BAB I PENDAHULUAN. utama baik di negara maju maupun di negara berkembang, karena disamping

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Stroke menurut World Health Organization (WHO) (1988) seperti yang

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner, stroke), kanker, penyakit pernafasan kronis (asma dan. penyakit paru obstruksi kronis), dan diabetes.

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. masalah kesehatan untuk sehat bagi penduduk agar dapat mewujudkan derajat

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh PTM terjadi sebelum usia 60 tahun, dan 90% dari kematian sebelum

BAB 1 PENDAHULUAN. orang yang memiliki kebiasaan merokok. Walaupun masalah. tahun ke tahun. World Health Organization (WHO) memprediksi

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit tidak menular (PTM) seperti penyakit jantung, stroke, kanker,

BAB 1 PENDAHULUAN. yang sangat serius saat ini adalah hipertensi yang disebut sebagai the silent killer.

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi dan malnutrisi, pada saat ini didominasi oleh

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit yang diderita masyarakat telah bergeser ke arah. penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah,

BAB I PENDAHULUAN. depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan adalah masyarakat, bangsa

BAB 1 : PENDAHULUAN. utama masalah kesehatan bagi umat manusia dewasa ini. Data Organisasi Kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner. Kelebihan tersebut bereaksi dengan zat-zat lain dan mengendap di

BAB I PENDAHULUAN. dampak dari pembangunan di negara-negara sedang berkembang. sebagaimana juga hal ini terjadi di Indonesia, terutama di daerah Jawa

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi bergeser ke penyakit non-infeksi/penyakit tidak

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. cerebrovascular disease (CVD) yang membutuhkan pertolongan dan penanganan

BAB I PENDAHULUAN. dua di dunia. Penyakit ini telah menjadi masalah kesehatan yang mendunia dan semakin

BAB 1 PENDAHULUAN. prevalensi penyakit infeksi (penyakit menular), sedangkan penyakit non infeksi

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Tujuan pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua

BAB I PENDAHULUAN. mencakup dua aspek, yakni kuratif dan rehabilitatif. Sedangkan peningkatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 2. Peningkatan kasus Penyakit Tidak Menular (PTM), yang merupakan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan transisi epidemiologi. Secara garis besar transisi epidemiologi

BAB I PENDAHULUAN. kematian yang terjadi pada tahun 2012 (WHO, 2014). Salah satu PTM

BAB I PENDAHULUAN. tahunnya sebagai akibat penyakit degeneratif didunia. Di negara maju, kematian

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian berasal dari PTM dengan perbandingan satu dari dua orang. dewasa mempunyai satu jenis PTM, sedangkan di Indonesia PTM

BAB I PENDAHULUAN. ditularkan dari orang ke orang. Mereka memiliki durasi panjang dan umumnya

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM) sebagai suatu penyakit tidak menular yang cenderung

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) adalah sekelompok gangguan metabolik. dari metabolisme karbohidrat dimana glukosa overproduksi dan kurang

Stroke merupakan penyebab kematian ketiga terbanyak di Amerika Serikat. Pada 2002, stroke membunuh sekitar orang. Jumlah tersebut setara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan penyakit non infeksi (penyakit tidak menular) justru semakin

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit tidak menular (PTM) menjadi penyebab utama kematian secara

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. menular (PTM) yang meliputi penyakit degeneratif dan man made diseases.

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Penyakit degeneratif biasanya disebut dengan penyakit yang

BAB I PENDAHULUAN. secara Nation Wide mengingat prevalensinya cukup tinggi umumnya sebagian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penyakit dari penyakit infeksi ke penyakit non infeksi, yaitu penyakit tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit tidak menular banyak ditemukan pada usia lanjut (Bustan, 1997).

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun terus meningkat, data terakhir dari World Health Organization (WHO)

BAB I PENDAHULUAN. menular juga membunuh penduduk dengan usia yang lebih muda. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. dari masyarakat agraris menjadi masyarakat industri. Indonesia saat ini juga

BAB I PENDAHULUAN. tidak menular yang lebih dikenal dengan sebutan transisi epidemiologi. 1

BAB 1 PENDAHULUAN. baik di negara maju maupun di negara berkembang. World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN. berfokus dalam menangani masalah penyakit menular. Hal ini, berkembangnya kehidupan, terjadi perubahan pola struktur

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Profil kesehatan masyarakat di negara-negara industri telah berubah secara

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) termasuk ke dalam penyakit

BAB I PENDAHULUAN. dari orang per tahun. 1 dari setiap 18 kematian disebabkan oleh stroke. Rata-rata, setiap

BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG. Secara global, penyakit terkait dengan gaya hidup. dikenal sebagai penyakit tidak menular (PTM).

BAB I PENDAHULUAN. penyakit infeksi ke penyakit tidak menular ( PTM ) meliputi penyakit

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakitpenyakit

BAB I PENDAHULUAN. mengalirkan darah ke otot jantung. Saat ini, PJK merupakan salah satu bentuk

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi merupakan faktor resiko primer penyakit jantung dan stroke. Pada

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakit penyakit

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terus menerus mengalami peningkatan. Hal ini terlihat dari data WHO

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG. Stroke atau cedera serebrovaskular adalah berhentinya suplai darah ke

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat (Rahayu, 2000). Berdasarkan data American. hipertensi mengalami peningkatan sebesar 46%.

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh perubahan gaya hidup dan yang lebih penting lagi. kemungkinan terjadinya peningkatan tekanan darah tinggi karena

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masalah ganda (Double Burden). Disamping masalah penyakit menular dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Stroke merupakan suatu sindroma neurologis yang. terjadi akibat penyakit kardiovaskular.

BAB 1 : PENDAHULUAN. daya masyarakat, sesuai dengan kondisi sosial budaya setempat dan didukung

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan gangguan neurologis fokal maupun global yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. Angka kematian akibat penyakit tidak menular (PTM) di dunia masih

BAB I PENDAHULUAN. terjadi peningkatan secara cepat pada abad ke-21 ini, yang merupakan

BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Depkes (2008), jumlah penderita stroke pada usia tahun berada di

BAB I PENDAHULUAN. dunia, lebih dari 1 milyar orang dewasa adalah overweight dan lebih dari 300

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan pola hidup masyarakat selalu mengalami perkembangan, baik

BAB 1 PENDAHULUAN. seseorang lebih tinggi dari normal tetapi tidak cukup tinggi untuk didiagnosis

BAB 1 PENDAHULUAN. lebih dari 90 mmhg (World Health Organization, 2013). Penyakit ini sering

pernah didiagnosis menderita PJK (angina pektoris dan/atau infark miokard)

SATUAN ACARA PENYULUHAN MASALAH KESEHATAN PENYAKIT TIDAK MENULAR (PTM)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) memperkirakan jumlah penderita hipertensi akan terus meningkat seiring

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. akibat penyakit kardiovaskuler pada tahun 1998 di Amerika Serikat. (data dari

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus dilindungi dan

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan Usia Harapan Hidup penduduk dunia dan semakin meningkatnya

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit jantung dan pembuluh darah (PJPD) merupakan penyebab utama

BAB I PENDAHULUAN. berbagai masalah lingkungan yang bersifat alamiah maupun buatan manusia.

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan 63% penyebab kematian di seluruh dunia dengan membunuh 36 juta jiwa

BAB 1 PENDAHULUAN. situasi lingkungannya, misalnya perubahan pola konsumsi makanan, berkurangnya

BAB 1 PENDAHULUAN. Premier Jatinegara, Sukono Djojoatmodjo menyatakan masalah stroke

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetic foot merupakan salah satu komplikasi Diabetes Mellitus (DM).

BAB I PENDAHULUAN. bertambah dan pertambahan ini relatif lebih tinggi di negara berkembang,

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk. Menurut Kemenkes RI (2012), pada tahun 2008 di Indonesia terdapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit stroke sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan yang utama baik di negara maju maupun di negara berkembang, karena disamping menyebabkan angka kematian yang tinggi, stroke juga sebagai penyebab kecacatan yang utama. Stroke merupakan penyebab kematian nomor tiga di dunia, bahkan di banyak rumah sakit dunia stroke merupakan penyebab kematian nomor satu. Banyak ahli kesehatan dunia juga yakin bahwa serangan stroke adalah penyebab kecacatan nomor satu di dunia (Suyono, 2005). Angka kecacatan akibat stroke umumnya lebih tinggi dari angka kematian, perbandingan antara cacat dan mati dari penderita stroke adalah empat berbanding satu. Stroke paling banyak menyebabkan orang cacat pada kelompok usia diatas 45 tahun. Banyak penderitanya yang menjadi cacat dan tidak mampu lagi mencari nafkah seperti sedia kala (Lumbantobing, 2003). Kasus stroke di seluruh dunia diperkirakan mencapai 50 juta jiwa, dan 9 juta di antaranya menderita kecacatan berat. Yang lebih memprihatinkan lagi 10 persen di antara mereka yang terserang stroke mengalami kematian. Tingginya angka kejadian stroke bukan hanya di negara maju saja, tapi juga menyerang negara berkembang seperti Indonesia karena perubahan tingkah laku dan pola hidup masyarakat (Gemari online, 2009).

Menurut Basjiruddin yang dikutip oleh Gemari online (2009), sedikitnya 10% dari 5,5 juta kematian di dunia disebabkan penyakit stroke, dan 50 juta orang yang masih hidup kehilangan pekerjaan karena cacat yang ditimbulkannya. Penderita stroke menunjukkan kenaikan setiap tahunnya, dimana insiden stroke di Amerika Serikat ± 700.000 pertahunnya dan merupakan penyebab kematian ketiga setelah penyakit jantung koroner dan kanker. Perbandingan antara penderita stroke pria dan wanita di Amerika Serikat adalah 1,2 : 1 serta perbandingan antara kulit hitam dan kulit putih yakni 1,8 : 1. (Caplan, 2000). Di negara industri, penyakit stroke umumnya merupakan penyebab kematian ketiga terbanyak pada kelompok usia lanjut setelah penyakit jantung dan kanker (Lumbantobing, 2003). Penyakit Tidak Menular (PTM) utama yang terdiri dari penyakit kardiovaskular, stroke, kanker, Diabetes Mellitus (DM), Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK), telah meningkat di beberapa negara terutama di negara berkembang. Secara global World Health Organization (WHO) memperkirakan PTM menyebabkan sekitar 60% kematian dan 43% kesakitan di seluruh dunia (Sam, 2007). WHO bahkan memperkirakan pada tahun 2020 PTM akan menyebabkan 73% kematian dan 60% kesakitan di seluruh dunia (Depkes, 2007). Di Indonesia, stroke juga merupakan salah satu penyebab kematian terbesar. Angka kejadian stroke di Indonesia meningkat tajam akhir-akhir ini, bahkan menurut Yayasan Stroke Indonesia (Yastroki) saat ini Indonesia adalah negara dengan penderita stroke terbesar di Asia (Ranakusumah dalam Kantor Berita Indonesia (KBI) Gemari, 2002).

Menurut Misbach dalam Gemari online (2009), penyakit stroke menduduki urutan ketiga sebagai penyebab kematian di Indonesia. Hal ini tidak jauh berbeda dengan laporan kematian stroke yang ada di negara-negara maju. Penyebab terjadinya stroke adalah karena pola hidup yang tidak teratur, serangan jantung terutama atrium fibrialasi, merokok, serta penyempitan pada pembuluh darah otak Berdasarkan laporan WHO, kasus stroke yang terjadi di Indonesia tahun 2002 telah menyebabkan kematian lebih dari 123.000 orang. Dan karena belum adanya strategi penanganan yang baku, jumlah kematian akibat stroke ini diperkirakan akan meningkat setiap tahunnya (Lamsudin dalam Suyono, 2005). Menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Departemen Kesehatan tahun 2001, proporsi kematian akibat PTM meningkat dari 25,41% di tahun 1990 menjadi 48,53% di tahun 2001. Proporsi kematian karena Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah meningkat dari 9,1% tahun 1986 menjadi 26,3% tahun 2001. Proporsi kematian akibat stroke meningkat dari 5,5% tahun 1986 menjadi 11,5% di tahun 2001. Keadaan ini terus meningkat dari tahun ke tahun dengan kejadian PTM yang terus mewabah yang disebabkan pola hidup yang salah (Yayasan Jantung Indonesia, 2006). Terdapat beberapa pembagian faktor risiko stroke, yaitu: 1. Faktor risiko stroke yang tak dapat diubah (nonmodifiable), terdiri dari: a) Umur, b) Jenis kelamin, c) Keturunan, d) Ras, dan 2. Faktor risiko stroke yang dapat diubah (modifiable), meliputi: a) Hipertensi, b) Penyakit jantung, c) Diabetes Mellitus (DM), d) Dislipidemia, e) Merokok, f) Minum alkohol, g) Stenosis arteri karotis

asimtomatik, h) Riwayat stroke dan TIA, i) Penyakit infeksi, j) Riwayat migrain, k) Kontrasepsi oral, l) Pola makan, m) kurang olahraga, n) obesitas (Caplan, 2000; Rowland, 2000; Aliah dan Widjaja, 2006). Dari faktor risiko tersebut diatas, pola hidup masyarakat yang meliputi pola makan, aktivitas fisik/olahraga, merokok, alkohol dan stres merupakan salah satu faktor risiko yang diduga berperan dalam menimbulkan penyakit pemicu serangan stroke. Menurut Yastroki (2007), keadaan rawan stroke di Indonesia terus meningkat. Kombinasi perubahan fisik, lingkungan, kebiasaaan, gaya hidup dan jenis penyakit yang berkembang dengan tiba-tiba, menyebabkan risiko masyarakat terkena serangan stroke di Indonesia secara kumulatif bisa meningkat menjadi 10 sampai 15 kali atau yang pasti jauh lebih besar dibandingkan masa-masa sebelumnya. Perubahan pola hidup sangat berpengaruh terhadap kesehatan dan peningkatan penyakit yang terjadi dewasa ini. Perubahan pola hidup yang sangat mencolok mengakibatkan banyak masalah kesehatan. Wajar saja bila saat ini banyak bermunculan penyakit (Gemari online, 2009). PTM seperti penyakit kardiovaskuler, stroke, diabetes tipe II, penyakit paru obsruktif kronik dan kanker tertentu, dalam kesehatan masyarakat sebenarnya dapat digolongkan sebagai satu kelompok Penyakit Tidak Menular utama yang mempunyai faktor risiko yang sama yaitu rokok, pola makan yang tidak seimbang, kurang bergerak dan adanya kondisi lingkungan yang tidak kondusif terhadap kesehatan (Argedireja dalam KBI Gemari, 2003). Perubahan pola struktur masyarakat dari agraris ke industri dan perubahan pola fertilitas gaya hidup dan sosial ekonomi

masyarakat diduga sebagai hal yang melatarbelakangi prevalensi PTM, sehingga kejadian penyakit tidak menular semakin bervariasi dalam transisi epidemiologi (Sam, 2007). Pola hidup sehat banyak berhubungan dengan kesehatan jantung serta jaringan pembuluh darah termasuk stroke (Yastroki, 2007). Saat ini risiko serangan stroke meningkat 10-15 kali, keadaan ini dibandingkan dengan tahun 1970 yang hanya sekitar 2,5 % jelas ada peningkatan yang cukup tajam. Adapun penyebab tingginya angka kejadian stroke di Indonesia akhir-akhir ini lebih disebabkan karena pola hidup masyarakat yang tidak sehat, seperti malas bergerak, makanan berlemak dan kolesterol tinggi, sehingga banyak diantara mereka mengidap penyakit yang menjadi pemicu timbulnya serangan stroke (Samino dalam KBI Gemari 2002). Masyarakat Aceh memiliki kebiasaan makan makanan yang sangat khas. Perbedaan yang cukup menyolok didalam tradisi makan dan minum masyarakat Aceh dengan masyarakat lain di Indonesia adalah pada lauk pauknya. Lauk pauk yang biasa dimakan oleh masyarakat Aceh sangat spesifik dan bercita rasa seperti masakan India. Lauk pauk utama masyarakat Aceh dapat berupa ikan, daging (kambing, sapi, ayam, itik). Diantara makanan khas Aceh adalah gulai kambing (kari kambing), sie reboih (daging rebus), gulai itik/ayam, gulai pliek-u, gulai rampoe, yang umumnya menggunakan santan kental (AcehVirtual, 2009; Wibowo, 2009). Dalam tradisi minum pada masyarakat Aceh adalah minum kopi di warung/ kedai kopi. Kebiasaan ini jarang ditemui pada beberapa masyarakat lain di Indonesia. Keadaan ini dapat dilihat di hampir semua sudut kota atau desa di Aceh dan telah

membudaya di kalangan masyarakat Aceh (Wibowo, 2009). Disamping itu masyarakat Aceh juga mempunyai aneka jenis penganan yang sangat khas antara lain kue timphan, meusekat, dodol dan ketan durian yang bahan dasarnya adalah santan dan gula (Wikipedia, 2007). Semua jenis makanan dan minuman tersebut sangat berpotensi untuk timbulnya penyakit penyakit seperti hipertensi, dislipidemia, diabetes mellitus dan penyakit jantung, dimana penyakit penyakit tersebut merupakan salah satu faktor risiko untuk terjadinya stroke (Aliah dan Widjaja, 2006). Berdasarkan Laporan Tahunan Rumah Sakit Umum Dokter Zainoel Abidin (RSUZA) Banda Aceh tahun 2007 mengenai 10 besar penyakit rawat inap diperoleh data bahwa penyakit serebrovaskular (stroke) menempati urutan ke 6 (304 kasus). Sementara sebagai penyebab kematian, penyakit tersebut menempati urutan ke 7 dari ratio 10 besar penyakit penyebab kematian. Hipertensi menempati urutan ke 3 (3970 kasus) dari 10 besar penyakit rawat jalan, DM menempati urutan pertama (11.234 kasus) pada 10 besar penyakit rawat jalan dan urutan ke 3 (377 kasus) pada 10 besar penyakit rawat inap. Sementara penyakit jantung menempati urutan ke 7 (2322 kasus) pada 10 besar penyakit rawat jalan (RSUZA, 2007). Salah satu penyakit pemicu timbulnya serangan stroke yang utama adalah hipertensi. Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Framingham, seorang penderita hipertensi memiliki risiko terkena stroke 7 kali lebih tinggi dibanding orang normal (Klinik sehat, 2008). Peningkatan tekanan sistolik maupun diastolik berkaitan dengan risiko yang lebih tinggi. Untuk setiap kenaikan tekanan diastolik sebesar 7,5 mmhg

maka risiko stroke meningkat 2 kali lipat. Apabila hipertensi dapat dikendalikan dengan baik maka risiko stroke turun sebanyak 28 38%. Pengendalian hipertensi dapat dilakukan melalui dua pendekatan, yaitu pengendalian gaya hidup (lifestyle) dan pemberian obat antihipertensi (Bethesda Stroke Center, 2007). Penyakit pemicu stroke lainnya adalah diabetes melitus. Menurut Langi dalam Patologi (2009), Individu yang mengalami diabetes melitus mempunyai risiko serangan jantung dan stroke 2 kali lebih sering dibandingkan orang normal. Bahkan menurut Ranakusumah yang dikutip Aceh Forum Community (2007), meski penyakit hipertensi termasuk penyakit yang memiliki peluang tinggi untuk mendapatkan serangan stroke, namun secara umum penderita diabetes justru memiliki risiko tiga kali lebih besar mendapatkan serangan stroke daripada penderita hipertensi. Penyakit jantung juga merupakan penyakit yang erat kaitannya dengan stroke. Dari studi Framingham diperoleh bahwa peningkatan insidensi stroke 18 kali pada fibrilasi atrial yang berhubungan dengan penyakit jantung katup rematik, dan pada fibrilasi atrial bukan katup risiko stroke meningkat hingga hampir 5 kali. Dengan demikian, penyakit jantung adalah faktor risiko yang penting bagi stroke iskemik, sedangkan perannya sebagai faktor risiko pada stroke hemoragik masih perlu pembuktian yang lebih pasti (Aliah dan Widjaja, 2006). Penyakit jantung koroner merupakan penyebab kematian terbanyak pada penderita stroke (Klinik sehat, 2008). Seseorang yang mempunyai faktor keturunan penyakit jantung dan stroke harus lebih berhati-hati dengan pola hidup yang dijalani. Walaupun pola hidup yang sudah tertanam bertahun tahun sangat sulit dan membutuhkan waktu untuk dirubah,

tetapi manfaat yang akan diperoleh adalah sangat besar. Semakin banyak faktor pemicu risiko dalam tubuh, makin besar kemungkinan seseorang terkena jantung koroner dan stroke. Apabila seorang memiliki tiga faktor misalnya perokok, kolesterol tinggi dan kurang berolahraga kemungkinan terkena serangan jantung 6 kali dibanding orang yang mempunyai satu faktor bahkan 10 kali dari mereka yang tanpa risiko (Papuamania.com, 2003). Upaya-upaya pencegahan dan penanggulangan penyakit tidak menular sudah dilakukan oleh berbagai pihak bukan hanya oleh pemerintah saja baik secara sendirisendiri maupun bersama-sama. Fokus pencegahan dan penanggulangan bersifat paripurna dan promotif sampai rehabilitatif dengan fokus utama adalah pencegahan, deteksi dini dan paliatif pada golongan penyakit yang angka kejadiannya tinggi dan feasible untuk dilaksanakan. Saat ini Depkes telah menyusun kebijakan dan strategi nasional pencegahan dan penanggulangan PTM yang meliputi 3 komponen utama, yaitu surveilans PTM, promosi dan pencegahan PTM serta manajemen dan pelayanan PTM. Kebijakan tersebut tidak mungkin dilaksanakan hanya bersandarkan pada kemampuan pemerintah, tetapi harus melibatkan seluruh komponen masyarakat (Argedireja dalam KBI Gemari, 2003). Menurut Suyono dalam Yastroki (2007), saat ini Yastroki juga sedang mengembangkan upaya memasyarakatkan pola hidup sehat, sekaligus pencegahan stroke. Karena pola hidup sehat banyak berhubungan dengan kesehatan jantung serta jaringan pembuluh darah termasuk stroke. Untuk mendapatkan hasil yang optimal, gerakan ini seyogyanya menempatkan penduduk Indonesia yang berjumlah 211-212

juta jiwa dan telah mengalami kemajuan demografis membiasakan dirinya untuk hidup sehat, memahami dan akrab dengan tanda-tanda awal serangan stroke dan mampu memelihara dirinya dengan baik, melalui pengembangan Gerakan Peduli Stroke (Gelis). Gerakan ini, menurutnya, merupakan jawaban untuk hidup sehat dalam alam modern, sekaligus membantu masyarakat memahami langkah-langkah yang perlu diambil, akrab dengan keadaan dirinya, mengetahui secara mendalam kemungkinan menderita penyakit degeneratif, khususnya stroke, dan mempunyai komitmen tinggi untuk ikut mengembangkan jaringan yang dapat menolong dirinya. Upaya itu antara lain berupa peningkatan kesadaran, pendidikan, dan sekaligus pelatihan hidup sehat yang diwujudkan melalui berbagai upaya di sekolah, atau di lingkungan masyarakat luas. Tujuannya adalah agar setiap anak bangsa, terutama keluarga rawan stroke, juga keluarga dengan penderita stroke, dapat menjadi pendamping yang akrab terhadap kemungkinan terkena stroke. Pemberian pengetahuan tentang pola hidup sehat tersebut idealnya diberikan sejak sekolah dasar. Berdasarkan tinjauan diatas, tampak bahwa stroke merupakan salah satu masalah kesehatan yang cukup besar dan memerlukan penanganan yang tepat serta melakukan pencegahan dengan baik pula tentunya. Berbagai faktor dapat menjadi tolok ukur dalam menilai besarnya kemungkinan seseorang akan mengalami serangan stroke. Karenanya, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang bagaimana pengaruh faktor kebiasaan masyarakat di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam terhadap risiko serangan stroke tersebut karena salah satu faktor yang diduga memengaruhi munculnya stroke adalah pola hidup masyarakat.

1.2. Permasalahan Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : Apakah ada pengaruh pola hidup (pola makan, olahraga dan merokok) terhadap penyakit stroke pada pasien yang dirawat inap di RSUZA Banda Aceh Tahun 2009. 1.3. Tujuan Penelitian 1. Untuk menganalisis pengaruh pola hidup (pola makan, olahraga dan merokok) terhadap penyakit stroke pada pasien yang dirawat inap di RSUZA Banda Aceh Tahun 2009. 2. Untuk mengetahui variabel pola hidup yang paling dominan memengaruhi terjadinya stroke. 1.4. Hipotesis Ada pengaruh pola hidup (pola makan, olahraga dan merokok) terhadap penyakit stroke pada pasien yang dirawat inap di RSUZA Banda Aceh Tahun 2009. 1.5. Manfaat Penelitian 1. Memberikan informasi bagi Dinas Kesehatan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dalam membuat kebijakan untuk menurunkan kejadian penyakit stroke melalui upaya peningkatan pola hidup sehat. 2. Sebagai tambahan informasi bagi masyarakat untuk dapat menghindari perilaku yang meningkatkan risiko penyakit stroke.