1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah kesehatan di masyarakat sangat dipengaruhi oleh faktor perilaku, lingkungan, pelayanan kesehatan dan keturunan. Salah satu penyakit yang berbasis pada perilaku tidak bersih dan sehat adalah diare. Diare sampai saat ini masih merupakan penyebab kematian utama pada anak di dunia. World Health Organization (WHO) memperkirakan, 4 miliar kasus diare terjadi di dunia, dan 2,2 juta di antaranya meninggal, serta sebagian besar terjadi pada anak-anak di bawah umur 5 tahun (WHO, 2009). Menurut data Riskesdas (2013), prevalensi kejadian diare mengalami penurunan sebesar 3,5% untuk semua kelompok umur. Kejadian diare tertinggi pada anak umur < 1 tahun sebesar 5,5%, sedangkan umur 1-4 tahun kejadian diare tercatat sebanyak 5,1%. Kalimantan Timur termasuk wilayah dengan angka kejadian diare cukup tinggi, yaitu 73.974 kasus. Kejadian diare di Provinsi Kalimantan Timur adalah Samarinda : 26,44%, Balikpapan : 13,49%, Paser : 12,89%, Tarakan : 11,37%, Kutai Barat : 6,23%, Bontang : 6,06%, Berau : 5,74%, Kutai Kartanegara : 5,25%, Kutai Timur : 5,07%, Penajam : 4,05%, Nunukan : 3,12%, Tana Tidung : 0,3%, Malinau : 0% dan Bulungan : 0% (Dinkes Provinsi Kalimantan Timur, 2014). Kejadian diare di Kabupaten Kutai Kartanegara Provinsi Kalimantan Timur, dengan angka kejadian diare 5,25%. Desa Muara Badak Ilir merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Muara Badak Kabupaten Kutai Kartanegara. Penduduk desa dalam kehidupan sehari-hari menggunakan sumber air bersih seperti : sumur bor (19%), penampungan air hujan (17%), sumur gali (16%), PDAM (8%) dan penampungan mata air (1%). D ilihat dari segi perumahan, diketahui penduduk yang menempati rumah sehat terdapat 57%, sedangkan yang 1
2 menempati rumah tidak sehat sebanyak 43%. Rumah yang memiliki jamban, sebanyak 75% dan rumah yang tidak memiliki jamban, sebanyak 25%. Akan tetapi kejadian diare pada anak terus mengalami peningkatan dalam 3 tahun terakhir. Kejadian diare, tahun 2012 terdapat 134 kasus dan meningkat tahun 2013 menjadi 160 kasus. Kemudian tahun 2014, terdapat 195 kasus, yaitu 80% dari jumlah penduduk usia 7 24 bulan di Desa Muara Badak Ilir. Hal ini akibat musim kemarau yang berkepanjangan, puncaknya bulan Agustus dan September, membuat wilayah pesisir airnya menjadi tercemar oleh air asin (Profil Puskesmas Muara Badak, 2014). Menurut Depkes RI (2000 dalam Widjaja, 2003), faktor risiko terjadinya diare meliputi : umur, jenis kelamin, musim, status gizi, lingkungan, status sosial ekonomi dan perilaku. Salah satu upaya peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) adalah mencuci tangan dengan sabun. Tangan yang terkontaminasi kunci utama dalam penyebaran kotoran dari 1 orang ke orang lain. Menurut Nadesul (2006), tangan adalah media utama penularan kuman penyebab penyakit. Meningkatkan kebersihan dari kotoran yang ditularkan melalui tangan merupakan cara yang efektif untuk mengurangi penyebaran diare. Berdasarkan hal tersebut, tingginya kejadian diare pada anak di Desa Muara Badak Ilir diduga bukan hanya dipengaruhi oleh faktor lingkungan saja, akan tetapi juga dapat dipengaruhi oleh perilaku hidup ibu yang tidak bersih dan sehat. Hal ini didukung oleh hasil terdahulu yang dilakukan Alwi (2010), yang ada hubungan antara perilaku mencuci tangan ibu dengan kejadian diare anak di Desa Muara Badak Ilir Kecamatan Muara Badak Kabupaten Kutai Kartanegara. Hasil penjabaran tersebut, yang mendasari penulis melakukan dengan judul Analisis cuci tangan terhadap kejadian diare di Desa Muara Badak Ilir Kecamatan Muara Badak Kabupaten Kutai Kartanegara.
3 B. Perumusan Masalah Berdasarkan masalah yang dihadapi, rumusan masalah pada ini adalah : Apakah ada hubungan antara kebiasaan cuci tangan ibu dengan kejadian diare anak di Desa Muara Badak Ilir Kecamatan Muara Badak Kabupaten Kutai Kartanegara?. C. Tujuan Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan tujuan umum dan tujuan khusus sebagai berikut : 1. Tujuan umum Mengetahui hubungan antara kebiasaan cuci tangan ibu dengan kejadian diare anak di Desa Muara Badak Ilir Kecamatan Muara Badak Kabupaten Kutai Kartanegara. 2. Tujuan khusus a. Mendeskripsikan kebiasaan cuci tangan ibu di Desa Muara Badak Ilir Kecamatan Muara Badak Kabupaten Kutai Kartanegara. b. Mengetahui kejadian diare anak di Desa Muara Badak Ilir Kecamatan Muara Badak Kabupaten Kutai Kartanegara. c. Menganalisis hubungan antara kebiasaan cuci tangan ibu dengan kejadian diare anak di Desa Muara Badak Ilir Kecamatan Muara Badak Kabupaten Kutai Kartanegara. d. Mengetahui pengaruh variabel luar (umur, jenis kelamin, musim, status gizi, lingkungan, status sosial ekonomi) dan variabel yang paling dominan berhubungan dengan kejadian diare anak di Desa Muara Badak Ilir Kecamatan Muara Badak Kabupaten Kutai Kartanegara. 1. Bagi Puskesmas Muara Badak D. Manfaat Penelitian
4 Hasil diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan informasi bagi instansi terkait, khususnya bagi Puskesmas Muara Badak dalam upaya untuk meningkatkan program Promosi Kesehatan sebagai upaya menurunkan angka kejadian diare di Desa Muara Badak Ilir. 2. Bagi masyarakat Sebagai bahan informasi kepada masyarakat dalam upaya pencegahan dan mengurangi penyebaran diare melalui kebiasaan cuci tangan ibu dengan sabun. 3. Bagi peneliti Menjadi pengalaman yang berharga bagi peneliti dalam memperluas wawasan pengetahuan tentang cara yang dianggap lebih efektif dalam mengurangi kontaminasi dengan bakteri patogen penyebab diare. 4. Bagi peneliti selanjutnya Sebagai bahan acuan bagi para peneliti yang berminat melakukan lebih lanjut pada bidang yang sama. E. Keaslian Penelitian Menurut pengetahuan penulis, analisis cuci tangan terhadap kejadian diare di Desa Muara Badak Ilir Kecamatan Muara Badak Kabupaten Kutai Kartanegara belum pernah dilakukan, tetapi terdapat beberapa serupa yang pernah dilakukan, yaitu : 1. Alwi (2010), yang berjudul Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian diare di Desa Muara Badak Ilir Kecamatan Muara Badak Kabupaten Kutai Kartanegara. Metode tersebut menggunakan jenis case control, dengan teknik pengambilan sampel purposive sampling. Adapun kriteria responden berdomisili di Desa Muara Badak Ilir minimal 5 tahun dan menderita diare minimal 3 bulan terakhir. Sampel adalah penderita diare berdasarkan diagnosis pemeriksaan dokter rawat jalan poli
5 umum puskesmas yang bertempat tinggal di Desa Muara Badak Ilir sebanyak 40 orang pasien (kasus) dan pasien tidak mend erita diare berdasarkan diagnosis pemeriksaan dokter rawat jalan poli umum puskesmas yang bertempat tinggal di Desa Muara Badak Ilir sebanyak 40 orang pasien (kontrol). Analisis data menggunakan chi-square. Berdasarkan hasil, disimpulkan bahwa ada hubungan antara perilaku mencuci tangan (p-value : 0,020) dan jamban keluarga (p-value : 0,000) dengan kejadian diare di Desa Muara Badak Ilir Kecamatan Muara Badak Kabupaten Kutai Kartanegara, sedangkan pengetahuan (p-value : 0,066) dan sanitasi air bersih (p-value : 0,254) tidak berhubungan dengan kejadian diare di Desa Muara Badak Ilir Kecamatan Muara Badak Kabupaten Kutai Kartanegara. 2. Cita (2014), yang berjudul Hubungan Sarana Sanitasi Air Bersih dan Perilaku Ibu terhadap Kejadian Diare pada Balita Umur 10-59 Bulan di Wilayah Puskesmas Keranggan Kecamatan Setu Kota Tangerang Selatan Tahun 2013. Penelitian tersebut merupakan kuantitatif dengan disain descriptive correlation yang menggunakan pendekatan cross sectional. Sampel dalam tersebut sebanyak 90 responden yang diambil secara stratified random sampling. Analisis data menggunakan uji chi-square. Hasil menunjukkan 35,6% mengalami diare, ada hubungan antara perilaku mencuci tangan ( p-value : 0,05) dengan kejadian diare di Wilayah Puskesmas Keranggan Kecamatan Setu Kota Tangerang Selatan, sedangkan sarana sanitasi air bersih ( p-value : 1,000) tidak berhubungan dengan kejadian diare di Wilayah Puskesmas Keranggan Kecamatan Setu Kota Tangerang Selatan. 3. Listiyorini (2012), yang berjudul Hubungan antara kebiasaan mencuci tangan anak prasekolah dengan kejadian diare di wilayah kerja Puskesmas Pajang Surakarta. Metode adalah deskriptif korelasi dengan pendekatan menggunakan cross sectional. Sampel sebanyak 81 ibu yang mempunyai anak usia 3-5
6 tahun dengan teknik pengambilan sampel menggunakan propotional random sampling. Analisis data menggunakan uji chi square. Berdasarkan hasil, diperoleh data 17 anak (21%) sudah baik dalam melakukan cuci tangan, 41 anak (50,6%) melakukan cuci tangan cukup baik, dan 23 anak (28,4%) masih kurang dalam melakukan cuci tangan. Untuk kejadian diare pada anak usia prasekolah diperoleh data 45 anak (55,6%) tidak diare, 29 anak (35,8%) mengalami diare sebanyak 1 kali, 7 anak (8,6%) mengalami 2 kali diare. Hasil uji chi square memperoleh nilai 6,063 dan p value = 0,048. Dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara kebiasaan mencuci tangan anak prasekolah dengan kejadian diare di wilayah kerja Puskesmas Pajang Surakarta. 4. Rompas (2013), yang berjudul Hubungan antara perilaku cuci tangan pakai sabun dengan terjadinya diare pada anak usia sekolah di SD GMIM 2 Kecamatan Tareran. Penelitian tersebut merupakan jenis cross sectional yaitu mencari hubungan antara perilaku cuci tangan pakai sabun dengan terjadinya diare pada anak sekolah dasar. Populasi dalam ini anak sekolah dasar di SD GMIM 2 Kecamatan Tareran yang duduk di kelas 1 sampai 6 yang hadir dan bersedia menjadi responden. Hasil menunjukan bahwa perilaku cuci tangan pakai sabun sebanyak 55 anak (93,2%), dan yang tidak terbiasa cuci tangan dengan sabun sebanyak 4 anak (6,8%). Anak SD yang menderita diare dalam 3 bulan terakhir sebanyak 11 anak (18,6%), sedangkan anak yang tidak menderita diare 48 anak (81,4%). D isimpulkan bahwa ada hubungan antara perilaku cuci tangan pakai sabun dengan terjadinya diare pada anak usia sekolah dasar di SD GMIM 2 Kecamatan Tareran, dengan nilai p = 0,003. Hal ini berarti bahwa cuci tangan pakai sabun sangat penting untuk mencegah penyakit, termasuk diare. 5. Iswari (2011), yang berjudul Analisis faktor risiko kejadian diare pada anak usia di bawah 2 tahun di RSUD Koja Jakarta. Metode
7 tersebut menggunakan jenis case control, dengan jumlah sampel 54 untuk kelompok kasus dan 54 untuk kelompok kontrol. Analisis data dilakukan secara univariat, bivariat dengan uji square. Hasil kejadian diare memiliki hubungan yang signifikan dengan status gizi (p value : 0,037) dan kebiasaan ibu mencuci tangan dengan sabun sebelum memberi makan pada anak (p value : 0,038). Adapun persamaan dan perbedaan - terdahulu dengan sekarang, dapat dilihat pada Tabel 1 berikut : Tabel 1. Persamaan dan perbedaan dengan terdahulu Penelitian serupa Alwi (2010) Cita (2014) Persamaan Perbedaan Hasil Penelitian diare dan analisis data menggunakan uji chi square. yaitu perilaku cuci tangan dan variabel diare. yaitu pengetahuan ibu, tempat pembuangan tinja, penyediaan air bersih dan hygiene perorangan. yaitu sarana sanitasi air bersih chi Hasil ada hubungan perilaku mencuci tangan ( p- value: 0,020) dan jamban keluarga ( p- value : 0,000) dengan kejadian diare, sedangkan pengetahuan ( p-value : 0,066) dan sanitasi air bersih ( p-value : 0,254) tidak berhubungan dengan kejadian diare di Desa Muara Badak Ilir. Hasil ada hubungan perilaku mencuci tangan ( p- value : 0,05) dengan kejadian diare di Wilayah Puskesmas Keranggan Kecamatan Setu, sedangkan sarana sanitasi air bersih ( p- value : 1,000) tidak berhubungan dengan kejadian diare di Wilayah Puskesmas
8 Listiyorini (2012) Rompas (2013) Iswari (2011) yaitu perilaku cuci tangan dan variabel diare. diare. diare dan menggunakan uji chi square. Jenis cross sectional dan sampel anak pra sekolah. yaitu perilaku cuci tangan pakai sabun dan jenis cross sectional. Sampel khusus pada anak usia di bawah 2 tahun dan jenis case control. Keranggan Kecamatan Setu Kota Tangerang Selatan. Hasil ada hubungan antara kebiasaan mencuci tangan anak prasekolah dengan kejadian diare di wilayah kerja Puskesmas Pajang Surakarta (p value = 0,048). Hasil ada hubungan antara perilaku cuci tangan pakai sabun dengan terjadinya diare pada anak usia sekolah dasar di SD GMIM 2 Kecamatan Tareran ( p value = 0,003). Hasil kejadian diare memiliki hubungan yang signifikan dengan status gizi (p value : 0,037) dan kebiasaan ibu mencuci tangan dengan sabun sebelum memberi makan pada anak (p value : 0,038).