RASIONALITAS PENERAPAN KHIYAR DALAM JUAL BELI ISLAM

dokumen-dokumen yang mirip
KHIYAR SEBAGAI UPAYA MEWUJUDKAN KEADILAN DALAM BISNIS ISLAMI

Khiya>r merupakan salah satu akad yang berkaitan erat dengan jual

ija>rah merupakan salah satu kegiatan muamalah dalam memenuhi

BAB IV SUMUR DENGAN SISTEM BORONGAN DI DESA KEMANTREN KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP UPAH CATONAN DI DESA CIEURIH KEC. MAJA KAB. MAJALENGKA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KASUS PERUBAHAN HARGA SECARA SEPIHAK DALAM JUAL BELI DAGING SAPI DI PASAR PLOSO JOMBANG

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KONTRAK OPSI SAHAM DI BURSA EFEK INDONESIA SURABAYA

BAB IV ANALISIS MENURUT EMPAT MAZHAB TERHADAP JUAL BELI CABE DENGAN SISTEM UANG MUKA DI DESA SUMBEREJO KECAMATAN BANYUPUTIH KABUPATEN SITUBONDO

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP HAK KHIYA>R PADA JUAL BELI PONSEL BERSEGEL DI COUNTER MASTER CELL DRIYOREJO GRESIK

BAB IV ANALISIS FIKIH MAZHAB SYAFII TERHADAP PRAKTIK JIAL BELI HARGA SEPIHAK

BAB IV ANALISIS APLIKASI PEMBERIAN UPAH TANPA KONTRAK DI UD. SAMUDERA PRATAMA SURABAYA

BAB IV ANALISIS JUAL BELI MESIN RUSAK DENGAN SISTEM BORONGAN DI PASAR LOAK DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

Ji a>lah menurut masyarakat Desa Ngrandulor Kecamatan Peterongan

BAB IV ANALISIS DATA

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN

RAHN, DAN KETENTUAN FATWA DEWAN SYARIAH

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI SAWAH BERJANGKA WAKTU DI DESA SUKOMALO KECAMATAN KEDUNGPRING KABUPATEN LAMONGAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG JUAL BELI SUKU CADANG MOTOR HONDA DI DEALER HONDA CV. SINARJAYA KECAMATAN BUDURAN KABUPATEN SIDOARJO

BAB II LANDASAN TEORI. Secara etimologi, al mal berasal dari kata mala yang berarti condong atau

A. Analisis Terhadap Praktek Perubahan Harga Secara Sepihak dalam Jual Beli Rak Antara. Produsen dan Pedagang Pengecer di Jalan Dupak No. 91 Surabaya.

murtahin dan melibatkan beberapa orang selaku saksi. Alasan

BAB IV ANALISIS A. Pelaksanaan Pembayaran Upah Buruh Tani Oleh Pemberi Kerja

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP UPAH BORONGAN PADA BURUH PABRIK PT INTEGRA INDOCABINET BETRO SEDATI SIDOARJO

BAB IV ANALISIS TERHADAP PRAKTIK BISNIS JUAL BELI DATABASE PIN KONVEKSI. A. Analisis Praktik Bisnis Jual Beli Database Pin Konveksi

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK PENGULANGAN PEKERJAAN BORONGAN PEMBUATAN TAS DI DESA KRIKILAN KECAMATAN DRIYOREJO KECAMATAN GRESIK

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK PEMBIAYAAN MURA<BAH{AH DI BMT MADANI TAMAN SEPANJANG SIDOARJO

BAB IV ANALISIS DATA. Yogyakarta, 2008, hlm Dimyauddin Djuwaini, Pengantar fiqh Muamalah, Gema Insani,

BAB I PENDAHULUAN. pertanggung jawabannya. Begitu pula dalam hal jual beli.

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP TRANSAKSI PEMBAYARAN DENGAN CEK LEBIH PADA TOKO SEPATU UD RIZKI JAYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP JAMINAN HUTANG BERUPA AKTA KELAHIRAN ANAK DI DESA WARUREJO KECAMATAN BALEREJO KABUPATEN MADIUN

BAB IV ANALISIS SADD AL-DH>ARI< AH TERHADAP JUAL BELI PESANAN MAKANAN DENGAN SISTEM NGEBON OLEH PARA NELAYAN DI DESA BRONDONG GANG 6 LAMONGAN

Halal Guide.INFO - Guide to Halal and Islamic Lifestyle

BAB II KONSEPSI DASAR TENTANG JUAL BELI DALAM ISLAM.. yang berarti jual atau menjual. 1. Sedangkan kata beli berasal dari terjemahan Bahasa Arab

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KENAIKAN DENGAN SISTEM BON DI WARKOP CAHYO JAGIR SURABAYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN UU PERLINDUNGAN KONSUMEN NOMOR 8 TAHUN 1999 TERHADAP JUAL BELI BARANG REKONDISI

BAB IV. A. Mekanisme Penundaan Waktu Penyerahan Barang Dengan Akad Jual Beli. beli pesanan di beberapa toko di DTC Wonokromo Surabaya dikarenakan

BAB IV REKSADANA EXCHANGE TRADED FUND DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB II LANDASAN TEORITIS. " artinya menggadaikan atau merungguhkan. 1 Gadai juga diartikan

BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN PEMBIAYAAN TALANGAN HAJI DI BANK SYARIAH MANDIRI SEMARANG

BAB IV ANALISIS TERHADAP HUKUM JUAL BELI CABE TANPA KESEPAKATAN HARGA

BAB II GAMBARAN UMUM GADAI EMAS (AR-RAHN) DALAM FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL-MAJLIS UALAMA INDONESI (DSN-MUI) TENTANG RAHN DAN RAHN EMAS

BAB IV BINDUNG KECAMAATAN LENTENG KABUPATEN SUMENEP. yang sifatnya menguntungkan. Jual beli yang sifatnya menguntungkan dalam Islam

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP UTANG PIUTANG SISTEM IJO (NGIJO) DI DESA SEBAYI KECAMATAN GEMARANG KABUPATEN MADIUN

KHIYAR (HAK PILIH) DALAM JUAL BELI SESI 5 ACHMAD ZAKY

BAB I PENDAHULUAN. saling mengisi dalam rangka mencukupi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Semakin

BAB IV UPAH (IJARAH) MENURUT HUKUM ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. muamalah diantaranya tolong-menolong, merupakan hal yang sangat diperlukan

KONSEP UTANG DAN MODAL DALAM ISLAM. Elis Mediawati, S.Pd.,S.E.,M.Si.

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG PENANGUNG JAWAB ATAS TANGGUNGAN RESIKO IJARAH. perbolehkan penggunaanya, Jelas, mempunyai tujuan dan maksud, yang

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK PENGGUNAAN AKAD BMT AMANAH MADINA WARU SIDOARJO. Pembiayaan di BMT Amanah Madina Waru Sidoarajo.

HUKUM JUAL BELI DENGAN BARANG-BARANG TERLARANG. Djamila Usup ABSTRAK

melakukan ijab dan qabul dengan jelas secara lisan berdasarkan jual beli grosir,

BAB I PENDAHULUAN. sedang menjamur di kalangan masyarakat desa Sidomulyo kecamatan. Silo kabupaten Jember, di mana kasab (penghasilannya) mereka

BAB IV ANALISIS TERHADAP TRANSAKSI JUAL BELI HASIL BUMI DENGAN SISTEM PANJAR DI DESA JENARSARI GEMUH KENDAL

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP GADAI GANDA KENDARAAN BERMOTOR DI KELURAHAN PAGESANGAN KECAMATAN JAMBANGAN KOTA SURABAYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN SEWA MENYEWA POHON UNTUK MAKANAN TERNAK

BAB I PENDAHULUAN. di dalamnya juga mencakup berbagai aspek kehidupan, bahkan cakupannya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada hakikatnya Allah menciptakan manusia di dunia ini tidak lain

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP OPERASIONALISASI DANA DEPOSITO DI BNI SYARI AH CAB. SURABAYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK PENGEMBALIAN SISA PEMBAYARAN DI KOBER MIE SETAN SEMOLOWARU

BAB IV. PERSAMAAN DAN PERBEDAAN ANTARA HUKUM ISLAM dan UU NO.7 TAHUN 2011 TERHADAP PENUKARAN MATA UANG RUSAK

waka>lah. Mereka bahkan ada yang cenderung mensunnahkannya dengan

al-ba>i dalam terminologi fiqh kadang digunakan untuk pengertian

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PERSEPSI NASABAH TENTANG APLIKASI MURA<BAH}AH DI BMS FAKULTAS SYARIAH

BAB IV TINJAUAN MAS}LAH}AH MURSALAH TERHADAP UTANG PIUTANG PADI PADA LUMBUNG DESA TENGGIRING SAMBENG LAMONGAN

BAB IV ANALISIS PENDAPAT MAZHAB H{ANAFI DAN MAZHAB SYAFI I TENTANG STATUS HUKUM ISTRI PASCA MULA> ANAH

TIME VALUE OF MONEY DALAM ISLAM. By: Elis Mediawati, S.Pd., S.E. M.Si.

BAB IV ANALISA DATA. Daar Al-Fikri, 1989), h Pundi Akara, 2006), h Wahbah Zuhaili, Al-Fiqh Al-Islami wa Adillatuha, (Damaskus:

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TENTANG PENARIKAN KEMBALI HIBAH OLEH AHLI WARIS DI DESA SUMOKEMBANGSRI KECAMATAN BALONGBENDO KABUPATEN SIDOARJO

BAB I PENDAHULUAN. A. Konteks Penelitian. Manusia adalah mahluk hidup yang mempunyai kebutuhan

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRADISI TUKAR-MENUKAR RAMBUT DENGAN KERUPUK DI DESA SENDANGREJO LAMONGAN

BAB V PEMBAHASAN. A. Sistem Jual Beli Bunga di Kawasan Wisata Makam Bung Karno

BAB IV ANALISIS PRAKTEK MAKELAR. A. Praktek Makelar Dalam Jual Beli Mobil di Showroom Sultan Haji Motor

BAB IV. disepakati diawal. Adapun perubahan harga sebelah pihak yang dilakukan. oleh si pembeli tanpa ada kesepakatan kedua belah pihak.

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN TERHADAP UPAH SISTEM TANDON DI TOKO RANDU SURABAYA

BAB II DASAR TEORI. mengandalkan pada bunga. Bank Syariah adalah lembaga keuangan yang

BAB I PENDAHULUAN. menjalankan kehidupan sehari-hari setiap individu memiliki kepentingan

JABAT TANGAN ANTARA PRIA DAN WANITA

BAB I PENDAHULUAN. hidup atau sudah meninggal, sedang hakim menetapkan kematiannya. Kajian

FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL Nomor: 55/DSN-MUI/V/2007 Tentang PEMBIAYAAN REKENING KORAN SYARIAH MUSYARAKAH

Halal Guide.INFO - Guide to Halal and Islamic Lifestyle

BAB IV ANALISIS PENGEMBANGAN BISNIS MELALUI MODEL WARALABA SYARI AH DI LAUNDRY POLARIS SEMARANG

Elis Mediawati, S.Pd.,S.E.,M.Si.

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRANSAKSI NYEGGET DEGHENG DI PASAR IKAN KEC. KETAPANG KAB. SAMPANG

BAB I PENDAHULUAN. memenuhinya, dan harus berhubungan dengan orang lain. Hubungan antara satu

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENERAPAN UANG MUKA SEWA MOBIL PADA USAHA TRANSPORTASI MAJU JAYA DI BANYUATES SAMPANG MADURA

BAB II LANDASAN TEORI. Adapun landasan teori yang akan diuraikan adalah teori-teori yang

BAB IV. A. Analisis Aplikasi Akad Mura>bah}ah di BMT Mandiri Sejahtera Jl. Raya Sekapuk Kecamatan Ujung Pangkah Kabupaten Gresik.

Halal Guide.INFO - Guide to Halal and Islamic Lifestyle

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK JUAL BELI EMAS DI TOKO EMAS ARJUNA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. hidup dalam masyarakat dan saling membutuhkan satu sama lain. 2 Firman

QARD DAN MURA>BAH}AH

MAKALAH FIQIH MUAMALLAH DEFINISI, DASAR HUKUM, RUKUN DAN SYARAT HAWALAH. (diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah fiqih muamallah)

BAB IV PERSAMAAN DAN PERBEDAAN ANTARA HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF TERHADAP PRAKTEK OPER SEWA RUMAH KONTRAKAN

BAB IV ANALISIS DATA. A. Proses Akad yang Terjadi Dalam Praktik Penukaran Uang Baru Menjelang Hari Raya Idul Fitri

MURA>BAH}AH DAN FATWA DSN-MUI

Halal Guide.INFO - Guide to Halal and Islamic Lifestyle

BAB V PERSAMAAN DAN PERBEDAAN WASIAT KEPADA NON MUSLIM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF

BAB IV ANALISIS TERHADAP JUAL BELI IKAN BANDENG DENGAN PEMBERIAN JATUH TEMPO DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. Jual beli dalam istilah fiqh disebut dengan bay yang berarti menjual,

Transkripsi:

RASIONALITAS PENERAPAN KHIYAR DALAM JUAL BELI ISLAM Baiq Elbadriati Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam IAIN Mataram Email: el.badiriati@yahoo.co.id Abstrak Khiyar merupakan hak pilih bagi salah satu pihak atau kedua belah pihak yang melaksanakan transaksi jual beli dimana antara pihak penjual dan pihak pembeli sama-sama memiliki hak pilih untuk menentukan apakah mereka benar-benar akan membeli atau menjual, membatalkan dan atau menentukan pilihan di antara barang-barang yang ditawarkan. Khiyar ini dilandasi kepada dua sumber, yaitu pertama kesepakatan antara pihak yang menyelenggarakan akad seperti khiyar syarat dan ta yin, kedua syara seperti khiyar majlis, ru yah dan aib. Konsep khiyar ini merupakan cerminan dari prinsip kebebasan semua pihak dalam melakukan transaksi yang dilandasi oleh tanggung jawab. Pengaturan masalah khiyar ini dalam konsep Islam, adalah untuk memberikan kesempatan kepada masing-masing pihak untuk menimbang berdasarkan pengamatan langsung ataupun berdasarkan pertimbangan rasional sebelum memberikan keputusan final dalam sebuah transaksi. Khiyar dalam Islam mencerminkan prinsip keadilan dan kesetaraan hak. Tulisan ini akan mengelaborasi lebih jauh konsep khiyar dalam transaksi Islami dan melihat bagaimana rasionalitas yang mendasarinya. Kata kunci: khiyar, keadilan, kesetaraan Pendahuluan Filsafat merupakan orientasi dasar dari setiap ilmu, tidak terkecuali ilmu ekonomi. Filsafat ekonomi merupakan prinsip dasar sistem yang dibangun menurut suatu doktrin kehidupan hubungan antara manusia, alam dan Tuhan, sebagai pedoman nilai-nilai dan pandangan tentang kegiatan ekonomi. 1 Bertolak dari filsafat sistem ekonomi ini dapat diturunkan nilai-nilai dasar yang akan membangun kerangka sosial. Tiga asas pokok filsafat ekonomi Islam yang merupakan orientasi dasar dalam ilmu ekonomi, yaitu: 2 1 Ahmad Muflih Saefudin, Perbandingan Sistem Ekonomi Islam dengan Kapitalisme dan Marxisme, dalam Wawasan Islam dan Ekonomi; Sebuah Bunga Rampai, (Jakarta: Lembaga Penerbit FUEI, 1997), 126-127 2 Ibid, 127-129 Iqtishaduna Volume 5 Nomor 1 Juni 2014 17

Dalam dunia ini semua harta dan sumber-sumber kekaayaan alam adalah milik Allah dan menurut kepada kehendak-nya sebagaimana dalam firman nya Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan semua yang ada di bumi, semua yang ada diantara keduanya dan apa yang di bawah tanah. 3 Iman kepada hari pengadilan (kiamat), akan mempengaruhi tingkah laku ekonomi manusia menurut horizon waktu. Seorang muslim yang melakukan aktifitas ekonomi tentu akan mempertimbangkan konsekwensi yang akan di terima pada hari kemudian. Segala yang ada di bumi ini diperuntukkan untuk manusia sehingga ia mempunyai hak dan kewajiban yang sama dalam memanfaatkan sumber alam utuk kemakmuran hidup di dunia. Mempunyai hak dan kewajiban, memberikan gambaran bahwa semua manusia adalah sama, tidak berkelaskelas yang membedakannya hanyalah taqwa. Implikasi dari doktrin-doktrin tersebut melahirkan nilai-nilai dasar yang dijadikan sebagai konstruksi sosial dan tingkah laku sistem yaitu terjalinnya hubungan persamaan dan persaudaraan, saling membantu, kerjasama dan saling berbuat keadilan dalam kegiatan ekonomi. Keadilan harus diterapkan disemua fase kehidupan manusia. Keadilan dalam produksi, konsumsi dan distribusi merupakan aransemen efisiensi dan memberantas kezaliman dan 3 QS. Thaha: 6 penindasan apabila seseorang dibiarkan berbuat terhadap hartanya sendiri yang melampaui batas yang ditetapkan dan bahkan sampai membiarkannya merampas hak orang lain Nilai dasar inilah yang hendak dicapai dalam al-khiyar. Khiyar menurut bahasa bermakna pilihan. 4 Menurut Wahbah Zuhaili, al-khiyar adalah hak pilih bagi salah satu atau kedua belah pihak yang melaksanakan transaksi untuk melangsungkan atau membatalkan tran saksi yang disepakati. 5 Dengan kata lain, khiyar adalah transaksi jual beli antara pihak penjual dan pembeli yang memiliki pilihan untuk menentukan apakah mereka benar-benar akan mem beli atau menjual, membatalkan dan atau menentukan pilihan diantara barang-barang yang ditawarkan. Macam-Macam Khiyar Sumber-sumber yang melandasi khiyar ini ada dua macam yaitu, pertama kesepakatan antara pihak yang menyelenggarakan akad seperti khiyar Syarat dan Ta yin; kedua, Syara seperti khiyar Majlis, Ru yah dan Aib. 1. Khiyar Syarat a. Pengertian Khiyar syarat merupakan hak dari masing-masing pihak yang menyelenggarakan akad untuk melanjutkan atau membatalkan akad dalam jangka 4 A. Warson Munawir,Kamus Arab Indonesia al- Munawwir, (Surabaya: Pustaka Progresif,1997), 378 5 Wahbah Zuhayli, al-fiqh al-islam wa Adillatuhu, (Beirut: Dar al-fikr, 1984), Jilid IV, 519 18 Iqtishaduna Jurnal Ekonomi Islam

waktu tertentu 6. Misalnya dalam suatu transaksi jual beli, seorang pembeli berkata kepada penjual: Aku membeli barang ini dari kamu dengan syarat aku diberi khiyar selama sehari atau tiga hari. Khiyar ini diperlukan karena si pembeli perlu waktu un tuk mempertimbangkan dengan benar atas pembelian tersebut. Ia juga perlu diberikan kesempatan untuk mencari orang yang lebih ahli untuk diminta pen jelasan atau pendapatnya mengenai barang yang akan dibeli, sehingga terhindar dari kerugian dan penipuan. Khiyar syarat sama halnya dengan khiyar majlis dalam arti kata hanya berlaku bagi akad-akad lazim saja, yaitu akad yang dapat dibatalkan oleh kerelaan pihak yang menyelenggarkannya seperti jual beli dan ijarah (yang bersifat mengikat kedua belah pihak). Untuk transaksi yang sifatnya tidak mengika kedua belah pihak, seperti hibah, pinjam meminjam, wakalah dan wasiat, khiyar dalam hal ini tidak berlaku. Demikian juga halnya dalam akad salam dan alsharf (money changer), khiyar syarat juga tidak berlaku, sekalipun kedua jenis akad ini mengikat, karena dalam jual beli salam, disyaratkan pihak pembeli menyerahkan seluruh harga barang ketika akad disetujui, sedangkan dalam akad al-sharf disyaratkan nilai tukar uang yang dujual belikan harus deserahkan dan dapat dikuasai (diterima) masing-masing pihak setelah persetujuan dalam akad. Sedangkan 6 Nasrun Haroen, Fiqh Muamalah, (Jakarta: Gaya Medium Pratama, 2000), h. 132 khiyar syarat menentukan bahwa baik barang maupun nilai/harga barang baru dapat dikuasai secara hokum setelah tenggang waktu khiyar yang disepakati itu selesai 7. 2. Masa Tenggang Khiyar Syarat Para ulama berselisih pendapat mengenai lamanya masa tenggang waktu dalam khiyar syarat. Namun umumnya mereka sepakat bahwa tenggang waktu bagi khiyar syarat harus ditentukan secara tegas dan jelas sebab kalau tidak akad terancam fasad (menurut Hanafi) dan batal (menurut Syafi I dan hambali). Masa tenggang khiyar ini mulai berlaku sesudah akad disepakati bersama. Pada garis besarnya perbedaan mereka mengenai lamanya masa tenggang ini dapat dikelompokkan kepada tiga macam: Hanafiyah dan Syafi iyah berpendapat masanya tidak boleh lebih dari tiga hari, karena hadis yang menetapkan khiyar ini menyebutkan masa tiga hari 8. Apabila seseorang membeli suatu barang, maka kuatkanlah (pada penjual): jangan ada tipuan dan saya berhak memilih dalam tiga hari (HR. al-bukhari dan Muslim dari Ibnu Umar) Mazhab Hambali berpendapat bahwa waktu tenggang bagi khiyar syarat ini tudak harus merujuk kepada hadis tersebut melainkan kepada kesepakatan pihak-pihak yang melakukan transaksi meskipun pada akhirnya harus melebihi 7 Ibnu Qudama, al-mughni, (Kairo: Hijr, tt), Jilid III, h. 589 8 Wahbah, al-fiqh, h.538 Iqtishaduna Volume 5 Nomor 1 Juni 2014 19

tiga hari. Hal ini disebabkan karena khiyar syarat ditetapkan oleh syara untuk memudahkan transaksi dan bermusyawarah. Masa tiga hari kadangkadang tidak cukup untuk mengambil keputusan yang bijak. Meskipun dalam hadis tersebut dinyatakan tiga, namun bagi orang-orang tertentu tiga hari tersebut belum cukup. Karena itu persoalan lamanya tenggang waktu ini diserahkan kepada kesepakatan pihakpihak yang melakukan transaksi 9. Mazhab Malikiyah berpendapat bahwa tenggang waktu khiyar syarat ditentukan oleh keadaan kebutuhan dilapangan dan ini akan berbeda-beda tergantung kepada objek keadaan masing-masing barang. Kalau barang yang dibeli mudah rusak seperti buahan-buahan, masanya Cuma satu hari; kalau pakaian dan barang-barang tahan lama bias mencapai 3 (tiga) hari; tetapi kalau barang itu seperti tanah dan rumah yang memerlukan waktu lebih lama, maka tenggang waktu untuk ini dibolehkan lebih dari tiga hari. Dengan deminian tenggang waktu menurut mereka tergantung kepada objek yang diperjualbelikan. 10 2. Khiyar Ta yin Yang dimaksud dengan khiyar ta yin adalah hak yang dimiliki oleh orang yang menyelenggarakan akad (terutama pembeli) untuk menjatuhkan pilihan di anatara tiga sifat barang yang ditransaksikan. Biasanya barang yang dijual memiliki tiga kualitas yang biasa, menengah dan istimewa 11. Pembelli diberikan hak pilih (ta yin) untuk mendapatkan barang yang terbaik menurut penilaiannya sendiri tanpa mendapatkan tekanan dari manapun juga. Khiyar inipun hanya berlaku bagi akad-akad yang mengandung tukar balik seperti macam-macam jual beli. Tidak semua fuqaha sepakat dengan khiyar ini karena menurut mereka wujud khiyar ini mengindikasikan adannya ketidakjelasan dalam baran yang ditransaksikan. Padahal dalam persyaratan akad, barang yang akan dijual haru jelas dan terang. Karena itu dibolehkannya khiyar ta yin dalam akad seolah-olah bertentangan dengan persyaratan akad. Sementara itu Abu Hanifah (imam Hanafi) dan kedua saqhabatnya (Imam Abu Yusuf dan Imam Muhammad) membolehkan khiyar ta yin, karena hal ini sangat diperlukan dalam kehidupan bisnis 12. Misalnya ada orang yang mau membeli suatu barang yang ia butuhkan, tetapi ia tidak mengetahui banyak tentang kegunaan secara optimal, kualitas, dan hal-hal lain yang berkaitan dengan manfaat dan kualitasnya. Untuk itu ia perlu konsultasi dengan orang lain yang lebih ahli dalam bidang itu sehingga dapat memilih secara bijak dan tepat. a. Syarat-syarat khiyar Ta yin 13 9 Ikhwan Abidin basri, Khiyar disampaikan dalam makalah Fiqh Maliyah Institut Ilmu al- Qur an (IIQ) Jakarta, 15 Oktober 1998 10 Nasrun Haroen, Fiqh, 134 11 Nasrun, Fiqh, h. 131 12 Ibid, h. 123 13 Ibid 20 Iqtishaduna Jurnal Ekonomi Islam

1. Biasanya kualitas suatu barang itu dari biasa, menengah dan istimewa. Karena itu khiyar dibatasi hanya pada tiga klasifikasi di atas. Lebih dari itu tidak diperlukan lagi khiyar. 2. Adanya kualitas dan jenis barang atau harganya bertingkat-tingkat 3. Masa khiyar ta yin harus tertentu dan dijelaskan, misalnya 3 hari. Jika pembeli sudah menjatuhkan pilihannya pada salah satu jenis barang yang ditawarkan, maka akad sudah jadi dan kepindahan kepemilikan telah berlaku 3. Khiyar Majlis Khiyar Majlis menurut pengertian ulama Fiqh adalah hak bagi semua pihak yang melakukan akad untuk membatalkan akad selama masih berada di tempat akad dan kedua belah pihak belum berpisah. Keduanya saling memilih sehingga muncul kelaziman dalam akad. 14 Khiyar adalah hak pilih dari pihak yang melangsungkan akad untuk membatalkan kontrak selama mereka masih berada ditempat diadakannya kontrak (majlis akad) dan belum berpisah secara fisik 15. Khiyar secara ini hanya berlaku dalam suatu transaksi yang bersifat mengikat kedua belah pihak yang melaksanakan transaksi yang sifatnya pertukaran seperti jual beli dan sewa menyewa. 16 Dasar hukum adanya khiyar Majlis ini adalah sabda Rasulullah saw, yaitu Dua orang yang melakukan jual beli boleh melakukan khiyar selama mereka belum berpisah. Jika keduanya belum jelas, keduanya deberkahi dalam jual beli mereka. Jika mereka menyembunyikan dan berdusta (Tuhan) akan memusnahkan keberkahan jual beli mereka. (HR. Bukhari dan Muslim) Para pakar hadits menyatakan bahwa yang dimaksud Rasul dengan kalimat berpisah badan adalah setelah melakukan akad jual beli, barang diserahkan kepada pembeli dan harga barang diserahkan kepada penjual. Syafi iyah dan Hanabilah berpendapat bahwa untuk menyatakan penjual dan pembeli telah berpisah badan, seluruhnya diserahkan kepada kebiasaan masyarakat setempat dimana jual beli berlangsung. 17 Sedangkan menurut Sayyid Sabiq, penilaian berpisah ini disesuaikan dengan situasi dan kondisi. Di rumah yang kecil dihitung sejak salah seorang keluar dari rumah. Kalau rumah besar, sejak berpindahnya salah seorang dari tempat duduk kira-kira dua sampai tiga langkah. Jika keduanya bangkit bersama-sama, maka pengertian berpisah belum ada 18. 14 Rahmat Syafe I, Fiqh Muamalah, (Bandung: Pustaka Setia, 2000), 113 15 Sayyid sabiq, Fikih Sunnah, (Bandung: Darul Ma arif, 1996), Jilid 12, h. 106 16 Rahmat syafe I, Fiqih Muamalah, (Bandung Pustaka Setia, 2001, h. 113) 17 Zuhaili, al-fiqh, h.252 18 Sabiq, Fikih, h. 107 Iqtishaduna Volume 5 Nomor 1 Juni 2014 21

Mazhab maliki dan Hanafi berpendapat bahwa khiyar majlis ini tidak ada dasarnya dalam syariah karena bertentangan dengan nash al-qur an surah al-nisa:29 janganlah kamu me makan harta sesamamu dengan cara yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku suka sama suka di antara kamu. Menurut mereka adanya ijab qabul dalam akad dipandang sudah memenuhi seluruh persyaratan akad didasarkan pada ayat tersebut. Karenanya kedudukan khiyar majlis tidak diperlukan lagi karena ijab dan qabul otomatis mengandung kerelaan dari masing-masing yang melangsungkan akad sehingga tidak perlu menunggu khiyar majlis 19. 4. Khiyar Ru yah Yang dimaksud dengan khiyar ru yah adalah hak pembeli untuk melanjutkan transaks atau membatalkanya ketika melihat (ru yah)barang yang akan ditransaksikan 20. Ini terjadi manakala pada saat akad dilakukan barang yang ditransaksikan tidak ada ditempat sehingga pembeli tidak melihatnya. Jika ia telah melihatnya maka khiyar ru yahnya menjadi hangus dan tidak berlaku. Khiyar ru yah, seperti halnya khiyar-khiyar yang telah dijelaskan di depan berlaku hanya pada akad lazim yang mengandung potensi untuk dibatalkan seperti jual beli barang yang belum siap dan hanya diberitahukan lewat cirri-ciri dan sifatnya saja seperti dalam akad salam, maka khiyar ru yah tidak berlaku. 19 Zuhaili, al-fiqh, h. 251 20 Nasrun, Fiqh, h. 137 Para fuqaha umumnya membolehkan khiyar ru yah dalam transaksi jual beli barang yang sudah siap tetapi tidak ada ditempat (al-a in al-ghaibah). Rasul bersabda: Selain dari hadis di atas para ulama juga berpendapat bahwa khiyar ru yah ini sangat diperlukan dalam berbagai transaksi bisnis. Misalnya saja, seseorang mungkin membutuhkan suatu barang yang belum ia lihat, dengan adanya khiyar ru ya maka kasus ini dapat diselesaikan dengan mudah karena ia dapat diberi kesempatan melihat barang yang akan dibeli sehingga terhindar dari kecurangan, tipuan dan permainan yang akan merugikan dirinya 21. Syarat-syarat berlakunya khiyar Ru yah: 22 1. Tidak/belum terlihatnya barang yang akan dibeli ketika akad atau sebelum akad. 2. Barang yang diakadkan harus berupa barang konkrit seperti tanah, kendaraan, rumah dan lain-lain. 3. Jenis akad ini harus dari akad-akad yang tabiatnya dapat menerima pembatalan seperti jual beli dan ijarah. Bila tidak bersifat menerima pembatalan maka khiyar ini tidak berlaku seperti kawin dan khulu tidak berlaku khiyar ru yah di dalamnya. 5. Khiyar Aib Yang dimaksud dengan khiyar aib adalah hak yang ada pada pihak yang 21 Ikhwan, khiyar, h. 5 22 Ibid 22 Iqtishaduna Jurnal Ekonomi Islam

melakukan akad untuk membatalkan atau meneruskan akad bilamana ditemukan aib pada barang yang ditukar, sementara si penjual tidak mengetahui akan hal tersebut pada saat akad berlangsung. 23 Dalam setiap transaksi, pihak yang terlibat secara implicit menghendaki agar barang dan penukarnya bebas dari cacat. Hal ini masuk akal karena pertukaran itu harus dilangsungkan secara suka sama suka dan ini hanya mungkin jka barang dan penukarnya tidak mengandung cacat. Khiyar ini berlaku pada transaksitransaksi pada akad lazim yang mengandung kemungkinan untuk dibatalkan seperti akd jual beli dan ijarah. Rasulullah bersabda: Seorang Muslim ada saudara bagi Muslim yang lain, tidak halal bagi seorang muslim yang menjual barang dagangan kepada saudaranya, di mana di dalamnya ada cacat, melainkan ia memberiyahukan kepadanya." (HR. Ibnu Majah). Adapun cacat yang menyebabkan munculnya hak khiyar, menurut wahbah adalah setiap transaksi apa yang rusak dari asal fitrahnya dan mengurangi nilainya menurut tradisi para pedagang, yang melampaui batas seperti tidak jelas, rusak ataupun berubah. Sedangkan menurut ulama Syafi iyah, seluruh cacat yang menyebabkan nilai barang itu berkurang atau hilang unsure yang diinginkan daripadanya 24. Syarat ditetapkan khiyar aib: 25 1. Adanya cacat pada barang atau penukarannya sebelum akad atau sesudahnya tetapi barang belum diserahkan kepada pembeli, jika barang itu terlanjur sudah diserahkan, maka khiyar menjadi tidak berlaku. 2. Si pembelli tidak mengetahui adanya kecacatan itu pada saat akad dan penyerahan. Sekiranya ia tahu pada saat itu dan ia menerima penyerahan barang, maka ia dianggap telah rela terhadap barang itu dan khiyar a ib tidak berlaku. 3. Tidak ada persyaratan dari si pemilik tentang bebasnya barang dari cacat. Seandainya disyaratkan dalam akad, maka tidak berlaku khiyar bagi sin pembeli jmika ia telah membebaskan (barangnya dari cacat), berarti ia telah menghapuskan haknya sendiri. 4. Cacat itu tidak boleh hilang sebelum dibatalkan transaksi. Adapun waktu dimulainya khiyar a ib adalah ketika diketahui adanya kecacatan meskipun hal itu terjadi jauh sesudah akad. Untuk memfasakh akad setelah terdeteksi kecacaan, para ulama berbeda pendapat. Sebagian berpendapat bahwa pengembalian barang karena cacat boleh dilakukan belakangan dan tidak harus seketika dan sebagian yang lain mewajibkan penyegeraan pengembalian 26. 23 Ibid, h. 136 24 Wahbah, al-fiqh, h.558 25 Ibid, h. 559 26 Ikhwan, Khiyar, h. 4 Iqtishaduna Volume 5 Nomor 1 Juni 2014 23

Dampak hukum khiyar a ib terhadap akad adalah bahwa akad itu menjadi tidak lazim bagi pihak yang memiliki khiyar a ib yaitu pembeli. Dalam kondisi demikian ia memiliki dua pilihan apakah ia rela dan puas terhadap barang yang akan dibeli. Kalau ia rela dan puas, maka khiyar tidak berlaku baginya dan ia harus menerma barang. Namun jika ia menolak dan mengembalikan barang kepada pemiliknya, maka akad tersebut menjadi batal atau dengan kata lain tidak ada transaksi. Dalam kajian-kajian fiqh, khiyar 'aib berlaku dalam kondisi antara lain: 27 1. Pernyataan kerelaan terhadap barang yang cacat sesudah ia mengetahui. Ini bisa dikatakan secara terangterangan umpamanya: saya puas dan rela dengan barang itu. Atau secara tidak terang-terangan tetapi sikapnya menunjukkan ia rela umpamanya ia membeli baju dan memeriksanya dengan teliti lalu mendeteksi kekurangan dalam baju itu tetapi ia tetap membayar kepada kasir dan mau memakainya. Sikap ini dihukumi sebagai sikap rela terhadap barang yang cacat. 2. Si pembeli sendiri mengatakan: Saya membeli barang ini tanpa menggunakan hak khiyar saya. Dengan demikian ia dihukumi telah rela dengan kondisi barang yang akan dibeli. 3. Rusaknya barang ditangan orang yang memiliki khiyar. Umpamanya 27 Ibid. lihat juga Wahbah, al-fiqh, h. 569 kain dibawa lalu ia datang dan kain itu telah berubah menjadi pakaian. 4. Berubahnya keadaan barang yang ditransaksikan menjadi lebih besar atau bertambah di mana per tambahannya ini bukan sifat alamiyah dari barang itu melainkan karena ulah orang yang memiliki khiyar. Umpamanya si pembeli mambawa kain dan ia datang kembali sementara kain sudah dibatik misalnya. Ini tidak boleh karena ada unsur penambahan di dalamnya. Kesimpulan Akibat dari ketergesa-gesaan pihak yang berakad, kadang-kadanng timbul suatu penyesalan yang mengharuskan akad dibatalkan. Agar tidak terjadi perselisihan di antara pihak yang bertransaksi, syari at kemudian mencari kan jalan untuk keperluan tersebut dengan maksud untuk memberikan rasa keadilan diantara kedua belah pihak agar terjadi transaksi yang berdasarkan unsur kerelaan, suka sama suka. Jalan tersebut adalah khiyar dan khiyar yang paling masyhur itu ada lima yaitu Majelis, Syarat, A ib, Ru yah dan Ta yin. Referensi Warson Munawir,Kamus Arab Indonesia al-munawwir, Surabaya: Pustaka Progresif,1997 Ahmad muflih Saefudin, Perbandingan Sistem Ekonomi Islam dengan Kapitalisme dan Marxisme, dalam Wawasan Islam dan Ekonomi; Sebuah 24 Iqtishaduna Jurnal Ekonomi Islam

Bunga Rampai, Jakarta: Lembaga Penerbit FUEI, 1997 Ibnu Qudama, al-mughni, Kairo: Hijr, tt, Jilid III Ikhwan Abidin basri, Khiyar disampaikan dalam makalah Fiqh Maliyah Institut Ilmu al-qur an (IIQ) Jakarta, 15 Oktober 1998 Nasrun Haroen, Fiqh Muamalah, Jakarta: Gaya Medium Pratama, 2000 Rahmat Syafe I, Fiqh Muamalah, Bandung: Pustaka Setia, 2000 Sayyid sabiq, Fikih Sunnah, Bandung: Darul Ma arif, 1996, Jilid 12 Wahbah Zuhayli, al-fiqh al-islam wa Adillatuhu, Beirut: Dar al-fikr, 1984 Basri, Ikhwan Abidin Khiyar disampaikan dalam makalah Fiqh Maliyah Institut Ilmu al Qur;an (IIQ) Jakarta, 15 Oktober 1998. Munawwir, A. Warson, Kamus Arab Indonesia al-munawwir, Surabaya: Pustaka Progressif, 1997 Nasrun Haroen, Nasrun, Fiqh Muamalah, Jakarta: Gaya Meduim Pratama, 2000 Qudama, Ibnu, al-mughni, Kairo: Hijr, tt, jilid III Sabiq, Sayyid, Fikih Sunnah, Bandung: DArul Ma arif, 1996, Jilid 12 Saefuddin, Ahmad Muflih Perbandingan Sistem Ekonomi Islam dengan Kapitalisme dan Marxisme, dalam Wawasan Islam dan Ekonomi; Sebuah Bunga Kampai, Jakarta: Lembaga Penerbit FE UI, 1997 Syafe i, Rachmat, Fiqih Muamalah, Bandung: Pustaka Setia, 2001 Wahbah Zuhaili, Wahbah, al-fiqh al- Islami wa Adillatuhu, Beirut: Dar al- Fikr, 1984, Jilid IV Iqtishaduna Volume 5 Nomor 1 Juni 2014 25