BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang. Secara umum ketergantungan manusia akan kebutuhan bahan bakar

BAB II. KAJIAN PUSTAKA. Biomassa adalah bahan organik yang dihasilkan melalui proses fotosintetis,

MAKALAH PENYEDIAAN ENERGI SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN 2014/2015 GASIFIKASI BATU BARA

OLEH : SHOLEHUL HADI ( ) DOSEN PEMBIMBING : Ir. SUDJUD DARSOPUSPITO, MT.

TUGAS AKHIR KONVERSI ENERGI

PENGARUH VARIASI RASIO UDARA-BAHAN BAKAR (AIR FUEL RATIO) TERHADAP GASIFIKASI BIOMASSA BRIKET SEKAM PADI PADA REAKTOR DOWNDRAFT SISTEM BATCH

6/23/2011 GASIFIKASI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab 2 Tinjauan Pustaka

Karakterisasi Gasifikasi Biomassa Sampah pada Reaktor Downdraft Sistem Batch dengan Variasi Air Fuel Ratio

OPTIMASI UNJUK KERJA FLUIDIZED BED GASIFIER DENGAN MEVARIASI TEMPERATURE UDARA AWAL

Bab 2 Tinjauan Pustaka

BAB I PENDAHULUAN. pemikiran untuk mencari alternatif sumber energi yang dapat membantu

BAB I PENDAHULUAN. yang ada dibumi ini, hanya ada beberapa energi saja yang dapat digunakan. seperti energi surya dan energi angin.

BAB I PENDAHULUAN. terpenting di dalam menunjang kehidupan manusia. Aktivitas sehari-hari

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini kebutuhan energi merupakan salah satu sumber kehidupan

LAMPIRAN II PERHITUNGAN. 1 β

Oleh : Dimas Setiawan ( ) Pembimbing : Dr. Bambang Sudarmanta, ST. MT.

Pengembangan Desain dan Pengoperasian Alat Produksi Gas Metana Dari pembakaran Sampah Organik

BAB I PENDAHULUAN. penjemuran. Tujuan dari penjemuran adalah untuk mengurangi kadar air.

SISTEM GASIFIKASI FLUIDIZED BED BERBAHAN BAKAR LIMBAH RUMAH POTONG HEWAN DENGAN INERT GAS CO2

LAMPIRAN II PERHITUNGAN

PENGARUH VARIASI KECEPATAN UDARA TERHADAP KINERJA TUNGKU GASIFIKASI SEKAM PADI TIPE DOWNDRAFT KONTINU

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

OLEH : NANDANA DWI PRABOWO ( ) DOSEN PEMBIMBING : Dr. Bambang Sudarmanta, ST. MT.

Peningkatan Kadar Karbon Monoksida dalam Gas Mempan Bakar Hasil Gasifikasi Arang Sekam Padi

ANALISA KARAKTERISTIK GASIFIKASI BIOMASSA DENGAN PENGATURAN AIR FUEL RATIO (AFR)

PENGARUH GAS COOLER DAN FILTER PADA PROSES GASIFIKASI BIOMASSA CANGKANG BIJI KARET MENGGUNAKAN DOWNDRAF GASIFER

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SKRIPSI VARIASI KOMPOSISI CAMPURAN BAHAN BAKAR BATUBARA DAN JERAMI PADI PADA TEKNOLOGI CO-GASIFIKASI FLUIDIZED BED TERHADAP GAS HASIL GASIFIKASI

BAB II TEORI DASAR 2.1 Batubara

GASIFIKASI LIMBAH KULIT BIJI KOPI DALAM REAKTOR FIXED BED DENGAN SISTEM INVERTED DOWNDRAFT GASIFIER : DISTRIBUSI SUHU

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LAMPIRAN B PERHITUNGAN. 1 β

PENGARUH LAJU ALIRAN AGENT GAS PADA PROSES GASIFIKASI KOTORAN KUDA TERHADAP KARAKTERISTIK SYNGAS YANG DIHASILKAN

BAB II DASAR TEORI 2.1 Biomassa Pengertian Biomassa

Gasifikasi - Pirolisis Pembakaran

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan rumah tangga sampai dengan kebutuhan di bidang industri. Di

NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH

Potensi Pengembangan Bio-Compressed Methane Gases (Bio-CMG) dari Biomassa sebagai Pengganti LPG dan BBG

JURNAL INTEGRASI PROSES. Website:

PENGARUH PEMANASAN AWAL UDARA TERHADAP PERFORMA CROSSDRAFT GASIFIER DENGAN BAHAN BAKAR SEKAM PADI

BAB I PENDAHULUAN. adanya energi, manusia dapat menjalankan aktivitasnya dengan lancar. Saat

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. terkecuali Indonesia. Selain terbentuk dari jutaan tahun yang lalu dan. penting bagi kelangsungan hidup manusia, seiring dalam

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang

BAB IV PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Nilai Kecepatan Minimun Fluidisasi (U mf ), Kecepatan Terminal (U t ) dan Kecepatan Operasi (U o ) pada Temperatur 25 o C

Aditya Kurniawan ( ) Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

BAB 1 PENDAHULUAN. yang diperoleh dari proses ekstraksi minyak sawit pada mesin screw press seluruhnya

Prarancangan Pabrik Gasifikasi Batubara Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN

PENGARUH DISTRIBUTOR UDARA PADA TUNGKU GASIFIKASI UPDRAFT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Studi Eksperimen Konversi Biomassa menjadi SynGas Pada Reaktor Bubbling Fluidized Bed Gasifier

BAB 1 PENDAHULUAN ANALISA KARAKTERISTIK ALIRAN DINGIN (COLD FLOW) DI GAS BURNER SITEM GASIFIKASI DENGAN METODE COMPUTATIONAL FLUID DYNAMIC (CFD)

BAB I PENDAHULUAN. dan kotoran ternak. Selain digunakan untuk tujuan primer bahan pangan, pakan

GASIFIKASI LIMBAH BIOMASSA. Muhammad Syukri Nur, Kamaruddin A. dan Suhendro Saputro Sekolah Pascasarjana, Energi Terbarukan,Universitas Darma Persada

ANALISIS PENGARUH PEMBAKARAN BRIKET CAMPURAN AMPAS TEBU DAN SEKAM PADI DENGAN MEMBANDINGKAN PEMBAKARAN BRIKET MASING-MASING BIOMASS

PENGARUH VARIASI KOMPOSISI BIOBRIKET CAMPURAN ARANG KAYU DAN SEKAM PADI TERHADAP LAJU PEMBAKARAN, TEMPERATUR PEMBAKARAN DAN LAJU PENGURANGAN MASA

TUGAS AKHIR TM

MINYAK bumi merupakan salah satu energi

BAB I PENDAHULUAN. alternatif penghasil energi yang bisa didaur ulang secara terus menerus

RANCANG BANGUN TUNGKU PIROLISA UNTUK MEMBUAT KARBON AKTIF DENGAN BAHAN BAKU CANGKANG KELAPA SAWIT KAPASITAS 10 KG

PENGARUH TEMPERATUR UDARA TERHADAP KINERJA TUNGKU GASIFIKASI TIPE DOWNDRAFT CONTINUE DENGAN PENGISIAN ULANG 2 KALI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH KECEPATAN UDARA TERHADAP PERFORMA CROSSDRAFT GASIFIER DENGAN BAHAN BAKAR SEKAM PADI

ANALISIS THERMOGRAVIMETRY DAN PEMBUATAN BRIKET TANDAN KOSONG DENGAN PROSES PIROLISIS LAMBAT

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakterisasi Biobriket Campuran Kulit Kemiri Dan Cangkang Kemiri

NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH Pengembangan Desain Alat Produksi Gas Metana Dari Pembakaran Sekam Padi Menggunakan Filter Tunggal

I. PENDAHULUAN. Industri sawit merupakan salah satu agroindustri sangat potensial di Indonesia

pemanfaatannya di Indonesia ialah energi biomassa. Indonesia memiliki sumber

BAB I PENDAHULUAN. Sementara produksi energi khususnya bahan bakar minyak yang berasal dari

Genset dengan bahan bakar gasifikasi downdraft kulit kopi dan batubara

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sumber energi alternatif dapat menjadi solusi ketergantungan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Beberapa hasil penelitian berkaitan dengan kompor masak gasifikasi

Karakterisasi Gasifikasi Biomassa Sekam Padi Menggunakan Reaktor Downdraft dengan Dua Tingkat Laluan Udara

BAB I PENDAHULUAN. sumber energi yang keberadaanya dialam terbatas dan akan habis. dalam kurun waktu tertentu, yaitu minyak bumi, gas alam, dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II DASAR TEORI 2.1 Biomassa Pengertian Biomassa

BAB VI PEMBAHASAN. 6.1 Pembahasan pada sisi gasifikasi (pada kompor) dan energi kalor input dari gasifikasi biomassa tersebut.

Variasi Rasio Gasifying Agent-Biomassa Terhadap Karakterisasi Gasifikasi Biomassa Tongkol Jagung Pada Reaktor Downdraft

UJI KINERJA REAKTOR GASIFIKASI SEKAM PADI TIPE DOWNDRAFT PADA BERBAGAI VARIASI DEBIT UDARA

Gambar 3.1 Arang tempurung kelapa dan briket silinder pejal

BAB 1 PENDAHULUAN. Energi listrik merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam

STUDI PENINGKATAN YIELD TAR MELALUI CO-PIROLISA BATUBARA KUALITAS RENDAH DAN TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Tidak dapat dipungkiri bahwa minyak bumi merupakan salah satu. sumber energi utama di muka bumi salah. Konsumsi masyarakat akan

besarnya energi panas yang dapat dimanfaatkan atau dihasilkan oleh sistem tungku tersebut. Disamping itu rancangan tungku juga akan dapat menentukan

BAB I PENDAHULUAN. campuran beberapa gas yang dilepaskan ke atmospir yang berasal dari

Studi Eksperimental Pengaruh Air Fuel Ratio Proses Gasifikasi Briket Municipa Solid Waste Terhadap Unjuk Kerja Gasifier Tipe Downdraft

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

MAKALAH BIOENERGI GASIFIKASI BIOMASSA SEKAM PADI

NASKAH PUBLIKASI STUDI EKSPERIMEN PENGARUH UKURAN BAHAN BAKAR TERHADAP KERJA PADA REAKTOR FLUIDIZED BED GASIFIER

BAB IV METODE PENELITIAN. Laboratorium Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik, Universitas Udayana kampus

Karakteristik Pembakaran Briket Arang Tongkol Jagung

Gambar 3.1 Diagram alir penelitian 16

PENGARUH UKURAN BAHAN BAKAR TERHADAP HASIL GAS REAKTOR BUBBLING FLUIDIZED BED GASIFIER

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gasifikasi Gasifikasi adalah suatu proses konversi bahan bakar padat menjadi gas mampu bakar (CO, CH 4, dan H 2 ) melalui proses pembakaran dengan suplai udara terbatas (20% - 40% udara stoikiometri) (Guswendar, 2012). Proses gasifikasi merupakan suatu proses kimia untuk mengubah material yang mengandung karbon menjadi gas mampu bakar. Berdasarkan definisi tersebut, maka bahan bakar yang digunakan untuk proses gasifikasi menggunakan material yang mengandung hidrokarbom seperti batubara, petcoke ( petroleum coke), dan biomassa. Bahan baku untuk proses gasifikasi dapat berupa limbah biomassa, yaitu potongan kayu, tempurung kelapa, sekam padi maupun limbah pertanian lainnya. Gas hasil gasifikasi ini dapat digunakan untuk berbagai keperluan sebagai sumber bahan bakar, seperti untuk menjalankan mesin pembakaran, digunakan untuk memasak sebagai bahan bakar kompor, ataupun digunakan sebagai bahan bakar pembangkit listrik sederhana. Melalui gasifikasi, kita dapat mengkonversi hampir semua bahan organik kering menjadi bahan bakar, sehingga dapat menggantikan bahan bakar fosil sebagai sumber bahan bakar. Ada empat tahapan dalam proses gasifikasi yaitu pengeringan, pirolisis, reduksi dan oksidasi dengan rentang temperatur masing-masing proses, yaitu: - Pengeringan: T < 150 C - Pirolisis/Devolatilisasi: 150 < T < 700 C - Reduksi: 800 < T < 1000 C - Oksidasi: 700 < T < 1500 C 2.1.1 Proses Pengeringan Reaksi ini terletak pada bagian atas reaktor dan merupakan zona dengan temperatur paling rendah di dalam reaktor yaitu di bawah 150 o C. Proses pengeringan ini sangat penting dilakukan agar pengapian pada burner dapat terjadi lebih cepat dan lebih stabil. Pada reaksi ini, bahan bakar yang mengandung air 4

5 akan dihilangkan dengan cara diuapkan dan dibutuhkan energi sekitar 2260 kj untuk melakukan proses tersebut sehingga cukup menyita waktu operasi. Menurut Kurniawan (2012), penelitian yang telah dilakukannya menunjukan bahwa pengeringan manual oleh sinar matahari berperan penting dalam mempercepat proses pengeringan didalam reaktor oleh panas reaksi pembakaran (oksidasi). Penjemuran dengan sinar matahari pada suhu diatas 32 0 C selama dua jam dapat mempercepat waktu pengeringan di dalam reaktor hingga 30% atau kurang dari 25 menit. Jika dibandingkan dengan penjemuran pada suhu 30 0 C yang mencapai 25-40 menit untuk proses pengeringan saja. 2.1.2 Pirolisis Pirolisis atau devolatilisasi disebut juga sebagai gasifikasi parsial. Suatu rangkaian proses fisik dan kimia terjadi selama proses pirolisis yang dimulai secara lambat pada T < 350 C dan terjadi secara cepat pada T > 700 C. Selama pirolisis, kelembaban menguap pertama kali (100 C), kemudian hemiselulosa terdekomposisi (200-260 C), diikuti oleh selulosa (240-340 C) dan lignin (280-500 C). Ketika suhu mencapai 500 C, reaksi pirolisis hampir selesai. Oleh karena itu, pada laju pemanasan 10 C/dtk, pirolisis selesai dalam 1 menit, atau pirolisis selesai dalam 5 detik pada 100 C/dtk. Semakin tinggi laju pemanasan semakin mempercepat pembentukan produk yang mudah menguap, meningkatkan tekanan, waktu tinggal yang pendek dari produk yang mudah menguap di dalam reaktor, dan hasil produk cair yang lebih tinggi dinamakan pirolisis cepat atau pirolisis kilat. Produk cair yang menguap mengandung tar dan PAH ( polyaromatic hydrocarbon). Produk pirolisis umumnya terdiri dari tiga jenis, yaitu gas ringan (H 2, CO, CO 2, H 2 O, dan CH 4 ), tar, dan arang. 2.1.3 Reduksi Reduksi melibatkan suatu rangkaian reaksi endotermik yang disokong oleh panas yang diproduksi dari reaksi pembakaran. Reaksi reduksi terjadi antara temperatur 500 o C sampai 1000 o C. Pada reaksi ini, arang yang dihasilkan melalui reaksi pirolisis tidak sepenuhnya karbon tetapi juga mengandung hidrokarbon yang terdiri dari hidrogen dan oksigen. Untuk itu, agar dihasilkan gas mampu

6 bakar seperti CO, H 2 dan CH 4 maka arang tersebut harus direaksikan dengan air dan karbon dioksida. Pada proses ini terjadi beberapa reaksi kimia, diantaranya adalah Bourdouar reaction, steam-carbon reaction, water-gas shift reaction, dan CO methanation. 1. Water-gas reaction Water-gas reaction merupakan reaksi oksidasi parsial karbon oleh kukus yang dapat berasal dari bahan bakar padat itu sendiri (hasil pirolisis) maupun dari sumber yang berbeda, seperti uap air yang dicampur dengan udara dan uap yang diproduksi dari penguapan air. Reaksi yang terjadi pada water-gas reaction adalah: C + H 2 O H 2 + CO 131.38 kj/kg mol karbon Pada beberapa gasifier, kukus dipasok sebagai medium penggasifikasi dengan atau tanpa udara/oksigen. 2. Boudouard reaction Boudouard reaction merupakan reaksi antara karbondioksida yang terdapat di dalam gasifier dengan arang untuk menghasilkan CO. Reaksi yang terjadi pada Boudouard reaction adalah: CO 2 + C 2CO 172.58 kj/mol karbon 3. Shift conversion Shift conversion merupakan reaksi reduksi karbonmonoksida oleh kukus untuk memproduksi hidrogen. Reaksi ini dikenal sebagai water-gas shift yang menghasilkan peningkatan perbandingan hidrogen terhadap karbonmonoksida pada gas produser. Reaksi ini digunakan pada pembuatan gas sintetik. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut: CO + H 2 O CO 2 + H 2 41.98 kj/mol 4. Methanation Methanation merupakan reaksi pembentukan gas metan. Reaksi yang terjadi pada methanation adalah: C + 2H 2 CH 4 + 74.90 kj/mol karbon

7 2.1.4 Pembakaran Oksidasi atau pembakaran arang merupakan reaksi terpenting yang terjadi di dalam gasifier. Proses ini menyediakan seluruh energi panas yang dibutuhkan pada reaksi endotermik. Oksigen yang dipasok ke dalam gasifier bereaksi dengan substansi yang mudah terbakar. Hasil reaksi tersebut adalah CO2 dan H2O yang secara berurutan direduksi ketika kontak dengan arang yang diproduksi pada pirolisis. Reaksi yang terjadi pada proses pembakaran adalah: C + O 2 CO 2 + 393.77 kj/mol Reaksi pembakaran lain yang berlangsung adalah oksidasi hidrogen yang terkandung dalam bahan bakar membentuk kukus. Reaksi yang terjadi adalah: H 2 + ½ O 2 H 2 O + 742 kj/mol H 2 Ada tiga elemen penting untuk melakukan reaksi pembakaran ini, yaitu panas (heat), bahan bakar (fuel), dan udara (oxygen). Reaksi pembakaran hanya akan terjadi jika ketiga elemen tersebut tersedia. Di dalam udara tidak hanya terkandung oksigen (O 2 ) saja, tapi juga terdapat nitrogen (N 2 ) dengan berbandingan 21% dan 79%. Nitrogen ini jika terikat dengan O 2 akan menjadi polutan yaitu NO 2 yang bisa menjadi racun dan mencemari udara. Disamping menjadi polutan, N 2 juga dapat menyerap panas pada proses pembakaran sehingga bisa menurunkan efisiensi pembakaran. Dalam perhitungan neraca massa dan energi jumlah nitrogen yang masuk sama dengan yang keluar dan sedikit membentuk NO 2 atau dengan kata lain gas ini hanya lewat dalam proses dan mengurangi efisiensi pembakaran. 2.2 Reaktor Gasifikasi Berdasarkan mode fluidisasinya, gasifier dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu: mode gasifikasi unggun tetap ( fixed bed gasification), mode gasifikasi unggun terfluidisasi (fluidized bed gasification), mode gasifikasi entrained flow. Sampai saat ini yang digunakan untuk skala proses gasifikasi skala kecil adalah mode gasifier unggun tetap. (Reed and Das, 1988). Berdasarkan arah aliran, fixed bed gasifier dapat dibedakan menjadi: reaktor aliran berlawanan ( updraft gasifier), reaktor aliran searah ( downdraft

8 gasifier) dan reaktor aliran menyilang (crossdraft gasifier). Pada updraft gasifier, arah aliran padatan ke bawah sedangkan arah aliran gas ke atas. Pada downdraft gasifier, arah aliran gas dan arah aliran padatan adalah sama-sama ke bawah. Sedangkan gasifikasi crossdraft arah aliran gas dijaga mengalir mendatar dengan aliran padatan ke bawah (Hantoko, dkk.,2011). Gambar 1. Tipe Gasifier Berdasarkan Arah Aliran Berdasarkan gasifying agent yang diperlukan, terdapat gasifikasi udara dan gasifikasi oksigen/uap. Gasifikasi udara adalah metode dimana gas yang digunakan untuk proses gasifikasi adalah udara. Sedangkan pada gasifikasi uap, gas yang digunakan pada proses yang terjadi adalah uap. Penelitian ini dilakukan menggunakan updraft gasifier dan gasifying agent udara karena kemampuan dan kelebihannya, meskipun masih memiliki beberapa kekurangan. Kelebihan dan kekurangan updraft gasifier dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1. Kelebihan dan Kekurangan Updraft Gasifier Tipe Gasifier Kelebihan Kekurangan - Mekanismenya sederhana - Sensitif terhadap tar dan - Hilang tekan rendah uap bahan bakar - Efisiensi panas baik - Memerlukan waktu start up Updraft - Kecenderungan membentuk yang cukup lama untuk terak sedikit mesin internal combustion. - Arang (charcoal) habis terbakar Sumber: Rinovianto, 2012

9 2.3 Pembersihan Gas Sintetik Gas hasil pembakaran dalam gasifier baiasanya masih bercampur dengan berbagai unsur yang tidak diperlukan dan gas keluaran masih memliki temperatur tinggi. Unsur yang tidak diperlukan itu antara lain partikel padat (partikel yang tidak terkonversi), pengotor anorganik (halida, alkali, senyawa belerang dan nitrogen) dan kotoran organik (tar, aromatik dan karbon dioksid a). Gas hasil pembakaran/gas mampu bakar ini akan direaksikan dengan udara untuk dibakar menjadi energi. Pembakaran gas ini merupakan reaksi sintesis sehingga gas yang dihasilkan harus lebih murni. Oleh karena itu gas keluar didinginkan dan dibersihkan terlebih dahulu. Cara untuk membersihkan gas dari debu atau partikel yang tidak diinginkan yaitu tar, dengan filtrasi (scrubber). Sistem filtrasi dibagi menjadi dua, yaitu wet scrubber dan dry scrubber. Prinsip dasar dari semua jenis filtrasi sama yaitu membersihkan gas dari unsur-unsur seperti senyawa sulphur, nitrogen, debu yang terangkut oleh gas, kelembaban dari gas, temperatur gas serta produk distilasi yaitu tar, minyak serta gas-gas yang tidak terkondendasi dan uap air. 2.3.1 Venturi Scrubber Venturi scrubber masuk ke dalam jenis wet scrubber. Pada pengolahan ini, liquid yang digunakan adalah air. Venturi scrubber menggunakan prinsip differensial antara gas yang memiliki kecepatan yang tinggi dan aliran beban dari air untuk membuat droplet-droplet yang akan menangkap pengotor dan membuat pengotor terkumpul seperti kumpulan lumpur yang akan dialirkan ke pembuangan. Sebuah venturi scrubber terdiri dari 3 bagian, yaitu converging, throat dan diverging. Gas exhaust masuk menuju bagian converging. Liquid pencuci gas dimasukkan pada bagian throat atau pintu masuk menuju bagian converging. Gas exhaust yang dipaksa masuk dengan kecepatan sangat tinggi pada bagian throat yang sangat kecil, menyemprot liquid pada dinding venturi dan menghasilkan droplet sangat kecil dalam jumlah yang banyak. Pemisahan partikel dan gas terjadi pada bagian throat dimana gas exhaust bercampur dengan kabut

10 droplet dari scrubbing liquid. Gas exhaust kemudian keluar menuju bagian diverging dimana bagian diverging gas dipaksa untuk melambat. Venturi scrubber memberikan keuntungan lebih dalam pemisahan dan pembuatan ulang kabut air dibandingkan dengan metode pembersih gas lainnya. Venturi scrubber memiliki disain yang sederhana namun memiliki efisiensi yang tinggi. Keuntungan : 1. Sederhana, dengan mudah disesuaikan dengan pengaturan tekanan pada throat untuk efisiensi maksimum. 2. Mempunyai ketahanan terhadap temperatur dan korosi yang tinggi. 3. Dapat difungsikan pada konsentrasi pengotor yang tinggi sebagai pembuangan air. 2.3.2 Prinsip Dasar Venturi Scrubber Venturi scrubber merupakan suatu variasi peralatan yang besar untuk pemisahan zat padat atau cairan dari gas dengan menggunakan air untuk menggosok partikel dari gas itu. Scrubber dapat juga dikatakan berfungsi untuk mengurangi polutan udara yang dihasilkan oleh gas buang suatu industri. Air adalah cairan yang pada umumnya digunakan dalam proses scrubbing. Pada umumnya, scrubber mampu menghasilkan partikel dengan ukuran 5 µ diameter. Namun ada yang lebih spesifik yaitu mampu menghasilkan partikel dengan ukuran 1 µ - 2µ diameter.

11 Gambar 2. Venturi Scrubber Sumber : Gerals T.Joseph,Scrubber System Operation Review Self-Instruction Manual,North Carolina State University 2.3.3 Perhitungan Efisiensi Venturi scrubber Efisiensi kinerja venturi scrubber bertujuan untuk mengetahui kemampuan venturi scrubber dalam mengurangi kandungan tar yang dihasilkan updraft gasifier. Efisiensi kinerja venturi scrubber akan dipengaruhi oleh parameter kondisi operasi updraft gasifier. Efisiensi terbesar dihasilkan saat venturi scrubber bekerja pada kondisi yang optimal dalam mengurangi kandungan tar yang dihasillkan updraft gasifier. Untuk menghitung efiensi venturi scruber dalam mengurangi kandungan tar, dapat digunakan dengan perhitungan sebagai berikut : % efisiensi = 100% (Sumber : Sianipar,2012:48) Dimana : Ma = kandungan tar sebelum melewati venturi scrubber Mb = kandungan tar setelah melewati venturi scrubber 2.4 Proses Pembentukan Tar Tar adalah salah satu pengotor yang paling merugikan dan harus dihindari karena sifatnya korosif. Selain itu, tar memiliki bau yang tajam dan dapat mengganggu pernapasan. Secara visual tar dapat kita lihat berwarna hitam pekat

12 dan kental. Pada reaktor gasifikasi terbentuknya tar, yang memiliki bentuk approximate atomic CH 1,2 O 0,5, terjadi pada temperatur pirolisis yang kemudian terkondensasi dalam bentuk asap, namun pada beberapa kejadian tar dapat berupa zat cair pada temperatur yang lebih rendah. Apabila hasil gas yang mengandung tar relatif tinggi dipakai pada kendaraan bermotor, dapat menimbulkan deposit pada karburator dan intake valve sehingga menyebabkan gangguan. Desain gasifier yang baik setidaknya menghasilkan tar tidak lebih dari 1 g/m³. Pada gasifier jenis updraft tingkat kandungan tar relatif tinggi. Tar yang dihasilkan oleh updraft bersifat primari. Tar terbentuk pada zona pirolisis dan hasil produk sampingan dari proses gasifikasi. Proses pembentukan secara kimia dapat di definiskan: C n H m O p (biomass) + panas = Σ C x H y O z tar + Σ C a H b O c gas + H 2 O + C (arang) Proses pembentukan tar bergantung pada dua faktor. Faktor-faktor tersebut adalah faktor temperatur,dan tinggi reaktor. Saat temperatur rendah (dibawah 500 o C), produksi tar awalnya meningkat, lalu kemudian menurun seiring dengan semakin tingginya temperatur. Dengan begitu dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi temperatur, produksi tar akan semakin menurun. Hal ini dikarenakan pada temperature tinggi, tar akan mengalami proses cracking. Proses cracking adalah proses dimana tar berubah menjadi gas seperti O 2, CO, CO 2, dan H 2 O. Setiap alat gasifikasi memiliki karakteristiknya msing-masing sehingga mempengaruhi hasil dari reaksi yang terjadi pada alat-alat gasifikasi tersebut. Berikut ini adalah tabel perbedaan kadar tar pada gasifikasi biomassa. Jenis Gasifikasi Tabel 2. Kandungan Tar pada Gasifikasi Rata-Rata Konsentrasi Tar dalam Produk (gr/nm 3 ) Persentase Tar pada Bahan Bakar Biomassa Downdraft <1 <2 Fluidized Bed 10 1-5 Updraft 50 10-20 Sumber : Kurniawan, 2012

13 Pengaruh tinggi reaktor terhadap produksi tar berhubungan dengan residence time. Semakin lama gas berada di dalam reaktor, semakin banyak pula tar yang mengalami proses cracking dalam temperatur yang sama. Dengan semakin besarnya residence time, semakin rendah pula temperatur yang dibutuhkan untuk membuat tar mengalami proses cracking. Residence time dari gas dapat ditingkatkan dengan memperbesar reaktor atau menambah tinggi reaktor. Hal ini sangat berbeda dengan downdraft. Pada downdraft gas hasil pengeringan akan di tarik kebawah, sehingga tar mengalami pemanasan kembali yang mengakibatkan temperatur tar meningkat sehingga massa tar berkurang. 2.5 Perhitungan Kandungan Tar dalam Syngas 2.5.1 Kandungan Tar dalam Syngas Masuk Venturi scrubber Tar yang terkandung dalam syngas yang masuk ke venturi scrubber merupakan tar yang terbawa syngas keluar reaktor, yang di hasilkan pada proses pirolisis dalam reaktor. Persamaan yang digunakan sebagai berikut : Kandungan tar = ( ) (Sumber : Sianipar, 2012:48) 2.5.2 Kandungan Tar dalam Syngas Keluar Venturi scrubber Tar yang terkandung dalam syngas keluar dari venturi scrubber merupakan sisa tar yang tidak tertangkap oleh air. Persamaan yang digunakan adalah : Kandungan tar = ( ) (Sumber : Sianipar, 2012:48) 2.6 Tempurung Kelapa Tempurung kelapa merupakan bagian dari buah kelapa yang fungsinya secara biologis adalah pelindung inti buah dan terletak di bagian sebelah dalam sabut dengan ketebalan berkisar antara 2-6 mm. Tempurung kelapa dikategorikan sebagai kayu keras dengan kadar air sekitar 6-9 % (dihitung berdasarkan berat kering). Pemanfaatan buah kelapa selama ini baru sebatas daging buahnya untuk dijadikan santan, kopra dan minyak. Untuk tempurung kelapa hanya sebatas

14 dibakar untuk menghasilkan arang aktif sehingga perlu dilakukan pemanfaatan agar tidak mencemari lingkungan serta diharapkan dapat menjadi sumber energi alternatif bagi masyarakat maupun industri.. Berikut data komposisi kimia tempurung kelapa dapat dilihat pada tabel 3. Tabel 3. Komposisi Kimia Tempurung Kelapa Komponen Persentase (%) Selulosa 26,6 Hemisesulo sa 27,7 Lignin 29,4 Abu 0,6 Komponen Ekstraktif 4,2 Uronat Anhidrat 3,5 Nitrogen 0,1 Air 8,0 Sumber: Najib, et al, 2012 Produksi kelapa khususnya di Sumatera Selatan cukup berpotensi. Data 5 tahun terakhir produksi kelapa dapat dilihat pada tabel 4. Tabel 4. Produksi Kelapa Menurut Provinsi Sumatera Selatan, 2009-2013 Tahun 2009 2010 2011 2012 2013 Produksi 59.035 54.001 66.037 59.366 60.070 Pertumbuhan (%) 1,19 Sumber: Direktorat Jenderal Perkebunan, 2014 Berdasarkan tabel 4, terjadi peningkatan produksi di Sumatera Selatan sebesar 1,19 %. Dengan melihat pertumbuhan tersebut maka tempurung kelapa cukup berpotensi untuk dijadikan bahan baku proses gasifikasi. Dari 1,1 juta ton/tahun tempurung dengan kemungkinan energi yang dapat dihasilkan 18,7 x 106 GJ/tahun (Ihsan, et al, 2012). Selain itu, kandungan karbon yang terkandung dalam tempurung kelapa cukup besar seperti ditunjukkan hasil analisa ultimate pada tabel 5. Tabel 5. Hasil Pengujian Ultimate, Proximate, dan Lower Heat Value (LHV) Tempurung Kelapa

15 Komponen Analisa Ultimate (%w) Analisa Proximate (%w) Nilai Kalor Tempurung Kelapa (KJ/kg) Carbon (C) 47,89 Hydrogen (H) 6,09 Oxygen (O) 45,75 Nitrogen (N) 0,22 Sulphur (S) 0,05 Volatile Matter 68,82 Moisture 6,51 Ash 7,56 Fixed Carbon 17,11 Low Heating Value 20890 Sumber : Najib, et al, 2012 2.7 Orifice Meter Pada proses pengoperasian alat gasifikasi, komposisi aliran udara sebagai komponen utama oksidasi harus diberikan dengan tepat. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan proses oksidasi yang baik dan efisien. Blower pada sistem gasifikasi updraft berperan untuk memberikan pasokan udara tersebut ke ruang bakar. mendapatkan komposisi udara oksidasi yang pas, maka pipa pasokan udara blower harus terpasang orifis dan manometer yang tersambung dengan katub untuk mengatur besar kecilnya hembusan udara. Orifis adalah salah satu alat pengukur tekanan fluida pada suatu sistem pemipaan. Alat ini mempunyai sekat pada sambungannya yang telah diberikan lubang dengan diameter tertentu. Pada bagian depan dan belakang sekat orifis terdapat lubang manometer yang berfungsi sebagai tabung pengukur perbedaan fluida yang masuk dan keluar dari sekat orifis. Aliran udara sebelum masuk sekat orifis akan lebih besar daripada udara setelah keluar dari orifis. Pebedaan tersebut akan menghasilkan perbedaan tinggi fluida yang terjadi pada tabung manometer. Untuk menghitung besar flowrate aliran fluida yang masuk ke dalam pipa, maka diasumsikan alirannya adalah steady-state, densitas fluida konstan, aliran fluida laminar (tidak ada perubahan elevasi), dan kerugian akibat gesekan diabaikan. Kemudian gunakan persamaan Bernoulli seperti di bawah ini : +.. = +.. (Mc Cabe et.al., 1993 : 220)

16 Dimana: P 1 = tekanan fluida hulu (Pa) V 1 = kecepatan hulu (m/s) P 2 = tekanan fluda hilir (Pa) V 2 = kecepatan fluida pada orifis ρ = densitas fluida (kg/m 3 ) Dengan persamaan kontinuitas =. =. (Mc Cabe et.al., 1993 : 220) Dimana: A 1 = luas penampang pipa (m 2 ) Q = aliran volumetric (m 3 /s) A 2 = luas lubang orifis (m 2 ) Sehingga =.... (Mc Cabe et.al., 1993 : 221) Kemudian didapatkan Q sebesar = ( ) ( ) (Mc Cabe et.al., 1993 : 221) Kemudian masukan nilai Cd yaitu nilai koefisien debit dalam perhitungan ini dapat digunakan Cd = 0,6 sedangkan β = d2/d1 sehingga diperoleh persamaan = ( ) (Mc Cabe et.al., 1993 : 221) Cd = koefisien debit β = rasio diameter lubang orifis-pipa Parameter - parameter pada persamaan di atas sudah dapat dicari menggunakan alat orifis sehingga dapat dihitung besar dabit (Q) dengan menggunakan persamaan di atas. Untuk mencari laju aliran masa (ṁ), maka nilai Q dapat langsung dikalikan dengan rho ( ρ) fluida yang mengalir, atau dapat gunakan rumus dibawah ini : ṁ =. (Mc Cabe et.al., 1993 : 221) Dimana: ṁ = laju aliran masa (kg/s)