI KANAL DALAM MENDETEKSI SEL PARASIT PLASMODIUM SP. I Made Agus Wirahadi Putra 1, I Made Satria Wibawa 2 ABSTRAK

SAMPLING DAN KUANTISASI

KOMBINASI METODE MORPHOLOGICAL GRADIENT DAN TRANSFORMASI WATERSHED PADA PROSES SEGMENTASI CITRA DIGITAL

BAB II LANDASAN TEORI. Pengolahan Citra adalah pemrosesan citra, khususnya dengan menggunakan

Pertemuan 2 Representasi Citra

Proses memperbaiki kualitas citra agar mudah diinterpretasi oleh manusia atau komputer

BAB II LANDASAN TEORI

Perancangan Sistem Identifikasi Barcode Untuk Deteksi ID Produk Menggunakan Webcam

Pemampatan citra dengan menggunakan metode pemampatan kuantisasi SKRIPSI. Oleh : Sumitomo Fajar Nugroho M

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PENGKONVERSIAN IMAGE MENJADI TEKS UNTUK IDENTIFIKASI PLAT NOMOR KENDARAAN. Sudimanto

BAB II TI JAUA PUSTAKA

Operasi-Operasi Dasar pada Pengolahan Citra. Bertalya Universitas Gunadarma

BAB II LANDASAN TEORI

Suatu proses untuk mengubah sebuah citra menjadi citra baru sesuai dengan kebutuhan melalui berbagai cara.

Analisa Hasil Perbandingan Metode Low-Pass Filter Dengan Median Filter Untuk Optimalisasi Kualitas Citra Digital

SATUAN ACARA PERKULIAHAN ( SAP )

BAB II TEORI PENUNJANG

BAB 1V HASIL SIMULASI DAN ANALISIS

Program Aplikasi Komputer Pengenalan Angka Dengan Pose Jari Tangan Sebagai Media Pembelajaran Interaktif Anak Usia Dini

Pengolahan Citra (Image Processing)

SEGMENTASI CITRA BATIK BERDASARKAN FITUR TEKSTUR MENGGUNAKAN METODE FILTER GABOR DAN K-MEANS CLUSTERING

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS

APLIKASI PENGOLAHAN CITRA UNTUK IDENTIFIKASI KEMATANGAN MENTIMUN BERDASARKAN TEKSTUR KULIT BUAH MENGGUNAKAN METODE EKSTRAKSI CIRI STATISTIK

Pembentukan Citra. Bab Model Citra

Segmentasi Dan Pelabelan Pada Citra Panoramik Gigi

SISTEM PENJEJAK POSISI OBYEK BERBASIS UMPAN BALIK CITRA

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS

Representasi Citra. Bertalya. Universitas Gunadarma

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 3 PENGENALAN KARAKTER DENGAN GABUNGAN METODE STATISTIK DAN FCM

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

UJI COBA THRESHOLDING PADA CHANNEL RGB UNTUK BINARISASI CITRA PUPIL ABSTRAK

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV UJI COBA DAN ANALISIS

BAB II LANDASAN TEORI

DETEKSI KEBAKARAN BERBASIS WEBCAM SECARA REALTIME DENGAN PENGOLAHAN CITRA DIGITAL

(IMAGE ENHANCEMENT) Peningkatan kualitas citra di bagi menjadi dua kategori yaitu :

Implementasi Metode Hough Transform Pada Citra Skeletonisasi Dengan Menggunakan MATLAB 7.6. Intan Nur Lestari

IMPLEMENTASI METODE RETINEX UNTUK PENCERAHAN CITRA

TEKNIK PENGKERANGKAAN CITRA DIGITAL MEMPERGUNAKAN ALGORITMA STENTIFORD PADA INPUT CITRA DOKUMEN TEKS JAWA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Jurusan Ilmu Komputer Fakultas Matematika dan

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN PROGRAM APLIKASI

Rancang Bangun Sistem Pengujian Distorsi Menggunakan Concentric Circle Method Pada Kaca Spion Kendaraan Bermotor Kategori L3 Berbasis Edge Detection

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Meter Air. Gambar 2.1 Meter Air. Meter air merupakan alat untuk mengukur banyaknya aliran air secara terus

Fitur Bentuk Pada Citra. Achmad Basuki, Nana R PENS-ITS, 2008

Pendekatan Statistik Pada Domain Spasial dan Frekuensi untuk Mengetahui Tampilan Citra Yustina Retno Wahyu Utami 1)

Aplikasi Pengolahan Citra Dalam Pengenalan Pola Huruf Ngalagena Menggunakan MATLAB

Perancangan Sistem Pengujian Distorsi Kaca Spion Menggunakan Metode Radial Line

PPKF63108 DIGITAL IMAGE PROCESSING

Transkripsi:

Pengenalan Bentuk Geometri Benda Menggunakan Faktor Kebundaran Setia Astuti Abstract : To Identify the Geometric shape using roundness factor is creating programs to identify areas of geometric shapes circle, square, and triangle.this This identification program created using MATLAB software. The research used experimental methodology, while the literature study was done by searching information on the basis of the image and the theory of roundness. This identification program (round, square, and triangle) is expected to help identify the geometry of an object together with the value ratio. Keyword : Citra, Roundness Factor PENDAHULUAN Pola adalah entitas yang terdefinisi dan dapat diidentifikasi melalui ciri-cirinya (features). Ciri-ciri tersebut digunakan untuk membedakan suatu pola dengan pola lainnnya. Ciri-ciri yang bagus adalah ciri yang memiliki daya pembeda yang tinggi, sehingga pengelompokan pola bedasarkan ciri yang dimiliki dapat dilakukan dengan keakuratan yang tinggi. Ciri pada suatu pola diperoleh dari hasil pengukuran terhadap obyek uji. Khusus pada pola yang tedapat di dalam citra, ciri-ciri yang dapat diperoleh berasal dari informasi : Spasial : intensitas pixel, histogram, dan lain-lain. Tepi : arah, kekutan, dan lain-lain. Kontur : garis, ellips, linkaran, dan lain-lain. Wilayah/bentuk : keliling, luas, pusat massa, dan lain-lain. Hasil transformasi fourier : frekuensi, dan lain-lain. Pengenalan pola bertujuan menentukan kelompok atau kategori pola berdasarkan ciri-ciri yang dimiliki oleh pola tersebut. Dengan kata lain, pengenalan pola membedakan suatu obyek dengan objek lain. Terdapat dua Setia Astuti adalah Dosen Fakultas Ilmu Komputer UDINUS Semarang 53

54 Techno.Com, Vol. 7 No. 3, Nop 2008 pendekatan yang dilakukan dalam pengenalan pola: pendekatan secara statistik dan pendekatan secara sintaktik atau struktural. Pengenalan pola merupakan bidang dalam pembelajaran mesin dan dapat diartikan sebagai tindakan mengambil data mentah dan bertindak berdasarkan klasifikasi data. Dengan demikian, pengenalan pola merupakan himpunan kaidah bagi pembelajaran diselia (supervised learning). Setiap obyek dua dimensi pasti tentunya mempunyai bentuk, bentuk obyek yang satu dengan yang lain pasti berbeda-beda, ada yang berbentuk bujursangkar, bundar, segitiga, ellips dan lain-lain. Obyek-obyek tersebut terbentuk dari deretan piksel-piksel yang membentuk suatu pola tertentu. Bagaimana komputer mengidentifikasi atau menyebutkan bahwa obyek dua dimensi tersebut mempunyai bentuk bundar, bujursangkar dan bundar? Apa yang menjadi dasar komputer dapat menentukan obyek dua dimensi tersebut? Bagaimana membedakan benda geometris yang satu dengan yang lain. Berdasarkan latar belakang diatas ingin diketahui apakah suatu benda mempunyai bentuk (bundar, bujursangkar, dan segitiga) atau tidak. Biasanya obyek-obyek yang diteliti dalam pengenalan pola diambil dari image yang sudah jadi dalam bentuk jpg ataupun bmp. Penelitian menggunakan teori kebundaran yang akan diterapkan di pengenalan pola. Dalam teori kebundaran nilai kebundaran (ratio) itu berada 0<x<=1, dimana jika rasio mendekati nilai 0 maka obyek tersebut berbetuk garis dan sebaliknya mendekati 1 maka obyek tersebut berbentuk bundar. Lingkaran merupakan obyek yang paling bundar dimana nilai rasio sama dengan satu. Pengenalan Bentuk Geometeri Benda menggunakan Faktor Kebundaran menggunakan sample objek dua dimensi yang berbentuk bundar, bujursangkar dan segitiga. Parameter yang digunakan adalah L (luas obyek) dan P (luas garis tepi dari obyek). Dari kedua perimeter tersebut akan didapatkan sebuah nilai faktor kebundaran sehingga dari nilai tersebut kita dapat menentukan obyek tersebut termasuk golongan bundar, bujursangkar dan segitiga atau bukan dari ketiga-tiganya. TINJAUAN PUSTAKA Citra Secara harafiah, citra (image) adalah gambar pada bidang dwimatra (dua dimensi). Di tinjau dari sudut pandang matematis, citra merupakan fungsi menerus (continue) dari intensitas cahaya pada bidang dwimatra. Sumber cahaya menerangi objek, objek memantulkan kembali sebagian dari berkas cahaya tersebut. Pantulan cahaya ini ditangkap oleh alat-alat optik, misalnya mata pada manusia, kamera pemindai (scanner), dan sebagainya, sehingga bayangan obyek yang disebut citra tersebut terekam. Pengenalan Pola Pola adalah entitas yang terdefinisi dan dapat diidentifikasi melalui ciri-cirinya (features). Ciri-ciri tersebut digunakan untuk membedakan suatu pola dengan pola lainnnya. Cirri yang bagus adalah ciri

Pengenalan Bentuk Geometri Benda (Astuti) 55 yang memiliki daya pembeda yang tinggi, sehingga pengelompokan pola berdasarkan cirri yang dimiliki dapat dilakukan dengan keakuratan yang tinggi. Sebagai contoh, Pola Huruf Suara Tanda tangan Sidik jari Ciri tinggi, tebal, titik sudut, lengkungan garis, dan lain-lain Amplitude, frekuensi, nada, intonasi, warna, dan lain-lain. Panjang, kerumitan, tekanan, dan lain-lain. Lengkungan, jumlah garis, dan lain-lain. Ciri pada suatu pola diperoleh dari hasil pengukuran terhadap objek uji. Khusunya pada pola yang terdapat di dalam citra, cirri-ciri yang dapat diperoleh berasal dari informasi : Spasial : intensitas pixel, histogram, dan lain-lain. Tepi : arah, kekuatan, dan lain-lain. Kontur : garis, ellips, lingkaran, dan lain-lain. Wilayah / bentuk : keliling, luas, pusat massa, dan lain-lain. Hasil transformasi fourier : frekuensi. Pengenalan pola bertujuan menentukan kelompok atau kategori pola berdasarkan cirri-ciri yang dimiliki oleh pola tersebut. Dengan kata lain, pengenalan pola membedakan suatu objek dengan objek lain. Terdapat dua pendekatan yang dilakukan dalam pengenalan pola : pendekatan secara statistik dan pendekatan sintaktik atau structural. Citra Biner Citra biner adalah citra yang hanya mempunyai dua nilai derajat keabuan : hitam dan putih. Meskipun saat ini citra berwarna lebih disukai karena memberi kesan yang lebih kaya dari pada citra biner, namun tidak membuat citra biner mati. Definisi-definisi Dasar Pada Citra Biner o Tetangga Obyek terdiri dari beberapa, bahkan banyak sekali piksel yang saling bersambungan/terkoneksi. Dalam citra digital yang dipresentasikan dalam bentuk rangkaian bujursangkar persegi-empat (square tesselation), sebuah piksel mempunyai empat piksel tetangga yang bersentuhan sisi dan empat piksel tetangga lainnya yang bersentuhan sudut.

56 Techno.Com, Vol. 7 No. 3, Nop 2008 o Lintasan Sebuah deretan piksel yang terkoneksi secara 4-tetangga disebut 4-lintasan, demikian juga bila deretan piksel terkoneksi secara 8-tetangga disebut 8-lintasan. Pengertian lintasan ini akan menjadi penting manakala kita melakukan pemeriksaan tepi atau perimeter suatu obyek. Biasanya perimeter suatu obyek merupakan suatu deretan piksel 8-lintasan yang merupakan bagian terluar dari obyek, karena bagian terluar dari obyek tidak selalu rata seperti obyek berbentuk bujursangkar, akan tetapi dapat saja tidak rata seperti berbentuk ligkaran. Gambar dibawah memperlihatkan contoh sederhana dari 4-lintasan dan 8-lintasan. o Latar Depan Semua piksel dengan nilai bukan nol (milik obyek, lawannya adalah piksel bernilai nol, milik latar belakang) di dalam citra biner disebut latar depan, dan dilambangkan dengan S. semua jenis operasi pada citra biner dikenakan terhadap piksel-piksel ini. Biasanya, latar depan digunakan untuk menandai sebuah obyek. o Koneksitas Sebuah piksel a S dikatakan terkoneksi dengan b S jika ada lintasan dari a ke b yang mencangkup seluruh piksel dari S. Dengan demikian bila ada tiga piksel a, b, dan c dalam S berlaku : 1. piksel a terkoneksi pada a (sifat refleksi). 2. jika a terkoneksi pada b, maka b terkoneksi pada a (sifat komutatif). 3. jika p terkoneksi pada b dan b terkoneksi pada c, maka a terkoneksi pada c (sifat transitif). Aturan ini juga berlaku untuk piksel-piksel selanjutnya sehingga titik-titik atau piksel-piksel tadi membentuk sebuah obyek. Komponen Terkoneksi Sekumpulan piksel dimana setiap piksel terkoneksi pada seluruh piksel lainnya disebut komponen terkoneksi. Kadangkala sekumpulan piksel ini mewakili obyek, tetapi bisa juga mewakili bagian dari obyek, atau bahkan beberapa buah obyek. Dalam kasus lain sekumpulan piksel terkoneksi yang tidak terlalu besar mungkin merupakan noise yang harus dihapus. Dengan demikian komponen2 terkoneksi

Pengenalan Bentuk Geometri Benda (Astuti) 57 masih harus diproses dan diyakinkan terlebih dahulu bahwa ia merupakan representasi dari sebuah obyek, bila kita ingin menghitung ciri-ciri mendasar dari obyek. Sekumpulan komponen terkoneksi yang merupakan komplemen dari S disebut latar belakang dan dilambangkan dengan. Komponen lainnnya dari S yang tidak terkoneksi disebut lubang (holes), karena pasti berada di dalam S. Untuk menghindari kerancuan konsep ketersambungan, obyek dan latar belakang tidak boleh menggunakan definisi koneksitas yang sama. Umumnya obyek menggunakan koneksitas 8-tetangga dan latar belakang 4-tetangga. Perbatasan Perbatasan dari S adalah sekumpulan piksel dari S yang mempunyai sedikitnya satu piksel 4-tetangga dari dan dapat kita lambangkan dengan S. Perimeter suatu obyek yang merupakan deretan piksel 8- lintasan bagian terluar dari obyek, dapat dibentuk dengan mendeteksi piksel-piksel perbatasan ini sesuai dengan definisi yang diberikan. Pengkodean Citra Biner Citra biner umumnya dikodekan dengan metode run-length encoding (RLE). Metode pengkodean ini menghasilkan representasi citra yang mampat. Dua pendekatan yang digunakan dalam penerapan RLE pada citra biner : 1. Posisi awal kelompok nilai 1 dan panjangnya (length of runs) 2. Panjang run, dimulai dengan panjang run 1.

58 Techno.Com, Vol. 7 No. 3, Nop 2008 Contoh Misalkan citra binernya adalah sebagai berikut 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 Hasil pengkodean dengan menggunakan metode RLE: (i) pendekatan pertama : (1,3) (7,2) (12,4) (17,2) (20,3) (5,13) (19,4) (ii) pendekatan kedua 3,3,2,3,4,1,2,1,3 0,4,13,1,4 3,13,6 Pengukuran Jarak Pengukuran jarak dua piksel atau dua komponen dari citra diperlukan dalam banyak aplikasi, baik untuk tujuan akhir maupun untuk tujuan antara. Ada tiga cara yang umum digunakan untuk mengukur jarak dua buah titik pada citra, yaitu : 1. Enclidean 2. City-block 3. Chess board Pelabelan Komponen Bila citra mengandung obyek lebih dari satu, ciri-ciri mendasar dari masing-masing obyek dapat dihitung secara sendiri-sendiri melalui operasi pelabelan. Caranya adalah dengan menemukan komponen terkoneksi dalam citra, karena suatu komponen terkoneksi bisa mewakili sebuah obyek.

Pengenalan Bentuk Geometri Benda (Astuti) 59 Kumpulan piksel ini dianggap sebagai obyek tunggal, bila ia tidak lagi tersambung dengan kumpulan piksel lainnya. Algoritma untuk menemukan komponen terkoneksi dalam sebuah citra dan menandainya disebut operasi pelabelan komponen. Perhitungan ciri dari obyek-obyek akan rancu bila tanpa pelabelan. Filter Ukuran Adalah hal yang sangat umum untuk menemukan noise pada citra biner hasil proses binerisasi karena adanya kesalahan dalam mengelompokan piksel-piksel ke dalam golongannya. Biasanya noise ini berukuran kecil bila dibandingkan dengan bagian obyek dan dalam praktek biasanya besarnya obyek minimum diketahui, sehingga komponen terkoneksi dengan ukuran di bawah nilai tertentu dapat dianggap sebagai noise. Karena itu filter ukuran bisa digunakan untuk menghapus noise jenis ini. Nilai obyek dan noise masing-masing telah diberi label, maka ukuran mereka secara individu dapat dihitung, dan sekumpulan piksel dengan ukuran relatif kecil berarti noise sehingga dapat dihapus. Namun demikian pemilihan terhadap nilai maksimum dari besarnya noise yang akan dihapus perlu dilakukan secara hati-hati. Bila nilai batas yang diberikan terlalu besar, kemungkinan dapat menghapus bagian dari obyek dengan berbagai kemungkinannya. Kode Rantai Perbatasan suatu obyek dengan latar belakang adalah perimeter dari suatu obyek. Namun demikian ada sedikit perbedaan antara perbatasan dengan perimeter, yaitu perbatasan juga menyertakan piksel-piksel perbatasan yang disebabkan oleh adanya lubang-lubang pada obyek, misalnya lubang yang ditimbulkan akibat operasi binerisasi yang kurang baik, atau akibat adanya noda gelap pada obyek yang terang sebelum operasi binerisasi. Untuk mendapatkan nilai perimeter suatu obyek, piksel-piksel pada bagian tengah bunga harus dihilangkan. Hal ini dapat dilakukan dengan menelusuri sekali lagi piksel-piksel perbatasan dari satu

60 Techno.Com, Vol. 7 No. 3, Nop 2008 titik hingga kembali ke titik tersebut. Dengan demikian maka perbatasan dalam, yaitu piksel-piksel yang timbul akibat adanya lubang tidak akan terbaca karena tidak tersambung dengan perbatasan luar. Teknik ini menghasilkan suatu informasi tersendiri yang disebut kode rantai, karena menghasilkan suatu kode yang menunjukan arah pergerakan dari perbatasan luar yang saling menyambung membentuk rantai. 1 2 3 8 4 7 6 5 Area dan Perimeter Area adalah jumlah piksel dalam S, jadi bila dalam satu citra terdapat lebih dari satu kompinen, S 1,S 2, S n maka akan ada A 1,A 2, A n. Jadi nilai area suatu suatu obyek adalah jumlah dari piksel-piksel penyusun obyek tersebut dan unit yang umum digunakan adalah piksel, karena sejumlah piksel atdi membentuk suatu luasan. Area dapat mencerminkan ukuran atau berat obyek sesungguhnya pada beberapa benda pejal dengan bentuk yang hamper seragam (misalnya buah mangga, semangga, dan lainlain), tetapi tidak demikian untukbenda yang berongga (misalnya paprika). Perimeter, seperti telah disinggung sebelumnya adalah bagian terluar dari suatu obyek yang bersebelahan dengan piksel atau piksel-piksel dari latar belakang. Oleh karena itu perimeter mempunyai beberapa definisi yang berbeda namun sebenarnya mempunyai maksud yang sama. Ketiga definisi tersebut adalah: 1. jumlah panjang garis yang memisahkan sepasang piksel p dan q dimana p S dan q Ŝ. 2. jumlah langkah yang diambil dalam menemukan batas daerah. 3. jumlah piksel dari batas daerah. Dari ketiga definisi di atas, definisi ketiga lebih mudah dilakukan dan lebih banyak digunakan. Namun piksel-piksel perbatasan yang disebabkan oleh adanya lubang pada obyek (seperti telah disinggung sebelumnya) harus dihilangkan, atau tidak termasuk dalam perhitungan jumlah piksel perbatasan. Jadi nilai perimeter suatu obyek dapat dicari dengan menghitung banyaknya piksel yang merupakan pikselpiksel yang berbeda pada perbatasan obyek tersebut, seperti terlihat pada Gambar 2.7. Kombinasi beberapa sifat geometri obyek dapat digunakan untuk menganalisis bentuk obyek tersebut melalaui perhitungan faktor bentuk tak berdimensi. Kekompakan (compactness) suatu obyek dapat diukur melalui analisis faktor bentuk tak berdimensi dengan ketidasksamaan isoperimetric yang diwakili persamaan sebagai berikut: 4 A R 2 P

Pengenalan Bentuk Geometri Benda (Astuti) 61 dimana R, A dan P masing-masing adalah kekompakan, area, dan perimeter. Dengan menganalisis faktor bentuk kekompakan, obyek-obyek dengan tepi yang rata akan memperlihatkan nilai yang berbeda dengan obyek-obyek dengan tepi yang bergerigi. Hal ini dapat digunakan misalnya untuk mengidentifikasi bentuk dan ukuran obyek yang sama, tetapi dengan profil tepi yang berbeda. Obyek dengan tepi yang rata akan memberikan nilai R sekitar 1, dan semakin mengecil bila tepinya tidak rata atau membentuk lintasan yang berliku-liku. Dengan cara ini, lingkaran adalah bentuk yang paling bundar dengan nilai rasio sekitar 1, dan semakin mengecil ketika obyek berbentuk memanjang (elips atau garis). Bila lingkaran diubah menjadi elips maka nilai ratio A/L² mengecil dan mendekati nol untuk sebuah garis. Dengan sifat yang demikian nilai, kebundaran dapat digunakan untuk menggolongkan bentuk obyek yang dihubungkan dengan bentuk bundar dan bentuk memanjang seperti yang banyak dijumpai pada jenis buah-buahan. Contoh : Citra pada gambar dibawah ini akan dihitung Area, Perimeter, Kekompakan dan kebundaranya A = jumlah piksel di baris ke-1 + baris ke-2 +..+baris ke-8 = 4+2+4+8+8+8+6+4 = 44 piksel P = jumlah piksel dari batas daerah = 28 piksel 4 A 4.3,14.44 R = 0, 704 2 2 P 28

62 Techno.Com, Vol. 7 No. 3, Nop 2008 ANALISA DAN PEMBAHASAN Pengumpulan data melalui pencatatan langsung dari percobaan atau perhitungan untuk mengenali bentuk bidang lingkaran, bujursangkar, dan segitiga dengan menggunakan teori kebundaran. Citra Warna Citra Grayscale Citra Treshold Filtering Roundness / kebundaran Citra Hasil Roundness Citra Filter Sample yang diuji diambil dari webcame atau sudah berupa image. Image yang tadinya berwarna kemudian di ubah menjadi grayscale (2 warna hitam dan putih). Citra hitam putih kemudian di threshold menjadi nilai biner 0 dan 1. Citra biner kemudian di filter. Tujuan dari filter agar image yang tidak digunakan bisa dapat dihapus. Kemudian pencarian kebundaran dari obyek. Dari kebundaran obyek akan didapatkan nilai faktor kebundaran sehingga dapat ditentukan obyek tersebut termasuk bundar, bujursangkar, dan segitiga atau mungkin bukan ketiganya. Tabel Obyek diameter sama (lingkaran) No Obyek dengan diameter sama Nilai kebundaran 1. D=50 piksel 0,93 2. D=100 piksel 0,91 3 D=150 piksel 0,91 4 D=200 piksel 0,91 5 D=250 piksel 0,91

Pengenalan Bentuk Geometri Benda (Astuti) 63 6 D=300 piksel 0,90 7 D=350 piksel 0,90 8 D=400 piksel 0,90 9 D=450 piksel 0,90 10 D=500 piksel 0,90 Tabel Obyek diameter berbeda (ellips) No Obyek dengan diameter berbeda Nilai kebundaran 1. D1=500 piksel, D2=50 piksel 0,23 2. D1=500 piksel, D2=100 piksel 0,41 3 D1=500 piksel, D2=150 piksel 0,56 4 D1=500 piksel, D2=200 piksel 0,68 5 D1=500 piksel, D2=250 piksel 0,76 6 D1=500 piksel, D2=300 piksel 0,82 7 D1=500 piksel, D2=350 piksel 0,86 8 D1=500 piksel, D2=400 piksel 0,89 9 D1=500 piksel, D2=450 piksel 0,90 10 D1=500 piksel, D2=500 piksel 0,90 Tabel Obyek sisi sama (bujursangkar) No Obyek-obyek persegi (piksel) Nilai kebundaran 1. S=50 piksel 0,82 2. S=100 piksel 0,80 3 S=150 piksel 0,80

64 Techno.Com, Vol. 7 No. 3, Nop 2008 4 S=200 piksel 0,79 5 S=250 piksel 0,79 6 S=300 piksel 0,79 7 S=350 piksel 0,79 8 S=400 piksel 0,79 9 S=450 piksel 0,79 10 S=500 piksel 0,79 Tabel obyek sisi berbeda (persegi panjang) No Obyek-obyek persegi panjang (piksel) Nilai kebundaran 1. P=500 piksel, L=50 piksel 0,26 2. P=500 piksel, L=100 piksel 0,44 3 P=500 piksel, L=150 piksel 0,56 4 P=500 piksel, L=200 piksel 0,64 5 P=500 piksel, L=250 piksel 0,70 6 P=500 piksel, L=300 piksel 0,74 7 P=500 piksel, L=350 piksel 0,76 8 P=500 piksel, L=400 piksel 0,78 9 P=500 piksel, L=450 piksel 0,79 10 P=500 piksel, L=500 piksel 0,79 Tabel obyek sisi sama (segitiga sama sisi) No Obyek-obyek segitiga (piksel) Nilai kebundaran 1. S=55 piksel 0,59 2. S=96 piksel 0,58 3 S=159,7 piksel 0,56

Pengenalan Bentuk Geometri Benda (Astuti) 65 4 S=204,7 piksel 0,56 5 S=222,5 piksel 0,56 6 S=257,9 piksel 0,56 7 S=301,0 piksel 0,56 8 S=312,8 piksel 0,56 9 S=452,4 piksel 0,55 10 S=500,9 piksel 0,55 Tabel obyek sisi berbeda (segitiga sembarang) No Obyek-obyek segitiga dengan sisi yang berbeda Nilai kebundaran 1. S 1 =145,7 s 2 =137,8 s 3 =212,2 0,46 2. S 1 =202 s 2 =210,1 s 3 =395 0,21 3 S 1 =117,5 s 2 =293,3 s 3 =357,9 0,32 4 S 1 =180,6 s 2 =208 s 3 =104,8 0,47 5 S 1 =58,7 s 2 =55,4 s 3 =51,0 0,60 6 S 1 =125,7 s 2 =118.2 s 3 =125,7 0,55 7 S 1 =326,2 s 2 =241,2 s 3 =442,7 0,45 8 S 1 =162,0 s 2 =156,9 s 3 =53 0,36 9 S 1 =42,4 s 2 =36,1 s 3 =36 0,60 10 S 1 =113,2 s 2 =95,2 s 3 =99 0,57 KESIMPULAN Dari pembahasan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Faktor kebundaran obyek dengan bentuk bundar adalah 0.9-1, Faktor kebundaran obyek dengan bentuk bujursangkar adalah 0,79-0,82, dan Faktor kebundaran obyek dengan bentuk segitiga adalah 0,55-0,60.

66 Techno.Com, Vol. 7 No. 3, Nop 2008 2. Untuk obyek dengan diameter yang berbeda (ellips) dan sisi yang berbeda (segita sembarang dan persegi panjang) mempunyai range nilai kebundaran dari obyek yang berdiameter dan sisi yang sama yaitu antara 0 1 sehingga nilai kebundarannya dari obyek dengan diameter dan sisi yang berbeda tidak bisa dijadikan sebagai acuan dalam menentukan obyek-obyek dalam bentuk bundar, bujursangkar, dan segitiga. DAFTAR PUSTAKA 1. Haykin, S. 1994. Neural Networks. Macmillan College Publishing Company, Inc, New York. 2. Munir, Rinaldi. 2004. Pengolahan Citra Digital dengan Pendekatan Algoritmik. Bandung : Informatika. 3. Murni, Aniati. 1992. Pengantar Pengolahan Citra. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. 4. Paulus, Erick S.Si, M.Kom, dan Nataliani, Yessica, S.Si., M.Kom. 2007. Cepat Mahir GUI Matlab. Yogyakarta : Andi. 5. Ch.Wijaya, Marvin dan Prijono, Agus. 2007. Pengolahan Citra Digital Menggunakan Matlab. Bandung : Informatika. 6. http://www.cert.or.id/~budi/presentations/intro-nn.ppt, 22/Maret/2010