BAB II EKSPLORASI ISU BISNIS

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 2 EKSPLORASI ISU BISNIS

BAB II EKSPLORASI ISU BISNIS

Kajian Pengenaan PPN atas Penyediaan Air Bersih dan Biaya Jasa Penggelolaan SDA (BPSDA)

BAB II EKSPLORASI ISU BISNIS

BAB 1 PENDAHULUAN. Faktor-faktor yang..., Muhammad Fauzi, FE UI, 2010.

VI. STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PDAM KABUPATEN SUKABUMI. Dari hasil penelitian pada PDAM Kabupaten Sukabumi yang didukung

BAB I PENDAHULUAN. dalam penyelenggaaraan pemerintah yang menjadi kewajiban aparatur. pemerintah. Berdasarkan PERMENPAN No. 38 Tahun 2012 pengertian

BAB II EKSPLORASI ISU BISNIS. Dalam proyek akhir ini, dasar pemikiran awal mengacu kepada tantangan bisnis

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan

BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan meningkatnya pertumbuhan penduduk dan pembangunan di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Sejarah Perusahaan

VI. IDENTIFIKASI PERMASALAHAN PDAM TIRTA LEMATANG

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Pemberian pelayanan publik pada dasarnya dapat dibiayai melalui

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam terutama dari

BAB V. Kesimpulan dan Saran. 1. Guncangan harga minyak berpengaruh positif terhadap produk domestik

I. PENDAHULUAN. nasional sangatlah diperlukan untuk mengejar ketertinggalan di bidang ekonomi

BAB IV RENCANA IMPLEMENTASI

KERANGKA KEBIJAKAN SEKTOR AIR MINUM PERKOTAAN RINGKASAN EKSEKUTIF

PENYUSUNAN STRATEGI MANAJEMEN PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM (PDAM) KABUPATEN REJANG LEBONG

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Berlakunya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang. mampu mewujudkan otonomi daerah. Permasalahan tentu tidak hanya

III. KERANGKA PEMIKIRAN

IV. KINERJA MONETER DAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kinerja Moneter dan Perekonomian Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. yang semakin meningkat serta perusahaan-perusahaan yang semakin besar,

BAB II SEJARAH PERUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN. Industri merupakan salah satu kegiatan ekonomi yang meliputi kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari

BAB I PENDAHULUAN. Banyak cara yang dapat dilakukan investor dalam melakukan investasi,

PEMENUHAN KEBUTUHAN AIR BERSIH BAGI MASYARAKAT DI PERUMNAS PUCANGGADING TUGAS AKHIR

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan. dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia.

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH

I. PENDAHULUAN. Pembangunan di negara-negara berkembang akan melaju secara lebih mandiri

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 30 TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Saat ini, iklim kompetisi dalam dunia perdagangan semakin terasa. Di sisi lain

BAB I PENDAHULUAN. investasi maupun modal kerja. Perkembangan yang pesat tersebut

SIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

BAB I PENDAHULUAN. dari persaingan usaha yang tidak sehat. Kriteria UKM menurut UU No. 9

ARTIKEL PASAR MODAL MEMBANTU PEREKONOMIAN Purbaya Yudhi Sadewa Senior Economist Danareksa Research Institute

BAB III ANALISIS KINERJA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM TIRTA MELAWI

BAB I PENDAHULUAN. 1.2 Visi, Misi, Strategi dan Tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Pengertian uang merupakan bagian yang integral dari kehidupan kita. sehari-hari. Ada yang berpendapat bahwa uang merupakan darahnya

1.PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Andri Helmi M, SE., MM. Sistem Ekonomi Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. akumulasi modal yang diperlukan untuk pembangunan perekonomian.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam perkembangan era globalisasi persaingan serta perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Semenjak krisis ekonomi menghantam Indonesia pada pertengahan

PENGARUH KURS DOLLAR, INFLASI DAN SUKU BUNGA TERHADAP HARGA SAHAM DI BEI. (Studi Kasus Pada Perusahaan Manufaktur Go Public Di BEI) Disusun Oleh :

BAB VIII TIGA BUTIR SIMPULAN. Pada bagian penutup, saya sampaikan tiga simpulan terkait kebijakan

BAB I PENDAHULUAN. konsisten, perekonomian dibangun atas dasar prinsip lebih besar pasak dari pada

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

I. PENDAHULUAN. Di era otonomi daerah ini, pembangunan daerah berperan sebagai bagian. bebas dari korupsi, kolusi, dan nepotisme.

Pertumbuhan penduduk dan. tersdianya sistem informasi. tersedianya banyak tenaga. Perubahan pola hidup dan. Pendapatan perkapita dan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. ekonomi nasional. Hasil analisis lingkungan industri menunjukkan bahwa industri

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR TENTANG PELAYANAN AIR MINUM PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM TIRTA PAKUAN KOTA BOGOR

SEJARAH BANK INDONESIA : MONETER Periode

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab pendahuluan secara berturut-turut dibahas tentang latar

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi maka akan semakin meningkat pula upaya berbagai perusahaan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pelayanan publik yang dilaksanakan oleh aparatur

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN TEMUKAN PEMBOROSAN AIR BERSIH SENILAI Rp791 MILIAR

BUPATI TANJUNG JABUNG TIMUR PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG TARIF AIR MINUM

alah satu dinamika pembangunan suatu wilayah diindikasikan dengan laju pertumbuhan ekonomi wilayah tersebut. Oleh karena

BAB I PENDAHULUAN. Menghadapi era globalisasi dan perdagangan bebas saat ini, peran

PENDAHULUAN. Tujuan negara Republik Indonesia seperti yang tercantum dalam UUD

BAB I PENDAHULUAN. Investasi melalui pasar modal selain memberikan hasil, juga

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang yang sedang membangun, membutuhkan dana yang cukup besar untuk membiayai pembangunan.

BAB I PENDAHULUAN. Di era yang serba cepat saat ini globalisasi ekonomi telah menciptakan

BAB I PENDAHULUAN. yang pesat. Hal ini diharapkan mampu menjadi basis kestabilan ekonomi bagi

BAB 8 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Saat ini seluruh perusahaan beroperasi dalam lingkungan usaha yang terus

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB IV RENCANA IMPLEMENTASI DAN KEBUTUHAN SUMBER DAYA

BAB I PENDAHULUAN. fiskal maupun moneter. Pada skala mikro, rumah tangga/masyarakat misalnya,

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian menuju perekonomian yang berimbang dan dinamis. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan proses berkelanjutan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. lembaga keuangan seperti perbankan. Perbankan sebagai lembaga keuangan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Produk Domestik Bruto adalah perhitungan yang digunakan oleh suatu

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan nasional yang hendak dicapai negara Indonesia

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 23 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN TEKNIS DAN TATA CARA PENGATURAN TARIF AIR MINUM PADA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM

BAB 5 KESIMPULAN TERHADAP EVALUASI KINERJA PENYEDIA AIR BERSIH PERPIPAAN DI KOTA KECIL (SOREANG DAN BANJARAN)

2.4. Permasalahan Pembangunan Daerah

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat panjang bahkan hingga ribuan tahun. Pada periode waktu yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka menjalankan fungsi-fungsi pemerintahan, pembangunan di

ANALISIS PENGARUH INVESTASI, INFLASI, PENGELUARAN PEMERINTAH, PENAWARAN UANG DAN EKSPOR TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TAHUN

Mengobati Penyakit Ekonomi Oleh: Mudrajad Kuncoro

Aspek ekonomi dan sosial

BAB 1 PENDAHULUAN. dan tradisi yang melekat dalam dinamika masyarakat. Air merupakan sumber daya yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I.PENDAHULUAN. Sasaran Pembangunan ekonomi nasional ialah mendorong percepatan

BAB I PENDAHULUAN. fenomena yang relatif baru bagi perekonomian Indonesia. perekonomian suatu Negara. Pertumbuhan ekonomi juga diartikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan ekonomi nasional suatu negara sangat memengaruhi tingkat

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

V. EVALUASI KINERJA PDAM KABUPATEN SUKABUMI. Dalam mengukur kinerja PDAM Kabupaten Sukabumi sebagai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Air bersih merupakan kebutuhan dasar bagi manusia sehingga menjadi hal

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. dan nilai tukar mengambang, tentu saja Indonesia menjadi sangat rentan terhadap

I. PENDAHULUAN. Inflasi dapat didefinisikan sebagai suatu proses kenaikan harga-harga yang berlaku dalam

Transkripsi:

BAB II EKSPLORASI ISU BISNIS 2.1 Conceptual Framework Berdasarkan hasil wawancara dan literatur, isu utama yang dihadapi PDAM Kota Bandung adalah nya kualitas pelayanan. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, baik dari faktor eksternal maupun faktor internal. Faktor eksternal seperti tuntutan masyarakat (pelanggan), pertumbuhan penduduk, dan regulasi pemerintah tidak diikuti oleh perkembangan internal perusahaan, seperti kapasitas pengolahan dan kompetensi SDM. Faktor-faktor tesebut dapat dituangkan pada peta pemikiran konseptual seperti gambar di bawah ini: Gambar 2.1 Skema Peta Pemikiran Konseptual 13

2.2 Analisis Situasi Bisnis Bisnis yang dijalankan PDAM dalam menyediakan kebutuhan air bersih pada lingkungan makro dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti situasi politik dan regulasi pemerintah, sosial, ekonomi, teknologi yang cepat berubah, tuntutan kebutuhan pasar, serta tuntutan kepuasan pelanggan terhadap kualitas pelayanan. Faktor-faktor tersebut tidak dapat dipisahkan satu sama lain, oleh karena itu harus diperhatikan dampak kekuatan dan kelemahannya masing-masing dan harus dilihat peluang dibalik datangnya berbagai ancaman. 2.2.1 Faktor Pemerintah Reformasi di bidang politik dan pemerintahan menimbulkan banyak perubahan pada sistem pemerintahan di Indonesia. Sejak reformasi pada tahun 1998, Departemen Dalam Negeri telah memberlakukan UU Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan UU No 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah. UU yang terkait dengan isu otonomi daerah ini telah memberikan otoritas pada Pemerintah Daerah untuk pengembangan daerah masing-masing. Dengan adanya otonomi daerah, semakin ditekankan bahwa penyelenggaraan sektor air minum merupakan tanggung jawab pemerintah daerah. Oleh karena itu, campur tangan Pemerintah Daerah dan DPRD dalam pengambilan kebijakan sangat besar, misalnya, pengaturan tarif air minum yang tercantum dalam Keputusan Wali Kota Bandung Nomor 194 tahun 2002 tentang Tarif Pelayanan Air Minum. Campur tangan Pemerintah Daerah dapat membatasi ruang gerak PDAM dalam mengatur keuangan perusahaan. Fungsi PDAM didaerah sebagai pengatur dan penentu kebijakan dalam air minum, campur baur dengan fungsinya sebagai operator pelayanan air minum. Terdapat ambivalensi misi PDAM, apakah sebagai lembaga yang bersifat sosial atau lembaga yang bersifat komersial. Tarif yang ditetapkan pemerintah ini menyebabkan PDAM tidak dapat menentukan tarifnya sendiri sehingga tidak dapat mendapatkan keuntungan. 14

2.2.2 Faktor Pelanggan Selain otonomi daerah, isu lain yang muncul adalah pemberlakuan UU Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Hal ini mengakibatkan semakin kuatnya posisi tawar pelanggan dengan adanya kepastian hukum untuk melindungi hak konsumen. Untuk itu, pelaku usaha harus memberikan: Pelayanan/ produk yang handal dan berkualitas Pelayanan dan memberikan informasi yang benar mengenai kondisi barang atau jasa yang ditwarkan Kompensasi dan ganti rugi terhadap kerugian penggunaan barang atau jasa. 2.2.3 Faktor Kondisi Ekonomi Krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada tahun 1998 telah menurunkan kondisi bisnis, terutama pada BUMD seperti PDAM. Sebelum krisis terjadi, PDAM telah mengalami asimetri antara penerimaan dan pengeluaran yang mengakibatkan kinerja keuangan PDAM menjadi buruk. Keadaan ini kemudian menjadi semakin parah setelah krisis ekonomi yang lebih memperburuk kondisi PDAM akibat penerimaan yang yang disebabkan oleh tarif air yang tidak dapat disesuaikan sehingga turut menyebabkan tingkat pelayanan yang, konsumsi air yang, dan kehilangan air yang tinggi akibat kurangnya pemeliharaan. Sedangkan pengeluaran PDAM tetap tinggi akibat dari tingginya biaya operasi (naiknya harga bahan-bahan kimia serta peralatan pemeliharaan), cicilan hutang pokok, inefisiensi manajemen, dan beban-beban keuangan lain dari pemerintah daerah. PDAM juga tidak mendapatkan dana investasi memadai untuk memperluas jangkauan pelayanan, di samping terus melemahnya daya beli masyarakat yang tempat tinggalnya belum terjangkau jaringan distribusi PDAM. Namun bila dilihat kondisi perekonomian Indonesia hingga saat ini (tahun 2006) telah menuju ke arah yang lebih baik, yang ditunjukkan oleh beberapa indikator ekonomi, seperti pertumbuhan GDP, penurunan tingkat inflasi, penurunan suku bunga SBI, dan peningkatan cadangan devisa negara. Kondisi ini dapat dilihat sebagai potential market oleh para investor untuk investasi di Indonesia. Oleh karena itu, tidak menutup kemungkinan terjadinya swastanisasi pada PDAM. Swastanisasi PDAM dapat membantu 15

PDAM untuk keluar dari masalah keuangan dengan mendapatkan tambahan pendapatan sekaligus meningkatkan kinerjanya. 2.2.4 Faktor Sosial (Pertumbuhan Penduduk dan Industri) Tingkat pertumbuhan penduduk cukup tinggi yakni mencapai sekitar 1,5 juta per tahun menyebabkan kebutuhan akan air semakin bertambah. Selain itu, pesatnya perkembangan industri juga menyebabkan konsumsi air semakin meningkat. Hal ini menjadi ancaman bagi PDAM dimana sumber air baku terutama di pulau Jawa mengalami persaingan yang sangat ketat antara pemakaian industri, pertanian dan domestik. Sementara itu sumber air yang ada mengalami penurunan kualitas akibat pencemaran industri maupun domestik. Selain itu, pola hidup masyarakat yang semakin menuntut kemudahan dan kepraktisan menjadi sangat bergantung pada pada sumber air bersih alternatif. Mereka yang tidak memperoleh fasilitas air bersih dari PDAM mengambil air bersih dari sumur bor, sungai dan kolam, serta perusahaan pemasok air bersih milik swasta, atau membangun pipa distribusi mereka sendiri. Kondisi ini dapat mengancam PDAM bila PDAM tidak menngkatakan kualitas kinerjanya. 2.2.5 Faktor Kapasitas dan Teknologi Perkembangan teknologi yang semakin pesat telah banyak memberikan pengaruh pada kehidupan berbagai lapisan masyarakat. Kemajuan teknologi membuat masyarakat menginginkan pelayanan publik yang mudah, praktis, dan berkualitas. Hal ini menuntut PDAM untuk mengikuti perkembangan teknologi, seperti teknologi pengolahan air bersih untuk menghasilkan air yang berkualitas. Selain itu, kemajuan teknologi informasi juga menuntut PDAM untuk mengadaptasi teknologi dalam pelayanan, misalnya untuk kemudahan pembayaran dan keakuratan data tagihan. Selain kualitas air, hal lain yang perlu diperhatikan adalah kuantitas air yang belum sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Untuk itu, kapasitas perusahaan sangat 16

berpengaruh, dimana saat ini kapasitas pengolahan dan pasokan air PDAM Kota Bandung masih kurang untuk memenuhi warga Kota Bandung. 2.2.6 Faktor Sumber Daya Manusia Pegawai PDAM Kota Bandung yang berjumlah 890 orang masih terbilang tinggi, karena dibandingkan dengan jumlah pelanggan yang mencapai sekitar 143.000 pelanggan rasio jumlah pegawai dan pelanggan yaitu 6:1000. Rasio ini terbilang tinggi karena rasio idealnya adalah 2:1000. Hal ini menunjukkan inefisiensi PDAM sehingga dapat meningkatkan biaya operasionalnya. Selain inefisiensi, faktor kompetensi juga dapat mempengaruhi kualitas pelayanan PDAM Kota Bandung. Dalam merekrut karyawan, campur tangan pemerintah daerah masih sangat dominan. Selain itu, latar belakang pendidikan dan pengalaman masih kurang diperhatikan. 2.3 Akar Masalah Penelusuran masalah yang mempengaruhi kualitas pelayanan PDAM Kota Bandung diawali dengan masalah yang muncul di permukaan, yaitu cakupan pelayanan, kualitas, kuantitas, dan kontinuitas air yang, serta menumpuknya jumlah pengaduan. Hasil penelusuran tersebut berujung pada dua faktor utama. Kedua faktor ini merupakan faktor eksternal, yaitu dominasi peran pemerintah daerah terutama dalam penetapan tarif dan perekrutan pegawai, dan faktor kondisi sosial seperti pertumbuhan penduduk dan industri. Namun, terdapat satu faktor yang menjadi akar sebagian masalah PDAM Kota Bandung adalah ketidakseimbangan antara kebutuhan pelanggan yang berubah dengan sumber daya operasional perusahaan, seperti terlihat pada Gambar 2.2. 17

Cakupan pelayanan Kuantitas dan Kontinuitas air Kualitas air Menumpuknya jumlah pengaduan Tingkat kebocoran air tinggi Kurangnya sumber air baku Kualitas air baku Rendahnya jumlah pengaduan terselesaikan Sambungan pipa secara liar Pemeliharaan sistem distribusi (pipa) kurang baik Pertumbuhan jumlah penduduk dan industri Kurangnya pengawasan kegiatan operasional Pembiayaan investasi Biaya operasional tinggi Tingkat hutang tinggi Struktur tarif tidak menutupi biaya operasional Inefisiensi dan kurangnya kompetensi SDM Tingginya campur tangan pemerintah daerah Adanya gap akibat ekspektasi pelanggan yang tinggi tidak diimbangi dengan sumber daya operasional Gambar 2.2 Penelusuran Akar Masalah PDAM Kota Bandung 18