ANALISIS DATA GRAVITY UNTUK MENENTUKAN STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN DAERAH MANIFESTASI PANASBUMI DI LERENG SELATAN GUNUNG UNGARAN. Meilisa dan Muh.

dokumen-dokumen yang mirip
STUDI IDENTIFIKASI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN DAN KEBERADAAN HIDROKARBON BERDASARKAN DATA ANOMALI GAYA BERAT PADA DAERAH CEKUNGAN KALIMANTAN TENGAH

STUDI IDENTIFIKASI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN DAN KEBERADAAN HIDROKARBON BERDASARKAN DATA ANOMALI GAYA BERAT PADA DAERAH CEKUNGAN KALIMANTAN TENGAH

V. INTERPRETASI DAN ANALISIS

IV. METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

ANALISA ANOMALI 4D MICROGRAVITY DAERAH PANASBUMI ULUBELU LAMPUNG PERIODE Muh Sarkowi

BAB I PENDAHULUAN. bertipe komposit strato (Schmincke, 2004; Sigurdsson, 2000; Wilson, 1989).

BAB I PENDAHULUAN. Posisi Kepulauan Indonesia yang terletak pada pertemuan antara tiga

BAB III TEORI DASAR. 3.1 Metode Gayaberat

ANALISIS STRUKTUR PATAHAN DAERAH PANASBUMI LAHENDONG - TOMPASO SULAWESI UTARA BERDASARKAN DATA SECOND VERTICAL DERIVATIVE (SVD) ANOMALI GAYABERAT

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Dengan batas koordinat UTM X dari m sampai m, sedangkan

TEORI DASAR. variasi medan gravitasi akibat variasi rapat massa batuan di bawah. eksplorasi mineral dan lainnya (Kearey dkk., 2002).

IDENTIFIKASI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN BERDASARKAN DATA GAYABERAT DI DAERAH KOTO TANGAH, KOTA PADANG, SUMATERA BARAT

Gambar 4.1. Peta penyebaran pengukuran gaya berat daerah panas bumi tambu

2014 INTERPRETASI STRUKTUR GEOLOGI BAWAH PERMUKAAN DAERAH LEUWIDAMAR BERDASARKAN ANALISIS SPEKTRAL DATA GAYABERAT

BAB III METODE PENELITIAN

SURVEI TERPADU GAYA BERAT DAN AUDIO MAGNETOTELURIC (AMT) DAERAH PANAS BUMI DOLOK MARAWA, KABUPATEN SIMALUNGUN PROVINSI SUMATERA UTARA

BAB IV PENGOLAHAN DAN INTERPRETASI DATA GEOFISIKA

BAB III. TEORI DASAR. benda adalah sebanding dengan massa kedua benda tersebut dan berbanding

BAB IV PENGOLAHAN DAN ANALISA ANOMALI BOUGUER

BAB I PENDAHULUAN. pembentuk tanah yang intensif adalah proses alterasi pada daerah panasbumi.

Pemodelan Gravity Kecamatan Dlingo Kabupaten Bantul Provinsi D.I. Yogyakarta. Dian Novita Sari, M.Sc. Abstrak

SURVEI GEOFISIKA TERPADU (AUDIO MAGNETOTELURIK DAN GAYA BERAT) DAERAH PANAS BUMI MALINGPING KABUPATEN LEBAK, PROVINSI BANTEN

PENGUKURAN GAYA BERAT DI G. BATUR PEBRUARI - MARET 2009

Analisis dan Pemodelan Inversi 3D Struktur Bawah Permukaan Daerah Panas Bumi Sipoholon Berdasarkan Data Gaya Berat

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Maksud dan Tujuan

Identifikasi Zona Patahan di Sebelah Barat Gunung Api Seulawah Agam Berdasarkan Nilai Anomali Gravitasi

BAB III TEORI DASAR (3.1-1) dimana F : Gaya antara dua partikel bermassa m 1 dan m 2. r : jarak antara dua partikel

SURVEI GAYA BERAT DAN AUDIO MAGNETOTELURIK (AMT) DAERAH PANAS BUMI PARIANGAN, KABUPATEN TANAH DATAR PROVINSI SUMATERA BARAT

BAB IV PENGOLAHAN DAN INTERPRETASI DATA GEOFISIKA

MORFOLOGI DAN KARAKTERISTIK SUNGAI SEBAGAI PENDUKUNG PANAS BUMI DI DAERAH LERENG SELATAN GUNUNG API UNGARAN

BAB I PENDAHULUAN. Gayaberat merupakan salah satu metode dalam geofisika. Nilai Gayaberat di

6.5. GUNUNGAPI MAHAWU, Sulawesi Utara

Unnes Physics Journal

STUDI GEOFISIKA TERPADU DI LERENG SELATAN G. UNGARAN, JAWA TENGAH, DAN IMPLIKASINYA TERHADAP STRUKTUR PANASBUMI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Yesika Wahyu Indrianti 1, Adi Susilo 1, Hikhmadhan Gultaf 2.

Identifikasi Struktur Lapisan Bawah Permukaan Daerah Potensial Mineral dengan Menggunakan Metode Gravitasi di Lapangan A, Pongkor, Jawa Barat

PEMODELAN 3D GAYABERAT DAN ANALISIS STRUKTUR DETAIL UNTUK PENGEMBANGAN LAPANGAN PANASBUMI KAMOJANG

5.6. G. LEGATALA, Kepulauan Banda, Maluku

Survei Terpadu AMT dan Gaya Berat daerah panas bumi Kalawat Kabupaten Minahasa Utara, Provinsi Sulawesi Utara

BAB II GEOLOGI REGIONAL KOMPLEKS GUNUNG RAJABASA

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kegiatan eksplorasi perminyakan, batuan karbonat memiliki

BAB 2 LANDASAN TEORITIS PERMASALAHAN

PENYELIDIKAN GEOLISTRIK DAN HEAD ON DI DAERAH PANAS BUMI SAMPURAGA, MANDAILING NATAL SUMATERA UTARA

STUDI POTENSI ENERGI GEOTHERMAL BLAWAN- IJEN, JAWA TIMUR BERDASARKAN METODE GRAVITY

4.10. G. IYA, Nusa Tenggara Timur

PEMETAAN STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN DAERAH PANAS BUMI MG DENGAN METODE GRAVITASI. Magfirah Ismayanti, Muhammad Hamzah, Lantu

2 1 2 D. Berdasarkan penelitian di daerah

SURVEI MAGNETOTELLURIK DAERAH PANAS BUMI GUNUNG ARJUNO- WELIRANG JAWA TIMUR

BAB 4 PENGOLAHAN DAN INTERPRETASI DATA GEOFISIKA

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian

INTERPRETASI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN DAERAH GUNUNG MERBABU MERAPI BERDASARKAN PEMODELAN 3D ANOMALI BOUGUER

BAB II TATANAN GEOLOGI REGIONAL

DAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... LEMBAR PENGESAHAN... PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH... INTISARI... ABSTRACT... KATA PENGANTAR...

Youngster Physics Journal ISSN : Vol. 5, No. 4, Oktober 2016, Hal

J.G.S.M. Vol. 15 No. 4 November 2014 hal

SURVEI MEGNETOTELLURIK DAERAH PANAS BUMI BUKIT KILI GUNUNG TALANG, KABUPATEN SOLOK, SUMATERA BARAT. Muhammad Kholid, Harapan Marpaung

IDENTIFIKASI STRUKTUR DAERAH PANASBUMI ULUBELU BERDASARKAN ANALISA DATA SVD ANOMALI BOUGUER

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

SURVEI TERPADU GAYA BERAT DAN AUDIO MAGNETOTELLURIK (AMT) DAERAH PANAS BUMI PANTAR, KABUPATEN ALOR, PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Maksud dan Tujuan

BAB 2 TEORI DASAR 2.1 Metode Geologi

BAB 6 PEMBAHASAN POTENSI PANAS BUMI DAERAH PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Secara administratif, daerah penelitian termasuk dalam wilayah Jawa Barat. Secara

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

PENGGUNAAN CITRA SATELIT LANDSAT 8 UNTUK ANALISA PATAHAN PADA LAPANGAN PANAS BUMI ARJUNO WELIRANG PROVINSI JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

IDENTIFIKASI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN DAERAH BATUI DENGAN MENGGUNAKAN ANALISA SECOND HORIZONTAL DERIVATIVE DAN FORWARD MODELLING

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KONTROL STRUKTUR GEOLOGI TERHADAP SEBARAN ENDAPAN KIPAS BAWAH LAUT DI DAERAH GOMBONG, KEBUMEN, JAWA TENGAH

ANALISIS ANOMALI UDARA BEBAS DAN ANOMALI BOUGUER DI WILAYAH NUSA TENGGARA TIMUR

BAB II TEORI DASAR 2.1. Metode Geologi

UNIVERSITAS INDONESIA

Morfologi dan Litologi Batuan Daerah Gunung Ungaran

INTERPRETASI ANOMALI GAYA BERAT DAERAH LUWUK, SULAWESI TENGAH

Unnes Physics Journal

MAKALAH GRAVITASI DAN GEOMAGNET INTERPRETASI ANOMALI MEDAN GRAVITASI OLEH PROGRAM STUDI FISIKA JURUSAN MIPA FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK

BAB I PENDAHULUAN. menjadikan Indonesia memiliki daerah vulkanik yang berlimpah. Sebagian besar

SURVEI GAYA BERAT DAN AUDIO MAGNETOTELURIK (AMT) DAERAH PANAS BUMI PERMIS, KABUPATEN BANGKA SELATAN PROVINSI BANGKA BELITUNG

PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB III PENGUKURAN DAN PENGOLAHAN DATA. Penelitian dilakukan menggunakan gravimeter seri LaCoste & Romberg No.

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

INTERPRETASI BAWAH PERMUKAAN DAERAH SUMBER AIR PANAS DIWAK-DEREKAN BERDASARKAN DATA MAGNETIK

BAB II METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PEMODELAN ANOMALI GRAVITASI MENGGUNAKAN METODE INVERSI 2D (DUA DIMENSI) PADA AREA PROSPEK PANAS BUMI LAPANGAN A

MODEL SISTEM PANAS BUMI BERDASARKAN DATA GRAVITY PADA DAERAH SONGA - WAYAUA, PULAU BACAN, MALUKU UTARA

HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN

III. TEORI DASAR. Dasar dari metode gayaberat adalah hukum Newton tentang gayaberat dan teori

BAB II GEOMORFOLOGI 2. 1 Fisiografi Regional Jawa Tengah

ANALISIS TAFONOMI MOLUSKA PADA FORMASI DAMAR DI KALI SIWUNGU TEMBALANG SEMARANG

Identifikasi Struktur Patahan Daerah Panas Bumi Menggunakan Metode Gayaberat dengan Metode Euler Deconvolution dan Second Vertical Derivative

SURVEI ALIRAN PANAS DAERAH PANAS BUMI AMPALLAS KABUPATEN MAMUJU, PROVINSI SULAWESI BARAT

SURVEI TERPADU GAYA BERAT DAN AUDIO MAGNETOTELLURIC (AMT) DAERAH PANAS BUMI MARITAING, KABUPATEN ALOR, PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

PEMETAAN ANOMALI BOUGUER LENGKAP DAN TOPOGRAFI SERTA PENENTUAN DENSITAS BOUGUER BATUAN DAERAH PANAS BUMI PAMANCALAN

UNIVERSITAS INDONESIA IDENTIFIKASI BASIN DAN PENENTUAN STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN MENGGUNAKAN DATA GAYABERAT (STUDI KASUS CEKUNGAN SUMATERA SELATAN)

GEOMETRI BATUAN DASAR (BASEMENT) DAERAH SERANG BANTEN BERDASARKAN DATA GAYABERAT BASEMENT GEOMETRY OF SERANG BANTEN BASED ON GRAVITY DATA

EKSPLORASI ENERGI PANAS BUMI DENGAN MENGGUNAKAN METODE GEOFISIKA DI LAPANGAN PANAS BUMI TAMBU, KABUPATEN DONGGALA, SULAWESI TENGAH.

Transkripsi:

ANALISIS DATA GRAVITY UNTUK MENENTUKAN STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN DAERAH MANIFESTASI PANASBUMI DI LERENG SELATAN GUNUNG UNGARAN Meilisa dan Muh.Sarkowi Jurusan Teknik Geofisika Fakultas Teknik Univeritas Lampung Jl. Sumantri Brojonegoro No.1 Bandar Lampung 35145 Surel: meilisa262@yahoo.com, ABSTRAK The geothermal manifestations such as fumaroles on the southern of the mountain Ungaran in Gedongsongo and surrounding encourage geophysical survey by gravity methods. This study aims to interpret the subsurface structure conditions such as reservoir and geological structures that control the manifestation in the area. This study has been identified using data processing second vertical derivative and 3D inversion modelling Bouguer Anomaly. Bouguer anomaly value has low anomaly less than 27 mgal in the northern area of research and high anomaly over 27 mgal in the northeastsouthwest area of research. Large structures from north to south region control these manifestations. Geothermal reservoir area has a density value is lower than the surrounding area because the reservoir associated with fault structures. Keywords: bouguer anomaly, fault, geothermal, gravity, subsurface. PENDAHULUAN Kebutuhan akan sumber energi fosil yang semakin meningkat serta semakin menipisnya cadangan energi fosil diberbagai belahan dunia menyebabkan banyak negara yang mulai beralih mencari sumber energi baru. Saat ini energi panasbumi merupakan salah satu alternatif yang digunakan dibanyak negara khususnya di Indonesia. Indonesia memiliki sekitar 200 gunungapi yang dapat berpotensi menjadi sumber energi panasbumi, salah satunya yaitu Gunung Ungaran. Gunung Ungaran berada di Jawa Tengah sekitar 30 Km sebelah Baratdaya dari kota Semarang. Manifestasi panasbumi yang ada di sekitar Gunung Ungaran, antara lain: fumarola di daerah Gedongsongo, mata air panas di daerah-daerah Banaran, Diwak, Kaliulo, dan Nglimut (Budihardjo dkk, 1997). Penelitian geofisika di daerah Gunung Ungaran telah banyak dilakukan khususnya di daerah manifestasi Gedongsongo. Penelitian sebelumnya (Budiardjo dkk., 1997) menyatakan bahwa daerah manifestasi Gedongsongo secara struktural dikontrol 181

oleh struktur kaldera Ungaran. Keterdapatan manifestasi fumarol terdapat di kawasan Gedongsongo. Salah satu metode geofisika yang dapat digunakan untuk mengetahui gambaran bawah permukaan bumi diantaranya metode gravity. Metode gravitasi dilandasi oleh hukum Newton yang menyatakan gaya tarik menarik antara dua buah partikel sebanding dengan perkalian massa kedua partikel tersebut dan berbanding terbalik dengan kuadrat jarak antara pusat keduanya. Prinsip metode ini berdasarkan anomali gayaberat yang muncul karena adanya keanekaragaman rapat massa batuan. Keanekaragaman batuan tersebut mencirikan adanya suatu struktur geologi atau batas lapisan, serta bahan-bahan penyusun lapisan tersebut, termasuk kehadiran fluida di dalamnya. Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran bawah permukaan bumi dan struktur geologi yang terdapat di daerah tersebut serta sebagai data pendukung untuk penelitian lebih lanjut dan pengembangan. Lokasi Penelitian Secara geografis, lokasi ini terletak pada posisi 110 19 30 BT hingga 110 21 30 BT dan 7 11 30,0084 LS hingga 7 14 30,0012 LS dengan ketinggian sekitar 1900 m di atas permukaan laut (Gambar 1). Luas area penelitian ini yaitu 4 km x 6 km. Gambar 1. Lokasi area panasbumi di Gunung Ungaran dan sekitarnya (Bakosurtanal). 182

Geologi Regional Geologi komplek depresi Ungaran telah dibahas oleh beberapa peneliti, diantaranya van Bemmelen (1941,1949), van Padang (1951), Hadisantoso dan Sumpena (1993), Thanden dkk. (1996). Gunung Ungaran merupakan gunungapi kuarter yang berada di utara deretan Pegunungan Serayu Utara, yaitu gunungapi Ungaran Telomoyo Merbabu Merapi. Gambar 2. Urutan terbentuknya deretan gunung Ungaran sampai Merapi (Bemmelen, 1949) Evolusi gunung Ungaran yang pada Gambar 2 secara umum dibagi menjadi tiga, yaitu morfologi gunung Ungaran paling Tua, kedua Ungaran Tua, dan ketiga Ungaran Muda. Masing-masing periode dibedakan antara satu terhadap yang lainnya oleh proses runtuhan karena volkano-tektonik. Periode pertama, Gunung Ungaran Paling Tua terbentuk pada Plestosen Bawah yang produknya terdiri dari aliran piroklastik dan lava andesit basaltik. Produk letusan Gunung Ungaran Paling Tua ini diendapkan sebagai formasi Damar Tengah dan Damar Atas. Kemudian menyusul tufa andesit augithornblende dan piroklastik aliran andesitik. Perioda pertumbuhan Gunung Ungaran Paling Tua ini diakhiri dengan perusakan tubuhnya pada Plestosen Muda. Perioda kedua, Gunung Ungaran Tua terbentuk dan produknya terdiri dari basalt andesitik augit-olivin. Produk letusan Gunung Ungaran Tua ini kemudian diendapkan di atas Formasi Damar secara tidak selaras yang disebut Formasi Notopuro. Formasi 183

Notopuro terdiri dari endapan aliran piroklastik. Perioda kedua ini berakhir dengan keruntuhan yang bersamaan dengan terjadinya sistem sesar volkano-tektonik (van Bemmelen, 1941). Akibat dari fase perusakan ini Gunung Ungaran Tua hancur dan tersisa tiga blok bagian yang dikelilingi oleh suatu sistem sesar cincin dimana Formasi Notopuro sedikit terlipat. Akibat sistem sesar cincin ini maka terjadi beberapa kerucut parasit seperti Gunung Turun, Gunung Mergi dan Gunung Kendalisodo (van Bemmelen, 1941). Periode ketiga, Gunung Ungaran Muda terbentuk melalui Pusat letusan Gunung Ungaran Tua. Hadisantono dan Sumpena (1993) menjelaskan bahwa hasil pengamatannya di lapangan menunjukkan bahwa Gunung Ungaran Muda menghasilkan banyak aliran lava yang komposisinya berkisar antara basaltik sampai andesitik. Endapan aliran piroklastik dapat ditemukan di lereng baratlaut, timurlaut, utara, baratdaya, timur-tenggara dan selatan. Data petrografi dari peneliti terdahulu menunjukkan bahwa komposisi batuan Gunung Ungaran Muda adalah andesit augithornblende tanpa olivine. Sistem panasbumi yang berkembang di Gunung Ungaran secara geologi berada di zona depresi dengan litologi permukaan didominasi oleh batuan vulkanik berumur Kuarter berupa kerucut-kerucut muda. Prospek panasbumi daerah ini bersistem dominasi air, yang secara struktural dikontrol oleh struktur kaldera Ungaran. Batuan vulkanik penyusun pra-kaldera dikontrol oleh sistem sesar yang berarah Baratlaut Baratdaya dan Tenggara-Barat. Pada batuan vulkanik penyusun post-kaldera hanya terdapat sedikit struktur yang dikontrol oleh sistem sesar regional (Budiarjo dkk., 1997). Pemunculan manifestasi Gedongsongo dikontrol oleh zona struktur berarah Utara - Selatan sebagai pembatas pemunculan dan struktur berarah Timurlaut Baratdaya untuk manifestasi Gedongsongo (Gambar 3). 184

Gambar 3. Peta geologi regional daerah Ungaran (Thanden, 1996) dengan modifikasi. METODE Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan studi pustaka terhadap beberapa referensi yang menjelaskan tentang Gunung Ungaran, pengolahan data gayaberat hingga diperoleh Anomali Bouger, analisis spektrum untuk penentuan lebar window dan kedalaman, pemisahan anomali Bouguer regional dan lokal dengan metode moving average. Selanjutnya untuk memunculkan anomali yang dangkal dan untuk menentukan batas-batas struktur yang ada di daerah peneltian dilakukan analisa second vertical derivatif (SVD) dengan filter Elkins. Pemodelan inversi 3D dilakukan untuk melihat sebaran densitas daerah penelitian serta keberadaan reservoar daerah penelitian. Hasil penelitian kemudian diinterpretasi dan dianalisis dengan membandingkan data-data geologi di daerah tersebut (Gambar 4). 185

Gambar 4. Diagram Alir Penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN Anomali Bouguer Lengkap merupakan selisih antara nilai gayaberat pengamatan dengan gayaberat teoritik yang didefinisikan pada titik pengamatan bukan pada bidang referensi, baik elipsoid maupun muka laut rata-rata (M. Sarkowi, 2006). Anomali Bouguer Lengkap didapatkan dari persamaan: (1) (2) dimana: BA Gobs GN = Anomali Bouguer Lengkap, = gayaberat observasi/pengamatan, = gayaberat normal/teoritis pada lintang, 186

FAC BGC TC h h = koreksi udara bebas terhadap ketinggian dari muka laut, = koreksi Bouguer, = koreksi medan, = rapat massa, = tinggi (meter), = beda tinggi titik amat dengan topografi sekelilingnya. Puncak G.Ungaran Gambar 5. Petaanomali bouguer lengkap dan perspektif wireframe di lapangan panasbumi Gedongsongo dengan nilai anomali rendah kurang dari 27 mgal dan anomali tinggi lebih dari 27 Mgal. Peta Anomali Bouguer daerah penelitian ditunjukkan pada Gambar 5. Dari peta anomali Bouguer lengkap menunjukkan adanya anomali rendah kurang dari 27 mgal dan anomali tinggi lebih dari 27 mgal di daerah penelitian. Daerah utara penelitian ini merupakan daerah dengan nilai anomali rendah yang mengindikasikan zona runtuhan berimpit dengan kawasan kawah yang merupakan tempat manifestasi air panas, sedangkan anomali tinggi berada di sebelah timurlaut - baratdaya daerah penelitian yang 187

Ln A Seminar Nasional Sains & Teknologi V kemungkinan komposisi batuan tebing bersifat lebih massive yang menyusun kawasan tersebut. Penelitian ini akan mencari reservoar dan struktur geologi yang dekat dengan permukaan, maka dilakukan suatu metode pemisahan anomali regional dan residual dengan menggunakan filter moving average. Proses ini dibantu dengan melakukan analisis spektral sehingga dapat diketahui kedalaman dari anomali gaya berat. Analisis spektral dilakukan dengan transformasi Fourier lintasan yang telah ditentukan. Dari analisis spektral anomali Bouguer (Gambar 6) didapatkan nilai bilangan gelombang (k) yaitu 0,005802. Nilai bilangan gelombang (k) merupakan batas regional dan residual sebagai dasar dalam penentuan lebar jendela pada moving average. Nilai gradien hasil regresi linier zona regional menunjukkan kedalaman regional sekitar 1000 meter. 10 8 6 regional y = -1026.1x + 6.445 4 2 0-2 -4 residual y = -110.3x + 1.1328 0 0.005 0.01 0.015 0.02 0.025 0.03 k Gambar 6. Grafik analisis spektral dalam penentuan kedalaman. Gambar 7 menunjukkan hasil filter moving average yaitu anomali regional. Anomali regional memiliki nilai 22.5 mgal sampai dengan 30.5 mgal. Pola anomali regional dari rendah-tinggi menunjukkan adanya arah patahan yaitu timurlaut-baratdaya di utara daerah penelitian yang diperkirakan mengontrol kawasan manifestasi tersebut. Sedangkan anomali residual didapatkan dengan melakukan pengurangan antara anomali Bouger lengkap dengan anomali regional. Gambar 8 menunjukkan pola anomali residual yang memiliki nilai -5 mgal sampai dengan 3,5 mgal. Nilai anomali rendah yang bernilai negatif kemungkinan disebabkan adanya keberadaan reservoar panasbumi di daerah tersebut. 188

Gambar 7. Anomali Regional Puncak G.Ungaran Gambar 8. Anomali Residual 189

Sistem panasbumi yang berkembang di Gunung Ungaran secara geologi berada di zona depresi dengan litologi permukaan didominasi oleh batuan vulkanik berumur Kuarter berupa kerucut-kerucut muda. Struktur sesar dangkal daerah penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 9. Struktur sesar dangkal di daerah penelitian ini dihasilkan dari filter SVD dengan menggunakan operator Elkins. Kontur SVD yang bernilai 0 (nol) mengindikasikan adanya struktur sesar di daerah tersebut. Struktur yang mengontrol daerah manifestasi panasbumi Gedongsongo berarah Baratlaut - Baratdaya dan Barat- Timur. Namun ada beberapa struktur sesar peta SVD yang tidak memiliki kesamaan arah dan posisi pada peta geologi dikarenakan pola struktur sesar SVD dari data residual didapatkan berdasarkan data gayaberat. Puncak G.Ungaran Keterangan: : manifetasi :patahan :puncak G.Ungaran Gambar 9. Peta SVD menunjukkan struktur daerah manifestasi panasbumi kawasan tersebut. Dari pemodelan 3D dapat diketahui bahwa terdapat nilai sebaran densitas rendah dan tinggi pada daerah penelitian tersebut yang ditunjukkan pada Gambar 10. Nilai densitas rendah dipengaruhi dengan keberadaan reservoar, sedangkan nilai densitas tinggi diperkirakan pengaruh keberadaan magma gunungapi tersebut. Gambar 11 menunjukkan bahwa reservoar daerah prospek panasbumi penelitian ini terdiri dari 2 bagian, yaitu sebelah utara dan selatan yang memiliki nilai densitas berkisar 2,2-2,5 190

gr/cc. Hasil pemodelan 3 dimensi dan peta SVD struktur dangkal menunjukkan bahwa reservoar panasbumi umumnya merupakan zona rekahan (fracture zone) yang menurunkan nilai rapat masa batuan dibandingkan dengan sekitarnya. 3.68 3.435 3.195 2.955 2.715 2.475 2.235 Gambar 10. Model inversi 3D Anomali Bouguer dengan cutplane arah Timur. 191

Model reservoar panasbumi dari Arah Timur Model reservoar panasbumi dari Arah Barat 3.68 3.435 3.195 2.955 2.715 Model reservoar panasbumi dari Arah Atas 2.475 2.235 Gambar 11. Model Reservoar Panasbumi Daerah Penelitian. KESIMPULAN Hasil analisis data gravity menunjukkan adanya anomali rendah di daerah utara penelitian yang berhubungan dengan adanya prospek geotermal di daerah tersebut. Dari pemodelan 3D menunjukkan bahwa daerah Gedongsongo merupakan daerah prospek panasbumi dengan nilai densitas berkisar 2,2-2,5 gr/cc. Struktur yang mengontrol daerah manifestasi panasbumi Gedongsongo berarah Baratlaut - Baratdaya dan Barat- Timur. Daerah reservoar prospek panasbumi Gedongsongo ini memiliki nilai rapat massa batuan yang lebih rendah dibanding dengan sekitarnya dikarenakan daerah prospek berkaitan dengan patahan-patahan. 192

DAFTAR PUSTAKA Budiardjo, B., Nugroho dan Budihardi, M., 1997, Resource Characteristics of the Ungaran Field, Central Java, Indonesia, Proceeding of National Seminat of Human Resources Indoenesian Geologist, Yogyakarta. Hadisantono, R.D., dan Sumpena, A.D., 1993. Laporan Pemetaan Daerah Bahaya G. Ungaran dan Sekitarnya, Jawa Tengah. Proyek Pengamatan/Pengawasan dan Pemetaan Gunungapi. Dept. Pertambangan dan Energi, Dir. Jend. Geol, Sumberdaya Min., Dit. Vulkanologi. Bandung. 26 hal. Sarkowi M., Kadir WGA., Santoso D., dan Supriyadi. 2006. Pemantauan penurunan muka air tanah di daerah Semarang dengan metode gayaberat-mikro antar waktu. Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan ke-31, Semarang Nopember 2006. Thanden, R.E., Sumadirdja, H., Richards, P.W., Sutisna, K., Amin, T.C., 1996, Peta Geologi Lembar Magelang dan Semarang, Jawa, Pusat Peneltian dan Pengembangan Geologi, Bandung. Van Bemmelen, R.W., 1941, Bulletin of the East Indian Volcanological Survey for the Year 1941, Bull. Nrs. 95-98. Van Bemmelen, R.W., 1949, The Geology of Indonesia, vol. I-A General Geology, Government Print. Office, The Hague Netherland. Van Padang, N., 1951, Catalogue of the active volcanoes of the world including solfatara fields, Part I Indonesia. 193