Kayu bundar Bagian 1: Istilah dan definisi

dokumen-dokumen yang mirip
Produk kayu bundar Bagian 1: Kayu bundar jati

.:::: Powered By Ludarubma ::::. KAYU BUNDAR JATI

Kayu bundar jenis jati Bagian 1: Klasifikasi, persyaratan dan penandaan

Kayu bundar daun jarum Bagian 1: Klasifikasi, persyaratan dan penandaan

Kayu bundar daun lebar Bagian 2: Cara uji

Kayu gergajian Bagian 1: Istilah dan definisi

BAB VIII PENGENALAN CACAT KAYU

.:::: Powered By Ludarubma ::::. KAYU CENDANA

Kayu bundar daun jarum Bagian 2: Cara uji

Kayu bundar jenis jati Bagian 2: Cara uji

Kayu bundar Bagian 2: Pengukuran dan tabel isi

Kayu gergajian jenis jati Cara uji

Kayu gergajian jenis jati Bagian 1: Klasifikasi, persyaratan dan penandaan

Kayu gergajian daun lebar Bagian 2: Cara uji

Kayu gergajian daun lebar Bagian 1: Klasifikasi, persyaratan dan penandaan

Lampiran 1 Peraturan Direktur Jenderal Bina Produksi Kehutanan Nomor : P. 14 /VI-BIKPHH/2009 Tanggal : 10 November 2009

Kayu bundar jenis jati Bagian 3: Pengukuran dan tabel isi

Kayu gergajian Bagian 2: Pengukuran dimensi

LAPORAN PENGUJIAN KAYU

.:::: Powered By Ludarubma ::::. KAYU GERGAJIAN JATI

KAYU GERGAJIAN RIMBA

VENIR JATI BASAH DAN KAYU LAPIS INDAH JATI

PENGUJIAN KUALITAS KAYU BUNDAR JATI

Kayu gergajian daun jarum Bagian 2: Cara uji

ANALISIS MUTU KAYU BENTUKAN (MOULDING) JATI (Tectona grandis L.f.) PADA INDUSTRI MOULDING DI KOTA KENDARI, SULAWESI TENGGARA

Kayu lapis indah jenis jati Bagian 1: Klasifikasi, persyaratan dan penandaan

Kayu lapis Istilah dan definisi

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut: aktivitas moving dan waiting.

KAYU LAPIS DAN PAPAN BLOK PENGGUNAAN UMUM

Mutu dan Ukuran kayu bangunan

SNI MUTU SIRAP DEWAN STANDARDISASI NASIONAL- DSN SNI UDC STANDAR NASIONAL INDONESIA

Kayu lapis untuk kapal dan perahu

Kayu gergajian Bagian 3: Pemeriksaan

PENGUJIAN KUALITAS KAYU BUNDAR JATI

Bambu lamina penggunaan umum

KAYU LAMINASI DAN PAPAN SAMBUNG

Penanganan bibit jati (Tectona grandis Linn. f.) dengan perbanyakan stek pucuk

KERAJINAN KAYU. Tujuan Pembelajaran Khusus

Macam Kayu Menurut Susunannya. Pengetahuan Bahan

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

Uji ketahanan kayu dan produk kayu terhadap organisme perusak kayu

SNI. Baja Tulang beton SNI Standar Nasional Indonesia. Badan Standardisasi Nasional BSN

BESARNYA HARGA LIMIT LELANG

Bab Vlll PENGUKURAN VOLUME DAN PENETAPAN KUALITAS KAYU

BAB V PENGUKURAN KAYU

SNI Standar Nasional Indonesia. Baja tulangan beton. Badan Standardisasi Nasional

SNI Standar Nasional Indonesia

BAB III METODE PENELITIAN

Gaharu SNI 7631:2011. Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di website dan tidak untuk dikomersialkan

PENETAPAN HARGA PATOKAN HASIL HUTAN UNTUK PENGHITUNGAN PROVISI SUMBER DAYA HUTAN

PENGETAHUAN DASAR KAYU SEBAGAI BAHAN BANGUNAN

PENETAPAN HARGA PATOKAN HASIL HUTAN UNTUK PENGHITUNGAN PROVISI SUMBER DAYA HUTAN. 2. Kayu Torem (Wilayah I) /m 3

(trees). Terdapat perbedaan pengertian antara pohon dan tanam-tanaman

BAB III METODE PENELITIAN

Baja tulangan beton dalam bentuk gulungan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Lampiran 1. Sifat Fisika dan Mekanika Kayu. Lampiran 2. Pengujian Sifat Keawetan terhadap rayap tanah (Captotermes curvignathus Holmgreen.

Kayu bentukan SNI Copy SNI ini dibuat oleh BSN untuk Pusat Standardisasi dan Lingkungan Departemen Kehutanan untuk Diseminasi SNI

V. POLA DAN TEHNIK PEMBELAHAN

METODE PENGUJIAN KUAT TEKAN KAYU DI LABORATORIUM

Papan partikel SNI Copy SNI ini dibuat oleh BSN untuk Pusat Standardisasi dan Lingkungan Departemen Kehutanan untuk Diseminasi SNI

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : P. 47/Menhut-II/2008 TENTANG PENETAPAN HARGA LIMIT LELANG HASIL HUTAN KAYU DAN BUKAN KAYU

VII. VOLUME DAN SORTIMEN. A. Penaksiran Volume Kayu Gergajian

.:::: Powered By Ludarubma ::::. G A H A R U

STUDI RENDEMEN BAHAN BAKU LOG PADA IU-IPHHK RUSMANDIANSNYAH DI KECAMATAN DAMAI KABUPATEN KUTAI BARAT

Analisis Potensi Limbah Penebangan dan Pemanfaatannya pada Hutan Jati Rakyat di Kabupaten Bone

BAB III METODE PENELITIAN. sesuai dengan SNI no. 03 tahun 2002 untuk masing-masing pengujian. Kayu tersebut diambil

BAB I PENDAHULUAN. jadikan sumber pendapatan baik bagi negara ataupun masyarakat. Kayu dapat

Baja tulangan beton SNI 2052:2014

BAB III METODE PENELITIAN

Spesifikasi kelas kekuatan kayu bangunan yang dipilah secara masinal

MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Penyaratan yang dimaksud adalah penyaradan (Pen)

Jaringan kawat baja las untuk tulangan beton

! "# # $ # % & % # '(()

Penyelidikan Kuat Tekan Komposit Polimer yang Diperkuat Serbuk Kayu Sebagai Bahan Baku Konstruksi Kapal Kayu

SNI. Baja tulangan beton SNI Standar Nasional Indonesia ICS ~ Stanzfardisasi. w $$: '" Nasioi:al. -..

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kolom adalah batang tekan vertikal dari rangka (frame) struktural yang

SNI 0123:2008. Standar Nasional Indonesia. Karton dupleks. Badan Standardisasi Nasional ICS

Abstract. Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. Untuk memenuhi kebutuhan industri perkayuan yang sekarang ini semakin

Kayu lapis dan papan blok bermuka kertas indah

III METODOLOGI PENELITIAN

Baja tulangan beton hasil canai panas Ulang

VI. ANALISIS NILAI TAMBAH INDUSTRI PENGGERGAJIAN KAYU (IPK)

Kayu. Umum. TKS 4406 Material Technology I. (wood or timber)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BUDIDAYA DAN TEKNIS PERAWATAN GAHARU

8 penghasil gaharu yang terkena infeksi penyakit hingga ke bagian tengah batang (Siran dan Turjaman 2010). Namun sering indikator ini tidak tepat dala

KAYU JUVENIL (JUVENILE WOOD)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BABII TINJAUAN PUSTAKA. Bab ini berisi tentang teori dari beberapa sumber buku seperti buku - buku

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Kulit masohi SNI 7941:2013

G A H A R U, SNI

BAB 3 HUBUNGAN ANTARA KAYU DAN AIR: PENYUSUTAN KAYU

MENAKSIR VOLUME POHON BERDIRI DENGAN PITA VOLUME BUDIMAN

SNI Standar Nasional Indonesia. Biji kopi

MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA,

Transkripsi:

SNI 7533.1:2010 Standar Nasional Indonesia Kayu bundar Bagian 1: Istilah dan definisi ICS 79.040 Badan Standardisasi Nasional

SNI 7533.1:2010 Daftar isi Daftar isi...i Prakata...i 1 Ruang lingkup... 1 2 Istilah dan definisi... 1 i

SNI 7533.1:2010 Prakata Standar ini menggantikan SNI 01-0193-2006, Kayu bundar eboni; dan SNI 01-0194-2006, Kayu bundar kuku; SNI 01-5007.1-1999, Kayu bundar jati; SNI 01-5007.3-2000, Petunjuk teknis pengujian kayu bundar rimba; SNI 01-5007.4-2000, Kayu bundar rimba sortimen KBB; SNI 01-5007.5-2000, Kayu bundar rimba sortimen KBS; SNI 01-5007.6-2000, Kayu bundar sungkai; SNI 01-5007.7-2000, Kayu bundar merbau; SNI 01-5007.8-2000, Kayu bundar perupuk; SNI 01-5007.9-2000, Kayu bundar gmelina dan akasia mangium; SNI 01-5007.10-2000, Seratus jenis kayu bundar rimba; SNI 01-5007.11-2001, Kayu bundar tusam; SNI 01-5007.12-2001, Kayu bundar sonokeling dan sonokembang; SNI 01-5007.13-2001, Kayu bundar mahoni; SNI 01-5007.14-2001, Kayu bundar rasamala; SNI 01-5007.15-2001, Kayu bundar agatis; SNI 01-5007.16-2001, Kayu bundar sengon dan jabon; SNI 01-5007.17-2001, Pengukuran dan tabel isi kayu bundar jati. Standar ini disusun karena adanya perkembangan teknologi di lapangan dan penyederhanaan jumlah standar yang ada. Dengan adanya standar ini, maka istilah dan definisi yang terdapat pada standar tersebut di atas sudah tidak berlaku lagi. Standar ini disusun oleh Panitia Teknis (PT) 79-01 Hasil Hutan Kayu, yang telah dibahas dalam rapat teknis dan terakhir disepakati dalam rapat konsensus pada tanggal 17 Juli 2008 di Bogor. Standar ini telah melalui proses jajak pendapat pada tanggal 6 Pebruari 2009 sampai dengan 6 April 2009 dengan hasil akhir RASNI. ii

SNI 7533.1:2010 1 Ruang lingkup Kayu bundar Bagian 1: Istilah dan definisi Standar ini menetapkan istilah dan definisi kayu bundar. 2 Istilah dan definisi 2.1 alur lekuk memanjang pada permukaan kayu 2.2 arah serat arah umum serat pembentuk kayu, yang ditetapkan dengan cara membandingkan penyimpangan serat pada umumnya terhadap arah sumbu kayu 2.3 bekas sadapan luka atau cacat di badan yang disebabkan oleh bekas penyadapan getah 2.4 benjolan tonjolan atau pembengkakan pada satu tempat atau melingkar pada badan kayu. Kayu bundar daun lebar dianggap mempunyai benjolan apabila tinggi tonjolan 3 cm dari badan kayu yang normal dan tidak terdapat adanya bekas cabang atau mata kayu 2.5 bontos (Bo) penampang melintang pada kedua ujung kayu, yaitu di pangkal disebut bontos pangkal (Bp) dan di ujung disebut bontos ujung (Bu) 2.6 buncak-buncak pembengkakan pada badan kayu bundar jati yang ditandai dengan adanya titik dengan jumlah 3 titik tetapi bukan mata kayu 2.6.1 buncak-buncak berat (Bcb) buncak-buncak tidak rata dengan badan kayu dengan tinggi tonjolan 3 cm 2.6.2 buncak-buncak ringan (Bcr) buncak-buncak rata dengan badan kayu dengan tinggi tonjolan < 3 cm 2.7 cacat suatu kelainan yang terdapat pada kayu yang dapat mempengaruhi mutu dan atau isi 2.7.1 cacat badan cacat yang terdapat pada badan 1 dari 8

SNI 7533.1:2009 2.7.2 cacat bentuk penyimpangan bentuk dari bentuk umum kayu bundar 2.7.3 cacat bontos cacat yang terdapat pada bontos 2.8 diameter kayu bundar (d) angka rata-rata diameter pangkal dan diameter ujung atau angka pengukuran diameter ujung 2.8.1 diameter pangkal (dp) angka rata-rata garis tengah terkecil (d1) dan garis tengah terbesar (d2) pada Bp melalui pusat bontos 2.8.2 diameter ujung (du) angka rata-rata garis tengah terkecil (d3) dan garis tengah terbesar (d4) pada Bu melalui pusat bontos 2.9 gabeng keadaan kayu yang menyerupai rapuh yang dapat dilihat pada bontos kayu 2.10 gerowong (Gr) lubang pada bontos dan badan, baik tembus maupun tidak tembus yang prosesnya dimulai dari pembusukan 2.11 gubal (Gu) bagian kayu antara kulit dan teras, pada umumnya berwarna lebih terang dari kayu teras 2.11.1 gubal sehat (Gs) gubal yang tidak memperlihatkan tanda-tanda pembusukan 2.11.2 gubal busuk (Gb) gubal yang sudah mengalami pembusukan, dicirikan oleh rapuhnya bagian badan 2.11.3 gubal tidak sehat (Gts) gubal yang sudah mendapat serangan jamur, dicirikan adanya perubahan warna akan tetapi masih keras 2.12 hati (empulur) bagian pusat dari kayu termasuk gabus 2 dari 8

SNI 7533.1:2010 2.12.1 hati sehat hati yang utuh bebas dari pembusukan 2.12.2 hati tidak sehat hati yang lepas/hilang, rapuh dan busuk 2.13 isi (I) hasil perhitungan yang didapat dari hasil pengukuran panjang dan diameter dengan menggunakan rumus tertentu 2.13.1 isi bersih (Ib) Isi kayu bundar yang bebas dari cacat bontos (Tb, Gr) dan cacat gubal (Gb, Lgb > 10 bh/tmp) dinyatakan dalam satuan meter kubik 2.13.2 isi sehat (Is) isi kayu bundar yang bebas dari cacat bontos (Tb, Tr, Gr) dan cacat gubal (Gb, Gts, Lgb > 10 bh/tmp) yang dapat mengurangi isi, dinyatakan dalam satuan persen 2.14 kayu bundar bagian batang dan atau cabang dari pohon, berbentuk bundar memanjang dengan ukuran tertentu 2.14.1 kayu bundar besar (KBB) kayu bundar dengan ukuran diameter 30 cm 2.14.2 kayu bundar sedang (KBS) kayu bundar dengan ukuran diameter 20 cm sampai dengan 29 cm 2.14.3 kayu bundar kecil (KBK) kayu bundar dengan ukuran diameter < 20 cm 2.15 kayu bundar daun jarum jenis-jenis kayu dari kelas Coniferales yang termasuk subdivisi Gymnospermae 2.16 kayu bundar daun lebar jenis-jenis kayu dari kelas Dicotiledonae yang termasuk subdivisi Angiospermae selain jati 2.17 kayu bundar jati kayu bundar dari jenis Tectona grandis L.f. 3 dari 8

SNI 7533.1:2009 2.18 kebundaran bentuk kayu yang ditetapkan dengan cara membandingkan d1 dengan d2 serta d3 dengan d4, dinyatakan dalam satuan persen 2.18.1 bundar (Br) apabila kebundarannya 90 % 2.18.2 hampir bundar (Hbr) apabila kebundarannya 80 % sampai dengan < 90 % 2.18.3 tidak bundar (Tbr) apabila kebundarannya < 80 % 2.19 kelurusan bentuk kayu yang ditetapkan dengan cara membandingkan kedalaman lengkung dengan panjang kayu dalam satuan persen 2.20 kesilindrisan bentuk kayu yang ditetapkan dengan cara membandingkan selisih du dan dp dengan panjang kayu (p) dalam satuan persen 2.20.1 silindris (Si) apabila kesilindrisannya 1 % p 2.20.2 hampir silindris (Hsi) apabila kesilindrisannya > 1 % p sampai dengan 2 % p 2.20.3 tidak silindris (Tsi) apabila kesilindrisannya > 2 % p 2.21 kulit tumbuh/kulit tersisip (Kt) kulit yang sebagian atau seluruhnya tumbuh di dalam kayu, yang biasanya terdapat pada alur atau di sekeliling mata kayu 2.22 kunus cacat pada bontos kayu berupa lubang yang terjadi sebagai akibat dari kesalahan teknis menebang 2.23 lengar (Lr) lekukan pada badan kayu yang ditandai dengan hilangnya gubal dan terasnya mengalami pembusukan. Pada umumnya lengar disebabkan oleh kebakaran atau sebab lain, sehingga pertumbuhan terhenti 4 dari 8

SNI 7533.1:2010 2.24 lubang gerek lubang pada kayu bundar yang disebabkan oleh serangga dan organisme penggerek 2.24.1 lubang gerek kecil (Lgk) lubang jarum lubang gerek yang diameter lubangnya 2 mm 2.24.2 lubang gerek sedang (Lgs) lubang gerek yang diameter lubangnya > 2 mm sampai dengan 5 mm 2.24.3 lubang gerek besar (Lgb) lubang gerek yang diameter lubangnya > 5 mm 2.24.4 lubang gerek gerombol (Grb) lubang gerek yang jumlahnya > 30 buah pada badan kayu yang dihitung dalam bentuk persegi dengan ukuran 12,5 cm x 12,5 cm 2.24.5 lubang gerek tersebar merata (Tm) lubang gerek yang jumlahnya 30 buah pada badan kayu yang dihitung dalam bentuk persegi dengan ukuran 12,5 cm x 12,5 cm 2.25 lubang gerek laut (Lgl) lubang pada kayu disebabkan oleh organisme penggerek di laut 2.26 inger-inger cacat yang disebabkan oleh serangga Calotermes tectonae Dam, pada umumnya ditandai dengan pembengkakan di badan kayu 2.27 lubang oleng-oleng lubang yang disebabkan oleh ulat Duomitus ceramicus Wlk. 2.28 lubang pelatuk lubang yang disebabkan oleh burung pelatuk (Picus sp.) 2.29 lubang uter-uter lubang yang disebabkan oleh serangga uter-uter, berdiameter antara 5 mm sampai dengan 15 mm, biasanya terdapat pada kayu bundar sengon 2.30 lubang lainnya lubang selain gerowong yang terdapat pada bontos dan badan kayu 5 dari 8

SNI 7533.1:2009 2.31 mata kayu (Mk) bekas cabang atau ranting pada badan kayu 2.31.1 mata kayu busuk (Mkb) mata kayu yang menunjukkan tanda pembusukan, bagian kayunya lebih lunak dibandingkan dengan kayu di sekitarnya dan mudah lepas, sehingga dapat menimbulkan lubang 2.31.2 mata kayu sehat (Mks) mata kayu yang bebas dari pembusukan, berpenampang keras, tidak mengelupas dan berwarna sama atau lebih tua daripada warna kayu di sekitarnya 2.32 mutu kayu kemampuan kegunaan kayu bundar untuk tujuan tertentu berdasarkan karakteristik yang dimilikinya 2.33 nilai konversi (Nk) perkiraan hasil kayu gergajian yang dapat diperoleh dari menggergaji kayu bundar 2.34 noda minyak berubahnya warna teras pada kayu daun jarum yang disebabkan adanya zat ekstraktif yang muncul (minyak) 2.35 pakah hasil pemotongan kayu bercabang yang ditandai dengan adanya minimal 2 (dua) buah hati pada salah satu bontos atau keduanya 2.36 pecah (Pe) terpisahnya serat dengan lebar celah > 2 mm 2.36.1 pecah banting (Pebt) pecah atau kerusakan kayu akibat benturan 2.36.2 pecah bontos (Pebo) terpisahnya serat pada bontos yang dimulai baik dari hati (pecah hati/peh) maupun dari gubal yang memotong lingkaran tumbuh 2.36.3 pecah busur (Peb) terpisahnya serat pada bontos yang mengikuti lingkaran tumbuh yang bentuknya kurang dari ½ lingkaran 2.36.4 pecah gelang (Peg) terpisahnya serat pada bontos yang mengikuti lingkaran tumbuh yang bentuknya ½ lingkaran atau lebih 6 dari 8

SNI 7533.1:2010 2.36.5 pecah slemper/pecah lepas pecah yang mengakibatkan bagian kayu mudah lepas atau sudah lepas 2.37 pengujian kayu suatu kegiatan dalam rangka menetapkan jenis kayu, menetapkan isi (volume) kayu dan menetapkan mutu (kualita) kayu 2.38 persyaratan cacat ketentuan mengenai jenis, jumlah, ukuran, lokasi dan penyebaran cacat yang dipergunakan dalam penetapan mutu 2.39 persyaratan hasil ketentuan mengenai besarnya persentase isi sehat atau nilai konversi dalam penetapan mutu 2.40 perubahan warna berubahnya warna kayu yang disebabkan antara lain oleh serangan jamur biasanya berwarna biru (blue stain) 2.41 pusat bontos (B) titik tengah bontos kayu 2.42 rapuh suatu keadaan dimana kekerasan dan kepadatan kayu berkurang yang merupakan tahap pertama dari pembusukan 2.43 retak terpisahnya serat dengan lebar celah maksimum 2 mm 2.44 retak angin retak yang terputus-putus pada badan kayu, yang pada umumnya disebabkan oleh perubahan cuaca 2.45 sortimen kayu bundar penggolongan kayu bundar berdasarkan besarnya diameter kayu 2.46 teras bagian kayu yang terletak antara hati dan gubal 2.46.1 teras busuk teras yang memperlihatkan tanda-tanda pembusukan 7 dari 8

SNI 7533.1:2009 2.46.2 teras rapuh (Tr) teras yang memperlihatkan kerapuhan. Khusus untuk kayu daun jarum termasuk noda teras (noda kemerahan pada teras yang apabila digergaji mudah patah) 2.47 tiap dua meter panjang (tdp) suatu cara penentuan lokasi cacat yang diperkenankan pada setiap 2 (dua) m panjang kayu, yang penilaiannya dimulai dari bontos pangkal 2.48 tiap meter panjang (tmp) suatu cara penentuan lokasi cacat yang diperkenankan pada setiap 1 (satu) m panjang kayu, yang penilaiannya dimulai dari bontos pangkal 2.49 toleransi batas penyimpangan yang masih diperkenankan 8 dari 8