BAB III METODE PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN. fasa dari segi sistim kelistrikannya maka dilakukan pengamatan langsung

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB IV PENGUJIAN, ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA DAN PENGUJIAN ALAT

KONDISI TRANSIENT 61

BAB III METODE PENELITIAN

Hubungan Antara Tegangan dan RPM Pada Motor Listrik

BAB III PERENCANAAN DAN PEMBUATAN ALAT. perancangan pembuatan simulasi listrik, Pada perancangan sistem simulasi ini di

SILABUS DAN RPP MENGUASAI KONSEP DASAR LISTRIK DAN ELEKTRONIKA SMK NEGERI 56 JAKARTA

Teknik Tenaga Listrik(FTG2J2)

MODUL 3 TEKNIK TENAGA LISTRIK PRODUKSI ENERGI LISTRIK (1)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III PERENCANAAN DAN PEMBUATAN. 3.1 Langkah-Langkah Dalam Merancang Motor Induksi 3 Phase. memerlukan langkah-langkah sebagai berikut :

Momentum, Vol. 10, No. 2, Oktober 2014, Hal ISSN

MAKALAH ANALISIS SISTEM KENDALI INDUSTRI Synchronous Motor Derives. Oleh PUSPITA AYU ARMI

PRINSIP KERJA MOTOR. Motor Listrik

12/1/2012. Belitan medan. Sumber AC 1 Fasa. Sikat-sikat dihubungsingk atkan. Jangkar DC

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam tugas akhir ini ada beberapa alat dan bahan yang digunakan dalam

Oleh : Bambang Dwinanto, ST.,MT Debi Kurniawan ABSTRAKSI. Kata Kunci : Perangkat, Inverter, Frekuensi, Motor Induksi, Generator.

BAB II LANDASAN TEORI

PERANCANGAN MINI GENERATOR TURBIN ANGIN 200 W UNTUK ENERGI ANGIN KECEPATAN RENDAH. Jl Kaliurang km 14,5 Sleman Yogyakarta

BAB II LANDASAN TEORI. mobil seperti motor stater, lampu-lampu, wiper dan komponen lainnya yang

BAB I. PENDAHULUAN A.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. relevan dengan perangkat yang akan dirancang bangun yaitu trainer Variable Speed

PENAMBAHAN PENGAMAN MOTOR LISTRIK DENGAN SENSOR SUHU IC LM 135

1 BAB I PENDAHULUAN. energi alternatif yang dapat menghasilkan energi listrik. Telah diketahui bahwa saat

BAB II GENERATOR SINKRON

Penurunan Rating Tegangan pada Belitan Motor Induksi 3 Fasa dengan Metode Rewinding untuk Aplikasi Kendaraan Listrik

TUGAS PERTANYAAN SOAL

AVOMETER 1 Pengertian AVO Meter Avometer berasal dari kata AVO dan meter. A artinya ampere, untuk mengukur arus listrik. V artinya voltase, untuk

BAB III PERANCANGAN SISTEM

Generator listrik adalah sebuah alat yang memproduksi energi listrik dari sumber energi mekanik, biasanya dengan menggunakan induksi elektromagnetik.

RANCANGAN BANGUN PENGUBAH SATU FASA KE TIGA FASA DENGAN MOTOR INDUKSI TIGA FASA

UNIT IV MENJALANKAN DAN MEMBALIK PUTARAN MOTOR INDUKSI TIGA FASE DENGAN MAGNETIC CONTACTOR DALAM HUBUNGAN-BINTANG

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Studi Pustaka. Persiapan Dan Pengesetan Mesin. Kondisi Baik. Persiapan Pengujian. Pemasangan Alat Ukur

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

SINGUDA ENSIKOM VOL. 7 NO. 2/Mei 2014

NASKAH PUBLIKASI DESAIN PROTOTIPE MOTOR INDUKSI 3 FASA

PENGUJIAN PERFORMANCE MOTOR LISTRIK AC 3 FASA DENGAN DAYA 3 HP MENGGUNAKAN PEMBEBANAN GENERATOR LISTRIK

CONTOH SOAL TEORI KEJURUAN KOMPETENSI KEAHLIAN : TEKNIK INSTALASI TENAGA LISTRIK

BAB III SISTEM PENGUJIAN

REWINDING MOTOR INDUKSI 3 FASA JENIS IMC (INDUCTION MOTOR CAGE) DI PT. HOLCIM INDONESIA Tbk CILACAP PLANT

BAB III 3 METODE PENELITIAN. Peralatan yang digunakan selama penelitian sebagai berikut : 1. Generator Sinkron tiga fasa Tipe 72SA

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Motor Sinkron Tiga Fasa. Motor sinkron tiga fasa adalah motor listrik arus bolak-balik (AC) yang

BAB III METODE PENELITIAN

UNIT V MENJALANKAN MOTOR INDUKSI TIGA FASE DENGAN MAGNETIC CONTACTOR SECARA BINTANG-DELTA

Gambar 3.1 Diagram alir metodologi pengujian

DESAIN PROTOTIPE MOTOR INDUKSI 3 FASA ABSTRAKSI

Dampak Perubahan Putaran Terhadap Unjuk Kerja Motor Induksi 3 Phasa Jenis Rotor Sangkar

Dasar Teori Generator Sinkron Tiga Fasa

BAB II. 1. Motor arus searah penguatan terpisah, bila arus penguat medan rotor. dan medan stator diperoleh dari luar motor.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II MOTOR ARUS SEARAH

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA

BAB IV HASIL ANALISIS. Ketinggian jatuh air merupakan tinggi vertikal dimana air mengalir dari atas

BAB III SISTEM KELISTRIKAN MOTOR INDUKSI 3 PHASA. 3.1 Rangkaian Ekivalen Motor Induksi Tiga Fasa

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA

BAB II MOTOR INDUKSI 3 FASA

3.2 Tempat Penelitian 1. Mototech Yogyakarta 2. Laboratorium Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

BAB IV HASIL TESTING REWINDING MOTOR A. Data Nameplate B. Data Sebelum Rewinding Test Inspection / Pengukuran Motor...

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS

BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

SISTEM PENGISIAN SIRKUIT SISTEM PENGISIAN

No Fasa/Line Tegangan(Volt) 1 Vrs Vst Vtr Vrn Vsn Vtn

BAB III PERANCANGAN SISTEM DAN PEMBUATAN ALAT

ALTENATOR. Gambar 1. Altenator

PENGATURAN TEGANGAN PADA MOTOR INDUKSI TIGA FASA 1 HP SEBAGAI GENERATOR INDUKSI SATU FASA UNTUK PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA PIKOHIDRO

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... KATA PENGANTAR... HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING... HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR...

ANALISA KERUSAKAN BANTALAN MOTOR PADA KOMPRESOR SEKRUP DENGAN METODE TERMOGRAFI DI PT. PJB UP GRESIK

PERBAIKAN MOTOR INDUKSI 3 FASA (DAHLANDER) DI PT KRAKATAU STEEL (PERSERO) Tbk.

BAB I PENDAHULUAN. tidak berputar) dan kumparan jangkar disebut rotor (bagian yang berputar)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Air dingin ( Chiller water ) merupakan air dingin yang di hasilkan

Universitas Medan Area

BAB I PENDAHULUAN. menstart mobil, menyalakan lampu body dan wiper. Serta ketika berjalan

: Suzuki Satria F 150 cc. : 150 cc, 4 langkah, DOHC pendingin udara. : Cakram depan belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang vibration vibration unbalance air gap

MOTOR LISTRIK 1 & 3 FASA

BAB III ANALISIS MASALAH. ditemukan sistem pengisian tidak normal pada saat engine tidak dapat di start

Dosen Pembimbing Dr. Bambang Sudarmanta, ST, MT

ANALISA PERBANDINGAN PENGARUH HUBUNGAN SHORT-SHUNT DAN LONG-SHUNT TERHADAP REGULASI TEGANGAN DAN EFISIENSI GENERATOR INDUKSI PENGUATAN SENDIRI

BAB II MOTOR INDUKSI 3 Ø

PENGUJIAN UNJUK KERJA DAN PENGUKURAN PARAMETER MOTOR INDUKSI SATU FASA

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

ECS (Engine Control System) TROOT024 B3

Hilman Herdiana Mahasiswa Diploma 3 Program Studi Teknik Listrik Jurusan Teknik Elektro Politeknik Negeri Bandung ABSTRAK

NASKAH PUBLIKASI DESAIN GENERATOR AXIAL KECEPATAN RENDAH MENGGUNAKAN 8 BUAH MAGNET PERMANEN DENGAN DIMENSI 10 X 10 X 1 CM

PEMBUATAN DAN PENGUJIAN AWAL GENERATOR AXIAL MAGNET PERMANEN KECEPATAN RENDAH

STUDI PERBAIKAN MOTOR INDUKSI 380 V 125 HP PADA PT. ABB SAKTI INDUSTRY SERVICE

PERBANDINGAN PENGARUH TAHANAN ROTOR TIDAK SEIMBANG DAN SATU FASA ROTOR TERBUKA : SUATU ANALISIS TERHADAP EFISIENSI MOTOR INDUKSI TIGA FASA

JOB SHEET MESIN LISTRIK 2. Percobaan Medan Putar dan Arah Putaran

MENGUBAH KUMPARAN MOTOR TIGA PHASA SATU KECEPATAN MENJADI EMPAT KECEPATAN

BAB I PENDAHULUAN. efesiensi, torsi, kecepatan tinggi dan dapat divariasikan, serta biaya perawatan

Transkripsi:

28 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Dan Subjek Penelitian Penelitian dilakukan di PT. INDORAMA SYNTHETICS, Tbk Jatiluhur Purwakarta. Yang akan dijadikan subjek skripsi adalah motor induksi 3 fasa yang berfungsi sebagai motor penggerak produksi benang dan penelitian akan mengambil motor induksi dengan daya 55 kw untuk dianalisis. Adapun data yang diperoleh mengenai motor tersebut adalah data yang berasal dari Nameplate motor tersebut dan proses pengujian motor induksi selama proses pengukuran dari hasil motor perbaikan dan perawatan condition monitoring. 3.2 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis dan pengujian. Dan yang dalam pelaksanaannya peneliti menerapkan pengujian tingkat frekuensi dan putaran pada motor listrik tanpa beban dan berbeban. Dari penelitian penulis akan melakukan pengujian dengan menggunakan pengujian tingkat frekuensi dan putaran dari tingkat terendah sampai tertinggi/optimal untuk mengetahui kondisi pada motor induksi. Metode yang digunakan di dalam penelitian ini meliputi: a) Langkah awal dalam penelitian ini adalah melakukan observasi ke lapangan untuk memperoleh data yang diperlukan dan mencari permasalahan yang bisa dikaji sebagai bahan skripsi. b) Dari hasil temuan dan kumpulan data yang diperoleh maka dapat dilakukan analisa sebab dan akibat kerusakan motor induksi. c) Langkah berikutnya dibuatkan suatu simulasi pengukuran melalui serangkaian pengujian dan mendapatkan hasil pengukuran yang kemudian dibandingkan kesesuaian kajian teoritis.

29 d) Dari hasil pengukuran dan pengujian dibuatkan suatu bahan panduan untuk mengetahui apakah kondisi motor induksi masih layak atau tidak untuk dipergunakan. Mulai 28 Observasi Lapangan Identifikasi Lapangan, Perumusan Masalah, dan tujuan penelitian Menentukan Metode Penelitian Kajian Pustaka Pengumpulan Data, Diskusi, dan Studi Pengumpulan Data Cukup/Tidak? Tidak Cukup Pengembangan Data dan Pengolahan Data Lakukan Analisis Pembahasan: Penyusunan Hasil Analisis Kesimpulan Dan Saran Selesai Gambar 3.1 Flow Chart Penelitian

30 3.3. Pengumpulan Data Pada Motor Induksi Pengumpulan data pada penelitian ini adalah metode experimen. Pada penelitian data yang diambil yaitu berupa data kecepatan putaran motor, arus, tegangan, frequensi dan daya. Data tersebut diperoleh dengan cara mengatur frequensi dan putaran motor. 3.3.1 Data Motor Induksi Untuk memudahkan proses perawatan dan pengukuran pada motor induksi maka kita perlu mencatat data motor induksi dan nameplate motor induksi karena sangat penting sebagai informasi yang diperlukan untuk mengetahui batas kapasitas pada motor induksi. Tabel 3.1 Nameplate Motor Induksi 3 PH. AC INDUCTION MOTOR INSULATION CLASS F kw 55 FRAME 22 Volts 380 10 % FREQ 50 HZ AMPS 98 RPM 1480/4POLE EFF 94 PF 0, 90 CONNECTION DELTA IP 55 Kenaikan suhu maksimal yang diperbolehkan untuk masing-masing kelas isolasi ditabulasikan pada tabel di bawah ini. perawatan harus dilakukan untuk temperatur yang tidak melebihi batas yang ditentukan

31 Tabel 3.2 Batas Kenaikan Temperature Insulation Class Thermometer method Resistance Method B 70 O C 80 O C F 90 O C 100 O C (nilai-nilai di atas didasarkan pada temperatur sekitar dari 40 O C) Tabel 3.3 Data Bearing, Diameter Motor Induksi, Dan Beban Motor Induksi Data Bearing BEARING NE NU316/C3, DNE 6314/CE SKF. BEARING ROTATIONAL SPEED 1500 r/min. BEARING LIFE, L10h (ISO) 10000000 hours. Diameter Motor Induksi DIAMETER ENAME WIRE : 2, 15mm & 1,05 mm Beban Motor Induksi BEBAN MOTOR 325KG DAN BEBAN LOAD/TENION=16KN 3.4 Metode Pengujian Dan Pengukuran Motor Induksi Pengukuran untuk tujuan pemeriksaan sebelum perbaikan. Meliputi pengujian mekanik dan secara elektrik. 3.4.1 Pengujian Dan Pengukuran Secara Mekanik. Pengujian mekanik tersebut dilakukan secara manual dan digerakan oleh tangan dengan tujuan untuk mengetahui bagian mekanik apakah sudah bekerja atau bisa dipergunakan dengan baik. 3.4.1.1 Pengujian Noise Motor Induksi Stetoscop adalah alat untuk mengetahui kondisi bearing (Sound Bearing), dengan bantuan pendengaran atau suara dengan menggunakan kedua telinga,

32 stetoscop ini mampu mengindikasikan apakah motor keadaan normal atau abnormal. Gambar 3.2 Stetoscop Stetoscop dirancang khusus untuk membandingkan atau memonitor suara, stetoscop tersebut ditempatkan langsung pada lokasi motor listrik yang diperiksa, untuk membedakan suara bernada rendah atau suara bernada tinggi/berisik, jika kondisi suara bernada tinggi/berisik maka kondisi bearing rusak, jika sebaliknya maka kondisi bearing keadaan baik. Pengujian dilakukan sebanyak 5 kali dan hasil dari pengujian dituliskan dalam tabel dibawah ini. Tabel 3.4 Pengujian Noise Motor Induksi Pengujian Ke No - 1 1 2 2 3 3 4 4 5 5 Hasil Pengujian Noise Spesifikasi A-A Keterangan 3.4.1.2 Pengujian Getaran Motor Induksi

33 Vibrasi meter adalah alat untuk mengukur getaran motor listrik, pada alat ini terdapat switch selector untuk menentukan parameter pada getaran yang akan diukur. Vibrasi meter ini akan memberikan batas-batas besarnya nilai getaran. Gambar 3.3 Vibrasi Meter ini digunakan untuk memonitor getaran dari suatu motor listrik. untuk menunjukkan kondisi suatu motor listrik, apakah motor listrik tersebut masih baik (layak beroperasi) ataukah motor tersebut sudah mengalami suatu masalah sehingga memerlukan perbaikan. Pengujian dilakukan sebanyak 5 kali dan hasil dari pengujian dituliskan dalam tabel dibawah ini. Tabel 3.5 Pengujian Getaran Motor Induksi No Pengujian Hasil Pengujian Getaran Spesifikasi < 3DB Keterangan 1 2 3 4 5

34 3.4.1.3 Pengujian Dan Penyetelan Kedudukan Bantalan Motor Induksi Pengujian penyetelan kedudukan bantalan dilakukan dengan cara memutar poros motor kekanan dan ke kekiri dengan tangan apakah terasa agak berat atau lancar seperti gambar 3.4, pengujian tersebut untuk tujuan mengetahui posisi kedudukan sudah tepat atau belum. Untuk menyetel kedudukan bantalan tersebut dapat dilakukan dengan cara memukul ujung poros dengan palu plastik. Seperti diperlihatkan pada gambar 3.5. Gambar 3.4 Pengujian Letak Bantalan (Sumber: www.bahanajar.com) Gambar 3.5 Menyetel Kedudukan Bantalan (sumber: Teknik Pemanfaatan Tenaga Listrik Jilid 3) Tujuan pemukulan ujung poros tersebut adalah untuk menggeser kedudukan antara bantalan poros kearah yang tepat. Caranya, pukul dengan pelanpelan pada poros dan hindari tutup motor jangan sampai terpukul. Sambil memukul, putar poros dengan tangan. Setelah putaran poros lancar, berarti kedudukan bantalan pada poros sudah tepat. Pengujian dilakukan sebanyak 5 kali dan hasil dari pengujian dituliskan dalam tabel dibawah ini Tabel 3.6 Pengujian Kedudukan Bantalan No Pengujian Hasil Pengujian Keterangan 1 2

35 3 4 5 3.4.1.4 Pengujian Penyetelan Kipas Motor Induksi Pada saat pemasangan kipas perhatikan posisinya harus pada bagian ujung poros yang tepat, untuk menghindari kesalahan posisinya dapat diperiksa melalui posisi baut pengikat tutup kipas motor. Gambar 3.6 Pengujian Kipas Motor Induksi Setelah diketahui posisinya pada poros, pasangkan kipas ke poros secara tegak lurus dengan memukul bagian tengah kipas secara perlahan-lahan, sampai tepat pada kedudukannya. Kemudian setel kedudukan kipas. Periksa kedudukan poros apakah baling, menyentuh tutup motor sambil memutar porosnya, kalau belum rapat, setel kembali. Setelah kipas telah tepat pada kedudukannya, kencangkan baut pengikatnya. Pastikan bahwa kipas telah terikat dengan poros, sebab apabila tidak, saat motor berputar dapat terjadi slip antara kipas dan poros. Maka timbul panas dan pendinginan motor terganggu, akibatnya motor menjadi panas dan menjadi penyebab motor terbakar.

36 Setelah itu pasangkan tutup kipas dan ikat baut pengikatnya dan setel kedudukannya bahwa kipas tidak menyentuh tutupnya apabila motor berputar. Pengujian dilakukan sebanyak 5 kali dan hasil dari Pengujian dituliskan dalam tabel dibawah ini. Tabel 3.7 Pengujian Kedudukan Kipas Motor No Pengujian Hasil Pengujian Keterangan 1 2 3 4 5 3.4.1.5 Pengujian Rotor Dan Stator Gambar 3.7 Posisi Rotor Dan Stator Motor Induksi Pada saat pengujian posisi rotor di dalam stator yang tepat secara mekanik dilihat pada gambar 3.7. Pengujian pada posisi rotor dilakukan secara teliti dan jangan salah, sehingga kedua ujung poros rotor terhindar dari sentuhan kumparan stator. Untuk menentukan supaya motor terjadi kerusakan atau tidak yaitu dengan cara memutar poros motor dengan tangan, apabila pada poros diputar terasa ringan dan lancar maka pada motor tersebut tidak ada masalah.

37 Gambar 3.8 Menguji Poros Motor Induksi (sumber: Teknik Pemanfaatan Tenaga Elektrik Jilid 3) Tabel 3.8 Pengujian Rotor Dan Stator No Pengujian Hasil Pengujian Keterangan kondisi 1 2 3 4 5 3.4.2 Pengujian Dan Pengukuran Secara Elektrik. 3.4.2.1 Pengujian Suhu Motor Induksi Untuk mengukur suhu atau temperatur motor listrik dengan bantuan sinar infra merah menggunakan alat infar red, dimana radiasi energi sinar infra merah diukur dan digambarkan dalam bentuk suhu

38 Gambar 3.9 Infra Merah/Infra Red Pengecekan infra red ditentukan dengan batasan nilai temperature atau suhu yang ditentukan, dengan jangan melebihi batas tersebut, karena jika melebihi batas maka motor ada masalah. No 1 2 3 4 5 Tabel 3.9 Pengujian Suhu Motor Induksi Hasil Pengujian Suhu Pengujian Spesifikasi < 50-65 o C Keterangan 3.4.2.2 Pengukuran Nilai Resistansi Motor Induksi 3.4.2.2.1 Pengukuran Nilai Resistance Motor Setelah Perbaikan Pada tabel 3.10 adalah format hasil catatan hasil pengukuran untuk mengetahui nilai tahanan masing-masing fasa apakah sama besar atau tidak.

39 Tabel 3.10 Pengukuran Resistance Motor No Fasa Tahanan 1 I U X 2 II V Y 3 III W Z 4 Fasa Tanah (Body) Pengukuran tersebut dilakukan sesudah perbaikan, dengan menggunakan alat ukur AVO meter atau multitester. Jika nilai tahanan masing-masing besar berarti baik dari segi pengukuran tahanan (resistance). Tetapi jika nilai tahanan kumparan fasa tidak sama besar berarti kondisi kumparan fasa berarti kondisi kumparan tidak baik (tidak seimbang). Berikut adalah gambar menunjukan cara pengukuran resistansi motor induksi. U V W Y Z X Gambar 3.10 Pengukuran Resistansi 3.4.2.3 Pengukuran Tahanan Isolasi 3.4.2.3.1 Pengukuran Tahanan Isolasi Motor Setelah Perbaikan

40 Bagian yang diukur pada tabel dibawah ini menjelaskan tentang pengukuran tahanan isolasi antara kumparan fasa ke fasa. Dan antara kumparan fasa dengan Grounding (body), hasil pengukuran dicatat pada tabel 3.11. Tabel 3.11 Pengukuran Tahanan Isolasi Sesudah Perbaikan No Tahanan Isolasi 1 Fasa 1- Fasa 2 (U-V) 2 Fasa 1 - Fasa 3 (U-W) 3 Fasa 2 - Fasa 3 (V-W) 4 Fasa 1- Grounding (Body) 5 Fasa 2 - Grounding (Body) 6 Fasa 3 - Grounding (Body) U V W Y Z X Gambar 3.11 Pengukuran Tahanan Isolasi (Fasa Ke Fasa)

41 U V W Y Z X Gambar 3.12 Pengukuran Tahanan Isolasi (Fasa Ke Body) Dari tabel 3.11 adalah format dari hasil nilai tahanan isolasi, untuk menentukan hasil dari kondisi motor apakah pada kondisi bagus atau adanya kerusakan. Pengukuran tersebut ada batasan-batasan, motor dikatakan rusak atau ada masalah apabila angka pada megger menunjukan angka kurang dari 10 ohm atau angka 0. Jika motor pada kondisi bagus maka angka akan menunjukan batas dari 200 sampai tak terhingga. 3.5 Metode Pengujian Berbeban Dan Tanpa Beban Motor Induksi Perancangan dilakukan terbagi dalam 2 kelompok pengujian motor induksi, yaitu dengan pengujian motor induksi berbeban dan pengujian motor induksi tidak berbeban. 3.5.1 Pengujian Motor Induksi 3 Fasa Tanpa Beban ( Pengaruh Putaran Dan Frekuensi Motor ) Pengujian ini di rancang sebagai acuan bagi penulis dalam melakukan proses pengujian motor induksi tanpa beban dengan melihat pengaruh perubahan tingkat frekuensi dan putaran motor induksi. Dalam perancangan ini tingkat

42 frekuensi difungsikan oleh inverter sehingga perubahan putaran motor induksi bisa diatur. Gambar 3.13 Pengujian Motor Induksi 3 Fasa Tanpa beban Dari pengujian ini dilakukan dari beberapa perubahan pada tingkat frekuensi dari yang terendah hingga yang tertinggi sehingga kecepatan putaran motor induksi bisa diatur dari kecepatan rendah sampai kecepatan optimal. sehingga penulis bisa menganalisis sampai berapa jauh motor bisa digunakan. Tabel 3.12 Hasil Data Pengujian Tanpa Beban Tingkat Frequensi Dan Putaran No Freq (HZ) Putaran Rotor (Rpm)-Tacho V-in I-In PF KW 1 2 3 4

43 5 6 7 8 Hasil pengujian ini diharapkan diperoleh data analisis yang dihasilkan motor induksi akibat perubahan frekuensi dan putaran dari motor tersebut. Pelaksanaan pengujian maka dilakukan dan dibuatkan tabel hasil data yang akan dikaji oleh penulis. Sehingga menunjukkan bahwa alat tersebut sudah bekerja sesuai dengan yang diharapkan. Hasil yang diperoleh dari pengujian ini akan memperlihatkan kondisi motor dan penulis akan menganalisis sampai berapa jauh motor bisa dipergunakan. Dan juga mengetahui daya ketahanan motor sebelum dipasang ke beban. 3.5.2 Pengujian Motor Induksi 3 Fasa Berbeban ( Pengaruh Putaran Dan Frekuensi Motor ) Pada pengujian ini dirancang untuk menguji motor induksi yang dihubungkan pada beban, sehingga penulis mengetahui dan menganalisis perbedaan motor induksi antara yang berbeban dan tanpa beban. Sedangkan pemasukan input pada motor induksi diberikan secara konstan. Rangkaian pengujian dapat dilihat pada gambar berikut ini:

44 Gambar 3.14 Pengujian Motor Induksi 3 Fasa Berbeban Pada pengujian ini motor induksi dipasang pada tempat mesin produksi benang untuk sebagai penggerak dan juga sebagai beban. Hasil dari pengujian ini adalah penulis dapat melihat perubahan tingkat frekuensi dan putaran akibat adanya beban. Dalam pelaksanaan pengujian maka dibuat tabel sebagai berikut. Tabel 3.13 Hasil Data Pengujian Berbeban Tingkat Frequensi Dan Putaran No Freq (HZ) Putaran (Rpm) Spindle Frs (Tacho Meter) Arus Phase/R, S, T (AMP) Voltage Phase/R, S, T (Volt) PF KW 1 2 3 4 5

45 6 7 8