BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Pertumbuhan ekonomi dan kemiskinan merupakan indikator penting untuk

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. perubahan besar dalam struktur sosial, sikap-sikap mental yang sudah terbiasa

I. PENDAHULUAN. Proses pembangunan memerlukan Gross National Product (GNP) yang tinggi

BAB I PENDAHULUAN. akan menyebabkan terjadinya regional disparity. Oleh karena itu, pedesaan haruslah

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. masalah klasik dan mendapat perhatian khusus dari negara-negara di dunia.

BAB I PENDAHULUAN. oleh si miskin. Penduduk miskin pada umumya ditandai oleh rendahnya tingkat

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pembangunan nasional adalah meningkatkan kinerja. perekonomian agar mampu menciptakan lapangan kerja dan menata

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian suatu negara

BAB I PENDAHULUAN. Determinan kemiskinan..., Roy Hendra, FE UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi dalam daerah tersebut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ketenagakerjaan merupakan masalah yang selalu menjadi perhatian utama

BAB I PENDAHULUAN. masa depan perekonomian dunia. Menurut Kunarjo dalam Badrul Munir (2002:10),

BAB I PENDAHULUAN. penduduk miskin, kepada tingkatan yang lebih baik dari waktu ke waktu.

BAB I PENDAHULUAN. signifikan pada sektor tradisional. Sebaliknya distribusi pendapatan semakin

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. dilakukan oleh para peneliti terdahulu. Alitasari (2014), teknik analisis yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Nasional secara makro pada hakekatnya bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. meliputi kebutuhan makan maupun non makan. Bagi Indonesia, kemiskinan sudah sejak lama menjadi persoalan

BAB I PENDAHULUAN. standar hidup minimum (Mudrajad Kuncoro, 1997). Kemiskinan identik dengan negara berkembang, contohnya Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. konsumsi, tetapi berkaitan juga dengan rendahnya tingkat pendidikan, dan tingkat pendidikan yang rendah.

Tingkat Kemiskinan Jawa Barat Maret 2015

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian terdahulu yang berkaitan dengan yang akan diteliti.

BAB I PENDAHULUAN. bawah garis kemiskinan (poverty line), kurangnya tingkat pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN. negara. Menurut Bank Dunia (2000) dalam Akbar (2015), definisi kemiskinan adalah

Gambar Perkembangan Kemiskinan di Indonesia,

BERITA RESMI STATISTIK

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan. Kemiskinan telah membuat pengangguran semakin bertambah banyak,

CAPAIAN PERTUMBUHAN EKONOMI BERKUALITAS DI INDONESIA. Abstrak

I. PENDAHULUAN. setiap negara, terutama di negara-negara berkembang. Negara terbelakang atau

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional. Pembangunan nasional dapat dikatakan berhasil apabila

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Pembangunan adalah kenyataan fisik sekaligus keadaan mental (state

BAB I PENDAHULUAN. terakhir. Pertumbuhan Indonesia hanya mencapai 5,8% pada tahun 2013 dan turun

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Pembangunan ekonomi adalah proses yang dapat menyebabkan

PROFIL KEMISKINAN DI SULAWESI TENGGARA SEPTEMBER 2015 RINGKASAN

BAB I PENDAHULUAN. World Bank dalam Whisnu, 2004), salah satu sebab terjadinya kemiskinan

BAB I PENDAHULUAN. mengkait antara satu faktor dengan faktor lainnya. pemerintah untuk menurunkan angka kemiskinan. Sejak tahun 1960-an

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pembangunan pada dasarnya merupakan suatu proses multidimensional

I. PENDAHULUAN. yang lebih baik dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan. Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. 1994). Proses pembangunan memerlukan Gross National Product (GNP) yang tinggi

BAB I PENDAHULUAN. nasional dimana keadaan ekonominya mula-mula relatif statis selama jangka

sebanyak 158,86 ribu orang atau sebesar 12,67 persen. Pada tahun 2016, jumlah penduduk miskin mengalami penurunan dibanding tahun sebelumnya, yaitu se

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan salah satu masalah utama yang dihadapi hampir

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seorang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan pokok seperti pangan, sandang,

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI SUMATERA BARAT MARET 2017

BAB I PENDAHULUAN. negara di dunia, terutama negara sedang berkembang. Secara umum

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan dasar hidup sehari-hari. Padahal sebenarnya, kemiskinan adalah masalah yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kemiskinan merupakan masalah yang dialami secara global dan telah

sebanyak 160,5 ribu orang atau sebesar 12,98 persen. Pada tahun 2015, jumlah penduduk miskin mengalami sedikit kenaikan dibanding tahun sebelumnya, ya

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lebih baik atau meningkat. Pembangunan Nasional yang berlandaskan. dan stabilitas nasional yang sehat dan dinamis.

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk melihat keberhasilan pembangunan suatu negara. Setiap negara akan


PROFIL KEMISKINAN DI MALUKU TAHUN 2014

Kemiskinan di Indonesa

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI SUMATERA BARAT SEPTEMBER 2015

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dalam bangsa, yaitu peningkatan pertumbuhan ekonomi, perubahan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sejak terjadinya krisis ekonomi di Indonesia, menurut data yang

BAB I PENDAHULUAN. tersebut adalah masalah pengangguran (Sukirno,1985). Menurut Nanga

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI SUMATERA BARAT MARET 2016

BAB IV KONDISI SOSIAL EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

PROFIL KEMISKINAN DI SULAWESI TENGGARA SEPTEMBER 2016 RINGKASAN

BAB III TINGKAT KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DAN KEMISKINAN DI KABUPATEN/KOTA PROPINSI SUMATERA UTARA

BERITA RESMI STATISTIK BPS KABUPATEN BLITAR

BPS KABUPATEN TAPANULI TENGAH PROFIL KEMISKINAN KABUPATEN TAPANULI TENGAH TAHUN 2015

DAMPAK PERTUMBUHAN EKONOMI, JUMLAH PENGANGGURAN DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT TERHADAP TINGKAT KEMISKINAN DI KABUPATEN SIDOARJO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pokok penelitian. Teori yang dibahas dalam bab ini meliputi definisi kemiskinan,

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional adalah pembangunan manusia seutuhnya serta

TINGKAT KEMISKINAN DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA SEPTEMBER 2013 SEBESAR 15,03 PERSEN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. tersebut didukung oleh Jhingan (2004), yang mengungkap bahwa negara

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan dengan meluncurkan program-program pemberdayaan. Sejak periode

Kemiskinan dan Kesenjangan di Indonesia

PROFIL KEMISKINAN DI MALUKU TAHUN 2016

PROFIL KEMISKINAN DI SULAWESI TENGGARA MARET 2016 RINGKASAN

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2010

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Jangka Panjang tahun merupakan kelanjutan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang adil, makmur, berdaya saing, maju dan sejahtera. Berbagai

BAB I PENDAHULUAN. senantiasa berada di garda terdepan. Pembangunan manusia (human development)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah 1.3 Tujuan Penulisan

TINJAUAN PUSTAKA. fasilitas mendasar seperti pendidikan, sarana dan prasarana transportasi,

PROFIL KEMISKINAN DI JAWA TENGAH MARET 2009

Pemanfaatan DATA Statistik Dalam Perencanaan Pembangunan Daerah

I.PENDAHULUAN. Pembangunan di negara-negara berkembang lebih ditekankan pada pembangunan


I. PENDAHULUAN. Kebijakan pembangunan merupakan persoalan yang kompleks, karena

Analisis Masalah Ekonomi Tentang Pengentasan Kemiskinan Di Indonesia

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI SUMATERA BARAT SEPTEMBER 2016


BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi pada hakekatnya bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. dibahas adalah masalah kemiskinan. Baik di negara maju atau negara

PROFIL KEMISKINAN DI SULAWESI TENGGARA MARET 2017 RINGKASAN

BAB I PENDAHULUAN. menyerap angkatan kerja, pertumbuhan ekonomi yang semakin meningkat dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian suatu

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan suatu kondisi bukan hanya hidup dalam

TINGKAT KEMISKINAN JAWA BARAT SEPTEMBER 2015

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan negara yang memiliki jumlah penduduk yang sangat

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengembangkan kegiatan ekonominya sehingga infrastruktur lebih banyak

BAB II LANDASAN TEORI. Tabel 2.1. Jumlah dan persentase penduduk miskin di Indonesia tahun


kesenjangan antara pertumbuhan jumlah angkatan kerja disatu pihak dan

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi dan kemiskinan merupakan indikator penting untuk melihat keberhasilan pembangunan suatu negara. Setiap negara akan berusaha keras untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang optimal dan menurunkan angka kemiskinan. Di banyak negara di dunia syarat utama bagi terciptanya penurunan kemiskinan adalah pertumbuhan ekonomi.namun, kondisi di negara-negara berkembang termasuk Indonesia pertumbuhan ekonomi yang dicapai ternyata juga diiringi dengan munculnya permasalahan meningkatnya jumlah penduduk yang hidup dibawah garis kemiskinan. Proses pembangunan memerlukan Gross National Product (GNP) yang tinggi dan pertumbuhan ekonomi yang cepat. Dibanyak negara syarat utama bagi terciptanya penurunan kemiskinan yang tetap adalah pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi memang tidak cukup untuk mengentaskan kemiskinan tetapi biasanya pertumbuhan ekonomi merupakan sesuatu yang sangat dibutuhkan, walaupun begitu pertumbuhan ekonomi yang baguspun menjadi tidak akan berarti bagi masyarakat miskin jika tidak diiringi dengan penurunan yang tajam dalam pendistribusian atau pemerataannya. Kemiskinan merupakan masalah klasik yang belum tuntas diselesaikan terutama di Negara berkembang.khusus di daerah pedesaan, kemiskinan sering kali menjadi penyebab terjadinya urbanisasi yang menyebabkan terjadinya

2 regional disparity.oleh karena itu, pedesaan haruslah ditangani secara lebih serius agar kesejahteraan masyarakatnya dapat ditingkatkan. Pada hakekatnya, kesenjangan ekonomi atau ketimpangan dalam distribusi pendapatan antara kelompok masyarakat berpendapatan tinggi dan kelompok berpendapatan rendah serta tingkat kemiskinan atau jumlah orang yang berada di bawah garis kemiskinan (poverty line) merupakan dua masalah besar di banyak negara-negara sedang berkembang (NSB), tidak terkecuali di Indonesia (Tambunan: 2003, 82). Karenanya, tidaklah mengherankan ketimpangan itu pastinya selalu ada, baik itu di negara miskin, negara sedang berkembang, bahkan negara maju sekalipun.hanya saja yang membedakan dari semua itu adalah seberapa besar tingkat ketimpangan yang terjadi pada masing-masing negara tersebut. Suatu bukti yang tidak dapat dipungkiri tingkat sosial ekonomi masyarakat pedesaan di Indonesia relatif masih rendah, padahal pedesaan memberikan andil yang cukup besar terhadap perekonomian nasional melalui kontribusi sektor ekonomi pedesaan. Menurut BPS (dalam statistik daerah kabupaten Serdang Bedagai tahun 2011) Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, tempat berlindung, pendidikan, dan kesehatan. Kemiskinan dapat disebabkan oleh kelangkaan alat pemenuh kebutuhan dasar, ataupun sulitnya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan. Penduduk dikatakan miskin apabila memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan. Garis kemiskinan merupakan nilai

3 pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang disetarakan dengan 2100 kalori per kapita per hari ditambah kebutuhan minimum non-makanan yang mencakup perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan. Untuk saat ini konsep kemiskinan yang digunakan oleh BPS adalah konsep ekonomi, dimana kemiskinan merupakan ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan pemenuhan kebutuhan dasar. Pendekatan pemenuhan kebutuhan dasar versi BPS ini sejalan dalam buku The End of Poverty (Sachs, 2005) yang menjelaskan bentuk kemiskinan ini sebagai the extreme poverty. Menurutnya, bentuk kemiskinan dalam konteks ini merupakan ketidakmampuan seseorang, suatu keluarga, atau sekelompok masyarakat untuk memenuhi kebutuhan dasarnya baik itu dalam soal pangan maupun non pangan. Kemiskinan dapat disebabkan oleh berbagai kondisi yang menekan kehidupan, satu sama lainnya yang saling berpengaruh dan mensejarah. Keadaan tersebut bukan sesuatu yang diinginkan oleh si miskin, melainkan suatu hal yang tidak dapat mereka hindari dengan kekuatan sendiri. Untuk mengentaskan masalah kemiskinan tersebut, pemerintah telah melakukan berbagai upaya, seperti mengintrodusir berbagai macam paket teknologi pertanian ke pedesaan, membentuk kelembagaan formal pada tingkat desa. Kehadiran semuanya ini diharapkan dapat membangkitkan aktivitas ekonomi masyarakat sehingga mereka terlepas dari belenggu kemiskinan dan keterbelakangan. Upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah ternyata belum membuahkan hasil optimal karena sebahagian besar masyarakat lapisan terbawah masih belum

4 tersentuh oleh program tersebut. Kondisi tersebut barangkali disebabkan oleh kebijakan pemerintah yang kurang tepat. Kebijakan pembangunan selama ini bersifat sektoral dan kurang memperhatikan dimensi tata ruang wilayah. Di samping itu pemerintah juga menganggap masalah kemiskinan di pedesaan disebabkan oleh faktor yang sama dan karakteristik masyarakat miskin juga dianggap sama. Padahal dari segi tata usaha ruang bukanlah demikian, karena setiap wilayah mempunyai karakteristik sumber daya alami dan insani yang berbeda. persoalan kemiskinan terutama terjadi di daerah pedesaan ditunjukkkan oleh semakin meningkatnya indeks keparahan kemiskinan terutama di wilayah perdesaan yang meningkat hampir dua kali lipat selama tahun 2012. Data BPS, menunjukkan indeks keparahan pada maret 2012 sebesar 0,36 sedangkan pada september 2012 menjadi 0,61. Di Kabupaten Serdang bedagai tingkat kemiskinan masih menjadi permasalahan. Berikut data yang dikutip dari BPS Sumatera Utara mengenai presentase kemiskinan di kabupaten Serdang Bedagai: Tabel 1.1 Statistik Kemiskinan Serdang Bedagai 2008-2013 Tahun Persentase Penduduk Miskin (%) 2008 10.61 2009 9.51 2010 10.59 2011 10.07 2012 9.89 2013 8.13 Sumber: BPS SUMUT 2008-2013 (data diolah)

5 Berdasarkan Tabel 1.1 dapat terlihat adanya perubahan dari persentase kemiskinan di Kabupaten Serdang Bedagai. Di tahun 2010 sebagai akibat dari krisis keuangan global yang terjadi mulai tahun 2009, tingkat kemiskinan naik menjadi 10,59. Pada tahun 2011 sejalan dengan pemulihan kondisi perekonomian setelah krisis, serta pelaksanaan berbagai program penanggulangan kemiskinan, tingkat kemiskinan di kabupaten serdang Bedagai turun menjadi 10,07. Menurut Isdjoyo (dalam Maipita, 2013: 67) penyebab kemiskinan di desa anata lain: 1. Ketidakberdayaan. Kondisi ini muncul karena kurangnya lapangan kerja, rendahnya harga produk yang dihasilkan mereka, dan tingginya biaya pendidikan. 2. Keterkucilan, rendahnya tingkat pendidikan, kurangnya keahlian, sulitnya transportasi, serta ketiadaan akses terhadap kredit menyebabkan mereka terkucil dan menjadi miskin. 3. Kemiskinan materi, kondisi ini diakibatkan kurangnya modal, dan minimnya lahan pertanian yang dimiliki menyebabkan penghasilan mereka relative rendah. 4. Kerentanan, sulitnya mendapatkan pekerjaan, pekerjaan musiman, dan bencana alam, membuat mereka menjadi rentran dan miskin. 5. Sikap. Sikap yang menerima apa adanya dan kurangnya termotivasi untuk bekerja keras membuat mereka menjadi miskin. Berikut adalah perkembangan pertumbuhan ekonomi, kemiskinan, Pengangguran, dan rata-rata lama bersekolah di Kabupaten Serdang Bedagai.

6 Tabel 1.2. Keadaan Pertumbuhan EkonomidanTingkat Kemiskinan di Kabupaten Serdang Bedagai tahun 2008-2013 Tahun Perttumbuhan Ekonomi (%) Kemiskinan (%) 2008 6.12 10.61 2009 5.92 9.51 2010 6.14 10.59 2011 5.98 10.07 2012 6 9.89 2013 6.2 8.13 Sumber: BPS SUMUT 2008-2013 (data diolah) Dari Tabel di atas dapat kita lihat pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Serdang Bedagai pada tahun 2010 meningkat dari 5,92% menjadi 6,14, pada tahun yang sama kemiskinan juga ikut meningkat dari 9,51% menjadi 10,59%. Padahal seharusnya peningkatan pertumbuhan ekonomi yang rencanakan pemerintah dimaksudkan agar terjadi penurunan kemiskinan. Akan tetapi kenyataan yang terjadi tidaklah demikian. Faktor lain yang juga berpengaruh terhadap tingkat kemiskinan adalah pengangguran. Salah satu unsur yang menentukan kemakmuran suatu masyarakat adalah tingkat pendapatan. Pendapatan masyarakat mencapai maksimum apabila kondisi tingkat penggunaan tenaga kerja penuh (full employment) dapat terwujud. Pengangguran akan menimbulkan efek mengurangi pendapatan masyarakat, dan itu akan mengurangi tingkat kemakmuran yang telah tercapai. Semakin turunya tingkat kemakmuran akan menimbulkan masalah lain yaitu kemiskinan (Sukirno, 2003).

7 Tabel 1.3. Keadaaan Tingkat Pengangguran dantingkat Kemiskinan di Kabupaten Serdang Bedagai tahun 2008-2013 Tahun Pengangguran (%) Kemiskinan (%) 2008 6.93 10.61 2009 5.7 9.51 2010 6.32 10.59 2011 4.89 10.07 2012 5.68 9.89 2013 6.13 8.13 Sumber: BPS SUMUT 2008-2013 (data diolah) Berdasarkan Tabel 1.3 tingkat pengangguran di Kabupaten Serdang Bedagai pada tahun 2012 mengalami peningkatan dari 4,89% menjadi 5,68%. Peningkatan tingkat pengangguran ini seharusnya juga meningkatkan tingkat kemiskinan. Akan tetapi kenyataannya tingkat kemiskinan justru menurun pada tahun 2012 dari 10,07% menjadi 9,89%. Sedangkan di tahun 2013 tingkat pengagguran di Kabupaten ini menigkat dari 5,68% menjadi 6,13%. Akan tetapi tingkat kemiskinan menurun.dengan demikian tingkat pengangguran di kabupaten Serdang Bedagai masih menjadi permasalahan dikarenakan masih mengalami fluktuatif. Faktor lain yang berpengaruh terhadap tingkat kemiskinan adalah rata-rata lama pendidikan. Teori pertumbuhan baru menekankan pentingnya peranan pemerintah terutama dalam meningkatkan pembangunan modal manusia (human capital) dan mendorong penelitian dan pengembangan untuk meningkatkan produktivitas manusia. Kenyataannya dapat dilihat dengan melakukan investasi pendidikan akan mampu meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang diperlihatkan dengan meningkatnya pengetahuan dan keterampilan seseorang.

8 Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka pengetahuan dan keahlian juga akan meningkat sehingga akan mendorong peningkatan produktivitas kerjanya. Perusahaan akan memperoleh hasil yang lebih banyak dengan memperkerjakan tenaga kerja dengan produktivitas yang tinggi, sehingga perusahaan juga akan bersedia memberikan gaji yang lebih tinggi bagi yang bersangkutan. Di sektor informal seperti pertanian, peningkatan ketrampilan dan keahlian tenaga kerja akan mampu meningkatkan hasil pertanian, karena tenaga kerja yang terampil mampu bekerja lebih efisien. Pada akhirnya seseorang yang memiliki produktivitas yang tinggi akan memperoleh kesejahteraan yang lebih baik, yang diperlihatkan melalui peningkatan pendapatan maupun konsumsinya. Rendahnya produktivitas kaum miskin dapat disebabkan oleh rendahnya akses mereka untuk memperoleh pendidikan (Sitepu,dkk, 2004). Undang-Undang Dasar RI 1945 Pasal 31 ayat 2 menyebutkan bahwasetiap warga Negara wajib mengikuti pendidkan dasar dan pemerintah wajibmembiayainya, dan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang SistemPendidikan Nasional mengamanatkan bahwa setiap warga negara yang berusia 7-15 tahun wajib mengikuti pendidikan dasar. Pasal 34 ayat 2 menyebutkan bahwa pemerintah pusat dan daerah menjamin terselenggaranya wajib belajar minimal pada jenjang pendidikan dasar tanpa memungut biaya, sedangkan dalam ayat 3 menyebutkan bahwa wajib belajar merupakan tanggung jawab negara yang diselenggarakan oleh lembaga pendidikan pemerintah pusat, daerah, dan masyarakat. Konsekuensinya, pemerintah pusat dan daerah wajib

9 memberikan layanan pendidikan bagi seluruh peserta didik pada tingkat pendidikan dasar (SD dan SMP) serta satuan pendidikan lain yang sederajat, agar mampu melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Keterkaitan kemiskinan dan pendidikan sangat besar karena pendidikan memberikan kemampuan untuk berkembang lewat penguasaan ilmu dan keterampilan. Pendidikan juga menanamkan kesadaran akan pentingnya martabat manusia. Mendidik dan memberikan pengetahuan berarti menggapai masa depan. Berikut keadaan rata-rata lama pendidikan di kabupaten Serdang Bedagai: Tabel 1.4. Keadaan Rata-rata Lama Pendidikan dan Tingkat Kemiskinan di Kabupaten Serdang Bedagai tahun 2008-2013 Tahun Rata-rata lama Pendidikan (Tahun) Kemiskinan (%) 2008 8.62 10.61 2009 8.63 9.51 2010 8.64 10.59 2011 8.65 10.07 2012 8.67 9.89 2013 8.7 8.13 Sumber: BPS SUMUT 2008-2013 (data diolah) Dari Tabeldi atas dapat kita lihat bahwa walaupun kualitas pendidikan penduduk di kabupaten Serdang Bedagai selama kurun waktu 2008-2013 setiap tahun terus meningkat, namun pada tahun tertentu menunjukkan tingkat kemiskinan justru meningkat seperti pada tahun 2010 di mana persentase penduduk miskin meningkat dari 9,51 % di tahun 2009 menjadi 10,59 % pada tahun 2010. Menurut Sharp, seperti dikutip Kuncoro (2006: 120), penyebab kemiskinan dipandang dari segi ekonomi adalah akibat dari rendahnya kualitas

10 sumber daya manusia. Rendahnya kualitas sumber daya manusia ini disebabkan oleh rendahnya pendidikan, Kualitas sumber daya manusia yang rendah berarti produktivitasnya juga rendah, yang pada gilirannya upahnya juga rendah. Di sisi lain menurut Kartasasmita (1996) kondisi kemiskinan dapat disebabkan oleh rendahnya derajat kesehatan. Taraf kesehatan dan gizi yang rendah menyebabkan rendahnya daya tahan pisik, daya pikir dan prakarsa. Berdasarkan latar belakang di atas penulis tertarik membuat penelitian yang berjudul Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kemiskinan di Kabupaten Serdang Bedagai 1.2.Perumusan Masalah Adapun yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakahpertumbuhan ekonomi, tingkat pengangguran, danrata-rata lama pendidikan berpengaruh terhadap kemiskinan di Kabupaten Serdang Bedagai. 1.3.Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh Pertumbuhan ekonomi, Tingkat pengangguran, dan rata-rata lama pendidikaan terhadap tingkat kemiskinan di Kabupaten Serdang Bedagai. 1.4. Manfaat Penelitian 1. Bagi masayarakat Kabupaten Serdang Bedagai khususnya akan bermanfaat untuk memperbaiki taraf hidup.

11 2. Bagi Pemerintah Kabupaten Serdang bedagai sebagai bahan masukan dan pengkajian dalam membuat peraturan dan perencanaan yang dapat mengurangi kemiskinan di Kabupaten Serdang Bedagai. 3. Bagi penulis untuk menambah wawasan khususnya yang berhubungan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi kemiskinan di Kabupaten Serdang Bedagai.