commit to user BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Remaja a Definisi Remaja (adolescence) adalah individu yang sedang berada pada

dokumen-dokumen yang mirip
EPIDEMIOLOGI MANIFESTASI KLINIS

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari usia anak-anak ke usia dewasa.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan periode yang penting, walaupun semua periode

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Masa remaja adalah suatu tahap antara masa kanak kanak dengan

BAB I PENDAHULUAN. dan pengurus pondok pesantren tersebut. Pesantren memiliki tradisi kuat. pendahulunya dari generasi ke generasi.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya potensi biologik seorang remaja merupakan hasil interaksi antara

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa, bukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam hidupnya akan mengalami perkembangan dalam

Proses Adaptasi Psikologi Ibu Dalam Masa Nifas

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan merupakan episode dramatis terhadap kondisi biologis seorang

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan fase yang disebut Hall sebagai fase storm and stress

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pertumbuhan dan perkembangan manusia merupakan hal yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Mayang Wulan Sari,2014

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Efikasi Diri Akademik

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kehamilan merupakan suatu anugerah yang menyenangkan bagi

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PENANGANAN SINDROM PRA MENSTRUASI TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWI SMA NEGERI 2 SUKOHARJO SKRIPSI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari anak-anak ke fase remaja. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. pada masa remaja, salah satunya adalah problematika seksual. Sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. manusia, ditandai dengan perubahan-perubahan biologis, kognitif dan sosial-emosional

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan, persoalan-persoalan dalam kehidupan ini akan selalu. pula menurut Siswanto (2007; 47), kurangnya kedewasaan dan

Hamilton Depression Rating Scale (HDRS)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Penyakit kronis merupakan penyakit yang berkembang secara perlahan selama bertahuntahun,

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. gejala klinik yang manifestasinya bisa berbeda beda pada masing

BAB I PENDAHULUAN. Remaja atau adolescence (Inggris), berasal dari bahasa latin adolescere

KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PADA PENYANDANG KANKER PAYUDARA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa yang terdiri dari dewasa awal,

BAB I PENDAHULUAN. dimulai dari masa anak-anak, remaja, dewasa, dan usia lanjut. Setiap peristiwa

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU ASERTIF DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA REMAJA PUTRI. Skripsi

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. semua orang, hal ini disebabkan oleh tingginya angka kematian yang disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kehamilan dan kelahiran anak adalah proses fisiologis, namun wanita

Adhyatman Prabowo, M.Psi

PERSOALAN DEPRESI PADA REMAJA

BAB I PENDAHULUAN. generasi berikutnya (Jameela, 2010). fase ini individu mengalami perubahan dari anak-anak menuju dewasa

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. diberikan dibutuhkan sikap menerima apapun baik kelebihan maupun kekurangan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Tumbuh kembang merupakan proses yang terjadi secara

B A B I PENDAHULUAN. di sepanjang rentang hidup. Salah satu tahap perkembangan manusia

Gangguan Bipolar. Febrilla Dejaneira Adi Nugraha. Pembimbing : dr. Frilya Rachma Putri, Sp.KJ

HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN DIRI DENGAN KESTABILAN EMOSI PADA REMAJA PASCA PUTUS CINTA

BAB I PENDAHULUAN. perempuan. Menstruasi pertama kali disebut dengan menarche (Wong,2008).

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Di era sekarang perceraian seolah-olah menjadi. langsung oleh Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama Mahkamah

HAMILTON DEPRESSION RATING SCALE (HDRS)

PERAN DUKUNGAN KELUARGA PADA PENANGANAN PENDERITA SKIZOFRENIA

dan menghasilkan pertumbuhan serta kreativitas.

BAB I PENDAHULUAN. Data demografi menunjukkan bahwa populasi remaja mendominasi jumlah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dilakukan di Puskesmas Wonosari pada bulan September-Oktober 2016.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi tidak

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB DEPRESI PASCA MELAHIRKAN PADA KELAHIRAN ANAK PERTAMA

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja adalah individu yang unik. Remaja bukan lagi anak-anak, namun

BAB II LANDASAN TEORI. A. Wanita

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Perilaku Seksual Pranikah

BAB V PEMBAHASAN. program bimbingan, pengajaran dan latihan dalam membantu peserta didik agar mampu

BAB I PENDAHULUAN. Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata Latin (adolescence)

BAB I PENDAHULUAN. menyenangkan. Apalagi pada masa-masa sekolah menengah atas. Banyak alasan. sosial yang bersifat sementara (Santrock, 1996).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Departemen Kesehatan (1988, dalam Effendy 1998)

BAB I PENDAHULUAN. Bapak Psikologi Remaja yaitu Stanley Hall. Pendapat Stanley Hall pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERKEMBANGAN PSIKOLOGIS REMAJA. Nanang E.G. 15 Juli 2008

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari,

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB 1 PENDAHULUAN. produktif dan kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya (Depkes, 2010).

5. KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN

BAB II TINJAUAN TEORITIS. A. Karyawan PT. INALUM. capital, yang artinya karyawan adalah modal terpenting untuk menghasilkan nilai

2.1 Lampiran Kuesioner SKALA NILAI DEPRESI DARI HAMILTON HAMILTON DEPRESSION RATING SCALE (HDRS)

BAB I PENDAHULUAN. dalam Friz Oktaliza, 2015). Menurut WHO (World Health Organization), remaja adalah penduduk dalam rentang usia tahun, menurut

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai

BAB II LANDASAN TEORI Hospitalisasi atau Rawat Inap pada Anak Pengertian Hospitalisasi. anak dan lingkungan (Wong, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan

A. Gangguan Bipolar Definisi Gangguan bipolar merupakan kategori diagnostik yang menggambarkan sebuah kelas dari gangguan mood, dimana seseorang

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keluarga menurut Lestari (2012) memiliki banyak fungsi, seperti

Eni Yulianingsih F

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. riskan pada perkembangan kepribadian yang menyangkut moral,

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Salusu (2004), pengambilan keputusan adalah proses memilih

BAB I PENDAHULUAN. mengenal awal kehidupannya. Tidak hanya diawal saja atau sejak lahir, tetapi keluarga

5. KESIMPULAN, DISKUSI, SARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ditandai dengan adanya perkembangan yang pesat pada individu dari segi fisik, psikis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. latin adolensence, diungkapkan oleh Santrock (2003) bahwa adolansence

BAB I PENDAHULUAN. menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki. suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data Badan Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dari eksistensi manusia di dunia. Kebahagiaan itu sendiri dapat dicapai dengan

BAB I PENDAHULUAN. dan pacarnya tidak mau bertanggung jawab. Menurut Susilo ( 2007 ) dalam

BAB I PENDAHULUAN. dalam tahap perkembangannya akan mengalami masa berhentinya haid yang dibagi

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju masa. lainnya. Masalah yang paling sering muncul pada remaja antara lain

Transkripsi:

BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Remaja a Definisi Remaja (adolescence) adalah individu yang sedang berada pada masa perkembangan transisi antara masa anak-anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosio-emosional (Santrock, 2003). Menurut Hurlock (1999) remaja adalah individu yang berada pada usia 12-18 tahun. Remaja adalah masa yang penuh dengan permasalahan. Statemen ini sudah dikemukakan jauh pada masa lalu, yaitu di awal abad ke-20 oleh Bapak Psikologi Remaja, yaitu Stanley Hall. Pendapat Stanley Hall pada saat itu yaitu bahwa masa remaja merupakan masa badai dan tekanan (storm and stress). Menurut Erickson masa remaja adalah masa terjadinya krisis identitas atau pencarian identitas diri. Berdasarkan tinjauan teori perkembangan, usia remaja adalah masa terjadinya perubahan-perubahan yang cepat, termasuk perubahan fundamental dalam aspek kognitif, emosi, sosial, dan pencapaian (Fagan, 2006). 5

6 Batasan remaja menurut usia kronologis, yaitu antara 13 hingga 18 tahun. Ada juga yang membatasi usia remaja antara 11 hingga 22 tahun. Lebih lanjut Behrman (1999) membagi usia remaja menjadi tiga kelompok, yaitu: 1) Remaja awal : antara 12 hingga 13 tahun 2) Remaja pertengahan: antara 13 hingga 15 tahun 3) Remaja akhir: antara 16 hingga 17 tahun. b Perkembangan Fisik Remaja Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa, bukan hanya dalam artian psikologi tetapi juga fisik. Di antara perubahan fisik itu, yang terbesar pengaruhnya pada perkembangan jiwa remaja adalah pertumbuhan tubuh (badan yang semakin panjang dan tinggi), mulai berfungsinya alat-alat reproduksi (ditandai dengan menstruasi pada wanita dan mimpi basah pada laki-laki), dan tanda-tanda seksual sekunder yang tumbuh (Willis, 2005). Dua jenis hormon yang berperan dalam perkembangan pubertas adalah androgen dan estrogen. Androgen adalah jenis utama hormon seks laki-laki yang berperan penting pada perkembangan pubertas laki-laki. Selama pubertas, peningkatan kadar testosteron berkaitan dengan sejumlah perubahan fisik pada remaja laki-laki, perkembangan alat kelamin luar, peningkatan tinggi badan, dan perubahan suara. Estrogen adalah jenis utama hormon perempuan. Estradiol adalah jenis estrogen yang berperan penting pada perkembangan pubertas perempuan. Dengan meningkatnya kadar estradiol,

7 terjadilah perkembangan payudara, rahim, dan perubahan tulang kerangka tubuh (Santrock, 2003). Selama masa pubertas, kadar testosteron meningkat 18 kali lipat pada remaja laki-laki, dan 2 kali lipat pada remaja perempuan. Sedangkan hormon estrogen meningkat 8 kali lipat pada perempuan dan hanya 2 kali lipat pada remaja laki-laki. Sehingga dapat disimpulkan bahwa hormon testosteron lebih berpengaruh dominan pada perkembangan pubertas laki-laki dan hormon estrogen dominan berpengaruh pada perkembangan pubertas perempuan. Aliran kedua hormon tersebut tidak hanya memengaruhi perkembangan fisik saja, namun juga memengaruhi perkembangan psikologis di masa remaja (Santrock, 2003). c Perkembangan Emosi Remaja Menurut Stanley Hall, masa remaja dianggap sebagai periode badai dan tekanan (storm and stress), suatu masa dimana ketegangan emosi meninggi sebagai akibat dari perubahan fisik dan kelenjar. Adapun meningginya emosi terutama pada anak laki-laki dan perempuan yang berada di bawah tekanan sosial dan menghadapi kondisi baru. Adanya badai dan tekanan dalam periode ini berkurang menjelang berkahirnya awal masa remaja (Hurlock, 1999). 1) Pola emosi Pola emosi pada masa remaja sama dengan pola emosi pada masa anak-anak, yaitu timbulnya amarah, takut, cemburu, ingin tahu, iri hati, gembira, sedih, dan kasih sayang. Perbedaannya adalah pada rangsangan

8 yang membangkitkan emosi dan derajatnya, khususnya pada pengendalian latihan individu terhadap ungkapan emosinya (Hurlock, 1999). d Perkembangan Sosial Remaja Dalam perkembangan sosial remaja dapat dilihat adanya dua macam gerak, yaitu memisahkan diri dari orang tua dan menuju ke arah teman-teman sebaya. Dua macam arah gerak ini bukan dua hal yang berurutan meskipun ada keterkaitan antara keduanya. Adanya gerak yang pertama tanpa diikuti gerak yang kedua menyebabkan rasa kesepian. Hal ini kadang-kadang dijumpai dalam masa remaja, dalam keadaan yang ekstrem hal ini dapat menyebabkan usaha-usaha untuk bunuh diri. Kualitas hubungan dengan orang tua dalam hal ini memegang peranan yang penting (Monks, 2000). 1) Perubahan Sosial Salah satu tugas perkembangan masa remaja yang tersulit adalah penyesuaian sosial. Remaja harus menyesuaikan diri dengan lawan jenis dalam hubungan yang sebelumnya pernah ada dan harus menyesuaikan dengan orang dewasa di lingkungan keluarga dan sekolah. Yang terpenting dan tersulit adalah penyesuaian diri dengan meningkatnya pengaruh kelompok sebaya, perubahan dalam perilaku sosial, pengelompokan sosial yang baru, nilai-nilai baru dalam seleksi persahabatan, nilai-nilai baru dalam dukungan dan penolakan sosial, dan nilai-nilai baru dalam seleksi pemimpin (Hurlock, 1999).

9 e Masalah pada Remaja Menurut Hurlock (1999) ada beberapa masalah yang dialami remaja, yaitu: 1) Masalah pribadi, yaitu masalah-masalah yang berhubungan dengan situasi dan kondisi di rumah, sekolah, kondisi fisik, penampilan, emosi, penyesuaian sosial, tugas, dan nilai-nilai. 2) Masalah khas remaja, yaitu masalah yang timbul akibat status yang tidak jelas pada remaja, seperti masalah pencapaian kemandirian, kesalahpahaman atau penilaian berdasarkan stereotip yang keliru, adanya hak-hak yang lebih besar dan lebih sedikit kewajiban dibebankan oleh orangtua. Lebih lanjut dikatakan bahwa masyarakat pada era teknologi maju dewasa ini membutuhkan orang yang sangat kompeten dan trampil untuk mengelola teknologi tersebut. Ketidakmampuan remaja mengikuti perkembangan teknologi yang demikian cepat dapat membuat remaja merasa gagal, malu, kehilangan harga diri, dan mengalami gangguan emosional. Bellak (Fuhrmann, 1990) secara khusus membahas pengaruh tekanan media terhadap perkembangan remaja. Menurutnya, remaja masa kini dihadapkan pada lingkungan di mana segala sesuatu berubah sangat cepat. Remaja dibanjiri oleh informasi yang terlalu banyak dan terlalu cepat untuk diserap dan dimengerti. Semuanya terus bertumpuk hingga mencapai information overload. Akibatnya timbul perasaan terasing, keputusasaan,

10 absurditas, problem identitas dan masalah-masalah yang berhubungan dengan benturan budaya. Uraian di atas memberikan gambaran betapa majemuknya masalah yang dialami remaja masa kini. Tekanan-tekanan sebagai akibat perkembangan fisiologis pada masa remaja, ditambah dengan tekanan akibat perubahan kondisi sosial budaya serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang demikian pesat seringkali mengakibatkan timbulnya masalahmasalah psikologis berupa gangguan penyesuaian diri atau ganguan perilaku. 2. Dukungan Sosial a Definisi Menurut Jacobson, dukungan sosial adalah suatu bentuk tingkah laku yang menumbuhkan perasaan nyaman dan membuat individu percaya bahwa dirinya dihormati, dihargai, dicintai, dan bahwa orang lain bersedia memberikan perhatian dan keamanan (Nugraha, 2012). Adapun menurut Cohen dan Syme (1985) dukungan sosial adalah tindakan yang sifatnya membantu dengan melibatkan emosi, pemberian informasi, bantuan materi dan penilaian yang positif pada individu dalam menghadapi permasalahannya. Cobb (Taylor, 1995) menyebutkan bahwa dukungan sosial adalah informasi dari individu lain bahwa seorang individu dicintai, diperhatikan, dihargai, dan dihormati dan menjadi bagian jaringan komunikasi dan kontrak kerja yang saling menguntungkan. Informasi tersebut dapat berasal dari pasangan hidup atau kekasihnya, rekan kerja,

11 teman, kelompok lain, seperti gereja atau klub atau orang yang paling dekat (Taylor, 1995). Menurut Norris dan Kaniasty (1996) terdapat dua aspek utama dalam dukungan sosial yaitu: received support (dukungan yang diterima) dan perceived support (dukungan yang dirasakan). Received support adalah perilaku membantu yang benar-benar terjadi dan perceived support adalah perilaku membantu yang mungkin akan terjadi. b Aspek Dukungan Sosial Menurut Cohen dan Syme, 1998 (Widyastuti, 2008) ada empat aspek dukungan sosial. Aspek-aspek tersebut adalah 1) Emosional Individu membutuhkan empati, cinta, dan kepercayaan dari orang. Individu yang berempati merasa mengalami sendiri emosi yang dialami oleh orang lain. Merasa kesulitan orang lain dapat memotivasi tingkah laku atau tindakan yang ditujukan untuk mengurangi kesulitan itu. 2) Informasi Dukungan yang berupa informasi diberikan untuk menambah pengetahuan seseorang dalam mencari jalan keluar untuk memecahkan masalah, meliputi nasihat serta pengarahan.

12 3) Instrumental Penyediaan sarana untuk mempermudah perilaku menolong orang yang menghadapi masalah, dalam bentuk materi, akan tetapi dapat juga pemberian kesempatan dan peluang waktu. 4) Penilaian positif terhadap individu Dukungan tersebut berupa pemberian penghargaan atau penilaian atas usaha yang telah dilakukan, memberikan umpan balik mengenai hasil atau prestasinya serta memperkuat dan meninggikan perasaan harga diri dan kepercayaan akan kemampuan individu tersebut. c Sumber Dukungan Sosial 1) Keluarga Anggota keluarga adalah orang-orang yang berada di lingkungan paling dekat dengan diri individu yang sangat besar kemungkinannya untuk saling memberikan dukungan (Levit et al., 1993). Argyle (Veiel Baumann, 1992) mengungkapkan bila individu dihadapkan pada suatu stressor, maka hubungan intim yang muncul karena adanya sistem keluarga dapat menghambat, mengurangi, bahkan mencegah timbulnya efek negatif. Munculnya efek ini dimungkinkan karena keluarga selalu siap dan bersedia untuk membantu individu ketika dibutuhkan serta hubungan antara anggota keluarga memunculkan perasaan dicintai dan mencintai (Sholichah, 2009).

13 2) Sahabat atau teman Suatu studi yang dilakukan oleh Argyle & Furnham (Veiel Baumann, 1991) menemukan tiga proses utama di mana sahabat atau teman dapat berperan dalam memberikan dukungan sosial. Proses yang pertama adalah membantu material atau instrumental. Stres yang dialami individu dapat dikurangi bila individu mendapatkan pertolongan untuk memecahkan masalahnya dapat berupa informasi tentang cara mengatasi masalah atau pertolongan berupa uang. Proses kedua adalah dukungan emosional. Tekanan emosional dapat dikurangi dengan membicarakannya dengan teman yang simpatik. Dengan demikian harga diri meningkat, depresi dan kecemasan dapat dihilangkan dengan penerimaan sahabat karib. Proses yang terakhir adalah integrasi sosial, menjadi bagian dalam suatu aktivitas waktu luang yang kooperatif dan diterimanya seseorang dalam suatu kelompok sosial dapat menghilangkan perasaan kesepian dan menghasilkan perasaan sejahtera serta memperkuat ikatan sosial (Sholichah, 2009). 3) Significant other Contohnya kelompok sosial, perawat, dokter, dan orang dewasa lain selain teman dan keluarga yang mampu memberikan dukungan sosial (zimet et al., 1988).

14 d Faktor-Faktor yang Memengaruhi Efektvitas Dukungan Sosial 1) Pemberi dukungan sosial Dukungan yang diterima melalui sumber yang sama akan lebih mempunyai arti daripada yang berasal dari sumber yang berbeda-beda setiap saat. Hal ini berkaitan dengan kesinambungan dukungan yang diberikan yang akan memberikan keakraban dan tingkat kepercayaan penerima dukungan. 2) Jenis Dukungan Jenis dukungan yang diterima akan mempunyai arti bila dukungan itu bermanfaat dan sesuai dengan situasi yang dihadapi. 3) Penerima Dukungan Proses yang terjadi dalam pemberian dan penerimaan dukungan itu dipengaruhi oleh kemampuan penerima dukungan untuk mencari dan mempertahankan dukungan yang diperoleh. 4) Lamanya Pemberian Dukungan Lama atau singkatnya pemberian dukungan tergantung pada kapasitasnya. Kapasitas berkaitan dengan kemampuan dari pemberi dukungan untuk memberikan dukungan yang ditawarkan selama suatu periode tertentu (Cohen dan Syme, 2008). e Manfaat Dukungan Sosial Manfaat jenis-jenis hubungan sosial yang dirasakan seseorang menurut Cohen dan Syme, 1985 (Widyastuti, 2008) tergantung pada ketepatan dukungan yang diberikan ketika menghadapi situasi yang tengah

15 terjadi dan tergantung pada penerimaan orang yang diberi dukungan tersebut. Dukungan sosial dapat juga bermanfaat sebagai suatu cara untuk menjaga harga diri individu. Manfaat dukungan sosial dalam bidang klinis sangat besar karena terbukti dapat membantu manusia dalam mencapai perkembangan yang optimal. Penelitian La Rocco et al., (Sarafino, 1990) menyimpulkan bahwa dukungan sosial memiliki peranan yang sangat besar terhadap kesehatan mental. Dukungan sosial berhubungan dengan berkurangnya kecemasan, gangguan umum, somatisasi, dan depresi. Rendahnya dukungan dari lingkungan sosial merupakan salah satu faktor yang memengaruhi depresi. 3. Depresi a Definisi Menurut Atkinson (Lubis, 2009) depresi adalah suatu gangguan mood yang dicirikan tak ada harapan dan patah hati, ketidakberdayaan yang berlebihan, tak mampu mengambil keputusan melalui suatu kegiatan, tak mampu konsentrasi, tak punya semangat hidup, selalu tegang dan mencoba bunuh diri. Individu yang mengalami depresi pada umumnya menunjukkan gejala psikis, gejala fisik dan sosial yang khas, seperti murung, sedih berkepanjangan, sensitif, mudah marah dan tersinggung, hilang semangat, hilangnya rasa percaya diri, hilangnya konsentrasi, dan menurunnya daya tahan (Lubis, 2009). Menurut Kartono (2002) depresi adalah kemuraman hati (kepedihan, kesenduan,

16 dan keburaman perasaan) yang patologis sifatnya seperti sakit hati yang mendalam, kekecewaan hebat, kecemasan, penyalahan diri-sendiri dan trauma psikis. b Gejala Depresi 1) Gejala Fisik a) Gangguan pola tidur. Misalnya, sulit tidur, terlalu banyak atau terlalu sedikit tidur. b) Menurunnya tingkat aktivitas. Pada umumnya, orang yang mengalami depresi menunjukkan perilaku yang pasif, menyukai kegiatan yang tidak melibatkan orang lain seperti menonton TV, makan, dan tidur. c) Menurunnya efisiensi kerja. Orang yang terkena depresi akan sulit memfokuskan perhatian atau pikiran pada suatu hal atau pekerjaan. Sehingga, orang tersebut juga akan sulit memfokuskan energi pada hal-hal prioritas. d) Menurunnya produktivitas kerja. Orang yang terkena depresi akan kehilangan sebagian atau seluruh motivasi kerjanya. e) Mudah merasa letih dan sakit. Jelas saja, depresi itu sendiri adalah perasaan negatif. Jika seseorang menyimpan perasaan negatif, maka jelas akan membuat letih karena membebani pikiran dan perasaan, dan seseorang harus memikulnya di mana saja dan kapan saja, suka tidak suka.

17 2) Gejala Psikis a) Kehilangan rasa percaya diri. Orang yang mengalami depresi cenderung memandang segala sesuatu dari sisi negatif. b) Sensitif. Orang yang mengalami depresi perasaannya sensitif sekali. Akibatnya orang yang demikian ini mudah tersinggung, mudah marah, perasa, curiga akan maksud orang lain, mudah sedih, murung dan suka menyendiri. c) Merasa diri tidak berguna. Perasaan tidak berguna ini muncul karena dirinya merasa menjadi orang yang gagal terutama di bidang atau lingkungan yang seharusnya disukai. d) Perasaan bersalah. Orang yang memandang suatu kejadian yang menimpa dirinya sebagai suatu hukuman atau akibat dari kegagalannya melaksanakan tanggung jawab yang seharusnya dikerjakan. e) Perasaan terbebani. 3) Gejala Sosial Depresi yang berawal adalah masalah diri-sendiri pada akhirnya memengaruhi lingkungan dan pekerjaan (atau aktivitas rutin lainnya). Lingkungan tentu akan bereaksi terhadap perilaku orang yang depresi tersebut yang pada umumnya negatif (mudah marah, tersinggung, menyendiri, sensitif, mudah letih, mudah sakit). Problem sosial yang terjadi biasanya berkisar pada masalah interaksi dengan rekan kerja, atasan atau bawahan. Orang yang merasa tidak

18 mampu untuk bersikap terbuka dan secara aktif menjalin hubungan dengan lingkungan sekalipun ada kesempatan (Lubis, 2009). c Penegakan Diagnosis Depresi Menurut Maslim (2003) kriteria dignostik depresi dibagi menjadi: 1) Gejala Utama (pada derajat ringan, sedang dan berat): a) Afek depresi b) Kehilangan minat dan kegembiraan c) Berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah (rasa lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja) dan menurunnya aktivitas. 2) Gejala lainnya a) Konsentrasi dan perhatian berkurang b) Harga diri dan kepercayaan diri berkurang c) Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna d) Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis e) Gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri f) Tidur terganggu g) Nafsu makan berkurang Untuk episode depresif dari ketiga tingkat keparahan tersebut diperlukan masa sekurang-kurangnya 2 minggu untuk penegakan diagnosis, akan tetapi periode lebih pendek dapat dibenarkan jika gejala luar biasa beratnya dan berlangsung cepat.

19 Episode depresi diklasifikasikan menjadi tiga (Maslim, 2003) yaitu, Episode depresif ringan 1) Sekurang-kurangnya harus ada 2 dari 3 gejala utama depresi seperti tersebut di atas 2) Ditambah sekurang-kurangnya 2 dari gejala lainnya 3) Tidak boleh ada gejala yang berat di antaranya 4) Lamanya seluruh episode berlangsung sekurang-kurangnya sekitar 2 minggu 5) Hanya sedikit kesulitan dalam pekerjaan dan kegiatan sosial yang biasa dikerjakan. Episode depresif sedang 1) Sekurang-kurangnya harus ada 2 dari 3 gejala utama depresi seperti pada episode depresi ringan 2) Ditambah sekurang-kurangnya 3 (dan sebaiknya 4) dari gejala lainnya. 3) Lamanya seluruh episode berlangsung minimum sekitar 2 minggu. 4) Menghadapi kesulitan nyata untuk meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan dan urusan rumah tangga. Episode depresif berat tanpa gejala psikotik Semua gejala utama harus ada 1) Ditambah sekurang-kurangnya 4 dari gejala lainnya, dan beberapa di antaranya harus berintensitas berat.

20 2) Bila ada gejala penting (misalnya agitasi atau retardasi psikomotor) yang mencolok, maka pasien mungkin tidak mau atau tidak mampu untuk melaporkan banyak gejalanya secara rinci. Dengan demikian, penilaian secara menyeluruh terhadap episode depresi berat masih dapat dibenarkan. 3) Episode depresif biasanya berlangsung sekurang-kurangnya 2 minggu, akan tetapi jika gejala amat berat dan beronset sangat cepat, maka masih dibenarkan untuk menegakkan diagnosis dalam kurun waktu kurang dari 2 minggu. 4) Sangat tidak mungkin pasien akan mampu meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan atau urusan rumah tangga, kecuali pada taraf yang sangat terbatas. Episode depresif berat dengan gejala psikotik 1) Episode depresi berat yang memenuhi kriteria menurut episode depresif berat tanpa gejala psikotik tersebut di atas. 2) Disertai waham, halusinasi, atau stupor depresif. Waham biasanya melibatkan ide tentang dosa, kemiskinan atau malapetaka yang mengancam dan merasa bertanggungjawab atas hal itu. Halusinasi auditorik atau olfaktorik biasanya berupa suara yang menghina atau menuduh, atau bau kotoran atau daging membusuk. Retardasi psikomotor yang berat dapat menuju pada stupor. Jika diperlukan, waham atau halusinasi dapat ditentukan sebagai serasi atau tidak serasi dengan afek (mood congruent).

21 d Depresi pada Remaja Hadi (2004) menemukan bahwa depresi pada kelompok umur remaja ternyata relatif tinggi. Perubahan-perubahan biologis dan kognitif pada remaja seperti pubertas, persepsi terhadap gambaran tubuh dan proses pendewasaan, terutama pada remaja perempuan lebih cepat memiliki konsekuensi depresi yang lebih tinggi daripada remaja laki-laki. Menurut Kessler at al (Galambos et al., 2004) perempuan menunjukkan depresi yang lebih tinggi daripada laki-laki ketika dimulainya masa remaja. Remaja perempuan, terutama yang lebih cepat mengalami proses kedewasaan sehingga menjadi subjek pengalaman depresi (Papalia, 2004). Perbedaan depresi berdasarkan jenis kelamin ini berhubungan dengan perubahan biologis yang dikaitkan dengan pubertas dan cara remaja perempuan tersebut bersosialisasi dan tingkat kerentanan yang lebih besar terhadap stres dalam hubungan sosial (Papalia, 2004). Menurut Blackman (Lubis, 2009) depresi pada remaja sebagian besar tidak terdiagnosis sampai akhirnya dirinya mengalami kesulitan yang serius dalam sekolah dan penyesuaian pribadi yang sering kali berlanjut pada masa dewasa. Depresi bisa menjadi respon sementara terhadap situasi maupun stres. Walaupun normal bagi remaja untuk mengalami perubahan suasana perasaan, tetapi hal tersebut menjadi tidak normal jika berlarut-larut dengan kekacauan emosi yang luar biasa (Lubis, 2009).

22 B. Kerangka Pemikiran Remaja Perkembangan Fisik Perkembangan Emosi Perkembangan Sosial Perkembangan Psikologis Masalah Dukungan Sosial Tinggi Rendah Emosional Informasi Instrumental Penilaian Positif terhadap Individu Depresi Rendah Depresi Tinggi C. Hipotesis Ada hubungan negatif antara dukungan sosial dengan depresi pada Siswi kelas XII SMA Al Islam 1 Surakarta, yaitu semakin tinggi dukungan sosial, semakin rendah depresi dan semakin rendah dukungan sosial, semakin tinggi depresi.