PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 3/ 17 /PBI/2001 TENTANG LAPORAN BERKALA BANK UMUM GUBERNUR BANK INDONESIA,

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/12/PBI/2006 TENTANG LAPORAN BERKALA BANK UMUM GUBERNUR BANK INDONESIA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 2/ 21 /PBI/2000 TENTANG LAPORAN BULANAN BANK UMUM GUBERNUR BANK INDONESIA,

No. 3/23/DPNP Jakarta, 30 Oktober Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 5/ 26 /PBI/2003 TENTANG LAPORAN BULANAN BANK UMUM SYARIAH GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 10/ 40 /PBI/2008 TENTANG LAPORAN BULANAN BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR:7/9/PBI/2005 TENTANG LAPORAN BULANAN BANK PERKREDITAN RAKYAT SYARIAH GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 7/51/PBI/2005 TENTANG LAPORAN BULANAN BANK PERKREDITAN RAKYAT GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA Nomor: 7/27/PBI/2005 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 3/17/PBI/2001 TENTANG LAPORAN BERKALA BANK UMUM

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 15/4/PBI/2013 TENTANG LAPORAN STABILITAS MONETER DAN SISTEM KEUANGAN BULANAN BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 7/ 10 /PBI/2005 TENTANG LAPORAN HARIAN BANK UMUM GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 13/ 19 /PBI/2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 8/12/PBI/2006 TENTANG LAPORAN BERKALA BANK UMUM

Sistem Informasi Debitur. Peraturan Bank Indonesia No. 7/8/PBI/ Januari 2005 MDC

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR. 13/ 8 /PBI/2011 TENTANG LAPORAN HARIAN BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 9/2/PBI/2007 TENTANG LAPORAN HARIAN BANK UMUM GUBERNUR BANK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/20/PBI/2006 TENTANG TRANSPARANSI KONDISI KEUANGAN BANK PERKREDITAN RAKYAT GUBERNUR BANK INDONESIA,

-1- PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 10/ 3 /PBI/2008 TENTANG LAPORAN KANTOR PUSAT BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 7/47/PBI/2005 TENTANG TRANSPARANSI KONDISI KEUANGAN BANK PERKREDITAN RAKYAT SYARIAH GUBERNUR BANK INDONESIA,

Kepada SEMUA BANK UMUM YANG MELAKUKAN KEGIATAN USAHA SECARA KONVENSIONAL DI INDONESIA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR. 13/ 8 /PBI/2011 TENTANG LAPORAN HARIAN BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 13/ 12 /PBI/2011

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 1/ 7 /PBI/1999 TENTANG SISTEM INFORMASI DEBITUR GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 15/3/PBI/2013 TENTANG TRANSPARANSI KONDISI KEUANGAN BANK PERKREDITAN RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA. Perihal: Jumlah Modal Inti Minimum Bank Umum

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 13 / 21 /PBI/2011 TENTANG PEMANTAUAN KEGIATAN LALU LINTAS DEVISA BANK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/25/PBI/2004 TENTANG RENCANA BISNIS BANK UMUM GUBERNUR BANK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 14/ 12 /PBI/2012 TENTANG LAPORAN KANTOR PUSAT BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 13/ 15 /PBI/2011 TENTANG PEMANTAUAN KEGIATAN LALU LINTAS DEVISA LEMBAGA BUKAN BANK

No dan moneter guna mendukung pengambilan kebijakan moneter, sistem pembayaran, dan pengawasan perbankan. Guna keperluan tersebut dibutuhkan d

No. 10/ 47 /DPNP Jakarta, 23 Desember 2008 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 3/22/PBI/2001 TENTANG TRANSPARANSI KONDISI KEUANGAN BANK GUBERNUR BANK INDONESIA,

I. UMUM II. PASAL...

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 12/ 24 /PBI/2010 TENTANG KEWAJIBAN PELAPORAN UTANG LUAR NEGERI

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 48 /POJK.03/2017 TENTANG TRANSPARANSI KONDISI KEUANGAN BANK PERKREDITAN RAKYAT

2015, No.74 2 d. bahwa informasi yang diungkapkan kepada masyarakat perlu memperhatikan faktor keseragaman dan kompetisi antar Bank; e. bahwa berdasar

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 12/ 24 /PBI/2010 TENTANG KEWAJIBAN PELAPORAN UTANG LUAR NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 12/22/PBI/2010 TENTANG PEDAGANG VALUTA ASING DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK PERKREDITAN RAKYAT DAN BANK PERKREDITAN RAKYAT SYARIAH DI INDONESIA

SURAT KEPUTUSAN DIREKSI BANK INDONESIA TENTANG POSISI DEVISA NETO BANK UMUM DIREKSI BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 12/ 21 /PBI/2010 TENTANG RENCANA BISNIS BANK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

S U R A T E D A R A N

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 14/14/PBI/2012 TENTANG TRANSPARANSI DAN PUBLIKASI LAPORAN BANK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

No. 3/16/DPBPR Jakarta, 18 Juli 2001 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK PERKREDITAN RAKYAT DI INDONESIA

Diubah dengan PBI No. 3/4/PBI/2001 tanggal 12 Maret 2001 PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 2/13/PBI/2000 TENTANG

GUBERNUR BANK INDONESIA,

GUBERNUR BANK INDONESIA,

No. 2/ 23 /DSM Jakarta, 10 November 2000 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA LEMBAGA KEUANGAN NON BANK DI INDONESIA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 3/ 3 /PBI/2001 TENTANG PEMBATASAN TRANSAKSI RUPIAH DAN PEMBERIAN KREDIT VALUTA ASING OLEH BANK

GUBERNUR BANK INDONESIA,

GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 7/15/PBI/2005 TENTANG JUMLAH MODAL INTI MINIMUM BANK UMUM GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 2/11/PBI/2000 TENTANG PENETAPAN STATUS BANK DAN PENYERAHAN BANK KEPADA BADAN PENYEHATAN PERBANKAN NASIONAL

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 2/ 7 /PBI/2000 TENTANG GIRO WAJIB MINIMUM DALAM RUPIAH DAN VALUTA ASING BAGI BANK UMUM YANG MELAKUKAN KEGIATAN USAHA

2016, No Undang Nomor 24 Tahun 2004 tentang Lembaga Penjamin Simpanan menjadi Undang-Undang; c. bahwa Peraturan Lembaga Penjamin Simpanan Nom

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 18/10/PBI/2016 TENTANG PEMANTAUAN KEGIATAN LALU LINTAS DEVISA BANK DAN NASABAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

No.11/21/DKBU Jakarta, 10 Agustus 2009 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK PERKREDITAN RAKYAT DI INDONESIA

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 41 /SEOJK.03/2017 TENTANG BATAS MAKSIMUM PEMBERIAN KREDIT BANK PERKREDITAN RAKYAT

No. 13/ 23 /DPNP Jakarta, 25 Oktober Kepada SEMUA BANK UMUM KONVENSIONAL DI INDONESIA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 13/ 3 /PBI/2011 TENTANG PENETAPAN STATUS DAN TINDAK LANJUT PENGAWASAN BANK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang :

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 13/ 22 /PBI/2011 TENTANG KEWAJIBAN PELAPORAN PENARIKAN DEVISA UTANG LUAR NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 2 / 6 /PBI/2000 TENTANG PERSYARATAN DAN TATA CARA PEMERIKSAAN BANK GUBERNUR BANK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 49 /POJK.03/2017 TENTANG BATAS MAKSIMUM PEMBERIAN KREDIT BANK PERKREDITAN RAKYAT

-1- PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 18/21/PBI/2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 9/14/PBI/2007 TENTANG SISTEM INFORMASI DEBITUR

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 12/22/PBI/2010 TENTANG PEDAGANG VALUTA ASING DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

No. 15/16/DInt Jakarta, 29 April 2013 SURAT EDARAN. Perihal : Pelaporan Kegiatan Lalu Lintas Devisa Berupa Realisasi dan Posisi Utang Luar Negeri

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 9/11/PBI/2007 TENTANG PEDAGANG VALUTA ASING GUBERNUR BANK INDONESIA,

No. 10/ 3 /UKMI Jakarta, 8 Februari 2008 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA. Perihal : Laporan Kantor Pusat Bank Umum

No. 1/5/DPNP Jakarta, 10 Desember 1999 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 5/2/PBI/2003 TENTANG PEDAGANG VALUTA ASING GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 9/14/PBI/2007 TENTANG SISTEM INFORMASI DEBITUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 14/ 21 /PBI/2012 TENTANG PELAPORAN KEGIATAN LALU LINTAS DEVISA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 11/ 20 /PBI/2009 TENTANG TINDAK LANJUT PENANGANAN TERHADAP BANK PERKREDITAN RAKYAT DALAM STATUS PENGAWASAN KHUSUS

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 1/1/PBI/1999 TENTANG FASILITAS PENDANAAN DALAM RANGKA MENGATASI KESULITAN PENDANAAN JANGKA PENDEK BAGI BANK UMUM

No. 6/7/DPM Jakarta, 16 Februari 2004 November 2003 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK DI INDONESIA. Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek Bagi Bank Umum

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 13/ 6 /PBI/2011 TENTANG

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/1/PBI/2004 TENTANG PEDAGANG VALUTA ASING GUBERNUR BANK INDONESIA,

2017, No sektor perbankan dari Bank Indonesia ke Otoritas Jasa Keuangan diperlukan pengaturan kembali transparansi kondisi keuangan Bank Perkre

No. 9/36/DPNP Jakarta, 19 Desember 2007 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 3/25/PBI/2001 TENTANG PENETAPAN STATUS BANK DAN PENYERAHAN BANK KEPADA BADAN PENYEHATAN PERBANKAN NASIONAL

No.4/5/DSM Jakarta, 28 Maret 2002 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA PERUSAHAAN BUKAN LEMBAGA KEUANGAN DI INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 6/15/PBI/2004 TENTANG GIRO WAJIB MINIMUM BANK UMUM PADA BANK INDONESIA DALAM RUPIAH DAN VALUTA ASING

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 4/7/PBI/2002 TENTANG

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 14/ 16 /PBI/2012 TENTANG FASILITAS PENDANAAN JANGKA PENDEK BAGI BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 13/ 6 /PBI/2011 TENTANG

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 4/2/PBI/2002 TENTANG PEMANTAUAN KEGIATAN LALU LINTAS DEVISA PERUSAHAAN BUKAN LEMBAGA KEUANGAN

No. 13/ 1 /DInt Jakarta, 20 Januari 2011 SURAT EDARAN. Perihal : Kewajiban Pelaporan Utang Luar Negeri

S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK PERKREDITAN RAKYAT DI INDONESIA

No. 10/ 25 /DPM Jakarta, 14 Juli SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK DI INDONESIA. Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek Bagi Bank Umum

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 10/ 26 /PBI/2008 TENTANG FASILITAS PENDANAAN JANGKA PENDEK BAGI BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.81, 2009 (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5012)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM YANG MELAKSANAKAN KEGIATAN USAHA BERDASARKAN PRINSIP SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH DI INDONESIA

Transkripsi:

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 3/ 17 /PBI/2001 TENTANG LAPORAN BERKALA BANK UMUM GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka penetapan kebijakan moneter serta pemantauan kondisi bank secara benar, diperlukan data dan informasi bank yang akurat dan tepat waktu; b. bahwa dalam rangka memperoleh informasi yang akurat dan tepat waktu secara efisien, maka sistem penyampaian dan tata cara penyusunan beberapa laporan bank umum yang telah ada perlu disesuaikan; c. bahwa sehubungan dengan itu dipandang perlu untuk menetapkan ketentuan mengenai laporan berkala bank umum dalam suatu Peraturan Bank Indonesia; Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 31, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3472) sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 (Lembaran Negara Tahun 1998 Nomor 182, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3790); 2. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3843); MEMUTUSKAN

-2- MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN BANK INDONESIA TENTANG LAPORAN BERKALA BANK UMUM. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Bank Indonesia ini yang dimaksud dengan: 1. Bank adalah Bank Umum sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998, termasuk kantor cabang bank asing; 2. Laporan Berkala Bank Umum yang selanjutnya disebut dengan LBBU adalah laporan yang disusun oleh Bank untuk kepentingan Bank Indonesia yang disajikan menurut sistematika yang ditentukan Bank Indonesia; 3. Penyampaian laporan secara on line adalah penyampaian laporan yang dilakukan dengan mengirim/mentransfer rekaman data secara langsung melalui komputer yang dihubungkan dengan pusat komputer Bank Indonesia dengan bantuan computer switching; 4. Penyampaian laporan secara off line adalah penyampaian laporan yang dilakukan dengan menyampaikan rekaman data dalam bentuk disket kepada Bank Indonesia. Pasal 2

-3- Pasal 2 (1) Bank wajib menyusun dan menyampaikan LBBU kepada Bank Indonesia secara akurat, lengkap, dan tepat waktu. (2) Penyusunan dan penyampaian LBBU sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan oleh kantor pusat Bank. (3) Penyusunan LBBU sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliputi data mengenai: a. dana pihak ketiga; b. pos-pos neraca mingguan; c. posisi devisa neto; d. pemantauan likuiditas yang terdiri dari: 1. proyeksi arus kas; dan 2. maturity profile; e. batas maksimum pemberian kredit, yang terdiri dari: 1. pelanggaran batas maksimum pemberian kredit; 2. pelampauan batas maksimum pemberian kredit; 3. penyediaan dana kepada pihak terkait; 4. penyediaan dana oleh Bank yang dijamin Bank lain; dan 5. realisasi jaminan. Pasal 3 (1) Bank bertanggung jawab atas keakuratan, kelengkapan isi, dan ketepatan waktu penyampaian LBBU sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2. (2) Bank

-4- (2) Bank wajib menunjuk petugas dan penanggung jawab untuk menyusun dan menyampaikan LBBU kepada Bank Indonesia. (3) Bank wajib menyampaikan daftar pihak-pihak yang ditunjuk sebagai petugas dan penanggung jawab sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) kepada Bank Indonesia selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari setelah tanggal dikeluarkannya Peraturan Bank Indonesia ini. (4) Dalam hal terjadi perubahan atas daftar pihak-pihak yang ditunjuk sebagai petugas dan penanggung jawab sebagaimana dimaksud dalam ayat (3), Bank wajib menyampaikan perubahan daftar dimaksud selambatlambatnya 7 (tujuh) hari setelah terjadinya perubahan. Pasal 4 (1) Bank dalam menyusun LBBU sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 wajib berpedoman pada sistematika penyusunan LBBU yang ditetapkan Bank Indonesia. (2) Sistematika penyusunan LBBU sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditetapkan lebih lanjut dalam Surat Edaran Bank Indonesia. BAB II MASA DAN POSISI LBBU Pasal 5 Data LBBU berupa data dana pihak ketiga, pos-pos neraca mingguan, dan posisi devisa neto sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (3) huruf a, huruf b, dan huruf c, disusun untuk 4 (empat) masa laporan pada setiap bulan yaitu: a. masa

-5- a. masa laporan minggu pertama, meliputi tanggal 1 sampai dengan tanggal 7; b. masa laporan minggu kedua, meliputi tanggal 8 sampai dengan tanggal 15; c. masa laporan minggu ketiga, meliputi tanggal 16 sampai dengan tanggal 23; d. masa laporan minggu keempat, meliputi tanggal 24 sampai dengan akhir bulan. Pasal 6 (1) Data LBBU berupa data pemantauan likuiditas dalam bentuk proyeksi arus kas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (3) huruf d angka 1 disusun untuk 2 (dua) posisi laporan pada setiap bulan, yaitu tanggal 15 dan akhir bulan. (2) Data LBBU berupa data pemantauan likuiditas dalam bentuk maturity profile sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (3) huruf d angka 2 disusun untuk posisi laporan tanggal akhir bulan pada setiap bulan. Pasal 7 Data LBBU berupa data batas maksimum pemberian kredit sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (3) huruf e disusun untuk posisi laporan tanggal akhir bulan pada setiap bulan. BAB III

-6- BAB III PENYAMPAIAN DAN KOREKSI LBBU Pasal 8 Pada setiap bulan, Bank wajib menyampaikan LBBU dalam periode penyampaian yang ditetapkan sebagai berikut: a. periode penyampaian I, meliputi tanggal 1 sampai dengan tanggal 6; b. periode penyampaian II, meliputi tanggal 8 sampai dengan tanggal 13; c. periode penyampaian III, meliputi tanggal 16 sampai dengan tanggal 21; d. periode penyampaian IV, meliputi tanggal 24 sampai dengan tanggal 29. Pasal 9 Data LBBU yang wajib disampaikan untuk masing-masing periode penyampaian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ditetapkan sebagai berikut: a. periode penyampaian I, meliputi data mengenai: 1. dana pihak ketiga untuk masa laporan minggu keempat bulan sebelumnya; 2. pos-pos neraca mingguan untuk masa laporan minggu keempat bulan sebelumnya; 3. posisi devisa neto untuk masa laporan minggu keempat bulan sebelumnya; dan 4. pemantauan likuiditas dalam bentuk proyeksi arus kas dan maturity profile untuk posisi laporan tanggal akhir bulan sebelumnya. b. periode

-7- b. periode penyampaian II, meliputi data mengenai: 1. dana pihak ketiga untuk masa laporan minggu pertama bulan yang bersangkutan; 2. pos-pos neraca mingguan untuk masa laporan minggu pertama bulan yang bersangkutan; dan 3. posisi devisa neto untuk masa laporan minggu pertama bulan yang bersangkutan. c. periode penyampaian III, meliputi data mengenai: 1. dana pihak ketiga untuk masa laporan minggu kedua bulan yang bersangkutan; 2. pos-pos neraca mingguan untuk masa laporan minggu kedua bulan yang bersangkutan; 3. posisi devisa neto untuk masa laporan minggu kedua bulan yang bersangkutan; 4. pemantauan likuiditas dalam bentuk proyeksi arus kas untuk posisi laporan tanggal 15 bulan yang bersangkutan; dan 5. batas maksimum pemberian kredit untuk posisi laporan tanggal akhir bulan sebelumnya. d. periode penyampaian IV, meliputi data mengenai: 1. dana pihak ketiga untuk masa laporan minggu ketiga bulan yang bersangkutan; 2. pos-pos neraca mingguan untuk masa laporan minggu ketiga bulan yang bersangkutan; dan 3. posisi

-8-3. posisi devisa neto untuk masa laporan minggu ketiga bulan yang bersangkutan. Pasal 10 Dalam hal ditemukan kesalahan pada LBBU yang telah disampaikan, Bank wajib melakukan koreksi atas kesalahan tersebut dan menyampaikannya kepada Bank Indonesia dalam periode penyampaian LBBU yang sama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8. Pasal 11 Dalam hal batas akhir periode penyampaian LBBU sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 dan atau koreksi LBBU sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 jatuh pada hari Sabtu, hari Minggu, dan hari libur, maka LBBU dan atau koreksi LBBU disampaikan pada hari kerja sebelumnya. BAB IV KETERLAMBATAN DAN TIDAK MENYAMPAIKAN LBBU Pasal 12 (1) Bank dinyatakan terlambat menyampaikan LBBU untuk satu periode penyampaian apabila LBBU diterima Bank Indonesia setelah batas akhir periode penyampaian yang ditetapkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 sampai dengan 14 (empat belas) hari setelah batas akhir periode penyampaian dimaksud. (2) Bank dinyatakan terlambat menyampaikan koreksi LBBU untuk satu periode penyampaian apabila koreksi LBBU diterima Bank Indonesia setelah batas akhir periode penyampaian yang ditetapkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 sampai dengan 14 (empat belas) hari setelah batas akhir periode penyampaian koreksi dimaksud. Pasal 13...

-9- Pasal 13 (1) Bank dinyatakan tidak menyampaikan LBBU dan atau koreksi LBBU untuk satu periode penyampaian apabila Bank belum menyampaikan LBBU dan atau koreksi LBBU dimaksud dalam batas waktu keterlambatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12. (2) Bank yang dinyatakan tidak menyampaikan LBBU dan atau koreksi LBBU sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tetap wajib menyampaikan LBBU dan atau koreksi LBBU kepada Bank Indonesia. BAB V METODE PENYAMPAIAN LBBU Pasal 14 (1) Bank wajib menyampaikan LBBU dan atau koreksi LBBU kepada Bank Indonesia secara on line. (2) Kewajiban penyampaian laporan secara on line sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dikecualikan bagi: a. Bank yang berada di daerah yang belum tersedia fasilitas komunikasi sehingga tidak memungkinkan untuk menyampaikan LBBU dan atau koreksi LBBU secara on line; b. Bank yang baru dibuka dengan batas waktu paling lama 2 (dua) bulan setelah melakukan kegiatan operasional; c. Bank yang mengalami gangguan teknis sehingga tidak dapat menyampaikan LBBU dan atau koreksi LBBU secara on line. Pasal 15...

-10- Pasal 15 Bank yang mengalami gangguan teknis sehingga tidak dapat menyampaikan LBBU dan atau koreksi LBBU secara on line sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (2) huruf c wajib menyampaikan pemberitahuan secara tertulis kepada Bank Indonesia mengenai gangguan teknis yang dialami dan ditandatangani oleh anggota direksi Bank. Pasal 16 (1) Bank yang dikecualikan untuk menyampaikan LBBU dan atau koreksi LBBU secara on line karena hal-hal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (2) atau terlambat menyampaikan LBBU dan atau koreksi LBBU sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12, wajib menyampaikan LBBU dan atau koreksi LBBU secara off line disertai hasil cetak komputer (hard copy). (2) Bank yang dinyatakan tidak menyampaikan LBBU dan atau koreksi LBBU sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13, wajib menyampaikan LBBU dan atau koreksi LBBU secara off line disertai hasil cetak komputer (hard copy). Pasal 17 LBBU, koreksi LBBU, dan pemberitahuan tertulis Bank kepada Bank Indonesia disampaikan kepada Bank Indonesia dengan alamat sebagai berikut: a. Direktorat Statistik Ekonomi dan Moneter, Jl. M.H. Thamrin Nomor 2 Jakarta 10110, bagi Bank yang berkantor pusat di wilayah kerja kantor pusat Bank Indonesia; atau b. Kantor

-11- b. Kantor Bank Indonesia setempat, bagi Bank yang berkantor pusat di wilayah kerja Kantor Bank Indonesia. BAB VI LAIN-LAIN Pasal 18 (1) Kewajiban penyampaian LBBU sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) dan atau koreksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 untuk suatu periode penyampaian, dikecualikan bagi kantor pusat Bank yang mengalami keadaan memaksa (force majeur) sehingga mengakibatkan tidak dapat menyampaikan LBBU dan atau koreksi LBBU dalam periode penyampaian tersebut. (2) Kantor pusat Bank yang tidak dapat menyampaikan LBBU atau koreksi LBBU sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) wajib memberitahukan secara tertulis kepada Bank Indonesia, disertai permohonan untuk tidak menyampaikan LBBU atau koreksi LBBU dan penjelasan mengenai penyebab terjadinya keadaan memaksa (force majeur) dan jangka waktu yang diperlukan untuk mengatasi keadaan tersebut, yang ditandatangani oleh anggota direksi dan komisaris Bank. (3) Pengecualian sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) hanya diberikan sampai dengan keadaan memaksa (force majeur) sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dapat teratasi. Pasal 19

-12- Pasal 19 Bank yang tidak dapat mengirimkan data LBBU secara lengkap yang diakibatkan oleh satu atau lebih kantor cabang Bank mengalami keadaan memaksa (force majeur) sehingga tidak dapat mengirimkan data LBBU kepada kantor pusat Bank sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 huruf b, wajib memberitahukan secara tertulis kepada Bank Indonesia dan ditandatangani oleh anggota direksi dan komisaris Bank. Pasal 20 Perubahan pengaturan dalam Pasal 2 ayat (3), Pasal 5, Pasal 6, Pasal 7, Pasal 8, Pasal 9, Pasal 10, Pasal 11, Pasal 12, Pasal 13, dan Pasal 28 Peraturan Bank Indonesia ini ditetapkan dalam Surat Edaran Bank Indonesia. Pasal 21 Kewajiban penyampaian LBBU dan atau koreksi LBBU sebagaimana diatur dalam Peraturan Bank Indonesia ini mulai berlaku untuk LBBU yang wajib disampaikan pada periode penyampaian I bulan November 2001. BAB VII SANKSI Pasal 22 (1) Bank yang terlambat menyampaikan LBBU sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (1) dikenakan sanksi kewajiban membayar sebesar Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah) per hari kerja keterlambatan. (2) Bank yang tidak menyampaikan LBBU sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (1) dikenakan sanksi kewajiban membayar sebesar Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah). (3) Bank

-13- (3) Bank yang terlambat menyampaikan koreksi LBBU sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (2) dikenakan sanksi kewajiban membayar sebesar Rp50.000,00 (lima puluh ribu rupiah) per item koreksi dengan jumlah maksimum sebesar Rp2.000.000,00 (dua juta rupiah). (4) Bank yang tidak menyampaikan koreksi LBBU sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (1) dikenakan sanksi kewajiban membayar sebesar Rp100.000,00 (seratus ribu rupiah) per item koreksi dengan jumlah maksimum sebesar Rp3.000.000,00 (tiga juta rupiah). (5) Bank yang menyampaikan koreksi LBBU atas dasar temuan dan permintaan Bank Indonesia dikenakan sanksi kewajiban membayar sebesar Rp100.000,00 (seratus ribu rupiah) untuk per item koreksi dengan jumlah maksimum sebesar Rp5.000.000,00 (lima juta rupiah). Pasal 23 Bank yang menyampaikan LBBU dan atau koreksi LBBU secara off-line yang tidak disebabkan oleh hal-hal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (2), dikenakan sanksi kewajiban membayar sebesar Rp125.000,00 (seratus dua puluh lima ribu rupiah) untuk setiap penyampaian LBBU atau koreksi LBBU. Pasal 24 Bank yang tidak menyampaikan LBBU atau koreksi LBBU atas dasar temuan dan atau permintaan Bank Indonesia, setelah 2 (dua) kali teguran tertulis, dikenakan sanksi kewajiban membayar sebesar Rp.100.000.000,00 (seratus juta rupiah). Pasal 25

-14- Pasal 25 Pengenaan sanksi kewajiban membayar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22, Pasal 23, dan Pasal 24 dilakukan Bank Indonesia dengan mendebet rekening giro rupiah Bank pada Bank Indonesia. Pasal 26 Pengenaan sanksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat (3) dan ayat (4) dikecualikan untuk: a. penyampaian koreksi LBBU sebagai akibat hasil audit tahunan oleh akuntan publik; b. penyampaian koreksi LBBU sebagai akibat satu atau lebih kantor cabang Bank mengalami keadaan memaksa (force majeur) sehingga tidak dapat mengirimkan data LBBU kepada kantor pusat Bank. Pasal 27 Selain sanksi kewajiban membayar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22, Pasal 23, dan Pasal 24, pelanggaran terhadap ketentuan dalam Pasal 2 ayat (1), Pasal 3 ayat (2), ayat (3), ayat (4), Pasal 4 ayat (1), Pasal 8, Pasal 9, Pasal 10, Pasal 13 ayat (2), Pasal 14 ayat (1), Pasal 15, Pasal 16, dan Pasal 18 ayat (2) dapat dikenakan sanksi dalam rangka pengawasan dan pembinaan Bank. Pasal 28 Pengenaan sanksi kewajiban membayar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22, Pasal 23, dan Pasal 24 mulai diberlakukan untuk LBBU yang wajib disampaikan pada periode penyampaian I bulan Desember 2001. BAB VIII

-15- BAB VIII PENUTUP Pasal 29 Dengan diberlakukannya Peraturan Bank Indonesia ini maka tata cara penyusunan, penyampaian, dan pengenaan sanksi penyampaian laporan sebagaimana dimaksud dalam: a. Pasal 9, Pasal 10, Pasal 11, Pasal 12, Pasal 14, Pasal 15, dan Pasal 16, Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 28/113/KEP/DIR tanggal 14 Desember 1995 tentang Giro Wajib Minimum Bank Umum Pada Bank Indonesia Dalam Rupiah dan Valuta Asing; b. Pasal 14, Pasal 17 ayat (1) khususnya mengenai alamat penyampaian laporan dalam Pasal 14, Pasal 18 ayat (1), Pasal 19 ayat (2) khususnya mengenai tidak menyampaikan laporan dalam Pasal 14, Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 31/177/KEP/DIR tanggal 31 Desember 1998 tentang Batas Maksimum Pemberian Kredit Bank Umum; c. Pasal 5, Pasal 7, serta Pasal 8 ayat (1) dan ayat (2) Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 31/178/KEP/DIR tanggal 31 Desember 1998 tentang Posisi Devisa Neto Bank Umum; d. Pasal 2, Pasal 3, Pasal 6 ayat (1) khususnya mengenai Laporan Pemantauan Likuiditas dalam Pasal 2, ayat (2), ayat (3), dan ayat (4), Pasal 7 khususnya alamat penyampaian Laporan Pemantauan Likuiditas dalam Pasal 2, Pasal 9 huruf a dan huruf b, dan Pasal 10 khususnya yang mengatur mengenai Pasal 2 serta Pasal 9 huruf a dan huruf b, Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 31/179/KEP/DIR tanggal 31 Desember 1998 tentang Pemantauan Likuiditas Bank Umum; dan e. Pasal 7

-16- e. Pasal 7 ayat (1) dan ayat (2), serta Pasal 8 ayat (2), Peraturan Bank Indonesia Nomor 2/5/PBI/2000 tanggal 21 Februari 2000 tentang Penyediaan Dana Oleh Bank Yang Dijamin Bank Lain, disesuaikan dengan Peraturan Bank Indonesia ini sejak tanggal 31 Oktober 2001. Pasal 30 Peraturan Bank Indonesia ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan Ditetapkan di Jakarta Pada tanggal 4 Oktober 2001 GUBERNUR BANK INDONESIA SYAHRIL SABIRIN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2001 NOMOR 125 DPNP

PENJELASAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 3/ 17 /PBI/2001 TENTANG LAPORAN BERKALA BANK UMUM UMUM Dalam Pasal 28 ayat (1) Undang-undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia, ditetapkan bahwa bank wajib menyampaikan laporan, keterangan, dan penjelasan kepada Bank Indonesia dengan tata cara yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. Data dan atau informasi dalam laporan, keterangan, dan penjelasan dimaksud lebih lanjut digunakan antara lain dalam menyusun statistik perbankan untuk analisis ekonomi moneter serta pengawasan dan pembinaan bank. Untuk menunjang pengkinian penyusunan statistik perbankan diperlukan data keuangan perbankan yang akurat dan lengkap yang disampaikan secara efisien dan tepat waktu. Selain itu untuk meningkatkan efektifitas data keuangan perbankan dirasakan perlu untuk menyeragamkan laporan yang disampaikan yang selama ini telah diatur dalam beberapa ketentuan Bank Indonesia. Sejalan dengan hal tersebut dan dengan semakin berkembangnya penggunaan sarana telekomunikasi dan teknologi dalam kegiatan usaha Bank, untuk mendukung terciptanya mekanisme pelaporan yang lebih efisien, maka dalam

-2- dalam penyampaian laporan berkala bank umum perlu disempurnakan melalui pemanfaatan sarana telekomunikasi dan teknologi. PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Angka 1 Angka 2 Angka 3 Angka 4 Pasal 2 Ayat (1) Ayat (2) Ayat (3) Huruf a Yang dimaksud dana pihak ketiga adalah dana pihak ketiga dalam rupiah dan valuta asing sebagaimana dimaksud dalam

-3- dalam ketentuan Bank Indonesia yang berlaku tentang giro wajib minimum bank umum pada Bank Indonesia dalam rupiah dan valuta asing. Huruf b Yang dimaksud dengan pos-pos neraca mingguan adalah neraca yang disusun secara mingguan sesuai dengan rincian pos-pos neraca sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Bank Indonesia yang berlaku tentang laporan bulanan bank umum. Huruf c Yang dimaksud dengan posisi devisa neto adalah angka yang merupakan penjumlahan dari nilai absolut dari selisih bersih aktiva dan pasiva dalam neraca untuk setiap valuta asing ditambah dengan selisih bersih tagihan dan kewajiban, baik yang merupakan komitmen maupun kontinjensi dalam rekening administratif untuk setiap valuta asing sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Bank Indonesia yang berlaku tentang posisi devisa neto. Huruf d Yang dimaksud dengan pemantauan likuiditas adalah pemantauan likuiditas melalui proyeksi arus kas dan maturity profile atas pos-pos neraca bank sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Bank Indonesia yang berlaku tentang pemantauan likuiditas bank umum. Huruf e

Huruf e -4- Yang dimaksud dengan batas maksimum pemberian kredit adalah prosentase perbandingan batas maksimum penyediaan dana yang diperkenankan terhadap modal bank sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Bank Indonesia yang berlaku tentang batas maksimum pemberian kredit bank umum. Pasal 3 Ayat (1) Ayat (2) Yang dimaksud dengan petugas adalah operator yang mengetahui, menguasai, dan mengoperasikan sistem pelaporan. Yang dimaksud dengan penanggung jawab adalah pejabat yang memiliki wewenang untuk memberikan otorisasi mengenai keabsahan data yang dikirimkan. Khusus untuk data batas maksimum pemberian kredit, selain pejabat yang ditunjuk, penanggung jawab juga termasuk salah seorang direksi dan salah seorang komisaris Bank. Ayat (3) Ayat (4) Pasal 4

Pasal 4-5- Ayat (1) Ayat (2) Pasal 5 Pasal 6 Ayat (1) Ayat (2) Pasal 7 Pasal 8 Pasal 9 Pasal 10

Pasal 10-6- Koreksi atas kesalahan data posisi devisa neto masa laporan minggu ketiga wajib disampaikan dalam periode penyampaian yang sama dengan periode penyampaian yang ditetapkan untuk data posisi devisa neto masa laporan minggu ketiga. Kesalahan LBBU antara lain disebabkan adanya temuan Bank, akuntan publik, BPKP (Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan) dan atau Bank Indonesia. Pasal 11 Yang dimaksud dengan hari libur adalah hari libur nasional dan atau hari libur lokal yang ditetapkan oleh pemerintah daerah setempat. Dalam hal terdapat beberapa hari libur umum yang berurutan termasuk hari libur khusus, pelaksanaan penyampaian LBBU dan atau koreksi LBBU akan diatur tersendiri oleh Bank Indonesia. Pasal 12 Ayat (1) Ayat (2) Pasal 13 Ayat (1) Ayat (2) Pasal 14

Pasal 14-7- Ayat (1) Ayat (2) Pasal 15 Pasal 16 Ayat (1) Ayat (2) Pasal 17 Pasal 18 Ayat (1) Yang dimaksud keadaan memaksa (force majeur) antara lain adalah gempa bumi, banjir, kebakaran, kerusuhan dan perang. Ayat (2) Ayat (3)

-8- Ayat (3) Pasal 19 Dalam hal satu atau lebih kantor cabang Bank mengalami keadaan memaksa (force majeur) sehingga tidak dapat mengirimkan data LBBU kepada kantor pusat Bank tidak mengurangi kewajiban Bank untuk melaporkan LBBU selengkap-lengkapnya kepada Bank Indonesia. Pasal 20 Pasal 21 Pasal 22 Ayat (1) Ayat (2) Dalam hal Bank dikenakan sanksi kewajiban membayar karena dinyatakan tidak menyampaikan LBBU maka sanksi kewajiban membayar karena terlambat menyampaikan LBBU tidak diberlakukan. Ayat (3) Penyampaian koreksi LBBU dilakukan atas inisiatif Bank. Ayat (4) Sanksi untuk penyampaian koreksi LBBU melebihi batas waktu keterlambatan tidak menghilangkan sanksi kewajiban membayar karena terlambat menyampaikan koreksi LBBU. Ayat (5)

Ayat (5) -9- Pasal 23 Pasal 24 Pasal 25 Apabila saldo rekening Bank pada Bank Indonesia tidak mencukupi maka sanksi kewajiban membayar wajib disetorkan secara tunai kepada rekening Bank pada Bank Indonesia. Pasal 26 Termasuk akuntan publik adalah BPKP. Pasal 27 Sanksi dalam rangka pengawasan dan pembinaan Bank antara lain termasuk sanksi administratif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52 ayat (2) Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998, antara lain namun tidak terbatas pada: a. teguran tertulis; b. pencantuman anggota pengurus, pegawai Bank, pemegang saham dalam daftar orang-orang yang dilarang menjadi pemegang saham dan atau pengurus Bank; c. pembekuan kegiatan usaha tertentu, antara lain tidak diperkenankan untuk ekspansi penyediaan dana; d. pemberhentian

-10- d. pemberhentian pengurus Bank dan selanjutnya menunjuk dan mengangkat pengganti sementara; dan atau e. larangan untuk turut serta dalam kegiatan kliring. Pasal 28 Pasal 29 Pasal 30 TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4143 DPNP