BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penelitian Bayu Dwi Nurwicaksono, 2013

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membutuhkan sumber daya manusia yang dapat diandalkan. Pembangunan manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. membutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas dan dapat diandalkan. Tanpa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan Pembukaan UUD 1945 dilatarbelakangi oleh realita permasalahan kebangsaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Konteks Penelitian. Tujuan pendidikan nasional yaitu Pendidikan nasional berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. tinggi. Jika terjadi yang sebaliknya efisiensinya berarti rendah.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan pendidikan nasional dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN

DAFTAR ISI. ABSTRAK... Error! Bookmark not defined. ABSTRACT...ii. KATA PENGANTAR... Error! Bookmark not defined.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rezki Puteri Syahrani Nurul Fatimah, 2015

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan karakter merupakan salah satu upaya kebijakan dari pemerintah

PENYELENGGARAAN PENGELOLAAN PENGETAHUAN TRADISIONAL & EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL. Dra. Dewi Indrawati MA 1

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm. 6. 2

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan karakter yang merupakan upaya perwujudan amanat Pancasila

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. informal dalam keluarga, komunitas suatu suku, atau suatu wilayah.

Memahami Budaya dan Karakter Bangsa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. demokratis senantiasa memberi perhatian terhadap pendidikan melalui regulasi yang mengatur

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Budi Utomo, 2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Bab Pendahuluan Ini Memuat : A. Latar Belakang, B. Fokus Penelitian,C. Rumusan

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan ini dapat diperoleh dengan latihan yang intensif dan bimbingan yang

PENTINGNYA PENDIDIKAN KARAKTER DI PERGURUAN TINGGI: KAJIAN TEORITIS PRAKTIS

2013 POLA PEWARISAN NILAI-NILAI SOSIAL D AN BUD AYA D ALAM UPACARA AD AT SEREN TAUN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. memiliki pengetahuan dan keterampilan serta menguasai teknologi, namun juga

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Penelitian ini adalah studi aplikatif terhadap materi penyadapan seni tradisi

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan pada aspek afektif, kognitif dan psikomotor. Upaya untuk

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. Ruang Publik Yaroana Masigi berada di tengah-tengah permukiman

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pepatah Jawa dinyatakan bahwa budaya iku dadi kaca benggalaning

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal yang utama untuk membentuk karakter siswa yang

Budaya (kearifan local) Sebagai Landasan Pendidikan Indonesia Untuk Membentuk Daya Saing dan Karakter Bangsa

BAB I PENDAHULUAN. dengan memudarnya sikap saling menghormati, tanggung jawab,

keunggulan daerah, yang materinya tidak dapat dikelompokkan ke dalam mata pelajaran yang ada (Yamin, 2010:64). Tetapi terkadang dalam

BAB I PENDAHULUAN. Kekayaan budaya itu tersimpan dalam kebudayaan daerah dari suku-suku bangsa yang

I. PENDAHULUAN. yaitu: sikap, proses, produk, dan aplikasi. Keempat unsur utama tersebut

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat pesisir pantai barat. Wilayah budaya pantai barat Sumatera, adalah

KONSEP PENDIDIKAN. Imam Gunawan

BAB I PENDAHULUAN. fenomena/gejala kian merenggangnya nilai-nilai kebersamaan, karena semakin suburnya

BAB I PENDAHULUAN. kualitas kepribadian serta kesadaran sebagai warga negara yang baik.

PEMAHAMAN DAN KESIAPAN PELAKSANAAN PENDIDIKAN KARAKTER

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. dan melakukan tindak lanjut hasil pembelajaran. Guru adalah pemeran utama

SALINAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2017 TENTANG STANDAR PENDIDIKAN GURU

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

PENANAMAN KARAKTER DISIPLIN DAN TANGGUNG JAWAB (Studi Kasus pada Kegiatan Ekstrakurikuler Paskibra di SMA Negeri 1 Sragen) NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Bab 2 pasal 3 UU Sisdiknas berisi pernyataan sebagaimana tercantum

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. karakter dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dharma Kesuma, dkk, Pendidikan Karakter Kajian Teori dan Praktik di Sekolah, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), hlm. 5.

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan I - 1

BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG PERATURAN BUPATI KARAWANG

BAB I PENDAHULUAN. dan patriotisme bela negara, penghargaan terhadap hak-hak asasi manusia,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kesatuan yang dibangun di atas keheterogenan

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK PERTAMBANGAN SIKAP

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana tercantum di dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Atik Rahmaniyar, 2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dari belum mengerti sampai mengerti agar lebih maju dan handal dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jenny Fitria, 2014

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional kabupaten hingga diimplementasikan langsung disekolah

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa serta agar pemerintah mengusahakan dan. mengembangkan diri sebagai manusia Indonesia seutuhnya.

No Indonesia. Selain itu, hasil karya Arsitektur dapat mewujudkan pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan. Dalam melakukan kegiat

BAB I PENDAHULUAN. Bima itu. Namun saat adat istiadat tersebut perlahan-lahan mulai memudar, dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. objeknya manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu kebanggaan nasional (national pride) bangsa Indonesia adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kurikulum Nasional merupakan pengembangan dari Kurikulum 2013 yang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm Depdikbud, UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta :

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

BAB I PENDAHULUAN. sampai merauke, menyebabkan Indonesia memiliki banyak pulau. dijadikan modal bagi pengembang budaya secara keseluruhan.

V BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi terutama teknologi

BAB I. Seni Pertunjukan Daerah Dulmuluk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan masyarakat sehingga membuat orang dan masyarakat menjadi beradab.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ageng Sine Yogi, 2014

I. PENDAHULUAN. berkualitas. Menurut Undang-undang Sisdiknas, Pendidikan adalah usaha

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Upaya mewujudkan pendidikan karakter di Indonesia yang telah

BAB I PENDAHULUAN. adalah generasi penerus yang menentukan nasib bangsa di masa depan.

JENIS-JENIS KOMPETENSI GURU TK

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. lampau dimana kawasan Sumatera Utara masuk dalam wilayah Sumatera Timur

I. PENDAHULUAN. Upaya pemerintah dalam menanamkan kembali nilai-nilai karakter (luhur) dilatar

- 1 - PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG PENGEMBANGAN, PEMBINAAN, DAN PELINDUNGAN BAHASA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia menjadi penghela ilmu pengetahuan (carrier of knowledge).

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai makhluk hidup manusia dituntut memiliki perilaku yang lebih baik dari

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan pendidikan, sampai kapanpun dan dimanapun ia berada.

BAB I PENDAHULUAN. Nasional dinyatakan bahwa Pendidikan nasional...bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. terlepas dari kondisi sosial kultural masyarakat. Pendidikan memiliki tugas

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penelitian Tradisi sedekah bumi dengan berbagai macam istilah memang banyak diadakan di berbagai tempat di pulau Jawa. Namun, tradisi ini sudah tidak banyak diadakan di kota-kota besar. Surabaya sebagai kota metropolitan terbesar kedua di negeri ini ternyata sebagian masyarakatnya masih melestarikan tradisi sedekah bumi yang diberi istilah Rupa Bumi (RB). Tradisi itu hidup di wilayah pertanian perkotaan (urban farming) di kawasan barat Kota Surabaya. Berdasarkan hasil orientasi awal ke wilayah pertanian perkotaan tersebut diketahui bahwa setiap satu tahun sekali terdapat rangkaian tradisi RB yang diadakan selama dua sampai lima hari berturut-turut di beberapa wilayah Kelurahan Made Kecamatan Sambikerep yang merupakan wilayah pertanian perkotaan. Pada acara RB itu, warga membawa gunungan hasil panen seperti buah-buahan dan sayur-mayur yang dihias berbentuk ayam jago serta tumpengnya. Gunungan dan tumpeng itu diarak menuju punden Singojoyo yang merupakan petilasan orang pertama yang mbabat deso atau membuka lahan di daerah tersebut. Kemudian sesampainya di punden tersebut dilangsungkan penceritaan Asal Mula Desa Made (AMDM) dan tradisi RB. Setelah itu, warga berdoa dan memakan bersama gunungan dan tumpeng tersebut. Kemudian acara dilanjutkan dengan kegiatan tradisional seperti permainan okol (gulat tradisional). Rangkaian tradisi RB itu unik untuk dikaji karena dilestarikan oleh masyarakat pertanian perkotaan yang secara sosiokultural wilayah di sekitarnya telah menunjukkan model masyarakat metropolitan. Kajian ini akan mengeksplorasi nilai budaya dan pendidikan karakter berbasis

kearifan lokal di balik tradisi RB yang mengakar kuat tersebut sebab nilainilai kearifan lokal itu mengandung pandangan, pengetahuan, kepercayaan, nilai, norma, moral, etika, dan gagasan kelembagaan yang berpola-terorganisasi serta menyumbang terpeliharanya kondisi tatanan kehidupan masyarakat di berbagai bidang kemajuan. Nilai budaya dan pendidikan karakter yang terepresentasikan dari kearifan lokal itulah nantinya yang merupakan muatan etnopedagogi. Hal itu sejalan dengan upaya pembangunan karakter yang juga merupakan upaya perwujudan amanat Pancasila dan Pembukaan UUD 1945 yang dilatarbelakangi oleh realita permasalahan kebangsaan yang berkembang saat ini, seperti disorientasi dan belum dihayatinya nilai-nilai pancasila; keterbatasan perangkat kebijakan terpadu dalam mewujudkan nilai-nilai pancasila; bergesernya nilai etika dalam kehidupan berbangsa dan bernegara; memudarnya kesadaran terhadap nilai-nilai budaya bangsa; ancaman disintegrasi bangsa; dan melemahnya kemandirian bangsa (Buku Induk Kebijakan Nasional Pembangunan Karakter Bangsa 2010 2025). Oleh sebab itu, pemerintah menjadikan pembangunan karakter sebagai salah satu program prioritas pembangunan nasional yang secara implisit telah ditegaskan dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) tahun 2005 2025. Dalam RPJPN itu pendidikan karakter ditempatkan sebagai landasan untuk mewujudkan visi pembangunan nasional, yaitu mewujudkan masyarakat berakhlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya, dan beradab berdasarkan falsafah Pancasila. Penelitian berbasis tradisi lisan dalam konteks sedekah bumi dengan berbagai jenis dan bentuknya telah dilakukan beberapa peniliti. Di antaranya Endraswara (2006) tentang mistisisme dalam seni spiritual bersih desa di kalangan penghayat kepercayaan. Kemudian Sutarto (2011) tentang menjaga tradisi dan mengharap rezeki dalam upacara petik laut di pantai utara Jawa Timur. Adapun penelitian tentang kampung Made pernah dilakukan oleh Soelistyarini (2009) dengan fokus kajian pada

harmoni kehidupan dalam pluralitas masyarakat kampung Made sebagai wujud warisan budaya. Berdasarkan data-data penelitian terdahulu itu terlihat bahwa tradisi lisan berkait erat dengan kearifan lokal. Namun demikian, tradisi lisan yang kaitannya dengan nilai budaya dan pendidikan karakter dalam masyarakat pertanian perkotaan belum ada yang meneliti secara khusus. Atas dasar itu, penelitian ini memiliki daya tawar yang penting dalam upaya mengeksplorasi nilai budaya dan pendidikan karakter berbasis kearifan lokal masyarakat pertanian perkotaan yang oleh Soelistyarini (2009) dalam penelitiannya dijelaskan pula bahwa masyarakat kampung Made merupakan masyarakat multietnis. Melalui analisis hasil kajian tradisi lisan itu, selanjutnya dapat dibuat ancangan revitalisasinya dalam konteks etnopedagogi sebagai usaha penguatan nilai budaya dan pendidikan karakter berbasis kearifan lokal pada ranah pendidikan formal dan nonformal. Hal itu senada dengan Alwasilah, dkk. (2009) yang memandang bahwa etnopedagogi sebagai praktik pendidikan berbasis kearifan lokal dalam berbagai ranah serta menekankan pengetahuan atau kearifan lokal sebagai sumber inovasi dan keterampilan yang dapat diberdayakan demi kesejahteraan masyarakat. Kearifan lokal tersebut terkait dengan bagaimana pengetahuan dihasilkan, disimpan, diterapkan, dikelola, dan diwariskan. 1.2. Identifikasi Masalah Penelitian Berdasarkan paparan sebelumnya, tradisi lisan RB yang hidup di Kampung Made Kota Surabaya tersebut menyimpan nilai-nilai pendidikan karakter bernuansa kearifan lokal. Kekhawatiran terhadap situasi multietnis dan modernisasi yang kian pesat pada kenyataannya tidak mendesak keberlanjutan tradisi lisan di kawasan pertanian perkoataan masyarakat Kampung Made. Bagaimana nilai budaya dan pendidikan karakter bernuansa kearifan lokal tersebut dapat diangkat dan diaktualisasikan dalam ranah pendidikan formal dan nonformal belum

terungkap secara empiris sehingga diperlukan penelitian untuk mengungkapnya. Sesuai dengan identifikasi masalah tersebut, penelitian ini berfokus mengeksplorasi nilai budaya dan pendidikan karakter berbasis kearifan lokal dalam tradisi lisan RB dan membuat ancangan revitalisasinya melalui implementasi kurikulum 2013 dan program agrowisata. Dalam revitalisasi itu, peneliti mengidentifikasi ranah etnopedagogi menjadi tiga bahasan, yakni (a) belajar tentang budaya, (b) belajar dengan budaya, dan (c) belajar melalui budaya. Pembabakan ranah kajian tersebut didasarkan pada pendapat Goldberg (Fadli, 2007) yang menyatakan bahwa pembelajaran berbasis budaya merupakan strategi penciptaan lingkungan belajar dan perancangan pengalaman belajar yang mengintegrasikan budaya sebagai bagian dari proses pembelajaran. Melalui pembelajaran berbasis budaya, siswa dan masyarakat bukan sekadar meniru dan/atau menerima saja informasi yang disampaikan tetapi siswa dan masyarakat menciptakan makna, pemahaman, dan arti dari informasi yang diperolehnya. 1.3. Pertanyaan-pertanyaan Penelitian Agar dapat mengungkap masalah tersebut secara sistematis, diperlukan suatu rumusan pertanyaan penelitian yang jelas. Berikut ini adalah rumusan pertanyaan penelitiannya. a) Bagaimana deskripsi proses pelaksanaan tradisi lisan RB? b) Bagaimana kearifan lokal berdasarkan bentuk teks tradisi lisan RB? c) Bagaimana kearifan lokal berdasarkan bentuk ko-teks tradisi lisan RB? d) Bagaimana kearifan lokal berdasarkan bentuk konteks tradisi lisan RB? e) Bagaimana isi nilai budaya berbasis kearifan lokal dalam tradisi lisan RB? f) Bagaimana isi nilai pendidikan karakter berbasis kearifan lokal dalam tradisi lisan RB?

g) Bagaimana ancangan revitalisasi nilai budaya dan pendidikan karakter berbasis kearifan lokal dalam tradisi lisan RB melalui implementasi kurikulum 2013 dan program agrowisata? 1.4. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan proses pelaksanaan tradisi lisan RB, mengeksplorasi nilai budaya dan pendidikan karakter berbasis kearifan lokal yang terkandung di dalamnya, lalu membuat ancangan revitalisasi nilai budaya dan pendidikan berbasis kearifan lokal itu melalui implementasi kurikulum 2013 dan program agrowisata. Untuk mencapai tujuan itu, hal-hal yang dibahas dalam penelitian ini mencakup pokok-pokok berikut: a) deskripsi proses pelaksanaan tradisi lisan RB b) kearifan lokal berdasarkan bentuk teks tradisi lisan RB c) kearifan lokal berdasarkan bentuk ko-teks tradisi lisan RB d) kearifan lokal berdasarkan bentuk konteks tradisi lisan RB e) nilai budaya berbasis kearifan lokal dalam tradisi lisan RB f) nilai pendidikan karakter berbasis kearifan lokal dalam tradisi lisan RB g) ancangan revitalisasi nilai budaya dan pendidikan karakter dalam tradisi lisan RB melalui implementasi kurikulum 2013 dan program agrowisata. 1.5. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat yang besar dalam pengembangan ilmu pendidikan. Manfaat tersebut ada dua, yakni 1) Manfaat Teoretis: a. memberikan pengalaman kognitif tentang budaya tradisi lisan RB kepada masyarakat termasuk di dalamnya siswa dan guru. b. merefleksikan nilai budaya dan pendidikan karakter berbasis kearifan lokal dalam tradisi lisan RB yang merupakan warisan generasi terdahulu.

c. menginternalisasikan nilai budaya dan pendidikan karakter berbasis kearifan lokal dalam tradisi lisan RB kepada generasi saat ini dan mendatang. 2) Manfaat Praktis: a. bagi masyarakat, penelitian ini bermanfaat untuk menumbuhkan motivasi sikap memiliki tradisi lisan yang menjadi identitas kultural masyarakat pendukungnya dengan cara membelajarkan tentang budaya tradisi lisan RB, belajar dengan budaya tradisi lisan RB, dan belajar melalui budaya tradisi lisan RB dalam kerangka ancangan revitalisasi melalui program agrowisata pada ranah pendidikan nonformal. b. bagi dunia pendidikan, penelitian ini bermanfaat sebagai inspirasi model, metode, media, dan bahan ajar pembelajaran di sekolah berbasis budaya yang mencakup konsep belajar tentang, dengan, dan melalui budaya tradisi lisan RB dalam kerangka ancangan revitalisasi melalui implementasi kurikulum 2013 pada ranah pendidikan formal. 1.6. Definisi Operasional Definisi operasional bertujuan untuk menghindari kesalahan penafsiran dalam penelitian. Untuk lebih memahami peristilahan yang digunakan dalam penelitian, berikut ini dikemukakan definisi operasionalnya. a. Eksplorasi nilai budaya berbasis kearifan lokal pada tradisi lisan RB dalam kajian etnopedagogi yang dimaksud dalam penelitian ini secara operasional adalah analisis secara mendalam terhadap nilai-nilai budaya yang terkandung dalam kearifan lokal bentuk teks, ko-teks, dan konteks tradisi lisan RB berdasarkan pada penjelajahan lapangan di Kampung Made Kota Surabaya saat praktik pendidikan nonformal berbasis kearifan lokal baik yang melalui proses enkulturasi (pembudayaan tradisi RB dari tahun ke tahun) maupun sosialisasi

(pencerahan arti penting tahapan tradisi beserta unsur material yang mengikutinya terhadap kehidupan). b. Eksplorasi nilai pendidikan karakter berbasis kearifan lokal pada tradisi lisan RB dalam kajian etnopedagogi yang dimaksud dalam penelitian ini secara operasional adalah analisis secara mendalam terhadap nilai-nilai pendidikan karakter yang terkandung dalam kearifan lokal bentuk teks, ko-teks, dan konteks tradisi lisan RB berdasarkan pada penjelajahan lapangan di Kampung Made Kota Surabaya saat praktik pendidikan nonformal berbasis kearifan lokal baik yang melalui proses enkulturasi (pembudayaan tradisi RB dari tahun ke tahun) maupun sosialisasi (pencerahan arti penting tahapan tradisi beserta unsur material yang mengikutinya terhadap kehidupan). 1.7. Anggapan Dasar Penelitian Anggapan dasar yang dijadikan sebagai pedoman penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Masyarakat Kampung Made Kota Surabaya memiliki warisan budaya positif yang perlu ditumbuhkembangkan dan diangkat sebagai sumber ilmu pengetahuan. b. Nilai budaya dan pendidikan yang terkandung dalam tradisi lisan RB dapat digunakan sebagai landasan dalam membentuk karakter yang baik dan kuat pada masyarakat Kampung Made Kota Surabaya pada khususnya dan karakter bangsa Indonesia pada umumnya. c. Tradisi lisan RB sebagai bentuk tradisi masyarakat dapat diteliti dari berbagai bidang keilmuan. d. Tradisi lisan RB dapat membantu mengurangi kesenjangan sosial dan budaya pada konteks masyarakat multietnis seperti yang terdapat pada Kampung Made Kota Surabaya.

e. Hasil penelitian langka kajian tradisi lisan ini dapat menjadi bahan ajar bahasa Indonesia pada materi teks cerita moral dan teks cerita prosedur sesuai ancangan kurikulum 2013 yang berbasis teks dengan pendekatan sains. f. Hasil penelitian langka kajian tradisi lisan ini dapat menguatkan potensi wisata pertanian di perkotaan bernuansa etnopedagogi di Kampung Made Kota Surabaya