BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara yang menjujung nilai-nilai demokrasi.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini rasanya cukup relevan untuk membicarakan masalah polisi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan tindak pidana dalam kehidupan masyarakat di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Negara Indonesia merupakan negara hukum, hal ini tertuang pada

BAB I PENDAHULUAN. sebagai anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa. Hak asasi manusia meliputi: Hak untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekarang ini masyarakat sangat membutuhkan peran Polisi sebagai pelindung

BAB I PENDAHULUAN. peran penting dalam negara hukum. Karena dalam perspektif fungsi maupun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di Indonesia secara normatif-konstitusional adalah negara

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, sehingga harus diberantas 1. hidup masyarakat Indonesia sejak dulu hingga saat ini.

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 53 TAHUN 2014 TENTANG MANAJEMEN PELAKSANAAN TUGAS PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kepolisian Negara Republik Indonesia, adalah salah satu institusi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penegakan hukum dan ketertiban merupakan syarat mutlak dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Kesatuan Republik Indonesia sesuai dengan Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. melanjutkan kehidupan yang baik pula.

BUPATI CILACAP PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 38 TAHUN 2014 TENTANG SEKRETARIAT PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila dan Undang-Undang Dasar Pasal 1 angka 3 UUD 1945 merumuskan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan tanpa kecuali. Hukum merupakan kaidah yang berupa perintah

KEKERASAN YANG DILAKUKAN OKNUM POLISI DALAM MENJALANKAN TUGAS SEBAGAI BENTUK PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA

BAB I PENDAHULUAN. Presiden, kepolisian negara Republik Indonesia diharapkan memegang teguh nilai-nilai

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 1998 TENTANG KEMERDEKAAN MENYAMPAIKAN PENDAPAT DIMUKA UMUM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. perundang-undangan yang berlaku. Salah satu upaya untuk menjamin. dalam Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana ( KUHAP ).

BAB I PENDAHULUAN. tahun 1989 dan telah diratifikasi oleh Indonesia pada tahun 1990.

BAB I PENDAHULUAN. masalah yang dihadapi bangsa Indonesia pada saat ini. Kemiskinan,

BAB I PENDAHULUAN. pidana menjadi sorotan tajam dalam perkembangan dunia hukum.

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 1998 TENTANG KEMERDEKAAN MENYAMPAIKAN PENDAPAT DI MUKA UMUM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. kematian dan cedera ringan sampai yang berat berupa kematian.

I. PENDAHULUAN. masyarakat dan pemerintah sesuai kebutuhan; menyelenggarakan segala kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Agar hukum dapat berjalan dengan baik pelaksanaan hukum

BAB I PENDAHULUAN. menuntut hak dan mengajukan gugatan pelanggaran hak-hak manusia (human

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan oleh sekelompok atau suatu rumpun masyarakat. Kata tawuran

BAB I PENDAHULUAN. dalam hal dan menurut tata cara yang diatur dalam undang-undang untuk

BAB I PENDAHULUAN. yang telah tercakup dalam undang-undang maupun yang belum tercantum dalam

PEDOMAN TINDAKAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PADA PENEGAKAN HUKUM DAN KETERTIBAN DALAM PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL

13 ayat (1) yang menentukan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. pada tahap interogasi / penyidikan sering terjadi tindakan sewenang-wenang

BAB I PENDAHULUAN. mahluk sosial dan sebagai mahluk individu. Dalam kehidupan sehari-harinya

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Pertama, hal Soerjono Soekanto, 2007, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: Raja Grafindo Persada, Cetakan

LEGALITAS KEPOLISIAN MELAKUKAN TINDAKAN TEGAS BAGI PELAKU KEKERASAN DAN KERUSUHAN DALAM DEMONSTRASI DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. peraturan-peraturan tentang pelanggaran (overtredingen), kejahatan

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan norma hukum tentunya tidaklah menjadi masalah. Namun. terhadap perilaku yang tidak sesuai dengan norma biasanya dapat

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab besar demi tercapainya cita-cita bangsa. Anak. dalam kandungan. Penjelasan selanjutnya dalam Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum, tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Melihat perkembangan kepolisian dari hari ke hari memang tidak

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian terhadap efektifitas hukum. 56 Dalam penelitian ini, peneliti

BAB I PENDAHULUAN. terus menerus termasuk derajat kesehatannya. dengan mengusahakan ketersediaan narkotika dan obat-obatan jenis tertentu

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Ketentuan konstitusi tersebut berarti bahwa dalam praktek

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tindakan kekerasan yang terjadi di lingkungan masyarakat semakin

BAB I PENDAHULUAN. ini, yakni: pertama, memberikan layanan civil (Civil Service); kedua,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Banyaknya tawuran antar pelajar yang terjadi di kota kota besar di

BAB I PENDAHULUAN. besar peranannya di dalam mewujudkan cita-cita pembangunan. Dengan. mewujudkan suatu masyarakat yang adil dan makmur.

UPAYA POLRES JAYAPURA KOTA DALAM MENANGANI DEMONSTRASI ANARKIS DI KOTA JAYAPURA

BAB I PENDAHULUAN. positif dari pembangunan tersebut antara lain semakin majunya tingkat

BAB I PENDAHULUAN. dengan pemeriksaan oleh Ankum yang menangani pelanggaran disiplin.

BAB I PENDAHULUAN. berpartisipasi serta berhak atas perlindungan dari tindak kekerasan dan. diskriminasi serta hak sipil dan kebebasan.

BAB I PENDAHULUAN. Pemasyarakatan yang berperan penting dalam proses penegakan hukum. Untung S. Radjab (2000 : 22) menyatakan:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Negara Indonesia adalah negara bardasarkan hukum bukan

2017, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TENTANG SYARAT DAN TATA CARA PENETAPAN PEMBAGIAN DAER

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hukum berkembang mengikuti perubahan zaman dan kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. (rechtsstaat), tidak berdasarkan atas kekuasaan belaka (machtsstaat). Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. informasi dan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan serta teknologi.

BAB I PENDAHULUAN. 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 amandemen ke-iii. Dalam Negara

BAB I PENDAHULUAN. pengadilan yang dilakukan oleh aparat penegak hukum. pemeriksaan di sidang pengadilan ada pada hakim. Kewenangan-kewenangan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat tersebut, aturan-aturan tersebut disebut juga normanorma

BAB I PENDAHULUAN. suatu kegiatan untuk menjaga dan mengawal hukum agar tetap tegak sebagai

BAB I PENDAHULUAN. berpendidikan menengah ke atas dengan penghasilan tinggi sekalipun sering

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kepolisian merupakan salah satu lembaga pemerintah yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kekerasan secara umum sering diartikan dengan pemukulan,

WALIKOTA TANGERANG PERATURAN WALIKOTA TANGERANG NOMOR 2 TAHUN 2017

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG PENGGUNAAN KEKUATAN DALAM TINDAKAN KEPOLISIAN

BAB I PENDAHULUAN. Kepolisian adalah menjaga keamanan, sedangkan menjaga ketertiban

BAB I PENDAHULUAN. Perbuatan tersebut selain melanggar dan menyimpang dari hukum juga

BAB I PENDAHULUAN. yang bertujuan mengatur tata tertib dalam kehidupan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perubahan tersebut ditegaskan bahwa ketentuan badan-badan lain

V. KESIMPULAN DAN SARAN. terhadap anak yang berhadapan dengan hukum, adalah : dengan prosedur penyidikan dan ketentuan perundang-undangan yang

BAB I PENDAHULUAN. sesuatu serta dengan maksud untuk mengatur tata tertib kehidupan

I. PENDAHULUAN. Kepolisian dalam mengemban tugasnya sebagai aparat penegak hukum

BAB I PENDAHULUAN. ditegaskan dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-undang Dasar Tahun Setiap

BAB I PENDAHULUAN. pemberantasan atau penindakan terjadinya pelanggaran hukum. pada hakekatnya telah diletakkan dalam Undang-Undang Nomor 48 tahun

I. PENDAHULUAN. berada di tangan rakyat. Dalam sistem demokrasi, hak-hak asasi manusia

BAB I PENDAHULUAN. merupakan Negara Hukum. Maka guna mempertegas prinsip Negara Hukum,

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENYADAPAN PADA PUSAT PEMANTAUAN

BAB I PENDAHULUAN. Tercatat 673 kasus terjadi, naik dari tahun 2011, yakni 480 kasus. 1

BAB I PENDAHULUAN. pidana yang diancamkan terhadap pelanggaran larangan 1. Masalah pertama

AMANDEMEN II UUD 1945 (Perubahan tahap Kedua/pada Tahun 2000)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam Penjelasan Undang Undang Dasar 1945, telah dijelaskan

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan membangun dalam rangka mengisi kemerdekaan. Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan kepribadian setiap anggota keluarga. Keluarga merupakan

BAB I PENDAHULUAN. kekuasaan tertinggi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Konsep Negara

BAB I PENDAHULUAN. hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya. 1. perundang-undangan lain yang mengatur ketentuan pidana di luar KUHP

BAB I PENDAHULUAN. kekerasan. Tindak kekerasan merupakan suatu tindakan kejahatan yang. yang berlaku terutama norma hukum pidana.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1998 TENTANG KEMERDEKAAN MENYAMPAIKAN PENDAPAT DI MUKA UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah sebuah negara kepulauan

LAMPIRAN 1. HASIL WAWANCARA DENGAN KOMPOL R. SITUMORANG, KASI. OPS. LAT. DIT. SAMAPTA POLDASU

BAB I PENDAHULUAN. perbuatan menyimpang yang ada dalam kehidupan masyarakat. maraknya peredaran narkotika di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan atas kekuasaan belaka, maka segala kekuasaan negara harus

BAB I PENDAHULUAN. Undang Dasar Negara Republik Indonesia berdasarkan Pasal 1 ayat (3),

BAB I PENDAHULUAN. membahayakan stabilitas politik suatu negara. 1 Korupsi juga dapat diindikasikan

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG SISTEM OPERASIONAL KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan suatu aturan hukum tertulis yang disebut pidana. Adapun dapat ditarik kesimpulan tujuan pidana adalah: 2

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang menjujung nilai-nilai demokrasi. Setelah terjadinya reformasi, sistem demokrasi menjadi pilihan yang dirasa cocok dengan kondisi masyarakat Indonesia. Salah satu ciri demokrasi adalah saling menghormati adanya perbedaan dan kebebasan mengeluarkan pikiran maupun pendapat bukan kebebasan berbuat atau melakukan tindakan. 1 Kebebasan penyampaian pendapat merupakan salah satu hak asasi manusia yang dijamin dan tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 28 yang menyatakan Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan Undang- Undang. Berdasarkan ketentuan tersebut, penyampaian pendapat dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu secara lisan dan tulisan. Masyarakat Indonesia saat ini lebih memilih cara penyampaian pendapat secara lisan atau lebih sering dikenal dengan cara melakukan aksi demonstrasi karena dianggap lebih efektif daripada secara tulisan. Selain dirasa lebih efektif, cara ini dipilih karena masyarakat menganggap bahwa pendapat mereka akan lebih tersalurkan dan akan langsung didengar oleh pihak yang memiliki kekuasaan yang lebih tinggi. Demonstrasi juga merupakan suatu bentuk kurang adanya posisi tawar dari masyarakat terhadap kekuasaaan yang lebih tinggi. 1 Anton Tabah, 2002, Polri Dalam Transisi Demokrasi, Mitra Hardhasuma, Jakarta, hlm. 78. 1

2 Demonstrasi yang terjadi sering kali berakhir dengan kekerasan atau tindak anarkhi. Kekerasan dapat terjadi karena beberapa faktor, antara lain faktor internal dan eksternal dari demonstran itu sendiri. Faktor internal yaitu faktor yang berasal dari dalam lingkup demonstran itu sendiri, sedangkan faktor eksternal yaitu faktor yang berasal dari luar lingkup demonstran. Saat melakukan aksi demonstrasi, demonstran terkadang melupakan tujuan inti dari aksi demonstrasi itu sendiri yaitu penyampaian pendapat atau pikiran secara lisan. Demonstran sering beranggapan bahwa kekerasan merupakan langkah pelengkap dalam penyampaian pendapatnya. Kurangnya pengendalian diri dari demonstran merupakan salah satu faktor penyebab kekerasan yang terjadi. Penyebab kekerasan juga dapat berasal dari luar lingkup demonstran, seperti adanya provokator dan juga tidak menutup kemungkinan dapat terjadi dari pihak aparat keamanan seperti polisi dan Satpol PP. Polisi yang seharusnya menjadi pihak yang netral dalam setiap demonstrasi tidak jarang juga melakukan kekerasan terhadap demonstran. Ketika kekerasan tersebut berasal dari polisi, maka polisi tidak dapat melaksanakan tugas dan fungsinya sebagaimana tercantum dalam Pasal 13 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia, yaitu : a. Memelihara keamanan dan ketertiban b. Menegakkan hukum c. Memberi perlindungan, pengayoman, dan pelayanan masyarakat

3 Tugas dan fungsi polisi tersebut terkadang tidak dapat dilaksanakan secara total oleh polisi pada saat menghadapi aksi demonstrasi. Di satu sisi, polisi diharapkan tetap melaksanakan tugas-tugasnya dan sebagai pihak yang memelihara keamanan dalam aksi demonstrasi. Di sisi lain, polisi juga harus mempertahankan diri ketika mulai terdesak dengan kondisi demonstran yang mengarah ke arah kekerasan atau tindak anarkhi, sehingga menimbulkan reaksi-reaksi. Reaksi ini yang harus dibatasi sehingga tidak menjadi sesuatu yang berlebihan. Adanya kesalahan cara pandang antara demonstran dan polisi juga dapat menyebabkan timbulnya kekerasan pada saat aksi demonstrasi. Demonstran cenderung melihat polisi sebagai pembela kekuasaan yang lebih tinggi dan menjadi penghalang dari penyampaian pendapat, sedangkan polisi memandang demonstran sebagai sumber masalah atau sumber keributan. Melihat maraknya kekerasan yang terjadi terhadap demonstran, terutama adanya kemungkinan kekerasan tersebut dilakukan oleh polisi, maka dibutuhkan suatu bentuk perlidungan hukum untuk melindungi demonstran. Adanya Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1998 tentang Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat Di Muka Umum adalah salah satu bentuk jaminan perlindungan hukum bagi demonstran dalam mengemukakan pendapatnya. Adanya undang-undang ini diharapkan dapat mencegah timbulnya tekanantekanan, baik fisik atau psikis terhadap demonstran pada saat menyampaikan pendapatnya. Perlindungan hukum terhadap demonstran sangat dibutuhkan mengingat seringnya demonstran mendapat perilaku kekerasan, termasuk oleh aparat kepolisian. Tidak jarang terjadi, demonstran bahkan diberikan status tersangka karena alasan yang kurang jelas setelah mengalami kekerasan.

4 Kekerasan yang dialami oleh demonstran dapat berupa kekerasan fisik dan kekerasan psikis. Saat mengalami perlakuan kekerasan, demonstran tidak memilki suatu pertahanan diri karena posisi demonstran yang lemah secara fisik maupun secara hukum. Demonstran terlanjur diberi label sebagai pengganggu keamanan dan ketertiban sehingga dapat diperlakukan sewenangwenang. Demokrasi sebenarnya menempatkan rakyat atau masyarakat sebagai pihak yang memilki kekuatan, tetapi yang justru terjadi adalah masyarakat tidak memiliki kekuatan apa-apa ketika kekerasan terjadi pada mereka. Pemerintah sebagai wakil yang sudah ditunjuk oleh rakyat seharusnya melindungi rakyatnya dari segala bentuk kekerasan, terutama ketika mereka menyampaikan pendapatnya secara langsung sebagai bentuk dari kepeduliannya terhadap pemerintahan dan negara. Tidak cukup hanya melalui pembentukan undang-undang saja, tetapi juga harus diimbangi dengan profesionalisme kinerja aparat penegak hukumnya. Tanpa adanya profesionalisme kinerja aparat penegak hukum, mustahil memberikan perlindungan hukum yang maksimal kepada rakyat. Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dan dituangkan dalam skripsi dengan judul PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP MASYARAKAT YANG MELAKUKAN DEMONSTRASI.

5 B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka dapat dirumuskan permasalahannya adalah : 1. Bagaimanakah bentuk perlindungan hukum yang diberikan pada masyarakat yang mengalami kekerasan pada saat melakukan demonstrasi? 2. Hambatan apakah yang dialami oleh POLRI dalam memberikan perlindungan terhadap masyarakat yang melakukan demonstrasi? C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tentang bagaimanakah bentuk perlindungan hukum yang diberikan pada masyarakat yang mengalami kekerasan pada saat melakukan demonstrasi dan hambatan apakah yang dialami oleh POLRI dalam memberikan perlindungan terhadap masyarakat yang melakukan demonstrasi. D. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagi ilmu hukum, dengan penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran khususnya bagi Hukum Pidana. 2. Bagi masyarakat, diharapkan penelitian ini dapat menambah wacana masyarakat tentang bagaimana memperoleh perlindungan hukum pada saat melakukan demonstrasi. 3. Bagi aparat keamanan terutama POLRI, diharapkan penelitian ini dapat meningkatkan kinerja POLRI dalam hal menangani demonstrasi.

6 E. Batasan Konsep 1. Perlindungan hukum adalah adanya jaminan hak dan kewajiban untuk manusia dalam rangka memenuhi kepentingan sendiri maupun di dalam hubungan dengan manusia lainnya. 2. Masyarakat adalah orang-orang yang hidup bersama dan mengasilkan kebudayaan. 3. Demonstrasi adalah kegiatan yg dilakukan oleh seseorang atau lebih untuk mengeluarkan pikiran dengan lisan, tulisan, dan sebagainya secara demonstratif di muka umum. Jadi yang dimaksud dengan Perlindungan Hukum Terhadap Masyarakat Yang Melakukan Demonstrasi adalah adanya jaminan hak dan kewajiban bagi orang-orang yang hidup bersama ketika mengeluarkan pikiran dengan lisan, tulisan, dan sebagainya secara demonstratif di muka umum. F. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian hukum normatif yaitu penelitian yang mengkaji norma-norma hukum yang berlaku. Penelitian ini memerlukan data sekunder (bahan hukum) sebagai data utama. 2. Sumber Data a. Bahan hukum primer meliputi : 1) Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 28

7 2) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia 3) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 1998 tentang Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat Di Muka Umum 4) Peraturan Kapolri Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penggunaan Kekuatan dalam Tindakan Kepolisian b. Bahan hukum sekunder, yaitu sumber data yang memberikan penjelasan bahan hukum primer yang meliputi pendapat hukum, bukubuku, makalah, jurnal dan artikel. 3. Metode Pengumpulan Data Dalam penulisan hukum ini, data dikumpulkan dengan metode studi kepustakaan dan wawancara. Studi kepustakaan yaitu penelitian yang digunakan untuk mengumpulkan data sekunder dengan cara membaca dan mempelajari bahan-bahan yang berhubungan dengan permasalahan yang sudah diteliti. Dengan cara mempelajari buku-buku, literatur dan perundang-undangan. Wawancara dilaksanakan guna mendukung datadata yang diperoleh dari sudi kepustakaan. 4. Metode Analisis Data Data yang diperoleh dari hasil penelitian akan dianalisis secara kualitatif, yaitu analisis yang dilakukan memahami dan merangkai data yang dikumpulkan secara sistematis sehingga memperoleh gambaran mengenai permasalahan yang diteliti.

8 G. Sistematika Penulisan Hukum Sesuai dengan judul Perlindungan Hukum Terhadap Masyarakat Yang Melakukan Demonstrasi, maka penulisan ini dibagi menjadi 3 ( tiga) bab yang masing-masing bab terdiri dari sub-sub bagian, yang merupakan pokok bahasan dari judul yang bersangkutan. Adapun sistematika penulisan skripsi adalah sebagai berikut: BAB I. PENDAHULUAN Dalam bab ini penulis akan menyajikan : Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Keaslian Penelitian, Batasan Konsep, Metode Penelitian dan Sistematika Penulisan Hukum. BAB II. PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP DEMONSTRAN Dalam bab ini penulis akan menguraikan tentang : definisi dan bentuk dari perlindungan hukum bagi demonstran, undangundang yang memberikan perlindungan hukum bagi demonstran, terutama yang menjadi korban kekerasan pada saat melakukan demosntrasi, tugas dan wewenang POLRI dalam kaitannya dengan pemberian perlindungan hukum terhadap masyarakat yang melakukan demonstrasi serta kendala-kendala yang dihadapi BAB III. PENUTUP Dalam bab ini penulis akan mengungkapkan kesimpulan dan saran dari yang sudah ditulis dan dilengkapi dengan daftar pustaka.