BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam hubungan antara manusia satu dengan yang lain sering kali

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Rumah tangga merupakan unit yang terkecil dari susunan kelompok

BAB I PENDAHULUAN. kekerasan. Tindak kekerasan merupakan suatu tindakan kejahatan yang. yang berlaku terutama norma hukum pidana.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kekerasan secara umum sering diartikan dengan pemukulan,

BAB I PENDAHULUAN. sosial yang khususnya berkaitan dengan hukum, moralitas serta ketidakadilan.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan bagian dari hak asasi manusia yang termuat dalam Undang-

- Secara psikologis sang istri mempunyai ikatan bathin yang sudah diputuskan dengan terjadinya suatu perkawinan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hukum berkembang mengikuti perubahan zaman dan kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. yang bahagia dan kekal berdasarkan KeTuhanan Yang Maha Esa. memberikan jaminan bahwa orang berhak membentuk suatu keluarga guna

BAB I PENDAHULUAN. sudah memberikan perlindungan yang dimasukkan dalam peraturan-peraturan yang telah

BAB I PENDAHULUAN. Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) sebenarnya bukan hal yang baru

BAB I PENDAHULUAN. yang bertujuan mengatur tata tertib dalam kehidupan masyarakat.

13 ayat (1) yang menentukan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan kepribadian setiap anggota keluarga. Keluarga merupakan

BAB I PENDAHULUAN. memberikan efek negatif yang cukup besar bagi anak sebagai korban.

BAB I PENDAHULUAN. oleh pemerintah dengan dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 23 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekarang ini masyarakat sangat membutuhkan peran Polisi sebagai pelindung

BAB I PENDAHULUAN. dasar dari susunan masyarakat, untuk itulah lahir Undang-undang Nomor 1

BAB I PENDAHUULUAN. terjadi tindak pidana perkosaan. Jika mempelajari sejarah, sebenarnya jenis tindak

BAB I PENDAHULUAN. kematian dan cedera ringan sampai yang berat berupa kematian.

BAB I PENDAHULUAN. generasi penerus bangsa, sehingga setiap anak berhak atas kelangsungan. memajukan kehidupan berbangsa dan bernegara.

BAB I PENDAHULUAN. lingkungannyalah yang akan membentuk karakter anak. Dalam bukunya yang berjudul Children Are From Heaven, John Gray

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemeriksaan suatu perkara pidana di dalam suatu proses peradilan pada

BAB I PENDAHULUAN. perbuatan menyimpang yang ada dalam kehidupan masyarakat. maraknya peredaran narkotika di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. potensi dan generasi penerus cita-cita perjuangan bangsa. 1 Anak adalah bagian

BAB I PENDAHULUAN. dinyatakan bersalah dan dijatuhi pidana. hubungan seksual dengan korban. Untuk menentukan hal yang demikian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tindakan kekerasan yang terjadi di lingkungan masyarakat semakin

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan kasus bullying (tindak kekerasan) di sekolah-sekolah

BAB I PENDAHULUAN. paling dominan adalah semakin terpuruknya nilai-nilai perekonomian yang

LEMBARAN DAERAH NOMOR 2 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk mengeluarkan pendapatnya secara bebas. Hal ini tertuang dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. hukuman yang maksimal, bahkan perlu adanya hukuman tambahan bagi

Institute for Criminal Justice Reform

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah sebuah negara kepulauan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Indonesia adalah negara berdasarkan UUD 1945 sebagai konstitusi

"PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEREMPUANSEBAGAI KORBAN TINDAK PIDANA KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DI KABUPATEN LUWU TIMUR" BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. perlindungan dari kekerasan dan diskriminatif. Sebaliknya, mereka bukanlah. manusiawi dari pihak siapapun atau pihak manapun.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak merupakan aset dan sebagai bagian dari generasi bangsa. Anak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berkembangnya arus modernisasi serta cepatnya perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Undang Dasar 1945 Pasal 28B ayat (2) yang menyatakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Banyak pihak merasa prihatin dengan maraknya peristiwa kekerasan

BAB I PENDAHULUAN. sendiri, angka pembunuhan janin per tahun sudah mencapai 3 juta. 1 Angka yang

BAB I PENDAHULUAN. yang didukung oleh umat beragama mustahil bisa terbentuk rumah tangga tanpa. berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak diinginkan, meliputi abortus provocatus medicinalis dan abortus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tindak kejahatan yang menjadi fenomena akhir-akhir ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Perkawinan merupakan hal yang sakral bagi manusia, tujuan

BAB III DESKRIPSI PASAL 44 AYAT 4 UU NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG KETENTUAN PIDANA KEKERASAN SUAMI KEPADA ISTERI DALAM RUMAH TANGGA

BAB I PENDAHULUAN. Tercatat 673 kasus terjadi, naik dari tahun 2011, yakni 480 kasus. 1

BAB I PENDAHULUAN. Negara merupakan sebuah kesatuan wilayah dari unsur-unsur negara, 1 yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam suatu kehidupan berbangsa dan bernegara tentumengenal yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menjalankan kehidupan bermasyarakat tidak pernah lepas dengan. berbagai macam permasalahan. Kehidupan bermasyarakat akhirnya

BAB I PENDAHULUAN. tegas dalam pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik

Hadirkan! Kebijakan Perlindungan Korban Kekerasan Seksual. Pertemuan Nasional Masyarakat Sipil Untuk SDGs Infid November 2017

BAB I PENDAHULUAN. dan menyenangkan bagi anggota keluarga, di sanalah mereka saling

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar tahun 1945 yaitu melindungi segenap

I. PENDAHULUAN. Keluarga merupakan lingkungan sosial pertama yang dikenal oleh manusia.

Program Pascasarjana Ilmu Hukum FAKULTAS HUKUM Universitas Brawijaya

Wajib Lapor Tindak KDRT 1

Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di

BAB I PENDAHULUAN. tahun 1989 dan telah diratifikasi oleh Indonesia pada tahun 1990.

BAB I PENDAHULUAN. sesutu tentang tingkah laku sehari-hari manusia dalam masyarakat agar tidak

BAB III KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA PRESPEKTIF HUKUM POSITIF (UNDANG-UNDANG R.I NOMOR 23 TAHUN 2004)

BAB I PENDAHULUAN. dalam Undang Undang Dasar Repubik Indonesia (UUD 1945) Pasal 1 ayat (3).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara republik Indonesia adalah negara hukum, berdasarkan pancasila

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA BARAT

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KORBAN DAN PELAKU TINDAK PIDANA KEKERASAN DOMESTIK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kekerasan, pelecehan, dan eksploitasi seksual dewasa ini bukan

BAB I PENDAHULUAN. hak-hak sebagai manusia yang harus dijunjung tinggi. 1. merupakan bagian dari hak asasi manusia yang termuat dalam Undang-

perkebunan kelapa sawit di Indonesia

PEREMPUAN DAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA. Oleh: Chandra Dewi Puspitasari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah : Anak adalah bagian yang tidak terpisahkan dari keberlangsungan

BAB I PENDAHULUAN. secara utuh dilindungi hak asasinya termasuk yang masih dalam kandungan. Setiap anak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan Negara hukum sebagaimana diatur dalam Pasal

I. PENDAHULUAN. kebijakan sosial baik oleh lembaga eksekutif, legislatif dan yudikatif maupun

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan pembahasan pada bab IV maka ada beberapa hal yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. Dalam ilmu pengetahuan hukum dikatakan bahwa tujuan hukum adalah

BAB I PENDAHULUAN. dengan pemeriksaan oleh Ankum yang menangani pelanggaran disiplin.

BAB I PENDAHULUAN. sekali terjadi, bahkan berjumlah terbesar diantara jenis-jenis kejahatan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Dalam penjelasan Undang-Undang Dasar 1945, telah ditegaskan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak bukanlah untuk dihukum tetapi harus diberikan bimbingan dan

BUPATI PATI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masyarakat banyak yang memperbincangkan tentang pornografi yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Maraknya tindak pidana yang terjadi di Indonesia tentu

Perbedaan RUU Penghapusan Kekerasan Seksual dengan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Agar hukum dapat berjalan dengan baik, maka berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Praperadilan merupakan lembaga baru dalam dunia peradilan di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mendukung pelaksanaan dan penerapan ketentuan hukum pidana materiil,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Agar hukum dapat berjalan dengan baik pelaksanaan hukum

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN KORBAN KEKERASAN BERBASIS GENDER

BAB I PENDAHULUAN. membahayakan stabilitas politik suatu negara. 1 Korupsi juga dapat diindikasikan

BAB I PENDAHULUAN. Pidana (KUHAP) adalah seorang yang karena perbuatannya atau keadaannya,

BAB I PENDAHULUAN. hukum tidak berdasar kekuasaan belaka. 1 Permasalahan besar dalam. perkembangan psikologi dan masa depan pada anak.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembicaraan tentang anak dan perlindungan tidak akan pernah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak merupakan generasi penerus bangsa indonesia, mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan amanat dari Tuhan Yang Maha Esa, yang dalam dirinya

I. PENDAHULUAN. hukum sebagai sarana dalam mencari kebenaran, keadilan dan kepastian hukum. Kesalahan,

BAB I PENDAHULUAN. merupakan wujud penegakan hak asasi manusia yang melekat pada diri. agar mendapatkan hukuman yang setimpal.

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam hubungan antara manusia satu dengan yang lain sering kali terjadi ketidakharmonisan, pertentangan dan perbedaan pendapat yang sering berujung pada kekerasan. Suatu tindakan yang dapat dikatakan sebagai tindakan kekerasan yaitu apabila tindakan tersebut telah melampaui atau bertentangan dengan batas batas Hak Asasi Manusia (HAM) sebagaimana yang tertuang dalam ketentuan 28 UUD 1945 beserta perubahannya Pasal 28 G ayat (1). Tindakan kekerasan juga merupakan kejahatan terhadap martabat kemanusiaan sebagai bentuk diskriminasi seperti yang tertera dalam Konvensi Tentang Penghapusan segala bentuk Diskrimanasi terhadap perempuan yang telah diratifikasi oleh Indonesia. selain itu Kitab Undang Undang Hukum Pidana (KUHP) juga mengatur tentang tindakan kekerasan. Sehingga korban dari tindakan kekerasan mendapatkan perlindungan hukum secara penuh. Oleh karena itu tindakan kekerasan berkaitan erat dengan hak seseorang. Seseorang dapat dikatakan mempunyai hak adalah apabila seseorang yang seharusnya dapat menikmati hidupnya dengan rasa aman atau jauh dari rasa takut, hal inilah merupakan hak dasar bagi setiap manusia pada umumnya. Tindakan kekerasan merupakan masalah sosial yang cukup serius. Tindakan kekerasan merupakan jenis kejahatan yang sering terjadi di

2 masyarakat dan dapat menimpa siapa saja, tetapi sangat kurang mendapat perhatian baik dari masyarakat dan juga para penegak hukum. Tindakan kekerasan ini merupakan sebuah fenomena global, karena peristiwa ini dapat terjadi di hampir seluruh belahan dunia bumi tanpa memandang status ekonomi, strata, status sosial, tingkat pendidikan dan suku bangsa. Begitu juga di Indonesia, tindakan kekerasan sering kali terjadi karena budaya patriakal, dimana perempuan merupakan inferior dan laki laki lebih superior. Dapat diartikan laki-laki mempunyai kekuasaan dalam semua aspek kehidupan yang lebih dominan dibandingkan perempuan, termasuk berkuasa atas diri perempuan tersebut. Pemahaman ideologi ini merasuk ke dalam pemikiraan hampir semua laki- laki maupun perempuan melalui proses sosialisasi di masyarakat maupun dalam pendidikan. Tindakan kekerasan pada perempuan jelas tidak menguntungkan bagi perempuan khususnya untuk beberapa hal, yaitu hilangnya rasa percaya diri perempuan yang pada akhirnya menghambat partisipasi perempuan dalam kegiatan masyarakat, mengganggu kesehatan baik fisik maupun psikis perempuan serta mengurangi akitivitas positif perempuan dalam bidang ekonomi, politik, sosial dan budaya. Lebih jauh lagi, dapat berdampak kekerasan terhadap perempuan akan dirasakan dalam proses pembangunan, karena perempuan kurang dapat mengembangkan potensi dirinya sebagai sumber daya manusia yang handal. Bentuk bentuk kekerasan terhadap perempuan sangat beraneka ragam bentuknya. Namun secara sosiologis, bentuk kekerasan terhadap perempuan

3 yang dapat terjadi dalam berbagai bidang kehidupan, antara lain yaitu,kekerasan fisik yang berupa penganiayaan bahkan pembunuhan dan sebagainya yang mengakibatkan penderitaan pada fisik perempuan tersebut. Kekerasan psikis yang berupa penghinaan, mengancam, mengucilkan dan sebagainya yang mengakibatkan rasa tertekan, trahuma, rasa takut dan depresi yang mendalam. Kekerasan seksual yang berupa pelecehan seksual terhadap perempuan, memaksa untuk melakukan hubungan seksual yang sesungguhnya tidak dikehendaki oleh perempuan tersebut sehingga mengakibatkan turun atau hilangnya gairah seks karena rasa takut. Kekerasan ekonomi yang berupa tidak memberi nafkah, memaksa perempuan bekerja dan penghasilannya dikuasai laki-laki tersebut sehingga mengakibatkan terbatasnya pemenuhan kebutuhan sehari hari. Kekerasan dalam masa pacaran merupakan tindakan yang dianggap tidak lazim, karena seorang pasangan melakukan tindakan tindakan yang dianggap merugikan dan mendatangkan penderitaan kepada pasangannya yang belum ada ikatan yang sah menurut hukum atau ikatan pernikahan. Penderitaan tersebut dapat berupa penganiayaan, ada pula bentuk kekerasan lainnya yaitu kekerasan psikis yang berupa ancaman, perintah atau pemaksaan untuk melakukan atau menerima perlakuan dari pasangannya serta mengendalikan pasangannya dengan mengecilkan kepercayaan diri dan kemampuan untuk independent secara tingkah laku. Selain itu terdapat pula bentuk kekerasan lainnya yang berupa penghancuran terhadap barangbarang milik pasangannya dan menghilangkan hak milik pasanganya.

4 Kekerasan fisik dalam masa pacaran sangat jelas tidak pantas dilakukan, namun faktanya masih banyak pasangan yang dalam masa pacaran telah melakukan tindak kekerasan fisik pada pasanganya. Kekerasan fisik dalam masa pacaran dapat juga diartikan sebagai suatu tindakan tindakan yang mendatangkan kerugian dan juga mengakibatkan penderitaan. Menurut komnas Perempuan telah tercatat sekitar 1.299 kasus kekerasan yang menimpa perempuan Indonesia sepanjang 2010. Selain itu kekerasan oleh mantan pacar sebanyak 33 kasus 1. Di Daerah Istimewa Yogyakarta terdapat pula data kasus-kasus kekerasan terhadap pacar yang terjadi di Daerah Istimewa Yogyakarta dan masuk ke Rifka Annisa sejak 1994 hingga 2007 mencapai 703 kasus 2. Adapun Untuk tahun 2008 saja, hingga November tercatat ada 19 kasus kekerasan dalam pacaran. Namun Jumlah kekerasan yang tidak terlaporkan jauh lebih besar. Hal ini di karenakan bahwa korban merasa iba bila pelaku kekerasan tersebut dilaporkan. Disisi lain korban enggan melaporkan karena korban masih membutuhkan pelaku sebagai pasangannya. Adapula korban yang menyatakan merasa malu dan akan membawa aib apa bila kasus kekerasan yang menimpa dibawa ke pihak yang berwajib. Dalam kasus ini dimana perempuan yang mengalami tindak kekerasan fisik yang dilakukan pada masa pacaran yang dilakukan oleh pasangannya 1 http://www.detiknews.com/read/2011/03/07/142711/1586046/10/komnas-catat-1299-kasuskekerasan-dalam-pacaran-sepanjang-2010, 17 09 2011 diunduh jam 01:05 PM 2 http://nasional.kompas.com/read/2008/12/19/18564931/kasus.kekerasan.dalam.pacaran.masih. cukup.tinggi, 17 09 2011 di unduh jam 01:03 PM

5 sangat merugikan baginya. Namun disisi lain tidak adanya ketegasan dari dirinya sendiri untuk diselesaikan dijalur hukum dan sesungguhnya jumlah kekerasan yang tidak terlaporkan jauh lebih besar. Banyak faktor yang menyebabkan tidak terdeteksinya kekerasan fisik dalam masa pacaran, antara lain yaitu korban masih menginginkan pasangannya walaupun pasangannya itu telah sering kali melakukan kekerasan fisik, korban merasa malu apabila melaporkan dirinya sebagai korban kekerasan dalam masa pacaran, korban pula korban diancam oleh pasangannya agar tidak melaporkan kekerasan yang terjadi ke pihak yang berwenang. B. Rumusan Masalah Berdasarkan pada latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: Bagaimana implementasi perlindungan hukum terhadap perempuan atas kekerasan fisik dalam masa pacaran di Kota Yogyakarta? C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini yaitu: Agar masyarakat dapat mengetahui bagaimana implementasi perlindungan hukum terhadap perempuan atas kekerasan fisik dalam masa pacaran di Kota Yogyakarta. D. Manfaat Penelitian Adapun hasil penelitian itu sangat diharapkan dapat menjadi memberikan manfaat:

6 a. Secara teoritis ditujukan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dalam bidang hukum, khususnya bidang peradilan dan penyelesaian sengketa hukum dalam implementasi perlindungan terhadap perempuan atas kekerasan fisik dalam masa pacaran. b. Manfaat praktisnya, antara lain; 1. Bagi korban dan masyarakat pada umumnya, agar lebih peka dan berani untuk menindak-lanjuti perkara tersebut kepengadilan sehingga dapat meminimalkan kejadian yang sama dan mendapatkan perlindungan hukum. 2. Bagi para penegak hukum, agar lebih aktif dan tegas dalam menyelesaikan perkara tindak kekerasan dalam masa pacaran sehingga korban dapat benar benar terlindungi dan mendapatkan kepastian hukum E. Keaslian Peneliti Setelah melakukan penelurusan pada berbagai penelitian pada perpustakan Fakultas Hukum Atma Jaya Yogyakarta, peneliti tidak menemukan judul yang menjadi focus penelitian yang diangkat, dapat ditarik kesimpulan bahwa penelitian mengenai IMPLEMENTASI PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEREMPUAN ATAS KEKERASAN FISIK DALAM MASA PACARAN DI KOTA YOGYAKARTA adalah asli sehingga dapat diyakini kebenarannya dan secara akademis dapat dibuktikan keaslianya.

7 1. Meggy Valentinne Lay, 02 05 08049, Fakultas Hukum, Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Judul Kekerasan Terhadap Anak Dalam Keluarga Ditinjau Dari Aspek Kriminologi Dan Viktimologi, Rumusan masalah Faktorfaktor apa yang melatarbelakaingi terjadinya tindak kekerasan terhadap anak dalam keluarga, bagaimana bentuk perlindungan terhadap anak selaku kekerasan dalam keluarga. hasil penelitian faktor-faktor yang melatarbelakangi adalah faktor anak, faktor orang tua, faktor situasi keluarga yang kurang harmonis, faktor budaya, faktor ekonomi, faktor profesi dan tempramen orang tua, faktor masa lalu orang tua, faktor sanksi yang masih dianggap ringan, faktor control social yang masih kurang dalam masyarakat, terhadap tindak kekerasan terhadap anak, faktor nilai-nilai social, faktor pemahaman yang keliru tentang ajaran agama, faktor peniru, faktor perkembangan teknologi dan pers, faktor kurangnya pengetahuan dari orang tua korban, bentu. Perlindungan,terhadap anak selaku korban kekerasan, pemberian kasih saying dan kebutuhan dasar anak, pemberian kesempatan memperoleh pendidikan yang terbaik, pemberian pelayanan kesehatan, perlindungan

8 hukum terhadap berbagai macam perlakuan diskriminatif dan salah, 2. Adhya Kartika, 04 05 08666, Fakultas Hukum, Universitas Atma jaya Yogyakarta, judul Kekerasan Fisik Oleh Aparat Kepolisian Terhadap Tersangka Anak, Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi aparat kepolisian dalam melakukan kekerasan fisik terhadap tersangka anak, bentuk-bentuk kekerasan fisik seperti apakah yang dilakukan oleh aparat kepolisian terhadap tersangka anak, bagaimana sanksi yang diberikan kepada POLRI yang melakukan kekerasan fisik terhadap tersangka anak,dampak apa yang akan ditimbulkan akibat kekerasan fisik yang dilakukan oleh aparat kepolisian terhadap tersangka anak. hasil penelitian, faktor-faktornya adalah tersangka anak dalam memberikan keterangan terlalu berbelit-belit, tersangka dianggap tidak bias membuktikan sesuatu tindak pidana yang terjadi. bentuk-bentuk kekerasan adalah, menampar, memukul pada bagian kepala, perut, dan menendang. sanksi yang diberikan adalah, sanksi pidana, sanksi administrative,. dampak yang akan ditimbulkan adalah, cacat tubuh permanen, kegagalan belajar, gangguan emosional, menjadi penganiaya ketika dewasa, kematian trauma yang berkepanjangan.

9 3. Anggita Permatasari, 03 05 08491, Fakultas Hukum, Universitas Atma Jaya Yogyakarta, judul penelitian, Perlindungan Hukum Terhadap Anak Yang Melakukan Tindak Pidana Pada Tingkat Penyidikan,, rumusan masalah, bagaimankah bentuk perlindungan hokum yang diberikan polisi terhadap anak yang melakukan tindak pidana pada tingkat penyidikan, kendala apa yang dihadapi polisi dalam memberikan perlindungan hukum terhadap anak yang melakukan tindak pidana dalam proses penyidikan. hasil penelitian, perlindungan terhadap anak dalam masa penyidikan dengan cara yang diatur dengan Undang-Undang seperti pemberitahuan hak-hak anak, diberikan privasi bagi anak,adanya penyidik anak, pengacara untuk berbicara tanpa didengar. kendala yaitu kerangnya sarana dan prasarana dalam memberikan perlindungan bagi anak dengan baik. Berdasarkan pada hal diatas, dengan ini penulis menyatakan bahwa penulisan hukum dengan judul tersebut di atas bukan merupakan duplikasi atau plagiasi dari karya penulis lain. Jika penulis hukum ini terbukti melakukan duplikasi atau plagiasi dari karya penulis lain, maka penulis bersedia menerima sanksi akademik maupun sanksi hukum yang berlaku.

10 F. Batasan Konsep Batasan konsep dari penulis hukum mengenai Implementasi Perlindungan hukum terhadap perempuan atas kekerasan fisik dalam masa pacaran di kota Yogyakarta adalah: 1. Implementasi Pelaksanaan atau penerapan 2. Perlindungan Hukum Adalah upaya untuk memberikan rasa nyaman terhadap kepentingan manusia yang dilindungi oleh hukum. 3. Perempuan Adalah seorang wanita, orang yang bisa mengandung dan melahirkan anak. 4. Kekerasan Fisik Adalah suatu perbuatan yang mengakibatkan rasa sakit, jatuh sakit, atau luka berat yang berupa penjambakan, penamparan, penganiayaan, pemukulan, penyiksaan, pembunuhan 5. Masa Pacaran Adalah proses pengenalan secara lebih dalam antara teman lawan jenis yang didasarkan rasa cinta dan kasih sayang demi hubungan yang lebih serius.

11 G. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian hukum normatif, yaitu penelitian yang bertumpu pada norma-norma yang berlaku dan hukum positif atau penelitian tersebut sesuai dengan Peraturan Perundangundangan yang menjadi titik tumpu pembahasan pada norma hukum yaitu menggunakan data sekunder (bahan hukum) sebagai data utamanya. 2. Sumber Data Peneliti di dalam penelitiannya menggunakan penelitian hukum normatif sehingga sumber data yang diperoleh melalui Peraturan Perundang-undangan sebagai data utamanya. Data yang digunakan dibedakan menjadi: a) Bahan Hukum Primer Bahan hukum primer adalah suatu bahan hukum dimana mempunyai kekuatan yang berlaku mengikat seperti Undang Undang Dasar dan Peraturan Perundang undangan yang terkait,antara lain: 1) Undang Undang Dasar Republik Indonesia 1945 sesudah amandemen terdapat pada Ketentuan Pasal 28 UUD 1945 beserta perubahannya Pasal 28 G ayat (1) 2) Kitab Undang Undang Hukum Pidana (KUHP) khususnya Pasal 89, Pasal 90, Pasa 351, Pasal 352, Pasal 354 dan Pasal 355.

12 3) Undang Undang Nomor 13 Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban 4) Undang Undang Nomor 7 Tahun 1984 (UU No.7/1984), Konvensi Tentang Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap perempuan b) Bahan Hukum Sekunder Bahan Hukum Sekunder adalah bahan hukum dimana bahan hukum ini sebagai pelengkap dan memberikan penjelasan pada bahan hukum primer yang sudah ada. Bahan hukum sekunder antara lain adalah buku buku, hasil penelitian berupa pendapat para ahli hukum yang berhubungan dengan kekerasan fisik terhadap perempuan, media internet agar memperluas pengetahuan mengenai implementasi perlindungan hukum terhadap perempuan atas kekerasan fisik dalam masa pacaran di kota Yogyakarta. 3. Metode Pengumpulan data Pengumpulan data di dalam penelitian hukum normatif dilakukan melalui penelitian kepustakaan, penelitian kepustakaan yaitu: dilakukan dengan mengumpulkan data dari berbagai literatur, karya ilmiah, peraturan perundang undangan yang berlaku dan berkaitan dengan permasalahan berupa implementasi perlindungan hukum terhadap perempuan atas kekerasan fisik dalam masa pacaran di kota Yogyakarta.

13 4. Metode Analisis data Data yang telah diperoleh dikumpulkan dan dipilah pilah sesuai dengan permasalahan kemudian diambil yang diperlukan. Setelah dikelompokan sesuai dengan permasalahan kemudian di analisis dengan memahami dan merangkai kata yang dikumpulkan secara sistematis, Sehingga memperoleh gambaran yang jelas tentang apa yang diteliti. Kemudian data yang sudah dianalisis disajikan secara diskriptif, sedangkan metode penyimpulan menggunakan metode penyimpulan deduktif, yaitu menarik kesimpulan dari hal-hal yang bersifat umum menuju ke kesimpulan yang bersifat khusus. H. Sistematika Penulisan BAB I : Pendahuluan Bab ini berisi latar belakang masalah, dari latar belakang masalah tersebut dapat ditemukan mengenai rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan konsep serta metode penelitian. BAB II : Pembahasan Dalam bab ini bagian A berisi mengenai tinjauan umum tentang perlindungan hukum, menguraikan tentang pengertian perlindungan, hukum dan perlindungan hukum. Menguraikan tentang pengertian perempuan, undang-undang yang memberikan perlindungan terhadap perempuan, pengertian mengenai kekerasan berdasarkan undang-undang yang berlaku dan bentuk bentuk kekerasan. Pengertian umum tentang

14 masa pacaran. Bagian B mengenai hasil penelitian tentang perlindungan yang diberikan oleh Badan Pemberdayaan Perempuan dan Masyarakat (BPPM) Terhadap Perempuan Atas Kekerasaan Fisik Dalam Masa Pacaran Di Kota Yogyakarta, Perlindungan yang diberikan oleh Pusat Layanan Terpadu Perempuan dan Anak Rekso Dyah Utami (RDU) atas Kekerasan Fisik dalam Masa Pacaran dan Perlindungan yang diberikan oleh POLRESTA Yogyakarta dalam Perlindungan Hukum Terhadap Perempuan Atas Kekerasan Fisik Dalam Masa Pacaran di Kota Yogyakarta.. BAB III : Penutup Bab ini berisi tentang kesimpulan terhadap hasil penulisan yakni Implementasi Perlindungan Hukum Terhadap Perempuan Atas Kekerasan Fisik Dalam Masa Pacaran di kota Yogyakarta dan saran yang diharapkan dapat digunakan oleh korban sebagai warga masyarakat, Khususnya para aparat penegak hukum dalam pemberian rasa keadilan bagi warga masyarakat.