MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI DAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS SISWA SEKOLAH DASAR DENGAN MODEL MISSOURI MATHEMATICS PROJECT (MMP)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (UU Sisdiknas 2003:5).

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional) Pasal 37 menegaskan bahwa mata pelajaran matematika

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia merupakan faktor penting dalam membangun suatu

Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematis melalui Pembelajaran berbasis Masalah

PEMAHAMAN KONSEP DAN KOMUNIKASI MATEMATIK DENGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF CO-OP CO-OP

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. (dalam Risna, 2011) yang menyatakan bahwa: Soejadi (2000) mengemukakan bahwa pendidikan matematika memiliki dua

BAB I PENDAHULUAN. Matematika adalah salah satu ilmu dasar, yang sangat berperan penting

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN, KONEKSI DAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SEKOLAH DASAR (SD) MELALUI RECIPROCAL TEACHING

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tujuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) untuk mata

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Helen Martanilova, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi yang begitu pesat

BAB I PENDAHULUAN. dalam proses belajar sehingga mereka dapat mencapai tujuan pendidikan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Krulik dan Rudnick (Fachrurazi, 2011: 81) mengemukakan bahwa yang termasuk

PENGUNAAN RECIPROCAL TEACHING UNTUK MENGEMBANGKAN KOMUNIKASI MATEMATIS

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang konsep, kaidah,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Depdiknas (2006) mengungkapkan bahwa dalam pendidikan, siswa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam setiap kurikulum pendidikan nasional, mata pelajaran

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam pengembangan kemampuan matematis peserta didik. Matematika

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini sangat berperan dalam upaya

Senada dengan standar isi dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006, The National Council of Teachers of Mathematics

I. PENDAHULUAN. Sejarah suatu bangsa dapat dilihat dari perkembangan pendidikan yang diperoleh

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang berkualitas, berkarakter dan mampu berkompetensi dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di dunia secara global dan

BAB I PENDAHULUAN. terutama dalam mata pelajaran matematika sejauh ini telah mengalami

BAB I PENDAHULUAN. kesamaan, perbedaan, konsistensi dan inkonsistensi. tahu, membuat prediksi dan dugaan, serta mencoba-coba.

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pembelajaran matematika di sekolah, menurut. Kurikulum 2004, adalah membantu siswa mengembangkan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran Model Treffinger Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Dan Koneksi Matematis Siswa

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan sains dan teknologi merupakan salah satu alasan tentang

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi dalam kehidupan sehari-hari sangatlah penting. Manusia tidak

BAB I PENDAHULUAN. secara terus menerus sesuai dengan level kognitif siswa. Dalam proses belajar

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam pembelajaran, berbagai masalah sering dialami oleh guru.

I. PENDAHULUAN. kreatif, terampil, bertanggung jawab, produktif, dan berakhlak. Fungsi lain dari

PENDEKATAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS

BAB 1 PENDAHULUAN. Hal tersebut merupakan sesuatu yang sangat penting untuk menentukan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan aspek penting yang menjadi salah satu prioritas utama

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah AgusPrasetyo, 2015

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dan kreativitasnya melalui kegiatan belajar. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan sains dan teknologi merupakan salah satu alasan tentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan informasi atau mengkomunikasikan ide-ide melalui lisan, tulisan,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF MELALUI AKTIVITAS MENULIS MATEMATIKA DAN PEMBELAJARAN LANGSUNG TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMP

I. PENDAHULUAN. membantu proses pembangunan di semua aspek kehidupan bangsa salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) di dunia secara. global dan kompetitif memerlukan generasi yang memiliki kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, antara lain pembaharuan kurikulum, peningkatan kualitas tenaga. pendidik dan peningkatan sarana dan pra sarana.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

II. TINJAUAN PUSTAKA. dua orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami. Untuk

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sri Asnawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nurul Qomar, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan daya pikir manusia. Perkembangan teknologi dan informasi

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam berbagai bidang kehidupan. Sebagai salah satu disiplin ilmu yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Hubungan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis dengan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai mahluk yang diberikan kelebihan oleh Allah swt dengan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam rangka mengembangkan kemampuan siswa bekerja sama dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam upaya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dedi Abdurozak, 2013

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu upaya untuk memberikan pengetahuan, wawasan,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nurningsih, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dianggap sebagai pelajaran yang sulit dan kenyataannya sampai saat ini mutu pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan matematika merupakan salah satu unsur utama dalam. mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hakikatnya matematika

BAB I PENDAHULUAN. pesat terutama dalam bidang telekomunikasi dan informasi. Sebagai akibat

BAB I PENDAHULUAN. Hani Handayani, 2013

BAB V PEMBAHASAN PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran berbasis masalah (Problem-based Learning), adalah model

TINJAUAN PUSTAKA. 1. Strategi Thinking Aloud Pair Problem Solving (TAPPS) Felder (1994: 5) menjelaskan bahwa dalam strategi TAPPS siswa mengerjakan

BAB I PENDAHULUAN. Peran pendidikan matematika sangat penting bagi upaya menciptakan sumber

BAB I PENDAHULUAN. menurut National Council of Teachers of Mathematics tahun 1989 (dalam Yuliani,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI DAN KONEKSI MATEMATIK SISWA SMP MELALUI STRATEGI THINK TALK WRITE

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Suci Primayu Megalia, 2013

BAB I PENDAHULUAN. karena matematika sebagai ilmu, memiliki struktur dan keterkaitan yang kuat dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yeni Febrianti, 2014

Siti Chotimah Pendidikan Matematika, STKIP Siliwangi Bandung

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tujuan pembelajaran matematika diantaranya adalah mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) (BSNP,

BAB II KAJIAN TEORETIS. A. Metode Pembelajaran Delikan, Kemampuan Komunikasi, Pembelajaran Konvensional, dan Sikap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

A. LATAR BELAKANG MASALAH

PENDAHULUAN. Leli Nurlathifah, 2015

2014 PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN DAN REPRESENTASI MATEMATIS MELALUI PEMBELAJARAN DENGAN STRATEGI THINK TALK WRITE (TTW) DI SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan pembelajaran yang dibangun oleh guru dan siswa adalah kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu matematika sampai saat ini, seperti Pythagoras, Plato,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. atau menangkap segala perisitiwa disekitarnya. Dalam kamus bahasa Indonesia. kesanggupan kecakapan, atau kekuatan berusaha.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI DAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS SISWA SEKOLAH DASAR DENGAN MODEL MISSOURI MATHEMATICS PROJECT (MMP) SRI PURWANTI IAIN RADEN INTAN LAMPUNG Abstrak Kemampuan berpikir kritis matematis merupakan salah satu kemampuan yang dimiliki siswa, agar siswa dapat memecahkan secara kritis persoalanpersoalan yang dihadapi dalam dunia yang senantiasa berubah. Dengan memperhatikan pentingnya kemampuan berpikir kritis yang perlu dimiliki siswa, maka pengembangan kemampuan berpikir kritis merupakan hal yang perlu dilakukan mulai dari jenjang sekolah dasar sampai menengah. Model pembelajaran Missouri Mathematics Project (MMP) merupakan salah satu model pembelajaran yang membantu siswa Ssekolah Dasar dalam memahami konsep matematika khususnya kemampuan komunikasi dan kemampuan berpikir kritis matematis. Dengan demikian siswa berani mengungkapkan ide-ide atau gagasan dalam pembelajaran matematika, serta mampu berpikir kritis dalam memecahkan permasalahan sehari-hari. Dengan pembelajaran seperti ini, siswa sebagai subjek belajar dilibatkan dalam menemukan konsep-konsep pelajaran yang harus dikuasainya. Hal ini menyebabkan konsep-konsep yang diberikan, membekas tajam dalam ingatan siswa. Dengan demikian, siswa dapat menjawab tes, baik itu tes akhir semester maupun ujian nasional. Kata Kunci: komunikasi, berpikir kritis, pembelajaran matematika A. PENDAHULUAN Matematika mempunyai ciri-ciri khusus sehingga pendidikan dan pengajaran matematika perlu ditangani secara khusus pula. Salah satu ciri khusus matematika adalah sifatnya yang menekankan pada proses deduktif yang memerlukan penalaran logis dan aksiomatik. Demikian pula matematika sebagai proses yang aktif, dinamik dan generatif melalui kegiatan matematika ( doing 110

math), memberikan sumbangan yang penting kepada siswa dalam pengembangan nalar, bepikir logis, sistematik, kritis, cermat dan bersikap objektif serta terbuka dalam menghadapi berbagai permasalahan. Matematika sangat penting diberikan di Sekolah Dasar maupun menengah hingga perguruan tinggi, dalam upaya meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas. Proses pembelajaran matematika akan lebih efektif dan bermakna apabila siswa berpartisipasi aktif. Salah satu ciri kebermaknaan dalam proses belajar mengajar adalah adanya keterlibatan atau partisipasi siswa dalam proses belajar mengajar. Partisipasi merupakan suatu sikap berperan serta, ikut serta, keterlibatan atau proses belajar bersama saling memahami, menganalisis, merencanakan dan melakukan tindakan. Tujuan pembelajaran matematika menurut National Council of Teachers of Mathematics (2000) yang menetapkan standar-standar kemampuan matematis seperti pemecahan masalah, penalaran dan pembuktian, komunikasi, koneksi dan representasi, seharusnya dapat dimiliki oleh peserta didik. Hal ini disebabkan matematika berperan meningkatkan kemampuan siswa dalam bernalar dengan menggunakan logika matematika. Demikian pula dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dinyatakan bahwa setelah pembelajaran siswa harus memiliki seperangkat kompetensi matematika yang harus ditunjukan pada hasil belajarnya dalam mata pelajaran matematika (standar kompetensi). Adapun kecakapan atau kemahiran matematika yang diharapkan dapat tercapai siswa dalam belajar matematika mulai dari SD, SMP sampai SMA adalah sebagai berikut: (1) pemahaman konsep; (2) penalaran; (3) komunikasi; (4) pemecahan masalah; (5) dan memiliki sikap menghargai kegunaaan matematika dalam kehidupan. Jelas bahwa komunikasi merupakan kemampuan yang harus dimiliki siswa sebagai standar yang harus dikembangkan (Depdiknas, 2006). Menurut Wahyudin (dalam Juariah, 2008: 6) ada 13 alasan mengapa matematika diajarkan. Dua diantaranya: (1) matematika itu sebagai alat komunikasi yang tangguh, singkat, padat dan tak memiliki arti ganda. (2) matematika adalah alat tangguh komunikasi untuk menghadirkan, menjelaskan, 111

dan memprediksi juga sebagai alat komunikasi informasi yang singkat padat karena matematika menggunakan secar intensif notasi-notasi simbol. Menurut Kusumah (2008) komunikasi merupakan bagian yang sangat penting dalam pembelajaran matematika. Melalui komunikasi ide matematika dapat dieksploitasi dalam berbagai perspektif, cara berpikir siswa dipertajam, pertumbuhan pemahaman dapat diukur, pemikiran siswa dapat dikonsolidasikan dan diorganisir, pengetahuan matematika siswa dapat dikonstruksi, penalaran siswa dapat ditingkatkan dan komunitas matematika dapat dibentuk. Salah satu di antara keterampilan matematis yang perlu dikembangkan yaitu kemampuan komunikasi. Kemampuan komunikasi dalam matematika merupakan keterampilan siswa dalam mengekspresikan ide-ide matematika/ simbol matematika, kemampuan memahami, menginterprestasikan dan menjelaskan istilah-istilah dan notasi matematika baik secara lisan maupun tulisan. Kemampuan komunikasi matematis siswa dapat terjadi jika proses pembelajaran terjadi dalam komunikasi dua arah yakni salah satunya melalui diskusi, melalui diskusi dan pembelajaran berkelompok siswa dapat mengkomunikasikan pemikiran mereka pada teman-teman sekelas dan guru. Selain kemampuan komunikasi matematis, aspek lain yang ditekankan dalam pembelajaran matematika adalah aspek kemampuan berpikir kritis matematis. Surya (dalam Karim, 2010) mengemukakan bahwa siswa menggunakan kemampuan berpikirnya untuk memahami pengetahuan dan memecahkan masalah. Berpikir kritis sangat di perlukan oleh siswa. Berpikir kritis dapat bermanfaat untuk menghadapi berbagai kemungkinan dan kemampuan berpikir kritis ini memiliki karakteristik yang paling mungkin dapat dikembangkan melalui pembelajaran matematika (Depdiknas, 2003). Kemampuan berpikir kritis matematis merupakan salah satu kemampuan yang dimiliki siswa, agar siswa dapat memecahkan secara kritis persoalanpersoalan yang dihadapi dalam dunia yang senantiasa berubah. Dengan memperhatikan pentingnya kemampuan berpikir kritis yang perlu dimiliki siswa, maka pengembangan kemampuan berpikir kritis merupakan hal yang perlu dilakukan mulai dari jenjang sekolah dasar sampai menengah. 112

Pembelajaran matematika yang dapat mengembangkan kemampuan komunikasi dan berpikir kritis matematis adalah pembelajaran matematika yang memberikan keleluasaan berpikir kepada siswa untuk mengkonstruksi pengetahuannya sendiri. Pembelajaran tersebut tentu harus berpusat kepada siswa, sedangkan peran guru dalam pembelajaran ini tidak hanya sebagai penyampai informasi saja melainkan sebagai fasilitator, motivator dan pembimbing yang akan memberikan kesempatan siswa untuk belajar secara aktif dan mengembangkan kemampuan berpikir. Siswa didorong untuk aktif dalam pembelajaran. Sumarmo (2000) menyatakan agar pembelajaran dapat memaksimalkan proses dan hasil belajar matematika, guru perlu mendorong siswa untuk terlibat secara aktif dalam diskusi, bertanya serta menjawab pertanyaan, berpikir secara kritis, menjelaskan setiap jawaban yang diberikan serta mengajukan alasan untuk setiap jawaban yang diajukan. Pembelajaran matematika yang diberikan hendaknya menggunakan metode, strategi, teknik maupun model. Model pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan komunikasi dan berpikir kritis matematis siswa adalah model pembelajaran Missouri Mathematics Project (MMP). Model MMP merupakan model pembelajaran yang terstruktur yang meliputi review, pengembangan, latihan terkontrol, seatwork (kerja mandiri) dan penugasan (pekerjaan rumah/pr). Model pembelajaran MMP memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja dalam kelompok dalam langkah latihan terkontrol dan memgaplikasikannya pemahaman siswa sendiri dengan bekerja sendiri dalam langkah seat work. Pada model ini siswa diberikan tugas proyek (dalam hal ini berupa Lembar Kerja Siswa/LKS) yang berisi sederetan soal dan perintah yang mengembangkan satu ide atau konsep matematika yang dapat dikerjakan secara kelompok atau individu dan siswa diberikan ruang untuk mengaplikasikan pemahamannya. B. PEMBAHASAN 1. Model Pembelajaran Missouri Mathematics Project (MMP) Model pembelajaran MMP adalah pembelajaran yang terstruktur seperti halnya Struktur Pembelajaran Matematika (SPM), tetapi MMP mengalami 113

perkembangan dengan langkah-langkah yang terstruktur dengan baik. Kelebihan MMP diantaranya banyak materi yang dapat disampaikan kepada siswa dan siswa dapat terampil mengerjakan soal karena banyaknya latihan yang diberikan. Good dan Grows (1979) telah mengkaji suatu bentuk pengajaran matematika Missouri. Mereka menyatakan bahwa enam tingkah laku guru yang efektif adalah: a. Mengelola kelas secara klasikal b. Menyajikan informasi secara jelas c. Memfokuskan kelas terhadap tugas-tugas d. Menciptakan lingkungan belajar yang sesuai e. Mengharapkan pencapaian yang tinggi terhadap siswa-siswanya f. Menggunakan pengalaman mengajar untuk memperkecil gangguan dalam pembelajaran. Menurut Faulkner (dalam Sunawan, 2008: 19-20) menyatakan bahwa kajian yang dilakukan oleh Good dan Grows ditujukan untuk membuat matematika lebih bermakna sehingga meningkatkan pembelajaran yang dilakukan oleh siswa. Kajian tersebut kemudian dikenal dengan Missouri Mathematics Project (MMP). Menurut Convey dalam Krismanto (2003: 12) MMP memuat 5 langkah sebagai berikut: a. Pendahuluan atau Review 1. Membahas PR 2. Meninjau ulang pelajaran yang lalu, terutama yang berkaitan dengan materi baru 3. Membangkitkan motivasi b. Pengembangan Guru menyajikan ide baru sebagai perluasan konsep matematika terdahulu. Siswa diberi tahu tujuan pembelajaran yang memiliki antisipasi tentang sasaran pembelajaran. Penjelasan, diskusi interaktif antara guru dan siswa harus disajikan termasuk demonstrasi konkrit yang sifatnya simbolik. Guru mendemonstrasikan 50% waktu pelajaran untuk pengembangan. Pengembangan akan lebih bijaksana bila disajikan dan dikombinasikan 114

dengan latihan terkontrol untuk meyakinkan bahwa siswa mengikuti penyajian materi baru yang akan dipelajari. c. Latihan dan bimbingan guru 1. Siswa diminta merespon satu rangkaian soal sambil guru mengamati. 2. Guru mengamati setiap langkah yang lalui siswa. 3. Belajar kooperatif, guru harus memasukkan rincian khusus tanggung jawab kelompok dan ganjaran individual berdasarkan pencapaian materi yang di pelajari. d. Kerja mandiri (seatwork) Siswa bekerja sendiri untuk latihan atau perluasan konsep pada langkah 2 (pengembangan). e. Penutup 1. Siswa merangkum pelajaran, membuat renungan tentang hal-hal baik yang sudah dilakukan serta hal-hal yang kurang baik yang harus dihilangkan. 2. Mamberikan tugas pekerjaan rumah (PR). Dalam model pembelajaran MMP hal yang sangat ditekankan adalah pada pembelajaran kooperatif dan kemandirian siswa. Pada model pembelajaran MMP siswa akan diberikan tugas proyek yang berisi sederetan soal atau perintah untuk mengembangkan suatu ide atau konsep matematika. Tugas proyek ini antara lain dimaksudkan untuk memperbaiki kemampuan komunikasi dan berpikir kritis matematis siswa. Tugas proyek ini dapat diselesaikan secara individu (pada langkah seatwork), berkelompok (pada langkah latihan terkontrol) atau bersamasama dengan seluruh siswa dalam kelas (pada langkah pengembangan). Jadi tugas proyek matematika merupakan suatu tugas yang meminta siswa menghasilkan sesuatu oleh diri siswa sendiri. Dengan tugas proyek tersebut siswa diharapkan mampu mengembangkan kemampuan komunikasi matematis yang ada pada diri siswa dengan cara menyelesaikan tugas secara berkelompok sehingga terjadi diskusi antara anggota kelompok untuk menyelesaikan soal-soal yang diberikan oleh guru. Kemampuan berpikir kritis matematis siswa terjadi pada tahap latihan mandiri dengan memberikan soal latihan-latihan kembali. 115

2. Komunikasi, Berpikir Kritis Matematis dalam MMP Komunikasi secara umum dapat diartikan sebagai suatu cara untuk menyampaikan suatu pesan dari pembawa pesan ke penerima pesan untuk memberitahu, pendapat atau perilaku baik langsung secara lisan maupun tak langsung melalaui media. Didalam berkomunikasi tersebut harus dipikirkan bagaimana caranya pesan yang disampaikan seseorang itu dapat dipahami oleh orang lain. Untuk mengembangkan kemampuan komunikasi orang dapat menyampaikan dengan berbagai bahasa termasuk bahasa matematis.dalam matematika, berkomunikasi mencakup ketrampilan /kemampuan untuk membaca, menulis, menelaah dan merespon suatu informasi. Dalam komunikasi matematika, siswa dilibatkan secara aktif untuk berbagi ide dengan siswa lain dalam mengerjakan soal-soal matematika. Kemampuan komunikasi matematis dapat diartikan sebagai suatu kemampuan siswa dalam menyampaikan sesuatu yang diketahuinya melalui dialog atau saling berinteraksi di dalam kelas dalam proses pembelajaran, di mana terjadi pengalihan pesan. Pesan yang dialihkan berisi tentang materi matematika yang dipelajari siswa misalnya berupa penyampaian konsep, rumus atau strategi dalam menyelesaikan suatu permasalahan dalam pembelajaran. Para pengalih yang terlibat dalam peristiwa komunikasi dikelas adalah guru dengan siswa dan siswa dengan siswa. Cara pengalihan pesannya dapat secara lisan maupun tertulis. Depdiknas (2006: 8) menyatakan bahwa mengkomunikasik an gagasan dengan bahasa matematika justru lebih praktis, sistematis dan efesien. Menurut Turmudi (2008) proses komunikasi membantu siswa membangun makna dan kelengkapan gagasan dan membuat hal ini menjadi milik publik, sedangkan menurut Cobb (dalam S aragih, 2007) menyatakan dengan siswa mengkomunikasikan pengetahuan yang dimilikinya, maka dapat terjadi renegosiasi respon antarsiswa dan peran guru diharapkan hanya sebagai filter dalam proses pembelajaran. Komunikasi dalam matematika atau komunikasi matematis merupakan aktivitas baik fisik maupun mental dalam mendengarkan, membaca, menulis, berbicara, merefleksikan dan mendemonstrasikan serta menggunakan bahasa dan simbol untuk mengkomunikasikan gagasan-gagasan matematika.untuk melihat 116

kemampuan komunikasi matematis siswa dalam pembelajaran matematika dapat dilihat dari indikator-indikator kemampuan komunikasi dalam matematika. Banyak pendapat yang mengemukakan tentang indikator-indikator komunikasi matematika. Komunikasi matematis menjadi penting karena matematika dipandang sebagai alat komunikasi (bahasa matematika) dalam arti matematika sebagai bahasa simbol yang terlukis dalam proses simbolisasi dan formulasi yaitu mengubah pernyataan kedalam bentuk rumus, simbol atau gambar. Menurut Sumarno (2000) mengemukakan bahwa, salah satu hakekat matematika itu adalah sebagai bahasa simbol. Bahasa simbol mengandung makna bahwa matematika bersifat universal dan dapat dipahami oleh setiap orang kapan dan dimana saja. Setiap simbol mempunyai arti yang jelas, dan disepakati secara bersama oleh semua orang. Dengan adanya bahasa simbol dalam matematika, maka komunikasi antar individu atau komunikasi antara individu dengan suatu obyek menjadi lebih mudah. Sebagai contoh, penyajian data dalam bentuk tabel, diagram atau grafik menjadi lebih komunikatif daripada disajikan dalam bahasa verbal. Dengan adanya diskusi dalam kelompok, percakapan yang mengungkapkan ide-ide matematis akan membantu siswa dalam mengasah pikirannya sehingga akan memahami matematika lebih baik. Proses komunikasi juga membantu siswa mengembangkan bahasanya sendiri untuk mengekspresikan ide-ide matematis, dan membantu membangun pengertian dan keakuratan ide serta membuatnya dapat disampaikan kepada orang lain. Bentuk komunikasi yang digunakan oleh guru sangat berpengaruh terhadap keberhasilan proses belajar-mengajar. Dalam pembelajaran matematika, bentuk komunikasi multiarah dapat membantu siswa mengasah kemampuan berkomunikasi, menyampaikan, dan mengekspresikan ide-ide matematikanya. Komunikasi multiarah dapat terjadi bila siswa belajar melalui model pembelajaran kelompok. Kemampuan komunikasi matematis siwa dapat dilihat pada tahapan pembelajaran model MMP pada tahap latihan terkontrol karena pada tahap ini terjadi diskusi antara siswa dalam kelompok masing-masing sehingga siswa dapat mengkomunikasikan ide-ide matematis yang ada pada diri mereka. Proses 117

komunikasi juga membantu siswa mengembangkan bahasanya sendiri untuk mengekspresikan ide-ide matematika, dan membantu membangun pengertian dan keakuratan ide serta membuatnya dapat disampaikan kepada orang lain.dengan adanya diskusi dalam kelompok, percakapan yang mengungkapkan ide-ide matematika akan membantu siswa dalam mengasah pikirannya sehingga akan memahami matematika lebih baik. Whitin (dalam Nirmala, 2008) menyatakan bahwa kemampuan komunikasi menjadi penting ketika diskusi antar siswa dilakukan, di mana siswa diharapkan mampu menyatakan, menjelaskan, menggambarkan, mendengarkan, menanyakan dan bekerjasama sehingga dapat membawa siswa pada pemahaman yang mendalam tentang matematika. Hal ini sesuai dengan pendapat Pimm (1996) yang menyatakan bahwa anak-anak diberikan kesempatan untuk bekerjasama dalam kelompok dalam mengumpulkan dan menyajikan data, mereka menunjukkan kemajuan baik disaat mereka saling mendengarkan ide yang satu dengan yang lain, mendiskusikan bersama kemudian menyusun kesimpulan yang menjadi pendapat kelompoknya. Ternyata mereka belajar sebagian besar dari berkomunikasi dan mengkonstruksikan sendiri pengetahuan mereka. Dari kedua pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa kemampuan berkomunikasi dalam pelajaran matematika Sekolah Dasar perlu ditumbuhkembangkan dan menjadi bagian yang penting untuk diperhatikan dalam pendidikan matematika, karena salah satu tujuan pembelajaran matematika adalah agar peserta didik mempunyai kemampuan untuk mengkomunikasikan gagasan atau ide secara praktis dan efesian untuk dapat menperjelas suatu keadaan atau masalah (Depdiknas, 2006). Untuk mewujudkan tujuan pembelajaran tersebut maka perlu dikembangkan suasana pembelajaran yang dapat mencapai tujuan kemampuan siswa dalam mengkomunikasikan dengan mengelompokkan siswa kedalam beberapa kelompok-kelompok kecil yang dapat dimungkinkan terjadinya komunikasi baik antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa yang lain dalam kelompoknya. Selain Kemampuan Komunikasi, kemampuan berpikir kritis juga harus dikembangkan di Sekolah Dasar. Bepikir merupakan proses yang mempengaruhi penafsiran kita terhadap stimulus yang melibatkan proses sensasi, persepsi dan 118

memori menurut Sobur (dalam Mayadiana, 2004:8). Ketika sebuah persoalan diberikan kepada seseorang, mula-mula melibatkan proses sensasi yaitu menangkap tulisan dan gambar. Kemudian melibatkan proses persepsi yaitu membaca dan memahami apa yang diamati dalam persoalan tersebut. Pada saat itu sebenarnya ia juga melibatkan proses memori yaitu Sagala (2010:129) berpikir berarti meletakkan hubungan antar bagia n pengetahuan yang diperoleh manusia. Berpikir sebagai proses menentukan hubungan-hubungan secara bermakna antara aspek-aspek dari suatu bagian pengetahuan. Sedangkan bentuk aktivitas berpikir merupakan tingkah laku simbolik, karena seluruh aktivitas ini berhubungan dengan atau mengenai penggantian hal-hal yang konkrit. Berpikir merupakan proses dinamis yang menempuh tiga langkah berpikir yaitu: 1. Pembentukan pengertian yaitu melalui proses mendeskripsikan ciri-ciri objek yang sejenis, 2. Pembentukan pendapat yaitu meletakkan hubungan antara dua buah pengertian atau lebih. 3. Pembentukan keputusan yaitu penarikan kesimpulan yang berupa keputusan sebagai hasil pekerjaan akal berupa pendapat baru yang dibentuk berdasarkan pendapat yang sudah ada. Berpikir kritis merupakan kemampuan untuk memproses, mengevaluasi, dan menggunakan informasi untuk mencari solusi yang logis. Sayangnya tidak semua orang dilahirkan memiliki kemampuan ini dan jarang pula diajarkan di sekolah-sekolah. Berpikir kritis mempunyai beberapa ciri atau karakteristik, diantaranya: disposisi, argumen, alasan, sudut pandang, kriteria, dan prosedur untuk mengaplikasikan kriteria. Apabila seseorang memiliki ciri atau kriteria tersebut, bisa jadi dia mempunyai kemampuan untuk berpikir kritis. Di bawah ini beberapa latihan yang bisa anda pergunakan untuk membantu mengajarkan berpikir kritis kepada peserta didik. Berpikir merupakan suatu proses yang dilakukan oleh seseorang ketika dia menghadapi suatu permasalahan. Proses berpikir dimulai dengan pemahaman terhadap masalah, kemudian menganalisis permasalahan dengan berbagai 119

kemungkinan cara untuk menyelesaikan permasalahan. Proses pencarian menyelesaikan masalah, seseorang mungkin sebelumnya berusaha mengingat kembali cara untuk menyelesaikan masalah. Selain itu kemungkinan lain yaitu memikirkan cara baru yang dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah. Kemampuan berpikir kritis merupakan kemampuan berpikir tingkat tinggi. Spilitter (dalam Mayadiana, 2005:9) menyatakan bahwa orang yang berpikir kritis adalah individu yang berpikir, bertindak secara normatif dan siap bernalar tentang kualitas dari apa yang mereka lihat, dengar atau pikirkan. Orang yang berpikir kritis tidak hanya sekedar menerima informasi dari pihak lain, tetapi juga melakukan pencarian. Menurut Ennis (dalam Hasratuddin, 2010: 17) mengatakan bahwa berpikir kritis adalah sesungguhnya suatu proses berpikir yang terjadi pada seseorang serta bertujuan untuk membuat keputusan-keputusan yang rasional mengenai sesuatu yang dapat diyakuni kebenarannya. Dari definisi yang diungkapkan oleh Ennis dapat diartikan bahwa berpikir kritis difokuskan pada sesuatu yang penuh kesadaran dan mengarah pada suatu tujuan. Tujuan dari berpikir kritis adalah untuk mempertimbangkan dan mengevaluasi informasi yang pada akhirnya dapat membuat keputusan. Berpikir kritis sangat diperlukan oleh setiap orang dalam menyikapi berbagai permasalahan dalam realita kehidupan, dengan berpikir kritis seseorang dapat mengatur, menyesuaikan atau mengubah pola pikirnya, sehingga dapat memutuskan suatu tindakan yang tepat. Seseorang yang berpikir kritis adalah orang yang terampil dalam bernalar dan memiliki kecenderungan untuk mempercayai dan bertindak sesuai dengan nalarnya. Seseorang mempunyai kemampuan berpikir kritis apabila ia mempunyai kemampuan dalam menganalisa, membuktikan berdasarkan alasan yang telah dipertimbangkan secara rasional, memberikan penilaian tentang kecukupan argumen, data dan kesimpulan. Hal ini sesuai dengan pendapat Ennis mengenai indikator keterampilan berpikir kritis (dalam Karim, 2010: 18-21) dibagi menjadi 5 kelompok yaitu: (1) Memberikan penjelasan sederhana ( Elementary clarification), (2) Membangun keterampilan dasar ( Basic support), (3) Membuat kesimpulan ( Inferring), (4) 120

Membuat penjelasan lebih lanjut ( Advanced clarification), (5) Mengatur strategi dan taktik (Strategies and tactics). Kemampuan komunikasi dan berpikir kritis matematis dapat ditingkatkan dengan menggunakan model MMP. Hal ini sejalan Growns dan Good (dalam Faulkner et al, 2006) yang menyatakan bahwa guru-guru yang menggunakan model MMP sebagai model pembelajarannya, cenderung menghasilkan siswa yang capaian nilai matematikanya lebih baik daripada yang tidak menggunakan model MMP. Kemudian ditambahkan bahwa dalam suatu proses pembelajaran matematika waktu yang diberikan untuk kegiatan pengembangan seharusnya lebih besar daripada waktu yang dihabiskan untuk latihan soal. Hal ini sejalan dengan langkah-langkah dan karakteristik yang harus dilakukan dalam MMP. Pembelajaran model MMP terdiri dari lima langkah yaitu reviu, pengembangan, latihan terkontrol, seatwork, dan pemberian PR. Pada tahap reviu kegiatan yang dilakukan adalah meninjau ulang pembelajaran sebelumnya yang akan menunjang pada pembahasan konsep pada saat itu dan membahas PR seandainya ada yang perlu didiskusikan. Hal ini sesuai dengan pendapat Pimm (1996) yang menyatakan bahwa anak-anak diberikan kesempatan untuk bekerjasama dalam kelompok dalam mengumpulkan dan menyajikan data, mereka menunjukkan kemajuan baik disaat mereka saling mendengarkan ide yang satu dengan yang lain, mendiskusikan bersama kemudian menyusun kesimpulan yang menjadi pendapat kelompoknya. Ternyata mereka belajar sebagian besar dari berkomunikasi dan mengkonstruksikan sendiri pengetahuan mereka. Ruseffendi (2006) menyatakan bahwa pemberian tugas rumah (soal PR) adalah menyuruh siswa berpikir di kelas sampai kepada yang paling kompleks misalnya mengerjakan tugas proyek dengan maksud agar selain untuk penguatan juga untuk menimbulkan sikap positif terhadap matematika. Dengan demikian siswa tidak takut dan malu untuk bertanya dan memberikan ide-ide atau gagasan yang dimiliki siswa. Kemampuan komunikasi dan berpikir kritis matematis siswa dalam pembelajaran dengan model MMP dapat melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran, mengkontruksi pengetahuan mereka baik secara individu 121

maupun kelompok.dalam pembelajaran model Missouri Mathematics Project (MMP), peran guru sebagai pengajar berkurang sebaliknya aktivitas siswa dalam pembelajaran semakin menonjol. Guru berperan sebagai fasilitator dan motivator yang memfasilitasi dan menorong terjadinya proses belajar pada siswa melalui diskusi dalam kelompok masing-masing. C. KESIMPULAN Model pembelajaran Missouri Mathematics Project (MMP) merupakan salah satu model pembelajaran yang membantu siswa Ssekolah Dasar dalam memahami konsep matematika khususnya kemampuan komunikasi dan kemampuan berpikir kritis matematis. Dengan demikian siswa berani mengungkapkan ide-ide atau gagasan dalam pembelajaran matematika, serta mampu berpikir kritis dalam memecahkan permasalahan sehari-hari. Dengan pembelajaran seperti ini, siswa sebagai subjek belajar dilibatkan dalam menemukan konsep-konsep pelajaran yang harus dikuasainya. Hal ini menyebabkan konsep-konsep yang diberikan, membekas tajam dalam ingatan siswa. Dengan demikian, siswa dapat menjawab tes, baik itu tes akhir semester maupun ujian nasional. DAFTAR PUSTAKA Depdiknas. (2003). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Depdiknas.(2006). Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Ennis, R.H. (1996). Critical Thinking. University of Illinois: Upper Saddle River Prentice Hall. Good dan Grows. (tanpa tahun). Direct Instruction And Its Implementation In The Classroom Online Tersedia: http://edgrowth.com/p1.html 24 Desember 2011 Hasratuddin (2010). Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Kecerdasan Emosional Siswa SMP melalui Pendekatan Matematika Realistik. Disertasi Sps UPI: Tidak Diterbitkan 122

Juariah (2008). Meningkatkan Kemampuan Penalaran dan Kemampuan Komunikasi Siswa melalui Pendekatan Keterampilan Proses. Tesis SPs UPI: Tidak Diterbitkan Karim, A. (2010). Meningkatkan Kemampuan Penalaran dan Berpikir Kritis Matematis Siswa SMP melalui Model Reciprocal Teaching. Tesis pada SPs UPI: Tidak Diterbitkan Krismanto. (2002). Beberapa Teknik, Model dan Strategi Pembelajaran Matematika. Yogyakarta: Depdiknas Kusumah, Y. S. (2008). Konsep, Pengembangan, dan Implementasi Computer- Based Learning dalam Peningkatan Kemampuan High-Order Mathematical Thinking. Pidato pengukuhan Guru Besar dalam Pendidikan Matematika Universitas Pendidikan Indonesia tanggal 23 Oktober 2008. Bandung: UPI PRESS. Lindawati, S. (2010). Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Inkuiri Terbimbing untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Menengah Pertama. Tesis SPs UPI: Tidak Diterbitkan. Mayadiana, D. (2005). Pembelajaran dengan Pendekatan Diskursif untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematik Mahasiswa Calon Guru Sekolah Dasar. Tesis pada SPs UPI: Tidak diterbitkan. NCTM. (19 91). Curriculum and Evaluation Standards for School Mathematics. Reston, VA : NCTM NCTM. (2000). Principles and Standards for School Mathematics. Reston, VA: NCTM. Nirmala. (2008). Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Pemecahan Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar. Tesis. UPI: Tidak Diterbitkan. Pimm, D (1996). Meaningful Communication Among Children: Data Collection. Communication in Mathematics K-12 and Beyond. Virginia: NCTM Ruseffendi, E.T. (2006). Pengantar kepada Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA. Bandung: Tarsito. Sagala, S. (2010). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta Sumarmo, U (2000 ). Pengembangan Model Pembelajaran Matematika untuk Meningkatkan Kemampuan Intelektual Tingkat Tinggi Siswa Sekolah Dasar. Laporan Penelitian. Bandung: Lembaga Penelitian UPI. Sunawan, A. (2008). Pengaruh Pembelajaran Model Missouri Mathematics Project terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Siswa SMP 123

Ditinjau dari Intelegence (IQ). Tesis Magister Pada SPs UPI Bandung: Tidak diterbitkan Turmudi. (2008). Landasan Filsafat dan Teori Pembelajaran Matematika (Berparadigma Eksploratif Dan Investigasi). Jakarta: Leuser Citra Pustaka 124