KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

dokumen-dokumen yang mirip
KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2012 NOMOR 50 SERI E

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2015 TENTANG BADAN PERTANAHAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA TANGERANG SELATAN

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG

BERITA DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN WALIKOTA SEMARANG

PERATURAN MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 03a/M/PER/VI/2010

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 17 TAHUN 2008 TENTANG INSPEKTORAT KABUPATEN TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

: 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara; 2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara;

WALIKOTA TANGERANG SELATAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2015 TENTANG BADAN PERTANAHAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2007 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN WALIKOTA SEMARANG

LEMBARAN BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.597,2012

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KECAMATAN DAN KELURAHAN DI KABUPATEN BANYUMAS

WALIKOTA TANGERANG SELATAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA,

BERITA DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN WALIKOTA SEMARANG

BUPATI PESISIR SELATAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 4 TAHUN 2004 T E N T A N G

BERITA DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN WALIKOTA SEMARANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PEMERINTAH KABUPATEN BONDOWOSO

GUBERNUR JAWA TENGAH

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 82 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA INSPEKTORAT PROVINSI

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 16 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KECAMATAN DAN KELURAHAN

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 57 Tahun 2007 tentang Petunjuk Teknis Penataan Organisasi Perangkat Daerah.

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

BAB II PEMBENTUKAN Pasal 2. Dengan Peraturan Walikota ini dibentuk Rumah Susun Sewa. BAB III KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN. Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan. Organisasi dan Tata Kerja.

WALIKOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 49 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 93 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA KELURAHAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAROS NOMOR : 03 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN, SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA KECAMATAN KABUPATEN MAROS

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN WALIKOTA SEMARANG

WALIKOTA TANGERANG SELATAN

WALIKOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN WALIKOTA SEMARANG

BUPATI BANJAR PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI BANJAR NOMOR 61 TAHUN 2016 TENTANG

LEMBARAN BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAROS NOMOR 05 TAHUN 2006

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 52/PMK.01/2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEPEMIMPINAN

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 16 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LAMONGAN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 13 TAHUN 2005 TENTANG

WALIKOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 32 TAHUN 2008

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 11/Permentan/OT.140/3/2006 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI PENELITIAN AGROKLIMAT DAN HIDROLOGI

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL

WALIKOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 34 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG NOMOR 23 TAHUN 1995 TENTANG

BUPATI BANJAR PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI BANJAR NOMOR 53 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BANJAR PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI BANJAR NOMOR 72 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BANTUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAHAN KABUPATEN BINTAN

LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2007 NOMOR : 2 PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG

LEMBARAN DAERAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA

BUPATI LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK BARAT,

BERITA DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN WALIKOTA SEMARANG

2017, No Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lem

BUPATI SELUMA KEPUTUSAN BUPATI SELUMA NOMOR TAHUN 2014 TENTANG

MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI NOMOR : 10/M/PER/XII/2006

BERITA DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN WALIKOTA SEMARANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG NOMOR 20 TAHUN 1995 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KOORDINASI PERGURUAN TINGGI SWASTA

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2005 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH KOTA TANJUNGPINANG PERATURAN DAERAH KOTA TANJUNGPINANG NOMOR TAHUN 2009

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG NOMOR 12 TAHUN 1995 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA TENTANG

BERITA DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2011 NOMOR 50 PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 15-T TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 03 TAHUN 2008 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG

WALIKOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 45 TAHUN 2008 TENTANG

WALIKOTA SORONG PERATURAN DAERAH KOTA SORONG NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KANTOR PENGOLAHAN DATA ELEKTRONIK KOTA SORONG

BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 88 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P. 28 /Menhut-II/2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI PENELITIAN TEKNOLOGI AGROFORESTRY

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 5 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG

WALIKOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 2 TAHUN

BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL

PEMERINTAH KABUPATEN TULUNGAGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR : 6 TAHUN 2008 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN NGAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGAWI NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KECAMATAN DAN KELURAHAN

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA. Nomor : 04/P/M.KOMINFO/5/2005 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT DEWAN PERS

WALIKOTA TANGERANG SELATAN

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 49/Permentan/OT.140/6/2007 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI PENGELOLA ALIH TEKNOLOGI PERTANIAN

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 79 TAHUN 2016 TENTANG

- 1 - PERATURAN KEPALA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG BALAI PENDIDIKAN DAN PELATIHAN GEOSPASIAL

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KONAWE UTARA NOMOR 3 TAHUN 2011 T E N T A N G PEMBENTUKAN BADAN KETAHANAN PANGAN KABUPATEN KONAWE UTARA

LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI NOMOR : 6 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 15 TAHUN 2008 SERI : D NOMOR : 4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 15 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 6 TAHUN 2004 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN WALIKOTA SEMARANG

Transkripsi:

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG STRUKTUR ORGANISASI BADAN PENGELOLAAN DAN PEMBIAYAAN REFORMA AGRARIA REGIONAL, CABANG DAN RANTING DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA Menimbang Mengingat : a. bahwa bangsa Indonesia saat ini mengadapi permasalahan kemiskinan dan pengangguran. b. bahwa pegelolaan pertanahan selama ini terjadi ketimpangan peguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah (P4T). c. bahwa konflik, sengketa, perkara semakin meningkat baik kualitas maupun kuantitasnya. d. bahwa salah satu upaya untuk mengatasi persoalan di atas sangat mendesak untuk dilaksanakan Reforma Agraria. e. bahwa untuk itu dipandang perlu menetapkan Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia tentang Struktur Organisasi Badan Pengelolaan dan Pembiayaan Reforma Agraria Regional, Cabang dan Ranting. : 1. Undang-Undang No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokokpokok Agraria (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1960 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2043). 2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355). 3. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Repbulik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389). 4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437). 5. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum. 6. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2003 tentang Kebijakan Nasional di Bidang Pertanahan. 7. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2006 tentang Badan Pertanahan Nasional. 8. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 98/M Tahun 2005 tentang Pengangkatan Kepala Badan Pertanahan Nasional. MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA TENTANG STRUKTUR ORGANISASI BADAN PENGELOLAAN DAN PEMBIAYAAN REFORMA AGRARIA REGIONAL, CABANG DAN RANTING

- 2 - BAB I BADAN PENGELOLAAN DAN PEMBIAYAAN REFORMA AGRARIA REGIONAL Bagian Pertama Kedudukan, Tugas dan Fungsi Pasal 1 (1) Badan Pengelolaan dan Pembiayaan Reforma Agraria Regional yang selanjutnya dalam peraturan ini disebut BPP RAReg berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktur Utama Badan Pengelolaan dan Pembiayaan Reforma Agraria Nasional. (2) BPP RAReg dipimpin oleh Direktur Regional. Pasal 2 (1) BPP RAReg mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan dan pemberdayaan asset berupa tanah secara optimal dan memberikan fasilitas serta akses ekonomi dan sosial bagi kepentingan penerima manfaat di tingkat provinsi atau beberapa provinsi. (2) Pengelolaan dan pemberdayaan sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) berdasarkan kebijakan yang telah ditetapkan oleh Badan Pengelolaan dan Pembiayaan Reforma Agraria Nasional. Pasal 3 Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam pasal 2, BPP RAReg a. Penyusunan perencanaan pembiayaan atas kegiatan Reforma Agraria di tingkat regional. b. Pengkoordinasian perencanaan kegiatan Reforma Agraria di tingkat Regional, cabang dan ranting. c. Penyusunan perencanaan kegiatan Reforma Agraria di tingkat regional. d. Pengkoordinasian kegiatan Reforma Agraria di tingkat regional. e. Pembinaan dan pengendalian kegiatan Reforma Agraria di tingkat regional, cabang dan ranting. f. Pengelolaan resiko kegiatan Reforma Agraria di tingkat regional. g. Pengendalian pemilihan subjek sebagai penerima manfaat Reforma Agraria di tingkat regional. h. Pengelolaan subjek sebagai penerima manfaat Reforma Agraria di tingkat regional. i. Pemberian dan fasilitasi akses Reforma Agraria di tingkat regional. j. Fasilitasi penguatan hak atas tanah dan kebutuhan pembiayaan termasuk penyelesaian administrasi pertanahan di tingkat regional. k. Pelaksanaan kegiatan pemberdayaan masyarakat dan pengembangan usaha di tingkat regional. l. Pemberdayaan subjek dan objek Reforma Agraria di tingkat regional melalui kemandirian dan kemitraan. m. Pelaksanaan kerja sama dengan pihak ketiga dalam rangka pemberdayaan subjek dan objek Reforma Agraria di tingkat regional. n. Pelaksanaan kegiatan usaha lain termasuk pengadaan sumber daya manusia dan perlengkapan yang telah ditetapkan Badan Pengelolaan dan Pembiayaan Reforma Agraria Nasional. o. Monitoring dan evaluasi kegiatan Reforma Agraria di tingkat regional, cabang dan ranting. p. Pelaksanaan pelaporan kegiatan dan pertanggungjawaban keuangan atas kegiatan Reforma Agraria di tingkat regional. Bagian Kedua Susunan Organisasi Pasal 4 BPP RAReg terdiri dari: a. Kepala Regional b. Sekretaris c. Bidang Penerima Manfaat dan Objek Reforma Agraria serta Fasilitasi Penguatan Hak d. Bidang Infrastruktur e. Bidang Pemberdayaan Masyarakat dan Pengembangan Usaha

- 3 - Pasal 5 a. Kepala Regional adalah Pemimpin Badan Pengelolaan dan Pembiayaan Reforma Agraria di tingkat regional. b. Kepala Regional berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Direktur Utama Badan Pengelolaan dan Pembiayaan Reforma Agraria Nasional. Pasal 6 Kepala Regional mempunyai tugas memimpin dan menjalankan tugas dan fungsi Badan Pengelolaan dan Pembiayaan Reforma Agraria di tingkat regional. Pasal 7 Sekretaris mempunyai tugas memberikan pelayanan administratif kepada semua satuan organisasi Badan Pengelolaan dan Pembiayaan Reforma Agraria Regional meliputi juga mengkoordinasikan perencanaan dan kegiatan Badan Pengelolaan dan Pembiayaan Reforma Agraria di tingkat regional. Pasal 8 Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam pasal 7, Sekretaris a. Mengkoordinasikan perencanaan anggaran dan program Reforma Agraria di tingkat regional. b. Mengkoordinasikan pelaksanaan pengelolaan, pengendalian, pemberdayaan penerima manfaat dan objek Reforma Agraria di tingkat regional. c. Mengkoordinasikan pelaksanaan fasilitasi penguatan hak termasuk penyelesaian administrasi pertanahan di tingkat regional. d. Mengkoordinasikan pelaksanaan fasilitasi pembangunan pengembangan infrastruktur di tingkat regional. e. Mengkoordinasikan pelaksanaan pemberdayaan masyarakat dan pengembangan usaha di tingkat regional. f. Mengkoordinasikan dan menyiapkan bahan-bahan dalam rangka kegiatan kerja sama Reforma Agraria di tingkat regional. g. Pelaksanaan pengadaan sumber daya manusia dan perlangkapan di tingkat regional guna menunjang tercapainya maksud dan tujuan Reforma Agraria. h. Pelaksanaan monitoring dan evaluasi atas pelaksanaan Reforma Agraria di tingkat regional. Pasal 9 Bidang Penerima Manfaat dan Objek Reforma Agraria serta Fasilitasi Penguatan Hak mempunyai tugas mengkoordinasikan dan melaksanakan pengendalian subjek selaku penerima manfaat serta pengelolaan objek Reforma Agraria termasuk fasilitasi kebutuhan penguatan hak tanah dan kebutuhan pembiayaan atas objek Reforma Agraria serta penyelesaian administrasi pertanahan di tingkat regional. Pasal 10 Dalam melaksanakan tugas yang dimaksud pada pasal 9, Bidang Penerima Manfaat dan Objek Reforma Agraria serta Fasilitasi Penguatan Hak a. Pelaksanaan pengumpulan basis data subjek selaku calon penerima manfaat Reforma Agraria di tingkat regional. b. Pelaksanaan seleksi subjek selaku penerima manfaat Reforma Agraria di tingkat regional. c. Pengusunan dan penyampaian usulan secara berjenjang daftar nominatif subjek selaku calon penerima manfaat Reforma Agraria di tingkat regional. d. Penyusunan perencanaan pengendalian subjek selaku penerima manfaat serta pengelolaan dan pemberdayaan objek Reforma Agraria di tingkat regional. e. Penyusunan perencanaan fasilitasi kebutuhan penguatan hak atas tanah dan kebutuhan pembiayaan termasuk penyelesaian administrasi pertanahan di tingkat regional. f. Pelaksanaan dan pengkoordinasian dalam rangka pengendalian subjek selaku penerima manfaat serta pengelolaan dan pemberdayaan objek Reforma Agraria di tingkat regional. g. Pelaksanaan pembinaan pengendalian subjek selaku penerima manfaat serta pengelolaan dan pemberdayaan objek Reforma Agraria di tingkat regional. h. Pelaksanaan dan pengkoordinasian dalam rangka fasilitasi kebutuhan penguatan hak atas tanah dan pembiayaan termasuk penyelesaian administrasi pertanahan di tingkat regional.

- 4 - i. Pelaksanaan pembinaan fasilitasi kebutuhan penguatan hak atas tanah dan pembiayaan termasuk penyelesaian administrasi pertanahan di tingkat regional. j. Monitoring dan evaluasi hasil pelaksanaan pengkoordinasian, pengendalian subjek selaku penerima manfaat serta pengelolaan dan pemberdayaan objek Reforma Agraria termasuk fasilitasi penguatan hak tanah dan pembiayaan seta penyelesaian administrasi pertanahan di tingkat regional. k. Pelaksanaan pelaporan atas kegiatan pengkoordinasian, pengendalian subjek selaku penerima manfaat serta pengelolaan dan pemberdayaan objek Reforma Agraria termasuk fasilitasi penguatan hak tanah dan pembiayaan serta penyelesaian administrasi pertanahan di tingkat regional. Pasal 11 Bidang Infrastruktur mempunyai tugas mengkoordinasikan dan melaksanakan fasilitasi pembangunan infrastruktur Reforma Agraria di tingkat regional. Pasal 12 Dalam melaksanakan tugas yang dimaksud pada pasal 11, Bidang Infrastruktur a. Penyusunan perencanaan pelaksanaan fasilitasi pembangunan infrastruktur meliputi identifikasi kebutuhan infrastruktur Reforma Agraria ditingkat regional. b. Pelaksanaan dan pengkoordinasian dalam rangka fasilitasi pembangunan infrastruktur Reforma Agraria di tingkat regional. c. Pelaksanaan pembinaan fasilitasi pembangunan infrastruktur Reforma Agraria di tingkat regional. d. Monitoring dan evaluasi hasil pelaksanaan pengkoordinasian fasilitasi pembangunan infrastruktur Reforma Agraria di tingkat regional. e. Pelaksanaan pelaporan atas pelaksanaan pengkoordinasian fasilitasi pembangunan infrastruktur Reforma Agraria di tingkat regional. Pasal 13 Bidang Pemberdayaan Masyarakat dan Pengembangan Usaha mempunyai tugas mengkoordinasikan dan melaksanakan fasilitasi, penyediaan akses meliputi modal usaha, teknologi, pelatihan dan infrastruktur dalam rangka peningkatan produksi lahan serta melaksanakan kerjasama dengan lembaga Pemerintah serta lembaga-lembaga profesional guna melakukan pengembangan usaha Reforma Agraria di tingkat regional. Pasal 14 Dalam melaksanakan tugas yang dimaksud pada pasal 13, Bidang Pemberdayaan Masyarakat dan Pengembangan Usaha a. Penyusunan perencanaan pemberdayaan masyarakat melalui fasilitasi terhadap lembaga keuangan dan pembentukan kelompok usaha-usaha masyarakat di tingkat regional dengan pola kemandirian dan kemitraan. b. Penyusunan perencanaan pengembangan usaha Reforma Agraria di tingkat regional melalui c. Pelaksanaan dan pengkoordinasian dalam rangka pemberdayaan masyarakat melalui fasilitasi terhadap lembaga keuangan dan pembentukan kelompok usaha-usaha masyarakat di tingkat regional dengan pola kemandirian dan kemitraan. d. Pelaksanaan pembinaan pemberdayaan masyarakat melalui fasilitasi terhadap lembaga keuangan dan pembentukan kelompok usaha-usaha masyarakat di tingkat regional dengan pola kemandirian dan kemitraan. e. Pelaksanaan dan pengkoordinasian dalam rangka pengembangan usaha Reforma Agraria di tingkat regional melalui kerjasama dengan instansi pemerintah, lembaga keuangan, lembaga swadaya masyarakat dan lembaga profesional dengan mempedomani pada model-model dasar dan f. Pelaksanaan kegiatan pengelolaan resiko atas kegiatan Reforma Agraria di tingkat regional. g. Pelaksanaan pembinaan pengembangan usaha Reforma Agraria di tingkat regional melalui

- 5 - h. Monitoring dan evaluasi atas pelaksanaan pengkoordinasian pemberdayaan masyarakat melalui fasilitasi terhadap lembaga keuangan dan pembentukan kelompok usaha-usaha masyarakat di tingkat regional dengan pola kemandirian dan kemitraan serta pelaksanaan pengkoordinasian pengembangan usaha Reforma Agraria di tingkat regional melalui i. Pelaksanaan pelaporan atas pelaksanaan pengkoordinasian pemberdayaan masyarakat melalui fasilitasi terhadap lembaga keuangan dan pembentukan kelompok usaha-usaha masyarakat di tingkat regional dengan pola kemandirian dan kemitraan serta pelaksanaan pengkoordinasian pengembangan usaha Reforma Agraria di tingkat regional memalui BAB II BADAN PENGELOLAAN DAN PEMBIAYAAN REFORMA AGRARIA CABANG Bagian Pertama Kedudukan, Tugas dan Fungsi Pasal 15 (1) Badan Pengelolaan dan Pembiayaan Reforma Agraria Cabang yang selanjutnya dalam peraturan ini disebut BPP RACab berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Regional. (2) BPP RACab dipimpin oleh Kepala Cabang. Pasal 16 (1) BPP RACab mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan dan pemberdayaan asset berupa tanah secara optimal dan memberikan fasilitasi serta akses ekonomi dan sosial bagi kepentingan penerima manfaat di tingkat kabupaten/kota atau beberapa kabupaten/kota. (2) Pengelolaan dan pemberdayaan sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) berdasarkan kebijakan yang telah ditetapkan oleh Badan Pengelolaan dan Pembiayaan Reforma Agraria Regional. Pasal 17 Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam pasal 16, BPP RACab a. Penyusunan perencanaan pembiayaan atas kegiatan Reforma Agraria di tingkat cabang. b. Penyusunan perencanaan kegiatan Reforma Agraria di tingkat cabang. c. Pengkoordinasian kegiatan Reforma Agraria di tingkat cabang. d. Pembinaan dan pengendalian kegiatan Reforma Agraria di tingkat cabang. e. Pengelolaan resiko kegiatan Reforma Agraria di tingkat cabang. f. Pengendalian pemilihan subjek sebagai penerima manfaat Reforma Agraria di tingkat cabang. g. Pengelolaan subjek sebagai penerima manfaat Reforma Agraria di tingkat cabang. h. Pemberian dan fasilitasi akses Reforma Agraria di tingkat cabang. i. Fasilitasi penguatan hak atas tanah dan kebutuhan pembiayaan termasuk penyelesaian administrasi pertanahan di tingkat cabang. j. Pelaksanaan kegiatan pemberdayaan masyarakat dan pengembangan usaha di tingkat cabang. k. Pemberdayaan subjek dan objek Reforma Agraria di tingkat cabang melalui kemandirian dan kemitraan. l. Pelaksanaan kerja sama dengan pihak ketiga dalam rangka pemberdayaan subjek dan objek Reforma Agraria di tingkat Cabang. m. Pelaksanaan kegiatan usaha lain termasuk pengadaan sumber daya manusia dan perlengkapan yang telah ditetapkan Badan Pengelolaan dan Pembiayaan Reforma Agraria Regional. n. Monitoring dan evaluasi pelaksanaan operasional Reforma Agraria di tingkat cabang. o. Pelaksanaan pelaporan kegiatan dan pertanggungjawaban keuangan atas kegiatan Reforma Agraria di tingkat cabang.

- 6 - Bagian Kedua Susunan Organisasi Pasal 18 BPP RACab terdiri dari: a. Kepala Cabang b. Sekretaris c. Seksi Penerima Manfaat dan Objek Reforma Agraria serta Fasilitasi Penguatan Hak. d. Seksi Infrastruktur e. Seksi Pemberdayaan Masyarakat dan Pengembangan Usaha Pasal 19 a. Kepala Cabang adalah Pemimpin Badan Pengelolaan dan Pembiayaan Reforma Agraria di tingkat cabang. b. Kepala Cabang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Kepala Badan Pengelolaan dan Pembiayaan Reforma Agraria Regional. Pasal 20 Kepala Cabang mempunyai tugas memimpin dan menjalankan tugas dan fungsi Badan Pengelolaan dan Pembiayaan Reforma Agraria di tingkat cabang. Pasal 21 Sekretaris mempunyai tugas memberikan pelayanan administratif kepada semua satuan organisasi Badan Pengelolaan dan Pembiayaan Reforma Agraria Cabang meliputi juga mengkoordinasikan perencanaan dan kegiatan Badan Pengelolaan dan Pembiayaan Reforma Agraria di tingkat cabang. Pasal 22 Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam pasal 21, Sekretaris a. Mengkoordinasikan perencanaan anggaran dan program Reforma Agraria di tingkat cabang. b. Mengkoordinasikan pelaksanaan pengelolaan, pengendalian, pemberdayaan penerima manfaat dan objek Reforma Agraria di tingkat cabang. c. Mengkoordinasikan pelaksanaan fasilitasi peguatan hak termasuk penyelesaian administrasi pertanahan di tingkat cabang. d. Mengkoordinasikan pelaksanaan fasilitasi pembangunan pengembangan infrastruktur di tingkat cabang. e. Mengkoordinasikan pelaksanaan pemberdayaan masyarakat dan pengembangan usaha di tingkat cabang. f. Mengkoordinasikan dan menyiapkan bahan-bahan dalam rangka kegiatan kerja sama Reforma Agraria di tingkat cabang. g. Pelaksanaan pengadaan sumber daya manusia dan perlengkapan guna menunjang tercapainya maksud dan tujuan Reforma Agraria di tingkat cabang. h. Pelaksanaan monitoring dan evaluasi atas pelaksanaan Reforma Agraria di tingkat cabang. Pasal 23 Seksi Penerima Manfaat dan Objek Reforma Agraria serta Fasilitasi Penguatan Hak mempunyai tugas mengkoordinasikan dan melaksanakan pengendalian subjek selaku penerima manfaat serta pengelolaan objek Reforma Agraria termasuk fasilitasi kebutuhan penguatan hak tanah dan kebutuhan pembiayaan atas objek Reforma Agraria serta penyelesaian administrasi pertanahan di tingkat cabang. Pasal 24 Dalam melaksanakan tugas yang dimaksud pada pasal 23, Seksi Penerima Manfaat dan Objek Reforma Agraria serta Fasilitasi Penguatan Hak a. Pelaksanaan pengumpulan basis data subjek selaku calon penerima manfaat Reforma Agraria di tingkat cabang. b. Pelaksanaan seleksi subjek selaku penerima manfaat Reforma Agraria di tingkat cabang.

- 7 - c. Penyusunan dan penyampaian usulan secara berjenjang daftar nominatif subjek selaku calon penerima manfaat Reforma Agraria di tingkat cabang. d. Penyusunan perencanaan pengendalian subjek selaku penerima manfaat serta pengelolaan dan pemberdayaan objek Reforma Agraria di tingkat cabang. e. Penyusunan perencanaan fasilitasi kebutuhan penguatan hak atas tanah dan kebutuhan pembiayaan termasuk penyelesaian administrasi pertanahan di tingkat cabang. f. Pelaksanaan dan pengkoordinasian dalam rangka pengendalian subjek selaku penerima manfaat serta pengelolaan dan pemberdayaan objek Reforma Agraria di tingkat cabang. g. Pelaksanaan pembinaan pengendalian subjek selaku penerima manfaat serta pengelolaan dan pemberdayaan objek Reforma Agraria di tingkat cabang. h. Pelaksanaan dan pengkoordinasian dalam rangka fasilitasi kebutuhan penguatan hak atas tanah dan pembiayaan termasuk penyelesaian administrasi pertanahan di tingkat cabang. i. Pelaksanaan pembinaan fasilitasi kebutuhan penguatan hak atas tanah dan pembiayaan termasuk penyelesaian administrasi pertanahan di tingkat cabang. j. Monitoring dan evaluasi hasil pelaksanaan pengkoordinasian, pengendalian subjek selaku penerima manfaat serta pengelolaan dan pemberdayaan objek Reforma Agraria termasuk fasilitasi penguatan hak tanah dan pembiayaan serta penyelesaian administrasi pertanahan di tingkat cabang. k. Pelaksanaan pelaporan atas kegiatan pengkoordinasian, pengendalian subjek selaku penerima manfaat serta pengelolaan dan pemberdayaan objek Reforma Agraria termasuk fasilitasi penguatan hak tanah dan pembiayaan serta penyelesaian administrasi pertanahan di tingkat cabang. Pasal 25 Seksi Infrastruktur mempunyai tugas mengkoordinasikan dan melaksanakan fasilitasi pembangunan infrastruktur Reforma Agraria di tingkat cabang. Pasal 26 Dalam melaksanakan tugas yang dimaksud pada pasal 25, Seksi Infrastruktur a. Penyusunan perencanaan pelaksanaan fasilitasi pembangunan infrastruktur meliputi identifikasi kebutuhan infrastruktur Reforma Agraria di tingkat cabang. b. Pelaksanaan dan pengkoordinasian dalam rangka fasilitasi pembangunan infrastruktur Reforma Agraria di tingkat cabang. c. Pelaksanaan pembinaan fasilitasi pembangunan infrastruktur Reforma Agraria di tingkat cabang. d. Monitoring dan evaluasi hasil pelaksanaan pengkoordinasian fasilitasi pembangunan infrastruktur Reforma Agraria di tingkat cabang. e. Pelaksanaan pelaporan atas pelaksanaan pengkoordinasian fasilitasi pembangunan infrastruktur Reforma Agraria di tingkat cabang. Pasal 27 Seksi Pemberdayaan Masyarakat dan Pengembangan Usaha mempunyai tugas mengkoordinasikan dan melaksanakan fasilitasi, penyediaan akses meliputi modal usaha, teknologi, pelatihan dan infrastruktur dalam rangka peningkatan produksi lahan serta melaksanakan kerjasama dengan lembaga Pemerintah serta lembaga-lembaga profesional guna melakukan pengembangan usaha Reforma Agraria di tingkat cabang. Pasal 28 Dalam melaksanakan tugas yang dimaksud pada pasal 27, Seksi Pemberdayaan Masyarakat a. Penyusunan perencanaan pemberdayaan masyarakat melalui fasilitasi terhadap lembaga keuangan dan pembentukan kelompok usaha-usaha masyarakat di tingkat cabang dengan pola kemandirian dan kemitraan. b. Penyusunan perencanaan pengembangan usaha Reforma Agraria di tingkat cabang melalui c. Pelaksanaan dan pengkoordinasian dalam rangka pemberdayan masyarakat melalui fasilitasi terhadap lembaga keuangan dan pembentukan kelompok usaha-usaha masyarakat di tingkat cabang dengan pola kemandirian dan kemitraan.

- 8 - d. Pelaksanaan pembinaan pemberdayaan masyarakat melalui fasilitasi terhadap lembaga keuangan dan pembentukan kelompok usaha-usaha masyarakat di tingkat cabang dengan pola kemandirian dan kemitraan. e. Pelaksanaan dan pengkoordinasian dalam rangka pengembangan usaha Reforma Agraria di tingkat cabang melalui kerjasama dengan instansi pemerintah, lembaga keuangan, lembaga swadaya masyarakat dan lembaga profesional dengan mempedomani pada model-model dasar dan f. Pelaksanaan kegiatan pengelolaan resiko atas kegiatan Reforma Agraria di tingkat cabang. g. Pelaksanaan pembinaan pengembangan usaha Reforma Agraria di tingkat cabang melalui h. Monitoring dan evaluasi atas pelaksanaan pengkoordinasian pemberdayaan masyarakat melalui fasilitasi lembaga keuangan dan pembentukan kelompok usaha-usaha masyarakat di tingkat cabang dengan pola kemandirian dan kemitraan serta pelaksanaan pengkoordinasian pengembangan usaha Reforma Agraria di tingkat cabang melalui i. Pelaksanaan pelaporan atas pelaksanaan pengkoordinasian pemberdayaan masyarakat melalui fasilitasi terhadap lembaga keuangan dan pembentukan kelompok usaha-usaha masyarakat di tingkat cabang dengan pola kemandirian dan kemitraan serta pelaksanaan pengkoordinasian pengembangan usaha Reforma Agraria di tingkat cabang melalui BAB III BADAN PENGELOLAAN DAN PEMBIAYAAN REFORMA AGRARIA RANTING Bagian Pertama Kedudukan, Tugas dan Fungsi Pasal 29 (1) Badan Pengelolaan dan Pembiayaan Reforma Agraria Ranting yang selanjutnya dalam peraturan ini disebut BPP RARan berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Cabang. (2) BPP RARan dipimpin oleh Kepala Ranting. Pasal 30 (1) BPP RARan mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan dan pemberdayaan asset berupa tanah secara optimal dan memberikan fasilitas serta akses ekonomi dan sosial bagi kepentingan penerima manfaat di tingkat kecamatan atau beberapa kecamatan. (2) Pengelolaan dan pemberdayaan sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) berdasarkan kebijakan yang telah ditetapkan oleh Badan Pengelolaan dan Pembiayaan Reforma Agraria Cabang. Pasal 31 Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam pasal 30, BPP RARan a. Penyusunan perencanaan pembiayaan atas kegiatan Reforma Agraria di tingkat ranting. b. Penyusunan perencanaan kegiatan Reforma Agraria di tingkat ranting. c. Pengkoordinasian kegiatan Reforma Agraria di tingkat ranting. d. Pembinaan dan pengendalian kegiatan Reforma Agraria di tingkat ranting. e. Pengelolaan resiko kegiatan Reforma Agraria di tingkat ranting. f. Pengendalian pemilihan subjek sebagai penerima manfaat Reforma Agraria di tingkat ranting. g. Pengelolaan subjek sebagai penerima manfaat Reforma Agraria di tingkat ranting. h. Pemberian dan fasilitasi akses Reforma Agraria di tingkat ranting. i. Fasilitasi penguatan hak atas tanah dan kebutuhan pembiayaan termasuk penyelesaian administrasi pertanahan di tingkat ranting.

- 9 - j. Pelaksanaan kegiatan pemberdayaan masyarakat dan pengembangan usaha di tingkat ranting. k. Pemberdayaan subjek dan objek Reforma Agraria di tingkat ranting melalui kemandirian dan kemitraan. l. Pelaksanaan kerja sama dengan pihak ketiga dalam rangka pemberdayaan subjek dan objek Reforma Agraria di tingkat ranting. m. Pelaksanaan kegiatan usaha lain termasuk pengadaan sumber daya manusia dan perlengkapan yang telah ditetapkan Badan Pengelolaan dan Pembiayaan Reforma Agraria Cabang. n. Monitoring dan evaluasi atas kegiatan Reforma Agraria di tingkat ranting. o. Pelaksanaan pelaporan kegiatan dan pertanggungjawaban keuangan atas kegiatan Reforma Agraria di tingkat ranting. Bagian Kedua Susunan Organisasi Pasal 32 BPP RARan terdiri dari: a. Kepala Ranting b. Sekretaris c. Unit Penerima Manfaat dan Objek Reforma Agraria serta Fasilitasi Penguatan Hak. d. Unit Infrastruktur e. Unit Pemberdayaan Masyarakat dan Pengembangan Usaha Pasal 33 a. Kepala Ranting adalah Pemimpin Badan Pengelolaan dan Pembiayaan Reforma Agraria di tingkat ranting. b. Kepala Ranting berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Kepala Badan Pengelolaan dan Pembiayaan Reforma Agraria Cabang. Pasal 34 Kepala Ranting mempunyai tugas memimpin dan menjalankan tugas dan fungsi Badan Pengelolaan dan Pembiayaan Reforma Agraria di tingkat ranting. Pasal 35 Sekretaris mempunyai tugas memberikan pelayanan administratif kepada semua satuan organisasi Badan Pengelolaan dan Pembiayaan Reforma Agraria Ranting meliputi juga mengkoordinasikan perencanaan dan kegiatan Badan Pengelolaan dan Pembiayaan Reforma Agraria di tingkat ranting. Pasal 36 Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam pasal 35, Sekretaris a. Mengkoordinasikan perencanaan anggaran dan program Reforma Agraria di tingkat ranting. b. Mengkoordiansikan pelaksanaan pengelolaan, pengendalian, pemberdayaan penerima manfaat dan objek Reforma Agraria di tingkat ranting. c. Mengkoordinasikan pelaksanaan fasilitasi penguatan hak termasuk penyelesaian administrasi pertanahan di tingkat ranting. d. Mengkoordinasikan pelaksanaan fasilitasi pembangunan pengembangan infrastruktur di tingkat ranting. e. Mengkoordinasikan pelaksanaan pemberdayaan masyarakat dan pengembangan usaha di tingkat ranting. f. Mengkoordinasikan dan menyiapkan bahan-bahan dalam rangka kegiatan kerja sama Reforma Agraria di tingkat ranting. g. Pelaksanaan pengadaan sumber daya manusia dan perlengkapan guna menunjang tercapainya maksud dan tujuan Reforma Agraria di tingkat ranting. h. Pelaksanaan monitoring dan evaluasi atas pelaksanaan Reforma Agraria di tingkat ranting. Pasal 37

- 10 - Unit Penerima Manfaat dan Objek Reforma Agraria serta Fasilitasi Penguatan Hak mempunyai tugas mengkoordinasikan dan melaksanakan pengendalian subjek selaku penerima manfaat serta pengelolaan objek Reforma Agraria termasuk fasilitasi kebutuhan penguatan hak tanah dan kebutuhan pembiayaan atas objek Reforma Agraria serta penyelesaian administrasi pertanahan di tingkat ranting. Pasal 38 Dalam melaksanakan tugas yang dimaksud pada pasal 37, Unit Penerima Manfaat dan Objek Reforma Agraria serta Fasilitasi Penguatan Hak a. Pelaksanaan pengumpulan basis data subjek selaku calon penerima manfaat Reforma Agraria di tingkat ranting. b. Pelaksanaan seleksi subjek selaku penerima manfaat Reforma Agraria di tingkat ranting. c. Penyusunan dan penyampaian usulan secara berjenjang daftar nominatif subjek hasil seleksi selaku calon penerima manfaat Reforma Agraria di tingkat ranting. d. Penyusunan perencanaan pengendalian subjek selaku penerima manfaat serta pengelolaan dan pemberdayaan objek Reforma Agraria di tingkat ranting. e. Penyusunan perencanaan dan pengkoordinasian dalam rangka fasilitasi kebutuhan penguatan hak atas tanah dan kebutuhan pembiayaan termasuk penyelesaian administrasi pertanahan di tingkat ranting. f. Pelaksanaan dan pengkoordinasian dalam rangka pengendalian subjek selaku penerima manfaat serta pengelolaan dan pemberdayaan objek Reforma Agraria di tingkat ranting. g. Pelaksanaan pembinaan pengendalian subjek selaku penerima manfaat serta pengelolaan dan pemberdayaan objek Reforma Agraria di tingkat ranting. h. Pelaksanaan dan pengkoordinasian dalam rangka fasilitasi kebutuhan penguatan hak atas tanah dan pembiayaan termasuk penyelesaian administrasi pertanahan di tingkat ranting. i. Pelaksanaan pembinaan fasilitasi kebutuhan penguatan hak atas tanah dan pembiayaan termasuk penyelesaian administrasi pertanahan di tingkat ranting. j. Monitoring dan evaluasi hasil pelaksanaan pengkoordinasian, pengendalian subjek selaku penerima manfaat serta pengelolaan dan pemberdayaan objek Reforma Agraria termasuk fasilitasi penguatan hak tanah dan pembiayaan serta penyelesaian administrasi pertanahan di tingkat ranting. k. Pelaksanaan pelaporan atas kegiatan pengkoordinasian, pengendalian subjek selaku penerima manfaat serta pengelolaan dan pemberdayaan objek Reforma Agraria termasuk fasilitasi penguatan hak tanah dan pembiayaan serta penyelesaian administrasi pertanahan di tingkat ranting. Pasal 39 Unit Infrastruktur mempunyai tugas mengkoordinasikan dan pelaksanakan fasilitasi pembangunan infrastruktur Reforma Agraria di tingkat ranting. Pasal 40 Dalam melaksanakan tugas yang dimaksud pada pasal 39, Unit Infrastruktur a. Penyusunan perencanaan pelaksanaan fasilitasi pembangunan infrastruktur meliputi identifikasi kebutuhan infrastruktur Reforma Agraria di tingkat ranting. b. Pelaksanaan dan pengkoordinasian dalam rangka fasilitasi pembangunan infrastruktur Reforma Agraria di tingkat ranting. c. Pelaksanaan pembinaan fasilitasi pembangunan infrastruktur Reforma Agraria infrastruktur di tingkat ranting. d. Monitoring dan evaluasi hasil pelaksanaan pengkoordinasian fasilitasi pembangunan infrastruktur Reforma Agraria di tingkat ranting. e. Pelaksanaan pelaporan atas pelaksanaan pengkoordinasian fasilitasi pembangunan infrastruktur Reforma Agraria di tingkat ranting. Pasal 41 Unit Pemberdayaan Masyarakat dan Pengembanan Usaha mempunyai tugas mengkoordinasikan dan melaksanakan fasilitasi, penyediaan akses meliputi modal usaha, teknologi, pelatihan dan infrastruktur dalam rangka peningkatan produksi lahan serta melaksanakan kerja sama dengan lembaga Pemerintah serta lembaga-lembaga profesional guna melakukan pengembangan usaha Reforma Agraria di tingkat ranting. Pasal 42

- 11 - Dalam melaksanakan tugas yang dimaksud pada pasal 41, Unit Pemberdayaan Masyarakat dan Pengembangan Usaha a. Penyusunan perencanaan dan pengkoordinasian dalam rangka pemberdayaan masyarakat melalui fasilitasi terhadap lembaga keuangan dan pembentukan kelompok usaha-usaha masyarakat di tingkat ranting dengan pola kemandirian dan kemitraan. b. Penyusunan perencanaan pengembangan usaha Reforma Agraria di tingkat ranting melalui c. Pelaksanaan dan pengkoordinasian dalam rangka pemberdayaan masyarakat melalui fasilitasi terhadap lembaga keuangan dan pembentukan kelompok usaha-usaha masyarakat di tingkat ranting dengan pola kemandirian dan kemitraan. d. Pelaksanaan pembinaan pemberdayaan masyarakat melalui fasilitasi terhadap lembaga keuangan dan pembentukan kelompok usaha-usaha masyarakat di tingkat ranting dengan pola kemandirian dan kemitraan. e. Pelaksanaan dan pengkoordinasian dalam rangka pengembangan usaha Reforma Agraria di tingkat ranting melalui kerjasama dengan instansi pemerintah, lembaga keuangan, lembaga swadaya masyarakat dan lembaga profesional dengan mempedomani pada model-model dasar dan f. Pelaksanaan kegiatan pengelolaan resiko atas kegiatan Reforma Agraria di tingkat ranting. g. Pelaksanaan pembinaan pengembangan usaha Reforma Agraria di tingkat ranting melalui h. Monitoring dan evaluasi atas pelaksanaan pengkoordinasian pemberdayaan masyarakat melalui fasilitasi terhadap lembaga keuangan dan pembentukan kelompok usaha-usaha masyarakat di tingakat ranting dengan pola kemandirian dan kemitraan serta pelaksanaan pengkoordinasian pengembangan usaha Reforma Agraria di tingkat ranting melalui i. Pelaksanaan pelaporan atas pelaksanaan pengkoordinasian pemberdayaan masyarakat melalui fasilitasi terhadap lembaga keuangan dan pembentukan kelompok usaha-usaha masyarakat di tingakat ranting dengan pola kemandirian dan kemitraan serta pelaksanaan pengkoordinasian pengembangan usaha Reforma Agraria di tingkat ranting melalui BAB IV TATA KERJA Pasal 43 (1) Dalam melaksanakan tugasnya, setiap pimpinan unit kerja di lingkungan Badan Pengelolaan dan Pembiayaan Reforma Agraria Regional, Cabang dan Ranting wajib menerapkan prinsip koordinasi, integrasi dan sinkronisasi baik di lingkungan Badan Pengelolaan dan Pembiayaan Reforma Agraria Regional, Cabang,, Ranting, Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia serta dengan instansi lain sesuai dengan tugas masing-masing. (2) Dalam melaksanakan tugas dan fungsi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) pasal ini, berpedoman kepada ketentuan teknis sebagaimana dimaksud pasal 43 Peraturan Pemerintah tentang Reforma Agraria. Pasal 44 Setiap pimpinan unit kerja wajib mengawasi bawahan dan apabila terjadi penyimpangan wajib mengambil langkah-langkah yang diperlukan sesuai dengan ketentuan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pasal 45 Setiap pimpinan unit kerja bertanggung jawab memimpin bawahan dan mengkoordinasikan bawahannya dan memberikan bimbingan serta petunjuk bagi pelaksanaan tugas bawahannya.

- 12 - Pasal 46 Setiap pimpinan unit kerja wajib mengikuti dan mematuhi petunjuk dan bertanggung jawab kepada atasan serta menyampaikan laporan berkala pada waktunya. Pasal 47 Setiap laporan yang diterima oleh setiap pimpinan unit kerja dari bawahan, wajib diolah dan dipergunakan sebagai bahan untuk menyusun laporan lebih lanjut dan untuk memberikan petunjuk kepada bawahan. Pasal 48 Dalam menyampaikan laporan kepada atasannya, tembusan laporan lengkap dengan semua lampirannya disampaikan pula kepada satuan organisasi lain yang secara fungsional mempunyai hubungan kerja. Pasal 49 Kepala Badan Pengelolaan dan Pembiayaan Reforma Agraria Regional, Cabang dan Ranting wajib menyampaikan laporan bulanan, triwulan dan tahunan secara berkala kepada Direktur Utama Badan Pengelolaan dan Pembiayaan Reforma Agraria. BAB V KETENTUAN LAIN-LAIN Pasal 50 Bagan Susunan Organisasi Badan Pengelolaan dan Pembiayaan Reforma Agraria Regional, Cabang dan Ranting sebagaimana tercantum dalam lampiran dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari peraturan ini. BAB VI PENUTUP Pasal 51 Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Ditetapkan di Pada tanggal : Jakarta : 21 Juni 2007 KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA ttd. JOYO WINOTO, Ph.D.

STRUKTUR ORGANISASI BADAN PENGELOLAAN DAN PEMBIAYAAN REFORMA AGRARIA REGIONAL LAMPIRAN : PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL RI NOMOR : 5 TAHUN 2007 TANGGAL : 21 JUNI 2007 KANTOR REGIONAL SEKRETARIS BIDANG PENERIMA MANFAAT & OBJEK RA SERTA FASILITASI PENGUATAN HAK BIDANG INFRASTRUKTUR BIDANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN PENGEMBANGAN USAHA KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA ttd. JOYO WINOTO, Ph.D.

STRUKTUR ORGANISASI BADAN PENGELOLAAN DAN PEMBIAYAAN REFORMA AGRARIA CABANG LAMPIRAN : PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL RI NOMOR : 5 TAHUN 2007 TANGGAL : 21 JUNI 2007 KANTOR CABANG SEKRETARIS SEKSI PENERIMA MANFAAT & OBJEK RA SERTA FASILITASI PENGUATAN HAK SEKSI INFRASTRUKTUR SEKSI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN PENGEMBANGAN USAHA KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA ttd. JOYO WINOTO, Ph.D.

STRUKTUR ORGANISASI BADAN PENGELOLAAN DAN PEMBIAYAAN REFORMA AGRARIA RANTING LAMPIRAN : PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL RI NOMOR : 5 TAHUN 2007 TANGGAL : 21 JUNI 2007 KANTOR RANTING SEKRETARIS UNIT PENERIMA MANFAAT & OBJEK RA SERTA FASILITASI PENGUATAN HAK UNIT INFRASTRUKTUR UNIT PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN PENGEMBANGAN USAHA KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA ttd. JOYO WINOTO, Ph.D.