BAB 1 PENDAHULUAN. cepat di berbagai sektor kehidupan termasuk informasi dan arus komunikasi,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan fisik remaja di awal pubertas terjadi perubahan penampilan

BAB I PENDAHULUAN. Menarche merupakan menstruasi pertama yang biasa terjadi pada seorang

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang No.23 Tahun 1992 mendefinisikan bahwa kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. biologis, psikologis dan sosial (Rudolph, 2014). Batas usia remaja menurut

BAB 1 PENDAHULUAN. dari masa kanak kanak ke masa dewasa, terutama perubahan alat reproduksi.

BAB I PENDAHULUAN. remaja. Kelompok usia remaja menurut WHO (World Health Organization) adalah kelompok umur tahun (Sarwono, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Menurut World

BAB 1 PENDAHULUAN. adanya penampakan karakteristik seks sekunder (Wong, 2009: 817).

Volume 4 No. 2, September 2013 ISSN : GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA KELAS VII TENTANG PERUBAHAN SEKS SEKUNDER DI SMP N 1 MAYONG JEPARA

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja yang sehat dan berkualitas menjadi perhatian serius bagi orang tua,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

mengenai seksualitas membuat para remaja mencari tahu sendiri dari teman atau

BAB I PENDAHULUAN. Data Demografi menunjukkan bahwa penduduk di dunia jumlah populasi remaja

BAB I PENDAHULUAN. Terjadinya kematangan seksual atau alat-alat reproduksi yang berkaitan dengan sistem

BAB I PENDAHULUAN. psikis, maupun secara social (Sudarsono, 2004). Inilah yang disebut sebagai

BAB I PENDAHULUAN. data BKKBN tahun 2013, di Indonesia jumlah remaja berusia tahun sudah

2015 GAMBARAN PENGETAHUAN SISWA SISWI KELAS XI TENTANG PENYAKIT MENULAR SEKSUAL DI SMA NEGERI 24 BANDUNG

BAB 1 PENDAHULUAN. dan tahun untuk pria (BKKBN, 2011). Penyebab terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. yang sering digambarkan sebagai masa yang paling indah dan tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. mengodentifikasi diri mereka sebagai bagian dari keluarga (Friedman, 1998).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Kasus pernikahan usia dini banyak terjadi di berbagai penjuru dunia. Hal

BAB I PENDAHULUAN. jawab dalam kehidupan berumah tangga bagi suami istri (Astuty, 2011).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. penduduk dunia. Menurut World Health Organization sekitar seperlima dari

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PENANGANAN SINDROM PRA MENSTRUASI TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWI SMA NEGERI 2 SUKOHARJO SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah bagian yang penting dalam masyarakat, terutama di negara

BAB I PENDAHULUAN. tumpuan harapan yang akan bisa melanjutkan cita-cita bangsa Indonesia. Sebagai

BAB I PENDAHULUAN. dan dewasa yang ditandai dengan adanya perubahan secara fisik, kematangan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Aspek biopsikososial higiene...irmatri Ariyani, FKM UI, 2009

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Tumbuh kembang merupakan proses yang terjadi secara

BAB I PENDAHULUAN. merupakan proses perubahan biologis secara terus- menerus, dan terjadi. suatu kemunduran atau penurunan (Suardiman, 2011)

BAB I PENDAHULUAN. Sebaliknya dengan yang negatif remaja dengan mudah terbawa ke hal yang

BAB I PENDAHULUAN. mental dan sosial secara utuh, yang tidak semata-mata bebas dari penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. harus menghadapi tekanan-tekanan emosi dan sosial yang saling bertentangan.

BAB I PENDAHULUAN. dan transisi dalam moralitas (Suhud & Tallutondok., 2009).

BAB 1 : PENDAHULUAN. produktif. Apabila seseorang jatuh sakit, seseorang tersebut akan mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja yang dalam bahasa Inggris adolesence, berasal dari bahasa latin

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah kesehatan jiwa tidak lagi hanya berupa gangguan jiwa yang berat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Organ reproduksi merupakan salah satu hal penting dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan pada remaja adalah masalah serius dan sedang berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa

BAB I PENDAHULUAN. pada masa remaja, salah satunya adalah problematika seksual. Sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. timbulnya ciri-ciri kelamin sekunder, dan berakhir jika sudah ada kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. generasi berikutnya (Jameela, 2010). fase ini individu mengalami perubahan dari anak-anak menuju dewasa

BAB 1 PENDAHULUAN. orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan yang sama

KARYA TULIS ILMIAH. PENGETAHUAN REMAJA LAKI LAKI TENTANG PUBERTAS DI SDN Brotonegaran 1 Ponorogo. Oleh : CHRISNA TRI KURNIAWAN NIM:

BAB I PENDAHULUAN. anak gadis terjadi antara umur 10 dan 16 tahun (Knight, 2009). Menstruasi

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. WHO mendefinisikan, masa remaja (adolence) mulai usia 10 tahun sampai 19

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN. anak-anak, remaja, dan generasi muda pada umumnya (Waluyo, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. 70% penduduk Indonesia (Salawati dan Amalia, 2010). Dari analisis data Susenas tahun 2001 diperoleh data umur mulai merokok kurang

BAB I PENDAHULUAN. mana terjadi pacu tumbuh, timbul ciri-ciri seks sekunder, tercapainya

BAB I PENDAHULUAN. fisik, biologis, psikologis dan sosial budaya (Sarwono, 2008). dan hormonal yang terjadi selama masa remaja awal.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan zaman yang semakin pesat, menuntut. masyarakat untuk bersaing dengan apa yang dimilikinya di era

KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN SIKAP REMAJA TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. remaja awal/early adolescence (10-13 tahun), remaja menengah/middle

BAB I PENDAHULUAN. dimiliki yang akan ditunjukan pada orang lain agar terlihat berbeda dari pada

SKRIPSI. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun oleh : DYAH ANGGRAINI PUSPITASARI

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan antara anak-anak yang dimulai saat

BAB 1 PENDAHULUAN. Y, 2009). Pada dasarnya pendidikan seksual merupakan suatu informasi

BAB 1 PENDAHULUAN. pada wanita di masa pubertas sekitar usia tahun. Menarche merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Usia menikah ideal untuk perempuan adalah tahun dan tahun untuk

Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN, 2010), Indonesia termasuk negara dengan persentase pernikahan usia

BAB I PENDAHULUAN. dan kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya. (Depkes, 2010)

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan suatu masa dalam perkembangan hidup manusia. WHO

BAB I PENDAHULUAN. Remaja atau adolescence (Inggris), berasal dari bahasa latin adolescere

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN KEHAMILAN TIDAK DIINGINKAN PADA REMAJA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAKEM SLEMAN TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menopause merupakan masa berhentinya menstruasi yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan periode transisi antara masa anak-anak ke masa dewasa

BAB 1 PENDAHULUAN. dipungkiri bahwa dengan adanya perkembangan ini, masalah yang. manusia. Menurut National Institute of Mental Health, 20% populasi

Riska Megayanti 1, Sukmawati 2*, Leli Susanti 3 Universitas Respati Yogyakarta *Penulis korespondensi

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perubahan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa, biasaya. perubahan penampilan pada orang muda dan perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia sesuai Visi Indonesia Sehat 2010 ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan seseorang. Usia remaja berlangsung antara umur tahun, dengan

Kesehatan Reproduksi Remaja Putri di SMA Negeri 2 Takengon

BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU MEROKOK PADA SISWA SLTP DI KECAMATAN BENDOSARI KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2008

BAB I PENDAHULUAN. insan lawan jenis yang masih remaja dalam satu ikatan (Luthfiyah,

BAB I PENDAHULUAN. namun akan lebih nyata ketika individu memasuki usia remaja.

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. orang umumnya mulai berpikir untuk berumah tangga dan memiliki

HUBUNGA SEKSUAL SKRIPSII. Diajukan Oleh: F HUBUNGA

SKRIPSI. Skripsi ini disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat. Melakukan Penelitian di Bidang Kesehatan Masyarakat. Disusun oleh :

PERILAKU REMAJA DALAM HAL PERUBAHAN FISIOLOGIS PADA MASA PUBERTAS DI SMP YAYASAN PENDIDIKAN SHAFIYYATUL AMALIYYAH MEDAN TAHUN 2013

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINDAKAN MEROKOK PADA REMAJA PUTRI DI KELURAHAN JATI KOTA PADANG TAHUN 2010

BAB 1 PENDAHULUAN. mental, nilai-nilai religiunitas dan sebagainya. Pada saat ini seks bebas adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari kanak-kanak ke dewasa yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dengan kesempatan untuk pertumbuhan fisik, kognitif, dan psikososial tetapi juga

Pentingnya Sex Education Bagi Remaja

BAB I PENDAHULUAN. penduduk muda yaitu umur tahun. Menurut Badan Pusat Statistik DIY

BAB I PENDAHULUAN. Data demografi menunjukkan bahwa populasi remaja mendominasi jumlah

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan fisik, perilaku, kognitif, biologis serta emosi (Efendi &

BAB I PENDAHULUAN. baik secara biologis, psikologis maupun secara sosial. Batasan usia

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini di seluruh dunia jumlah lanjut usia (lansia) diperkirakan mencapai

BAB I PENDAHULUAN. penduduk besar. Jumlah penduduk yang besar ini telah membawa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECEMASAN PADA LANJUT USIA DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI KOTA SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. yang menjembatani masa kanak-kanak dengan masa dewasa. Pada usia ini individu

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tantangan yang dihadapi di era globalisasi adalah perubahan secara cepat di berbagai sektor kehidupan termasuk informasi dan arus komunikasi, untuk mengantisipasi keadaan ini perlu adanya pembinaan dan perhatian yang lebih besar bagi generasi muda khususnya remaja karena perkembangan tersebut bisa berdampak negatif. Masa remaja awal disebut masa pubertas karena pada periode ini remaja akan mengalami pematangan organ reproduksi dan mengalami perubahan fisik yang sangat cepat yang tidak seimbang dengaan perubahan kejiwaan yang meliputi mental dan emosional (Depkes RI, 2001). Pada m asa pubertas ini sikap individu mengalami berbagai perubahan baik fisik maupun psikis. Ciri masa pubertas pada remaja laki-laki dengan ciri Tersier dengan perubahan sikap dan perilaku, munculnya perasaan-perasaan negatif pada diri anak, ingin melepas diri dari orang tua dan ingin menyamakan dirinya dengan orang dewasa. Problematika Remaja dan Pubertas yang seringkali timbul kesulitan serta perselisihan, satu diantaranya yang paling sering terjadi adalah perselisihan antara Anak dengan Orang tua (Desmita, 2009) Kejadian pubertas prekoks di Amerika Serikat adalah 0,01% sampai 0,05% per tahun. Kejadian pubertas prekoks adalah 4 sampai 10 kali lebih sering pada wanita dibanding para pria adalah lebih umum di antara Afrika-Amerika dari 1

2 kalangan anak-anak kaukasia (muir, 2006). Pada kasus depresi remaja angka kejadian depresi ini banyak dialami oleh remaja. Negara Amerika Serikat tahun 2010 ditemukan 18 juta penduduk mengalami permasalahan depresi dan 20% nya adalah dialami oleh remaja. Pada Indonesia belum ada catatan pasti tentang jumlah remaja yang mengalami depresi. Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak Arist Merdeka Sirait mengatakan, survei yang dilakukan pihaknya dari Januari hingga April 2013 di 10 kota besar di Indonesia pada 10.000 siswa menunjukkan, 93 persen remaja melihat iklan rokok di televisi, 50 persen di luar ruangan, dan 38 persen saat konser. Hal itu mendorong remaja mulai merokok. (Susanto 2013). Wilayah Jawa Tahun 2007 misalnya, tersangka kasus narkoba yang dilakukan pelajar 17 kasus. Jumlah tersebut meningkat tajam pada tahun 2008, di mana tersangka kasus narkoba yang menyangkut pelajar 31 kasus. Berdasarkan jenjang pendidikan, pengguna narkoba yang terbanyak adalah remaja dengan jenjang pendidikan SMA sebanyak 2.586 kasus, SLTP 555 kasus, SD 85 kasus dan Perguruan Tinggi 61 kasus (Ajinur, 2013). Menurut data Polres Ponorogo pada tahun 2013 di kecamatan Ponorogo jumlah asusila dengan pelaku anak 1 kasus, tahun 2014 di kecamatan Ponorogo jumlah asusila dengan pelaku anak 1 kasus dan jumlah kasus miras usia remaja sejumlah 21 kasus pada bualn Oktober 2012 (Polres Ponorogo, 2014). Penelitian dilakukan di SDN Brotonegaran 1 Ponorogo yang berada di kelurahan Brotonegaran yang merupakan salah satu wilayah Kecamatan Ponorogo kota yang mempunyai angka kriminalitas tinggi pada tahun 2013 dan 2014 (Utami, 2014).

Pubertas adalah proses kematangan dan pertumbuhan yang terjadi ketika organ-organ reproduksi mulai berfungsi dan karakteristik seks sekunder 3 mulai muncul (Wong, 2009). Masa pubertas dalam kehidupan kita biasanya dimulai saat berumur delapan hingga sepuluh tahun dan berakhir lebih kurang di usia 15 hingga 16 tahun. Masa pubertas ada 3 tahap yaitu tahap prapubertas, tahap puber, dan tahap pascapuber (Al -Mighwar, 2006). Usia mulainya pubertas dan perkembangannya dipengaruhi oleh berbagai faktor biologis, psikososial dan lingkungan. Faktor terpenting tampaknya adalah kesehatan umum individu (Henderson, 2005). Pubertas secara fisiologis si anak sedang mengalami sesuatu yang baru dan meresahkan dirinya, adapun faktor yang menyebabkan keresahan tersebut antara lain adalah aktifitas hormonal pada usia puber juga faktor emosional, psikologis dan sosial. Periode yang terjadi pada masa pubertas antara lain periode depresi, kecemasan, kerewelan, pembangkangan, dan prasaan ingi tampil beda (Wong, 2009). Masalah dalam pubertas pada remaja dapat ditanggulangi dengan peningkatan pengetahuan remaja tentang pubertas dari sumber yang terpercaya seperti orang tua, tenaga kesehatan, dan bimbingan konseling saat di sekolah. Pada orang tua diperlukan pengetahuan dalam menanggulangi masalah remaja pubertas dengan membahas suatu masalah dengan cara sikap seolah sedang menginterogasi atau mendoktrin, mengajak Remaja tersebut untuk berbicara dari hati ke hati dan dalam suasana yang santai, menciptakan suasana demokratis dalam rumah tangga, dimana semua anggota keluarga bisa mengemukakan

4 pendapatnya, dan membiasakan saling menghargai serta menghormati pendapat orang lain, tanpa memandang apa jenis kelamin serta usianya (Wong, 2009). Salah satu cara meningkatkan pengetahuan remaja awal untuk menghindari masalah pubertas denagn promosi kesehatan menggunakan pendekatan pada remaja sebagai pusat dalam pemberian pelayanan dan membantu mereka untuk membuat pilihan dan keputusan yang mencakup pendidikan kesehatan dan pencegahan penyakit (Gillies, 1998) Berdasarkan fenomena, masalah, besarnya masalah, dampak, dan cara menanggulangi pubertas membuat penulis tertarik untuk meneliti permasalahan tersebut dengan judul Pengetahuan Ramaja Laki Laki Tentang Pubertas Di SDN Brotonegaran 1 Ponorogo. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah yang di dapat Bagaimana Pengetahuan Ramaja Laki Laki Tentang Pubertas di SDN Brotonegaran 1 Ponorogo?. 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Mengetahui Pengetahuan Remaja Laki Laki Tentang Pubertas di SDN Brotonegaran 1 Ponorogo.

5 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Mengidentifikasi Pengetahuan Baik Remaja Laki Laki Tentang Pubertas di SDN Brotonegaran 1 Ponorogo. 2. Mengidentifikasi Pengetahuan Cukup Remaja Laki Laki Tentang Pubertas di SDN Brotonegaran 1 Ponorogo. 3. Mengidentifikasi Pengetahuan Kurang Remaja Laki Laki Tentang Pubertas di SDN Brotonegaran 1 Ponorogo. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis 1. Bagi IPTEK Sarana untuk memberikan pengetahuan remaja laki-laki agar terwujud pengetahuan yang baik tentang pubertas, sehingga tidak menimbulkan masalah pada masa pubertas. 2. Bagi Institusi Pendidikan Sebagai masukan yang berguna khususnya pada keperawatan komunitas dan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam perkembangan kurikulum pendidikan di Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Ponorogo.

6 1.4.2 Manfaat Praktis 1. Bagi Remaja Penelitian diharapkan bermanfaat memberi pengetahuan remaja tentang definisi, masa pubertas, ciri-ciri pubertas, masalah masa pubertas,dan cara pencegahan masalah masa pubertas. 2. Bagi Peneliti Selanjutnya Sumber data peneliti selanjutnya dengan yang berkaitan dengan Pengetahuan, remaja laki-laki, pubertas. 1.5 Keaslian Penulisan Penelitian-penelitian yang telah dilakukan terkait dengan Pengetahuan Ramaja Laki Laki Tentang Pubertas di SDN Brotonegaran 1 Ponorogo adalah sebagai berikut: 1. Penelitian yang dilakukan oleh Aditya Suryansyah (2012) Departemen Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia yang berjudul Gambaran Tanda Pubertas pada Murid Sekolah Dasar. Hasil penelitian Didapatkan 471 subjek yang memenuhi kriteria inklusi, terdiri dari 215 laki-laki dan 256 perempuan. Pada perempuan, tanda pubertas timbul pada usia 9 <10 tahun 48,2% dan pada usia 12 <13 tahun semua sudah dalam masa pubertas. Tanda pubertas laki-laki timbul pada usia 9 <10 tahun 1,7% dan pada usia 12 <13 tahun 66,7%. Rambut pubis pada perempuan timbul pada usia 9 <10 tahun (4,4%) dan pada laki-laki pada usia 11 <12 tahun (29%). Terjadi menarke pada usia 10 <11 tahun

7 (5,7%). Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah terletak pada variabel yang akan diteliti, sedangkan persamaannya adalah samasama meneliti tentang Pubertas, dimana pada penelitian yang sudah dilakukan difokuskan pada Gambaran Tanda Pubertas pada Murid Sekolah Dasar, sedangkan pada penelitian yang akan dilakukan difokuskan pada Pengetahuan Ramaja Laki Laki Tentang Pubertas di SDN Brotonegaran 1 Ponorogo. 2. Penelitian yang dilakukan oleh Yustisiana Hidayati (2011) Fakultas Psikologi Universitas Airlangga Surabaya yang berjudul Perbedaan Tingkat Kecemasan Mengalami Pubertas Dini Pada Remaja Awal Ditinjau Dari Tingkat Dukungan Sosial. Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa terdapat perbedaan tingkat kecemasan mengalami pubertas dini pada remaja awal ditinjau dari tingkat dukungan sosial. Nilai taraf signifikansinya adalah 0,002 yaitu lebih kecil dari 0,05 sehingga perbedaan yang ada signifikan secara statistik. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa subjek dalam kelompok dukungan sosial sedang memiliki skor ratarata kecemasan yang lebih tinggi daripada subjek yang memiliki tingkat dukungan sosial tinggi. Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah terletak pada variabel yang akan diteliti, sedangkan persamaannya adalah sama-sama meneliti tentang Pubertas dan remaja, dimana pada penelitian yang sudah dilakukan difokuskan pada Perbedaan Tingkat Kecemasan Mengalami Pubertas Dini Pada Remaja Awal Ditinjau Dari

8 Tingkat Dukungan Sosial, sedangkan pada penelitian yang akan dilakukan difokuskan pada Pengetahuan Ramaja Laki Laki Tentang Pubertas ni SDN Brotonegaran 1 Ponorogo. 3. Penelitian yang dilakukan oleh SRI WAHYUNI (2012) Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan U budiyah Diploma III Kebidanan Banda Aceh yang berjudul Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Remaja Awal Tentang Perubahan Fisiologis Pada Masa Pubertas Di SLTPN 4 Banda Aceh. Hasil pengujian Remaja yang telah mengalami perubahan pada masa pubertas dan berpengetahuan sedang yaitu 66.5% dari 48 responden, remaja yang telah mengalami perubahan pada masa pubertas dan berpengetahuan tinggi yaitu 100% dari 7 responden dan remaja yang telah mengalami perubahan pada masa pubertas dan berpengetahuan rendah yaitu 29,4% dari 17 responden.. Maka ada hubungan antara sikap siswa/i dengan perubahan yang terjadi pada masa pubertas (P value = 0.006). Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah terletak pada variabel yang akan diteliti, sedangkan persamaannya adalah sama-sama meneliti tentang Pubertas dan remaja, dimana pada penelitian yang sudah dilakukan difokuskan pada Perbedaan Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Remaja Awal Tentang Perubahan Fisiologis Pada Masa Pubertas Di SLTPN 4 Banda Aceh, sedangkan pada penelitian yang akan dilakukan difokuskan pada Pengetahuan Ramaja Laki Laki Tentang Pubertas di SDN Brotonegaran 1 Ponorogo.