BELAJAR MENGENDALIKAN KECERDASAN EMOSIONAL

dokumen-dokumen yang mirip
PENTINGNYA KECERDASAN EMOSIONAL SAAT BELAJAR. Laelasari 1. Abstrak

I. PENDAHULUAN. teratur, dan berencana yang berfungsi untuk mengubah atau mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan perilaku maupun sikap yang diinginkan. Pendidikan dapat

BAB II LANDASAN TEORITIK

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan, persoalan-persoalan dalam kehidupan ini akan selalu. pula menurut Siswanto (2007; 47), kurangnya kedewasaan dan

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perkembangan baik fisik dan psikis dari waktu ke waktu, sebab

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kegiatan belajar mengajar pada hakekatnya merupakan serangkaian

BAB I PENDAHULUAN. Masa sekarang masyarakat dihadapkan pada masalah-masalah kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. para siswa mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Dalam upaya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi tidak

Interpersonal Communication Skill

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan peralihan dari masa anak-anak menuju dewasa

Diajukan Oleh : DAMAR CAHYO JATI J

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Cipta,2008), hlm. 2.

BAB I PENDAHULUAN. sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau. perubahan-perubahan dalam diri seseorang. Untuk mengetahui sampai

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi saat ini persaingan dalam dunia bisnis sangat ketat, oleh sebab

BAB I PENDAHULUAN. malu, benci, dan ketakberdayaan pada realitas hidup. Stres bisa menyerang siapa

BAB I PENDAHULUAN. perilaku yang diinginkan. Pendidikan memiliki peran yang sangat penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. manusia seutuhnya. Tujuan ini tertera pada Garis Besar Haluan Negara

BAB I PENDAHULUAN. gelar tinggi belum tentu sukses berkiprah di dunia pekerjaan. Seringkali mereka

BAB II KAJIAN PUSTAKA. terlepas dari kegiatan belajar. Melaksanakan aktivitas sendiri, maupun dalam suatu

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Belajar merupakan suatu proses yang berlangsung secara aktif dan integratif untuk mencapai suatu

BAB I PENDAHULUAN. adalah kualitas guru dan siswa yang mesing-masing memberi peran serta

HUBUNGAN ANTARA PARTISIPASI KEIKUTSERTAAN DALAM EKSTRAKURIKULER BOLA BASKET DENGAN TINGKAT KECERDASAN EMOSIONAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Kecerdasan Emosi. Diklat Kepemimpinan Tingkat IV Lembaga Administrasi Negara

BAB II KAJIAN TEORITIK. A. Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis. makna dan filosofisnya, maksud dan implikasi serta aplikasi-aplikasinya,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan bagi anak usia sekolah tidak hanya dalam rangka pengembangan individu, namun juga untuk

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia pendidikan saat ini masih banyak orang yang cenderung

BAB I PENDAHULUAN. rangkaian dari tingkat dasar, menengah dan tinggi. Pendidikan tinggi sebagai

1. PENDAHULUAN. kegiatan belajar mengajar di dalam kelas adalah sebuah proses dimana

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bermaksud membantu manusia untuk menumbuh kembangkan potensipotensi

BAB II KAJIAN TEORETIK. daya tarik baginya. Menurut Slameto (Djamarah, 2008) minat adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

(Survey di Perguruan Tinggi di Surakarta)

HUBUNGAN INTERAKSI SOSIAL, KONSEP DIRI, DAN KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI DI KECAMATAN PITURUH

BAB I PENDAHULUAN. secara terpadu. UU RI No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. juga dirasa sangat penting dalam kemajuan suatu negara karena berhubungan

2014 PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE KUIS TIM UNTUK ENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS DAN SELF-CONFIDENCE SISWA SMP

BAB I PENDAHULUAN. proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Pada hakekatnya pendidikan merupakan sarana yang dapat

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana

PENGARUH IKLIM SEKOLAH DAN KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP PRESTASI BELAJAR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan kita,

DESKRIPSI PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP PRESTASI BELAJAR MAHASISWA PENDIDIKAN MATEMATIKA UNIPA. Purwati 19, Nurhasanah 20

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak akan dapat bertahan hidup sendiri.

Keterkaitan Kecerdasan Emosional dengan Kinerja SDM

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VIII MTSN NGEMPLAK BOYOLALI NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. segala potensi yang ada dalam diri peserta didik. Pendidikan dianggap sebagai. diatur oleh Undang-Undang Republik Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan suatu bangsa, pendidikan memiliki peranan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang banyak menarik perhatian karena sifatsifat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan memiliki peran penting dalam rangka memelihara

BAB I PENDAHULUAN. dengan baik pengetahuan dan ketrampilan hidup. Prakarsa (1996)

BAB I PENDAHULUAN. karena sumber daya manusia secara aktif mendorong produktifitas. karena itu perusahaan harus selalu memperhatikan, menjaga, dan

BAB I PENDAHULUAN. UU No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan jaman, seseorang tidak hanya dituntut untuk

BAB I PENDAHULUAN. (Bandung: Sinar Baru Al-Gasindo, 1995), hlm Nana Sujana, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum Sekolah,

Kecerdasan Emosi. Diklat Kepemimpinan Tingkat IV Lembaga Administrasi Negara. PUSDIKMIN

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

BAB I PENDAHULUAN. logis, kreatif serta mampu menggunakan nalarnya untuk memperoleh,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era perdagangan bebas ASEAN 2016 sudah dimulai. Melahirkan tingkat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Anak merupakan generasi penerus dan aset pembangunan. Anak menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari hari, manusia selalu mengadakan bermacammacam

BAB I PENDAHULUAN. berbeda-beda, antara siswa yang satu dengan siswa yang lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. asuh dan arahan pendidikan yang diberikan orang tua dan sekolah-sekolah

BAB I PENDAHULUAN. bervariasi. Persaingan antara perusahaan semakin meningkat diiringi berbagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia adalah makhluk sosial yang senantiasa ingin berinteraksi dengan

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan untuk mengerti dan mengendalikan emosi (Susilo, 2008). rasional berfungsi utama pada jenis Homo sapiens, makhluk mamalia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. prestasi belajarnya. Namun dalam upaya meraih prestasi belajar yang. memuaskan dibutuhkan suatu proses dalam belajar.

BAB I PENDAHULUAN. dapat meraih hasil belajar yang relatif tinggi (Goleman, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. tinggi dalam belajar, seseorang harus memiliki Intelligence Quotient (IQ) yang

BAB I PENDAHULUAN. baru. Hasil dari proses belajar tersebut tercermin dalam prestasi belajarnya. Namun dalam

ARTIKEL ILMIAH HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KECERDASAN EMOSIONAL SISWA KELAS XI DI SMA NEGERI 10 KOTA JAMBI. Oleh: HENNI MANIK NIM:ERA1D009123

KECERDASAN EMOSI PESERTA DIDIK PADA KELAS AKSELERASI DI SMP NEGERI 1 PURWOKERTO

BAB I PENDAHULUAN. kedudukan dan fungsi sentral. Seluruh kegiatan pendidikan berupa bimbingan

BAB 1 PENDAHULUAN. perlu untuk ditingkatkan dan digali sebesar-besarnya karena hal tersebut

BAB I PENDAHULUAN. dewasa dimana usianya berkisar antara tahun. Pada masa ini individu mengalami

BAB I PENDAHULUAN. bidang humanistic skill dan professional skill. Sehingga nantinya dapat

PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP TINGKAT PEMAHAMAN AKUNTANSI PADA MAHASISWA JURUSAN AKUNTANSI

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tanpa karakter adalah manusia yang sudah membinatang. Orang orang

BAB 1 PENDAHULUAN. Dewasa ini persaingan dalam dunia bisnis sangatlah ketat, khususnya di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Manajemen Konflik. tindakan pihak lain. Apabila dua orang individu masing-masing berpegang pada

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. emosi yang bervariatif dari waktu ke waktu, khususnya pada masa remaja yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB V PEMBAHASAN. kecerdasan spiritual pada nilai kejujuran di MTs Al-Ma arif pondok. pesantren Salafiyah As-Syafi iyah Panggung Tulungagung.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sarana untuk mempersiapkan masyarakat untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kemajuan suatu negara ditentukan oleh Sumber Daya Manusia (SDM)

PERLUNYA KECERDASAN EMOSIONAL YANG MEMADAI GURU MIPA DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER PESERTA DIDIK

BAB I PENDAHULUAN. cenderung bereaksi dan bertindak dibawah reaksi yang berbeda-beda, dan tindakantindakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kecemasan dapat dialami oleh para siswa, terutama jika dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. individu terutama dalam mewujudkan cita-cita pembangunan bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. Proyek konstruksi merupakan suatu industri yang melibatkan kerjasama yang

Transkripsi:

BELAJAR MENGENDALIKAN KECERDASAN EMOSIONAL Oleh : REVELINE OCTAVIANI, SP, M.Si Widyaiswara Pertama pada Badan Diklat Provinsi Papua Abstrak Kecerdasan emosional adalah himpunan bagian dari kecerdasan yang melibatkan kemampuan memantau perasaan dan emosi baik pada diri sendiri maupun pada orang lain, memilah-milah semuanya, dan menggunakan informasi ini untuk membimbing pikiran dan tindakan. Prestasi yang tinggi, predikat juara, ternyata tidak cukup mampu memberikan bekal untuk dapat merespon berbagai gejolak, kesulitan-kesulitan, dan berbagai dinamika kehidupan lingkungan yang sangat dinamis. Kemampuan yang harus dikembangkan pada setiap orang utamanya banyak kemampuan untuk menghindari terjadinya masalah akan tetapi kemampuan melihat secara jernih setiap masalah yang dihadapi, untuk selanjutnya mampu memobilisasi kekuatan diri dalam mengatasi persoalan-persoalan yang dihadapi tersebut. Oleh karena itu dalam proses pembelajaran penting sekali untuk mengetahui tentang kecerdasan emosional sehingga semakin mampu menghadapi berbagai persoalan, bersemangat, ulet, tekun, bertanggung jawab, dan mampu menjalin komunikasi secara sehat dengan individu atau kelompok lain. Kata kunci: kecerdasan emosional, kemampuan dan prestasi 1

BAB I PENDAHULUAN Pembelajaran saat ini tidak lagi dipahami sekedar proses transfer pengetahuan berupa mata diklat atau materi diklat kepada peserta diklat, tetapi sebagai wahana untuk menumbuh-kembangkan potensi-potensi peserta secara holistik melalui peran aktif mereka menuju perubahan yang lebih baik. Oleh sebab itu, perlu mengembangkan dimensi-dimensi emosional peserta diklat agar mereka semakin mampu menghadapi berbagai persoalan, bersemangat, ulet, tekun, bertanggung jawab, serta mampu menjalin komunikasi secara sehat dengan individu atau kelompok lain. A. PENGERTIAN KECERDASAN EMOSIONAL Kecerdasan emosional adalah himpunan bagian dari kecerdasan yang melibatkan kemampuan memantau perasaan dan emosi baik pada diri sendiri maupun pada orang lain, memilah-milah semuanya, dan menggunakan informasi ini untuk membimbing pikiran dan tindakan. Dengan kata lain keterampilan IQ dan EQ harus saling berinteraksi secara dinamis, baik dalam tingkat konseptual maupun empirik. Beberapa bentuk kualitas emosional yang dinilai penting bagi keberhasilan, yaitu : 1. Empati 2. Mengungkapkan dan memahami perasaan 3. Mengendalikan amarah 4. Kemandirian 5. Kemampuan menyesuaikan diri 2

6. Disukai 7. Kemampuan memecahkan masalah antar pribadi 8. Ketekunan 9. Kesetiakawanan 10. Keramahan 11. Sikap hormat. Dalam sebuah survey nasional terhadap apa yang diinginkan oleh pemberi kerja baru, keterampilan-keterampilan teknik khusus tidak seberapa penting dibanding kemampuan dasar untuk belajar dalam pekerjaan bersangkutan (Golemen, 2000). Selain itu keterampilan-keterampilan lainnya adalah; Mendengarkan dan komunikasi lisan Adaptabilitas dan tanggapan kreatif terhadap kegagalan dan halangan Manajemen pribadi, kepercayaan diri, memotivasi untuk bekerja meraih sasaran, keinginan mengembangkan karier dan bangga dengan prestasi yang dicapai Efektivitas kelompok dan antar pribadi, kerjasama dalam kelompok, keterampilan merundingkan perbedaan pendapat Efektivitas dalam perusahan, keinginan member konstribusi, potensi-potensi kepemimpinan. B. CIRI-CIRI KECERDASAN EMOSIONAL Gardner menilai bahwa skala kecerdasan Stanford-Binet tidak meramalkan kinerja yang sukses. Bahkan menurut sejumlah hasil penelitian, telah banyak terbukti bahwa kecerdasan emosi memiliki peran yang jauh lebih signifikan disbanding kecerdasan intelektual (IQ). Terbuti, banyak orang yang memiliki 3

kecerdasan intelektual tinggi, kemudian terpuruk di tengah-tengah persaingan. Sebaliknya banyak yang mempunyai kecerdasa intelektual biasa-biasa saja, justru sukses menjadi bintang-bintang kinerja, menjadi pengusaha-pengusaha sukses, dan pemimpin-pemimpin di berbagai kelompok. Di sinilah kecerdasan emosi (EQ) membuktikan eksistensinya. Atas dasar itulah maka berkembang pandangannya tentang kecerdasan lain yang lebih luas dari konsep baku IQ yaitu kecerdasan antar pribadi yang lebih menekankan pada pemahaman tentang perasaan, dan mengakui betapa pentingnya kemampuan emosional dan kemampuan komunikasi dalam hiruk pikuk kehidupan. Prestasi akademik yang tinggi, predikat juara, ternyata tidak cukup mampu memberikan bekal untuk dapat merespon berbagai gejolak, kesulitan-kesulitan, dan berbagai dinamika kehidupan lingkungan yang sangat dinamis. Goleman menggambarkan ciri-ciri kecerdasan emosional yang terdapat pada diri seseorang berupa: 1. Kemampuan memotivasi diri sendiri 2. Ketahanan menghadapi frustasi 3. Kemampuan mengendalikan dorongan hati dan tidak melebih-lebihkan kesenangan 4. Kemampuan menjaga suasana hati dan menjaga agar beban stres tidak melumpuhkan kemampuan berpikir, berempati dan berdo a. Kemampuan memotivasi diri sendiri merupakan kemampuan internal pada diri seseorang berupa kekuatan menjadi suatu energi yang mendorong seseorang untuk mampu menggerakkan potensi-potensi fisik dan psikologis atau mental dalam melakukan aktivitas tertentu sehingga mampu mencapai keberhasilan yang diharapkan. Untuk itu, sebagai orang tua maupun pengajar/fasilitator hendaknya dapat membantu mengembangkan tumbuhnya motivasi peserta. 4

Walaupun kemampuan memotivasi diri menjadi sesuatu yang sangat penting sebagai wujud dari kemandirian, namun dalam proses perkembangannya masih memerlukan peran orang untuk memfasilitasi peningkatan motivasi mereka. Untuk itu sepatutnyalah sebagai pengajar/fasilitator dapat membantu mengembangkan kemampuan menumbuhkan motivasi diri peserta melalui ; a. Mengajarkannya untuk mengharapkan keberhasilan b. Menyediakan kesempatan untuk menguasai lingkungannya c. Memberikan pendidikan yang relevan dengan gaya belajarnya d. Mengajarkan untuk menghargai sikap tidak mudah menyerah e. Mengajarkan pentingnya menghadapi dan mengatasi kegagalan Kemampuan yang harus dikembangkan pada setiap peserta utamanya banyak kemampuan untuk menghindari terjadinya masalah akan tetapi kemampuan melihat secara jernih setiap masalah yang dihadapi, untuk selanjutnya mampu memobilisasi kekuatan diri dalam mengatasi persoalanpersoalan yang dihadap tersebut. Kesadaran diri adalah kecakapan yang diusahakan untuk diperkuat oleh sebagian besar perangkat psikoterapi, karena seperti dikemukakan oleh Freud bahwa sebagian besar kehidupan emosional berada dalam alam bawah sadar; perasaan-perasaan yang bergejolak dalam diri kita tidaklah senantiasa melintasi ambang kesadaran. Agar emosi tidak berkembang ke arah negatif, seseorang perlu mengenali dirinya sendiri melalui pemikiran yang jernih untuk menyadari perasaan diri sepenuhnya, tidak tenggelam dalam permasalah serta tidak mudah pasrah. Bilamana pengenalan diri dapat dilakukan dengan baik, maka akan sangat membantu seseorang untuk dapat menguasai diri. 5

Kemampuan mengendalikan dorongan hati dan tidak melebih-lebihkan kesenangan menjadi ciri dari kecerdasan emosi. Selain itu, kemampuan mengadakan hubungan anatar pribadi atau keterampilan sosial dan kemampuan menjaga agar beban stres tidak melumpuhkan kemampuan berpikir juga merupakan ciri dari kecerdasan emosional. Kecerdasan Emosional Spiritual (ESQ) merupakan suatu metode dan konsep yang jelas dan pasti dari kekosongan batin/jiwa. 6

BAB II EMOSI DAN KEGUNAANNYA A. KEGUNAAN EMOSIONAL Hasil-hasil penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang dilatih emosinya pada permulaan masa kanak-kanaknya sungguh-sungguh mengembangkan jenis keterampilan social ini di kemudian hari, keterampilan social mampu membantu mereka untuk diterima oleh rekan-rekan sebaya dan untuk menjalin persahabatan-persahabatan (Gottman & DeClaire,1997: 29) Kecerdasan emosi merupakan bagian dari aspek kejiwaan seseorang yang paling mendalam, dan merupakan suatu kekuatan, karena dengan adanya emosi itu manusia dapat menunjukkan keberadaannya dalam masalah-masalah manusiawi. Kekuatan emosi sering kali mengalahkan kekuatan nalar, sehingga harus ada upaya untuk mengendalikan, mengatasi, dan mendisiplinkan kehidupan emosional, misalnya dengan memberlakukan aturan-aturan untuk mengurangi gejolak emosi. Secara universal, manusia memiliki dua jenis tindakan pikiran yaitu tindakan pikiran emosional (perasaan) dan tindakan pikiran rasional (berpikir). Keduanya saling mempengaruhi dalam membentuk kehidupan mental manusia. Sehingga antara akal dan emosi harus berjalan dengan seimbang. 7

B. KECAKAPAN-KECAKAPAN EMOSIONAL Kecemasan yang sangat mendalam terhadap diperolehnya nilai-nilai buruk dalam sejumlah mata ajar, dikejutkan lagi oleh kecemasan lain yang lebih besar lantaran banyak kasus peserta yang mengejutkan justru tidak berkaitan dengan nilai-nilai tersebut, misalnya bagaimana seorang peserta (siswa) dengan mudah tega berlaku tidak jujur terhadap teman dekatnya sendiri. Kekurangan lain yang menimbulkan kecemasan lebih besar tersebut adalah buta emosi. Tanda-tanda kekurangan perhatian terhadap aspek emosi terlihat dari banyaknya peristiwa-peristiwa yang menyebabkan stres di kalangan peserta, meningkatnya kekacauan dalam cara berpikir dan beberapa ekses perilaku negatif lainnya. Tinjauan baru terhadap penyebab depresi menunjukkan dengan jelas adanya cacat dalam dua bidang keterampilan emosional, yaitu keterampilan membina hubungan, dan cara menafsirkan kegagalan yang memicu timbulnya depresi. Depresi telah membawa seseorang seringkali melakukan sesuatu yang sesungguhnya merugikan dirinya, misalnya mendorong sejumlah orang untuk minum-minuman keras, padahal efek metabolic alcohol justru seringkali hanya memperburuk depresi itu sendiri. Cara yang paling baik untuk mencegah terjadinya berbagai tindakan kekerasan serta depresi adalah dengan mengembangkan keterampilan emosional melalui penemuan ketahanan diri. Sebuah kemampuan penting untuk mengendalikan dorongan hati adalah mengetahui perbedaan antara perasaan dan tindakan, misalnya dengan mengidentifikasi konsekuensi sebelum melakukan suatu tindakan. 8

C. PENERAPAN KECERDASAN EMOSIONAL Perbedaan-perbedaan dalam pendidikan emosi menghasilkan keterampilanketerampilan yang berbeda. Kaum perempuan mahir membaca, baik sinyal emosi verbal maupun nonverbal, serta mahir mengungkapkan dan mengkomunikasikan perasaan-perasaannya. Sedangkan kaum laki-laki menjadi cakap dalam meredam emosi berkaitan dengan perasaan rentan, salah, takut dan sakit. Dalam proses pembelajaran, penetapan kecerdasan emosional dapat dilakukan secara luas dalam berbagai sesi, aktivitas dan bentuk-bentuk spesifik pembelajarannya. Upaya-upaya untuk mengembangkan kecerdasan emosional adalah: 1. Mengembangkan Empati dan Kepedulian Empati adalah suatu sikap atau kemampuan menempatkan diri sendiri dalam posisi orang lain, sehingga dirinya mampu merasakan apa yang orang lain rasakan. Beberapa cara untuk mengembangkan sikap empati dan peduli adalah: a. Memperketat tuntutan mengenai sikap peduli dan tanggung jawab b. Mengajarkan dan melatih mempraktekkan perbuatan-perbuatan baik c. Melibatkan di dalam kegiatan-kegiatan layanan masyarakat. 2. Mengajarkan Kejujuran dan Integritas Menurut Paul Ekman, penulis buku Why Children Lie, ada bermacammacam alasan mengapa orang tidak berkata benar; sebagian dapat dimengerti, sebagian yang lain tidak. Anak kecil paling sering berbohong dengan maksud untuk menghindari hukuman, untuk mendapatkan sesuatu yang mereka inginkan, atau untuk mendapatkan pujian dari sesame teman. Anak remaja 9

sering berbohong untuk melindungi privasinya, untuk menguji kewibawaan orang tua dan untuk melepaskan diri dari rasa malu. Berbohong mengenai masalah serius bukan hanya suatu masalah yang akan mempersulit tugas orang tua. Berbohong mengikis kedekatan dan keakraban. Kebiasaan berbohong menumbuhkan benih ketidakpercayaan, karena perbuatan ini mengkhianati kepercayaan orang lain. Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk menumbuhkan kejujuran, antara lain: a. Usahakan agar penting kejujuran terus menjadi topik perbincangan dalam rumah tangga, kelas, dan sekolah b. Membangun kepercayaan c. Menghormati privasi diri seseorang 3. Mengajarkan Memecahkan Masalah Hal sangat penting yang harus diketahui para pendidik adalah kemampuan memecahkan masalah merupakan bagian yang menyatu dengan proses pertumbuhan. Pertumbuhan intelektual dan emosional didorong oleh proses pemecahan masalah. Seperti keterampilan EQ yang lainnya, kemampuan untuk memecahkan masalah umumnya sejalan dengan peningkatan usia. Setiap orang sanggup memecahkan masalah yang lumayan rumit bila mereka terbiasa dibimbing menggunakan istilah-istilah yang akrab dan kongkrit bagi mereka. Oleh karena itu dalam proses pembelajaran, harus sesering mungkin diajak untuk memecahkan masalah yang sesuai dengan tingkat usia dan pengalaman yang telah didapat. 10

Untuk menghadapi tantangan masa depan, peserta akan membutuhkan pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai di sembilan area kunci yaitu: a. Kemampuan berbahasa, matematika dan sains b. Keterampilan teknologi baru c. Kemampuan pemecahan masalah, pikiran kritis dan kreativitas d. Kesadaran sosial, keterampilan berkomunikasi dan membangun sinergisitas kelompok e. Kesadaran global dan keterampilan konservasi f. Pendidikan kesehatan dan kesejahteraan g. Orientasi moral dan etika h. Kesadaran estetika i. Pendidikan seumur hidup untuk kemandirian belajar Langkah-langkah pemecahan masalah yang tepat untuk diterapkan yaitu: a. Mengidentifikasi masalah b. Memikirkan alternatif pemecahan c. Membandingkan alternatif-alternatif pemecahan yang mungkin akan dipilih d. Menentukan pemecahan yang terbaik Selain keempat hal tersebut di atas, pengajar/fasilitator perlu mengembangkan suasana yang mendukung pemecahan masalah tersebut yang memungkinkan mereka merasa lebih percaya diri serta merasa memiliki keleluasaan dalam mengambil keputusan yang tepat. 11

BAB III Penutup A. Kesimpulan Adapun kesimpulan yang dapat diambil adalah : 1. Kecerdasan emosional adalah himpunan bagian dari kecerdasan yang melibatkan kemampuan memantau perasaan dan emosi baik pada diri sendiri maupun pada orang lain, memilah-milah semuanya, dan menggunakan informasi ini untuk membimbing pikiran dan tindakan. 2. Kecerdasan emosi merupakan bagian dari aspek kejiwaan seseorang yang paling mendalam, dan merupakan suatu kekuatan, karena dengan adanya emosi itu manusia dapat menunjukkan keberadaannya dalam masalahmasalah manusiawi. 3. Depresi telah membawa seseorang seringkali melakukan sesuatu yang sesungguhnya merugikan dirinya oleh karena itu cara yang paling baik untuk mencegah terjadinya berbagai tindakan kekerasan serta depresi adalah dengan mengembangkan keterampilan emosional melalui penemuan ketahanan diri pada anak. B. Saran Bagi setiap kita yang sudah mengetahui dan mempelajari tentang materi Kecerdasan Emosional diharapkan dapat belajar untuk mengendalikan emosi, jangan sampai emosi menyebabkan komunikasi rusak dan lain sebagainya. 12

DAFTAR PUSTAKA Ginanjar, Ary Agustian. (2008). Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spritual. Jakarta: Arga. Goleman, Daniel. (2004). Emitional Intelligence Kecerdasan Emosional Mengapa EQ Lebih Penting Daripada IQ). Jakata: PT Gramedia Pustaka Utama. Gottman, John. (2001). Kiat-kiat Membesarkan Anak yang Memiliki Kecerdasan Emosional (terjemahan). Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama Prayitno. (2009). Dasar Teori dan Praksis Pendidikan. Jakarta : PT Grasindo. Sunarto, H dan B.Agung Hartono. (2008). Perkembangan Peserta Didik. Jakarta : Rineka Cipta. 13