PERENCANAAN ANGKUTAN TRANSPORTASI BARANG REGIONAL DI PELABUHAN BITUNG SULAWESI UTARA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peran yang sangat strategis terhadap aspek ekonomi, juga memiliki

KEBUTUHAN PENGEMBANGAN FASILITAS PELABUHAN KOLAKA UNTUK MENDUKUNG PENGEMBANGAN WILAYAH KABUPATEN KOLAKA

BAB I PENDAHULUAN. terletak pada lokasi yang strategis karena berada di persilangan rute perdagangan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. transportasi dan komunikasi yang sangat diandalkan dalam mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. Penyusunan Tataran Transportasi Lokal Kota Tual 1.1. LATAR BELAKANG

BAB. I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

I-1 BAB I PENDAHULUAN

Badan Litbang Perhubungan telah menyusun kegiatan penelitian yang dibiayai dari anggaran pembangunan tahun 2010 sebagai berikut.

B A B 1 P E N D A H U L U A N. bernama Pelabuhan Panjang yang merupakan salah satu Pelabuhan Laut kelas

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 1996 TENTANG KEPELABUHANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB-6 BAB VI ARAH PENGEMBANGAN JARINGAN TRANSPORTASI

BAB I PENDAHULUAN. dengan mengidentifikasi beberapa pertanyaan yang terdiri dari segi keamanan,

Peraturan Pemerintah No. 70 Tahun 1996 Tentang : Kepelabuhanan

BAB I PENDAHULUAN. Halmahera Utara, Kabupaten Halmahera Selatan, Kabupaten Kepulauan Sula,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kota Semarang merupakan ibu kota propinsi Jawa Tengah. Kota

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2001 TENTANG KEPELABUHANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

TATANAN KEPELABUHAN NASIONAL KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR KM 53 TAHUN 2002 MENTERI PERHUBUNGAN,

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG ANGKUTAN MULTIMODA

BAB I PENDAHULUAN. akan menempatkan eksploitasi laut sebagai primadona industri, baik dari segi

Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi KATA PENGANTAR. Final Report

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Peran dan Karakteristik Moda Transportasi Kereta Api Nasional

PENGANTAR TEKNIK TRANSPORTASI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2015 TENTANG

Perkembangan Jumlah Penelitian Tahun

Bab 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

DRAFT LAPORAN AKHIR KABUPATEN TUAL BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERHUBUNGAN KEMENTERIAN PERHUBUNGAN

BAB I PENDAHULUAN. Sumatera Utara, yang ibukotanya Gunungsitoli. Bersama pulau-pulau lain yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGANGKUTAN MULTIMODA. pengangkutan barang dari tempat asal ke tempat tujuan dengan lebih efektif dan

BELAWAN INTERNATIONAL PORT PASSANGER TERMINAL 2012 BAB I. PENDAHULUAN

REDESAIN PELABUHAN ULEE LHEUE SEBAGAI PELABUHAN FERRY INTERNASIONAL DI BANDA ACEH

I. PENDAHULUAN. adanya ketimpangan dan ketidakmerataan. Salah satu penyebabnya adalah

BAB I PENDAHULUAN. Kehadiran pelabuhan yang memadai berperan besar dalam menunjang mobilitas barang dan

PERENCANAAN INFRASTRUKTUR TRANSPORTASI WILAYAH Oleh : Sakti Adji Adisasmita

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Laju pertumbuhan ekonomi di beberapa propinsi di Indonesia menunjukkan

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan ekonomi Indonesia salah satunya adalah

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa dan negara. Hal ini tercermin semakin meningkatnya kebutuhan

Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi KATA PENGANTAR

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2001 TENTANG KEBANDARUDARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2001 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. di sembarang tempat. Selain itu sumber bahan baku tersebut harus melalui

KAJIAN JARINGAN TRAYEK ANGKUTAN LAUT NASIONAL UNTUK MUATAN PETIKEMAS DALAM MENUNJANG KONEKTIVITAS NASIONAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2001 TENTANG KEBANDARUDARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ANALISIS KINERJA PELABUHAN TANJUNG PERAK SURABAYA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MODEL PEMILIHAN MODA KERETA REL LISTRIK DENGAN JALAN TOL JAKARTA BANDARA SOEKARNO-HATTA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

FAKTOR-FAKTOR PENDORONG TERJADINYA KEMACETAN LALU LINTAS DI JALAN ARTERI PRIMER KAWASAN PASAR UNGARAN KABUPATEN SEMARANG TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian khususnya perkotaan. Hal tersebut dikarenakan transportasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. sistem transportasi seimbang dan terpadu, oleh karena itu sistem perhubungan

Studi Master Plan Pelabuhan Bungkutoko di Kendari KATA PENGANTAR

BAB I PENDAHULUAN. disamping fungsinya sebagai alat pemersatu bangsa. Dalam kaitannya dengan sektorsektor

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Peran dan Karakteristik Angkutan Kereta Api Nasional

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan Universitas Gadjah Mada. Pertemuan Ke - 10

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2015, No RITJ yang ditetapkan dengan Peraturan Menteri Perhubungan; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan (Lembaran N

VISI DAN MISI DINAS PERHUBUNGAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KABUPATEN TANAH DATAR

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1 BAB I PENDAHULUAN. pelabuhan pelabuhan hub disertai feeder dari Sumatera hingga ke Papua dengan

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dikatakan sangat vital karena sebagai suatu penunjang penting dalam maju

TERMINAL TIPE A KOTA BANDUNG

BAB-6 BAB VI ARAH PENGEMBANGAN JARINGAN TRANSPORTASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pemerintahan Negara untuk mewujudkan tujuan bernegara

BAB-6 BAB VI ARAH PENGEMBANGAN JARINGAN TRANSPORTASI

Tinjauan Terhadap Tarif Angkutan Kapal Cepat KM. Expres Bahari Lintas Palembang-Muntok di Pelabuhan Boom Baru Palembang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISIS KELAYAKAN PENAMBAHAN ARMADA BUS TIC DI TINJAU DARI INVESTASI

BAB 1 PENDAHULUAN. a. Meningkatkan pelayanan transportasi laut nasional. c. Meningkatkan pembinaan pengusahaan transportasi laut

Rp ,- (Edisi Indonesia) / Rp ,- (Edisi Inggris) US$ 750 Harga Luar Negeri

BAB I PENDAHULUAN. murah, aman dan nyaman. Sebagian besar masalah transportasi yang dialami

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan akan transportasi bermula dari suatu penyebaran kegiatan sosial dan kegiatan

Dr.Eng. MUHAMMAD ZUDHY IRAWAN

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan pengembangan wilayah. Sistem transportasi yang ada

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG TATARAN TRANSPORTASI WILAYAH PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN

Transkripsi:

PERENCANAAN ANGKUTAN TRANSPORTASI BARANG REGIONAL DI PELABUHAN BITUNG SULAWESI UTARA RENCANA PROPOSAL Untuk Memenuhi Persyaratan Ujian Seleksi Masuk Program Studi Pasca Sarjana Oleh : SYANNE PANGEMANAN PROGRAM DOKTOR TEKNIK SIPIL PROGRAM MAGISTER DAN DOKTOR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2015

DAFTAR ISI Latar Belakang Permasalahan Permasalahan Kerangka Teori Kerangka Konseptual Metode Penelitian Sistematika Penulisan Daftar Pustaka

1. Latar Belakang Permasalahan Sejak dahulu kala transportasi telah digunakan dalam kehidupan masyarakat. Transportasi yakni kegiatan pemindahan penumpang dan barang dari satu tempat ke tempat lain. Transportasi menjadi faktor penting bagi suatu negara sebagai penggerak roda perekonomian. Pengelolaan sistem transportasi yang baik, dipastikan bakal memberikan kontribusi yang baik bagi negara dan masyarakat. Ada tiga jenis model transportasi yang digunakan, yaitu transportasi darat, transportasi laut dan transportasi udara. Salah satu fokus utama di era pemerintahan Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla adalah laut, sehingga memberikan semangat baru terhadap moda transportasi laut, yang sejauh ini orientasi pembangunan transportasi di Indonesia masih dominan di daratan. Dalam hal pergerakan barang, transportasi diperlukan karena sumber kebutuhan manusia tidak terdapat di sembarang tempat. Selain itu, sumber yang masih berbahan baku harus diproses melalui tahapan produksi yang lokasinya juga tidak selalu ada di lokasi manusia sebagai konsumennya. Kesenjangan antara jarak lokasi sumber, lokasi produksi dan lokasi konsumsi inilah yang melahirkan adanya kebutuhan transportasi, dalam hal ini transportasi barang atau logistik. Karena itu dalam sistim transportasi juga terdapat 5 (lima) unsur pokok, yaitu : 1) Orang yang membutuhkan; 2) Barang yang dibutuhkan; 3) Kendaraan sebagai alat angkut; 4) Jalan sebagai prasarana angkutan; dan 5) Organisasi yaitu pengelola angkutan. Objek dasar kajian perencanaan transportasi adalah pergerakan manusia atau barang yang pasti melibatkan banyak moda transportasi. Pemilihan moda transportasi oleh pengguna adalah waktu perjalanan, biaya, kenyamanan, keselamatan, tingkat kepopuleran suatu moda, maksud perjalanan dan kelaziman menggunakan suatu moda. Pembangunan ekonomi membutuhkan jasa angkutan yang cukup serta memadai. Tanpa adanya transportasi sebagai sarana penunjang tidak dapat diharapkan tercapainya hasil yang memuaskan dalam usaha pengembangan ekonomi suatu negara. Untuk tiap tingkatan perkembangan ekonomi diperlukan kapasitas angkutan yang optimum. Fungsi transportasi adalah untuk mengangkut penumpang dan barang dari satu tempat ke tempat lain. Kebutuhan akan angkutan barang sebagian besar merupakan kebutuhan yang berkaitan dengan faktor-faktor lain. Kenyataan menunjukkan bahwa ada hubungan antara tingkatan dari kegiatan ekonomi dengan kebutuhan menyeluruh akan

angkutan, dengan kata lain kalau aktifitas ekonomi meningkat maka kebutuhan akan angkutan meningkat pula. Faktor-faktor kebutuhan ekonomis, yang berhubungan dengan angkutan dari sesuatu jenis barang dan kegunaan ekonominya. Jadi transportasi menciptakan kegunaan tempat (place utility), dengan mengangkut suatu jenis barang dari suatu tempat ke tempat lain agar dapat dimanfaatkan di tempat yang bersangkutan. Harga barang dan jasa pada hakekatnya dipengaruhi oleh permintaan akan barang dan jumlah barang yang tersedia (demand and supply). Biaya angkutan merupakan unsur penting dalam produksi barang yang merupakan faktor pendorong bagi produksi barang jadi. Dalam menentukan biaya transportasi, beberapa faktor yang perlu diperhatikan : 1. Perbandingan antara bobot dan volume barang. 2. Kemungkinan kerusakan barang. 3. Kemungkinan merusak barang lain. 4. Harga pasar dari barang tersebut. 5. Jarak angkutan. 6. Keteraturan dan volume angkutan. 7. Tingkatan persaingan dengan sarana angkutan lain, baik intermoda maupun intramoda. 8. Biaya yang berhubungan dengan jasa-jasa yang dihasilkan. 9. Faktor-faktor khusus yang mungkin mempengaruhi angkutan. Kawasan Timur Indonesia (KTI) terutama terdiri dari kepulauan. Ada tiga pulau besar di KTI, yaitu Pulau Kalimantan, Pulau Sulawesi dan Pulau Papua. Selain itu, kawasan tersebut di dominasi oleh kepulauan. Angkutan yang ada terdiri dari angkutan laut, sungai/danau, penyeberangan, udara dan jalan raya. Tidak ada angkutan jalan rel di kawasan ini, baru dalam tahap akan dikembangkan untuk Pulau Kalimantan, Pulau Sulawesi, dan Pulau Papua. Pelabuhan-pelabuhan laut yang bersifat strategis umumnya di ibukota propinsi. Pelabuhan yang dikembangkan menjadi hub port adalah Pelabuhan Bitung (Sulawesi Utara), yang dapat melayani wilayah Pasifik dan sekitarnya. Pelabuhan Bitung merupakan satu-satunya pelabuhan di Sulawesi Utara yang disinggahi dan dilabuhi oleh kapal-kapal penumpang dan kapal-kapal barang antar kotakota besar di Indonesia dan Internasional. Banyaknya gudang yang dibutuhkan untuk penyimpanan barang atau peti kemas yang masuk belum memadai atau belum tersedia di terminal pelabuhan, sehingga gudang untuk penyimpanan dan area untuk peti kemas

tersebar di luar kota bitung. Jarak antar pelabuhan dengan gudang-gudang penyimpanan relatif jauh sehingga memerlukan angkutan transportasi yang memadai.barang Beberapa kajian yang terdahulu banyak meneliti tentang perencanaan transportasi barang regional secara keseluruhan. Pada penelitian perencanaan transportasi angkutan barang regional ini, menitikberatkan pada perencanaan transportasi barang, pemilihan moda transportasi barang, karakteristik dan volume komoditas barang, serta karakteristik transportasi. 2. Permasalahan Penyelenggaraan transportasi nasional mengarah pada penyediaan jasa transportasi terpadu antar moda yang efektif dan efisien yang mengintegrasikan dengan moda transportasi yang ada. Transportasi antar moda di Indonesia saat ini baru berkembang pada angkutan barang dan baru pada tahap konsolidasi serta belum berjalan dengan baik sebagaimana di negara-negara maju. Mobilitas ekonomi nasional kita saat ini sangat bertumpu pada keandalan dan tingkat pelayanan jaringan jalan. Muatan barang sebagian besar masih diangkut melalui jalan darat. Oleh karena itu konstruksi perkerasan dan geometrik jalan raya, khususnya di jalurjalur ekonomi, harus diperhitungkan berada dalam kondisi stabil dan baik. Penurunan tingkat pelayanan dan kapasitas jalan sangat mempengaruhi kelancaran pergerakan ekonomi dan menyebabkan biaya sosial yang tinggi terhadap pemakai jalan. Sarana transportasi laut di Bitung yang terdiri dari pelabuhan penumpang dan pelabuhan peti kemas saat ini belum tertata dengan rapi dalam hal angkutannya. Dengan melihat kondisi terakhir yang ada dilapangan m... Penelitian ini mengenai perencanaan angkutan transportasi barang regional di pelabuhan Bitung Sulawesi Utara, namun berdasarkan identifikasi permasalahan, maka dapat dirumuskan masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah : 1. perencanaan transportasi barang, 2. pemilihan moda transportasi barang, 3. karakteristik dan volume komoditas barang, 4. karakteristik transportasi.

3. Kerangka Teori Kebutuhan akan jasa-jasa transportasi ditentukan oleh barang-barang dan penumpang yang akan diangkut dari satu tempat ke tempat lain. Jumlah kapasitas angkutan yang tersedia dibandingkan dengan kebutuhan sangat terbatas, di samping itu permintaan terhadap jasa transportasi merupakan derived demand. Untuk mengetahui berapa jumlah permintaan akan jasa angkutan sebenarnya (actual demand) perlu dianalisis permintaan akan jasa-jasa transportasi sebagai berikut : 1. Pertumbuhan penduduk Pertumbuhan penduduk satu daerah, propinsi dari satu Negara akan membawa pengaruh terhadap jumlah jasa angkutan yang dibutuhkan (perdagangan, pertanian, perindustrian, dan sebagainya). 2. Pembangunan Wilayah dan Daerah Saat ini Negara RI dalam proses pembangunan tahap tinggal landas (take off). Dalam rangka pemerataan pembangunan dan penyebaran penduduk di seluruh pelosok Indonesia, transportasi sebagai sarana dan prasarana penunjang untuk memenuhi kebutuhan akan jasa angkutan harus dibarengi sejalan dengan program pembangunan guna memenuhi kebutuhan mereka. 3. Perdagangan ekspor dan impor merupakan satu segi yang menentukan berapa jumlah jasa transportasi yang diperlukan untuk perdagangan tersebut, umpama jumlah tonnage kapal yang harus disediakan untuk setiap tahunnya (DWT/Ton). 4. Industrialisasi Proses industrialisasi di segala sektor ekonomi dewasa ini merupakan program pemerintah untuk pemerataan pembangunan, berdampak terhadap jasa-jasa transportasi yang diperlukan. Permasalahannya sampai berapa jauh penyediaan jasa-jasa angkutan tersebut dapat dipenuhi karena banyak faktor-faktor yang mempengaruhinya, seperti: a. Peralatan yang dioperasikan. b. Masalah teknis alat angkut yang digunakan. c. Jumlah alat angkut yang tersedia. d. Masalah pengelolaan pengangkutan (segi manajemen operasional). e. Jasa-jasa angkutan merupakan jasa slow yielding (hasilnya lambat) sedang biaya investasi dan biaya pemeliharaan besar. 5. Transmigrasi dan penyebaran penduduk

Transmigrasi dan penyebaran penduduk ke seluruh daerah di Indonesia salah satu faktor demand yang menentukan banyaknya jasa-jasa angkutan yang harus disediakan oleh perusahaan angkutan. Selain daripada jasa-jasa angkutan yang disediakan, harus diperhatikan pula keamanan, ketepatan, keteraturan, kenyamanan dan kecepatan yang dibutuhkan oleh pengguna jasa transportasi. 6. Analisis dan Proyeksi akan permintaan jasa transportasi Sehubungan dengan faktor-faktor tersebut diatas, untuk memenuhi permintaan akan jasa-jasa transportasi, perlu diadakan perencanaan transportasi yang mantap dan terarah, agar dapat menutupi kebutuhan akan jasa angkutan yang diperlukan oleh masyarakat pengguna jasa. Peralatan analisis dan proyeksi, untuk mengetahui berapa permintaan (demand analysis) yang dibutuhkan. Secara makro dapat digunakan untuk mengetahui total permintaan akan jasa transport. Penyediaan jasa-jasa transportasi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat ada kaitannya dengan penawaran akan jasa transportasi secara menyeluruh. Tiap moda transportasi mempunyai sifat, karakteristik dan aspek teknis yang berlainan, yang akan mempengaruhi jasa-jasa angkutan yang ditawarkan oleh pengangkutan. Dari segi penawaran/supply jasa-jasa angkutan dapat dibedakan dari segi: 1). Peralatan yang digunakan; 2) Kapasitas yang tersedia; 3) Kondisi teknis alat angkut yang dipakai; 4) Produksi jasa yang dapat diserahkan oleh perusahaan angkutan; dan 5) Sistem pembiayaan dalam pengoperasian alat pengangkutan. Dari segi penyedia jasa harus memperhatikan benar-benar agar pengguna jasa angkutan merasa puas yang berhubungan dengan; Keamanan, Ketepatan, Keteraturan, Kenyamanan, Kecepatan, Kesenangan, dan Kepuasan. 4. Kerangka Konseptual Kerangka konseptual ini pada dasarnya menjelaskan tentang hubungan antar variabel yang akan diteliti. Hubungan tersebut pada dasarnya dijelaskan dan dikuatkan oleh teori dan hasil-hasil penelitian sebelumnya. Berdasarkan penjelasan sebelumnya dalam pra proposal penelitian disertasi ini bahwa permasalahan yang ada adalah tingginya biaya transportasi, rendahnya kualitas infrastruktur, rendahnya pelayanan transportasi, kinerja logistik dan daya saing dalam perdagangan, sehingga penelitian ini menitikberatkan pada

perencanaan transportasi barang, konsep antar moda (karakteristik wilayah), pemilihan moda transportasi barang (biaya transportasi barang yang ekonomis), karakteristik d an volume komoditas barang yang akan diangkut serta karakteristik transportasi (jaringan, kendaraan, dan pelayanan transportasi). Gambar dibawah ini menunjukkan bagan kerangka pemikiran penelitian disertasi yang akan dikembangkan. Penelitian : Perencanaan Angkutan Transportasi Barang Regional Di Pelabuhan Bitung Sulawesi Utara Tujuan Penelitian - Perencanaan transportasi barang - Pemilihan moda transportasi barang - Karakteristik dan volume komoditas barang - Karakteristik transportasi Data Sosio-Ekonomi Kebijakan dan Regulasi : - Pemerintah - Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW Data Transportasi Data Karakteristik Kendaraan Data Infrastruktur Data Pelayanan Transportasi Metode Penelitian : - Analisis Structural Equation Modeling (SEM) - Multinomial Logit (Utilitas dan Probabilitas) - Tahapan penelitian - Lokasi dan jadwal penelitian - Metode pengumpulan data - Metode analisis data - Kesimpulan - Saran - Rekomendasi Gambar. Diagram Alir Kerangka Pemikiran Penelitian

5. Metode Penelitian Penelitian yang dilakukan menggunakan jenis penelitian survei dan observasi lapangan yang dikerjakan secara langsung. Tahapan penelitian secara garis besar dapat dilihat pada diagram alir berikut : perencanaan transportasi barang, konsep antar moda (karakteristik wilayah), pemilihan moda transportasi barang (biaya transportasi barang yang ekonomis), karakteristik dan volume komoditas barang yang akan diangkut serta karakteristik transportasi (jaringan, kendaraan, dan pelayanan transportasi). Permasalahan Kajian Pustaka Perencanaan transportasi barang Pengumpulan Data Konsep antar moda Pemilihan moda transportasi barang Karakteristik dan volume komoditas Identifikasi Masalah Analisa Data Karakteristik transportasi Hasil dan Pembahasan Rekomendasi Kesimpulan Gambar. Diagram Alir Metode Penelitian

Analisis Data Pengambilan Data Data Eksisting Data Sosio- Ekonomi Data Karakteristik Kendaraan Data Infrastruktur Data Transportasi Data Pelayanan Transportasi SEM Multinomial Logit Hasil Gambar. Diagram Alir Analisa Data

6. Sistematika Penulisan Rencana penulisan penelitian disertasi terdiri atas 5 (lima) bab, yaitu : Bab I Pendahuluan, berisi latar belakang, identifikasi masalah, rmusan masalah, ruang lingkup penelitian, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian. Bab II berisi tinjauan pustaka yang merupakan rangkuman dari hasil penelaahan pustaka yang telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya dan referensi lainnya yang berkaitan dengan pembahasan yang dikaji dalam disertasi. Bab III berisi tentang kerangka konsep penelitian yang merupakan kerangka pemikiran penulisan yang digunakan sebagai penuntun dalam proses penelitian yang akan dilakukan; Bab IV berisi tentang metode penelitian yang merupakan tahapan yang dilakukan dalam penelitian, lokasi dan jadwal penelitian, metode pengumpulan data, dan tahapan selanjutnya adalah metode analisis. Bab V berisi tentang kesimpulan dan saran dari hasil studi serta rekomendasi untuk penelitian yang akan datang.

7. Daftar Pustaka Aly, M. A. Pengertian Dasar Dan Informasi Umum Tentang Beban Konstruksi Perkerasan Jalan, Yayasan Pengembangan Teknologi, Jakarta, 2007 Munawar Ahmad, Dasar-dasar Teknik Transportasi, Yogyakarta, 2005 Nyoman Budhiarta R. M., Ekonomi Transportasi, Udayana University Press, Denpasar, 2011 Noor Mahmudah, dkk., Pengembangan Metodologi Perencanaan Transportasi Barang Regional, Jurnal Transportasi, Forum Studi Transportasi antar Perguruan Tinggi, Volume 11, No. 3, Bandung, Desember 2011 Salah, S. M., Tamin, O, Z., Sjafruddin, A., Frazila, R, B., Kebijakan Sistem Transportasi Barang Multimoda di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Jurnal Transportasi Forum Studi Transportasi antar Perguruan Tinggi, Volume 10 1998 Salim Abas A. H., Manajemen Transportasi, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 1992 Tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan