PENGARUH PENCEMARAN LIMBAH INDUSTRI DAN DOMESTIK TERHADAP KUALITAS AIR WADUK DURIANGKANG

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

Bab V Hasil dan Pembahasan

BAB I PENDAHULUAN. mil laut dengan negara tetangga Singapura. Posisi yang strategis ini menempatkan

Makalah Baku Mutu Lingkungan

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : KEP-03/MENLH/1/1998 TENTANG BAKU MUTU LIMBAH CAIR BAGI KAWASAN INDUSTRI

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di negara kita semakin hari semakin pesat. Pesatnya laju

MEMPELAJARI PENGENDALIAN KUALITAS AIR LIMBAH INDUSTRI DI PT EAST JAKARTA INDUSTRIAL PARK

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Daerah Aliran Sungai (DAS) Way Keteguhan, yang

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 3 Tahun 1998 Tentang : Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kawasan Industri

EFEKTIVITAS INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL) DOMESTIK SISTEM ROTATING BIOLOGICAL CONTACTOR (RBC) KELURAHAN SEBENGKOK KOTA TARAKAN

Disampaikan pada Seminar Nasional Restorasi DAS, 25 Agustus 2015

PEMODELAN PREDIKSI ALIRAN POLUTAN KALI SURABAYA

ANALISIS KUALITAS AIR SUNGAI KONAWEHA PROVINSI SULAWESI TENGGARA

STUDI KUALITAS AIR DI SUNGAI DONAN SEKITAR AREA PEMBUANGAN LIMBAH INDUSTRI PERTAMINA RU IV CILACAP

1. PENDAHULUAN. masih merupakan tulang pungung pembangunan nasional. Salah satu fungsi lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya alam yang sangat diperlukan oleh semua

Tersedia online di: Jurnal Teknik Lingkungan, Vol 4, No 4 (2015)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A.

adalah air yang telah dipergunakan yang berasal dari rumah tangga atau bahan kimia yang sulit untuk dihilangkan dan berbahaya.

ANALISA PENCEMARAN LIMBAH ORGANIK TERHADAP PENENTUAN TATA RUANG BUDIDAYA IKAN KERAMBA JARING APUNG DI PERAIRAN TELUK AMBON

BAB I PENDAHULUAN. Air adalah kebutuhan utama bagi proses kehidupan di bumi, yang berarti

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya aktifitas berbagai macam industri menyebabkan semakin

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya aktivitas industri akan memberikan dampak terhadap kondisi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Industri tahu mempunyai dampak positif yaitu sebagai sumber

Pengaturan Debit Seragam terhadap Kualitas Effluent pada Pengolahan Limbah Cair di PT. XYZ

BAB 3 ALAT DAN BAHAN. 1. Gelas ukur 25mL Pyrex. 2. Gelas ukur 100mL Pyrex. 3. Pipet volume 10mL Pyrex. 4. Pipet volume 5mL Pyrex. 5.

Nama : Putri Kendaliman Wulandari NPM : Jurusan : Teknik Industri Pembimbing : Dr. Ir. Rakhma Oktavina, M.T Ratih Wulandari, S.T, M.

BAB I PENDAHULUAN. Air sungai merupakan salah satu sumber daya alam yang sangat vital bagi

ANALISA KEBUTUHAN AIR BERSIH KOTA BATAM PADA TAHUN 2025

BAB I PENDAHULUAN. permintaan pasar akan kebutuhan pangan yang semakin besar. Kegiatan

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB VI PEMBAHASAN. 6.1 Ketaatan Terhadap Kewajiban Mengolahan Limbah Cair Rumah Sakit dengan IPAL

BAB I PENDAHULUAN. sejauh mana tingkat industrialisasi telah dicapai oleh satu negara. Bagi

DAYA TAMPUNG BEBAN PENCEMAR SUNGAI BADUNG DI DESA DAUH PURI KOTA DENPASAR DENGAN MODEL QUAL2KW

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

STUDI KANDUNGAN TDS, BOD, COD, DAN AMONIA PADA AIR TANAH DANGKAL DI DESA GEBANGMALANG KECAMATAN MOJOAYAR KABUPATEN MOJOKERTO

Analisa BOD dan COD ANALISA BOD DAN COD (BOD AND COD ANALYSIST) COD (Chemical Oxygen Demand) BOD (Biochemical Oxygen Demand)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kecamatan Kota Timur merupakan kecamatan yang terdiri dari enam kelurahan.

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Namun disamping itu, industri yang ada tidak hanya menghasilkan

TINJAUAN PUSTAKA. Ekosistem air terdiri atas perairan pedalaman (inland water) yang terdapat

BAB I PENDAHULUAN. Sistem air terdiri dari laut, air permukaan maupun air tanah. Air merupakan hal

BAB I PENDAHULUAN. industri kelapa sawit. Pada saat ini perkembangan industri kelapa sawit tumbuh

BAB IV ANALISA DAN HASIL 4.2 SPESIFIKASI SUBMERSIBLE VENTURI AERATOR. Gambar 4.1 Submersible Venturi Aerator. : 0.05 m 3 /s


KAJIAN MUTU AIR DENGAN METODE INDEKS PENCEMARAN PADA SUNGAI KRENGSENG, KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

STUDI LAJU DEOKSIGENASI PADA SUNGAI CIKAPUNDUNG UNTUK RUAS SILIWANGI - ASIA AFRIKA, BANDUNG

MASALAH PENCEMARAN AIR DI JAKARTA, SUMBER DAN ALTERNATIF PENANGGULANGANNYA

ABSTRAK. Kata Kunci : DAS Tukad Petanu, Neraca air, AWLR, Daerah Irigasi, Surplus

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN

Kata Kunci : Waktu Aerasi, Limbah Cair, Industri Kecap dan Saos

ANALISIS KUALITAS KIMIA AIR LIMBAH RUMAH SAKIT DI RSUD DR. SAM RATULANGI TONDANO TAHUN

HIDROSFER III. Tujuan Pembelajaran

PENGOLAHAN AIR LIMBAH RUMAH TANGGA PADA LAHAN SEMPIT

ANALISIS KUALITAS LIMBAH CAIR PADA INSTALASI PENGOLAHAN LIMBAH CAIR (IPLC) RUMAH SAKIT UMUM LIUN KENDAGE TAHUNA TAHUN 2010

BEBAN PENCEMARAN PADA KAWASAN PADAT PENDUDUK (STUDI KASUS SUNGAI BELIUNG)

BAB IV DASAR PERENCANAAN

ANALISIS IDENTIFIKASI & INVENTARISASI SUMBER PENCEMAR DI KALI SURABAYA

DESAIN ALTERNATIF INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH RUMAH SAKIT DENGAN PROSES AEROBIK, ANAEROBIK DAN KOMBINASI ANAEROBIK DAN AEROBIK DI KOTA SURABAYA

PENGOLAHAN AIR LIMBAH PENCUCIAN RUMPUT LAUT MENGGUNAKAN PROSES FITOREMEDIASI

Jurusan. Teknik Kimia Jawa Timur C.8-1. Abstrak. limbah industri. terlarut dalam tersuspensi dan. oxygen. COD dan BOD. biologi, (koagulasi/flokulasi).

BAB I PENDAHULUAN. mengganggu kehidupan dan kesehatan manusia (Sunu, 2001). seperti Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur, Jawa Barat,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Bab V Hasil dan Pembahasan. Gambar V.10 Konsentrasi Nitrat Pada Setiap Kedalaman

BAB I PENDAHULUAN. sebagai Taman Nasional Way Kambas (TNWK) dengan luas ,30 ha. Tujuan penetapan kawasan ini untuk melindungi dan melestarikan

BAB I PENDAHULUAN. air limbah. Air limbah domestik ini mengandung kotoran manusia, bahan sisa

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Penelitian

MODEL MATEMATIS PERUBAHAN KUALITAS AIR SUNGAI DI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CISADANE. Oleh NURLEYLA HATALA F

PENILAIAN KUALITAS LINGKUNGAN PADA KEGIATAN WISATA ALAM DI KAWASAN EKOWISATA TANGKAHAN

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mesin penggerak pertumbuhan ekonomi, menyediakan lapangan kerja, dan

MENGUBAH BENCANA MENJADI BERKAH (Studi Kasus Pengendalian dan Pemanfaatan Banjir di Ambon)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

VI. EVALUASI TINGKAT PENCEMARAN MINYAK DI PERAIRAN SELAT RUPAT

Konsentrasi (mg/l) Titik Sampling 1 (4 April 2007) Sampling 2 (3 Mei 2007) Sampling

STUDI KEBUTUHAN AIR PERKOTAAN BANJARMASIN SEBAGAI IBUKOTA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN ABSTRAK

STUDI BEBAN PENCEMARAN SUNGAI KAPUAS AKIBAT BUANGAN DARI DRAINASE DI KECAMATAN PONTIANAK UTARA KOTA PONTIANAK

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENGARUH LIMBAH INDUSTRI TAHU TERHADAP KUALITAS AIR SUNGAI DI KABUPATEN KLATEN. Darajatin Diwani Kesuma

BAB I PENDAHULUAN. pencemaran yang melampui daya dukungnya. Pencemaran yang. mengakibatkan penurunan kualitas air berasal dari limbah terpusat (point

Efisiensi Instalasi Pengolahan Air Limbah Terhadap Kualitas Limbah Cair Rumah Sakit Haji Makassar Tahun 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. khususnya di Kabupaten Banjarnegara dengan rata-rata turun sebesar 4,12 % per

1.2 Perumusan Masalah Sejalan dengan meningkatnya pertambahan jumlah penduduk dan pertumbuhan ekonomi, maka pemakaian sumberdaya air juga meningkat.

1.PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK MENGGUNAKAN TANAMAN Alisma plantago DALAM SISTEM LAHAN BASAH BUATAN ALIRAN BAWAH PERMUKAAN (SSF-WETLAND)

BAB I PENDAHULUAN. instalasi pengolahan sebelum dialirkan ke sungai atau badan air penerima.

PENENTUAN KARAKTERISTIK AIR WADUK DENGAN METODE KOAGULASI. ABSTRAK

PENGARUH LIMBAH CAIR INDUSTRI PELAPISAN LOGAM TERHADAP KAN- DUNGAN CU. ZN, CN, NI, AG DAN SO4 DALAM AIR TANAH BEBAS DI DESA BANGUNTAPAN, BANTUL

DAMPAK PENGOPERASIAN INDUSTRI TEKSTIL DI DAS GARANG HILIR TERHADAP KUALITAS AIR SUMUR DAN AIR PASOKAN PDAM KOTA SEMARANG

PELAKSANAAN KEGIATAN BIDANG PENGENDALIAN KERUSAKAN PERAIRAN DARAT TAHUN 2015

EVALUASI BOD DAN COD DENGAN MENGGUNAKAN METODE QUAL2Kw DI SUNGAI PUDU KECAMATAN MANDAU KABUPATEN BENGKALIS PROVINSI RIAU

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Taufik Dani 1, Suripin 2, Sudarno 3

Optimasi Limpasan Air Limbah Ke Kali Surabaya (Segmen Sepanjang Jagir) Dengan Programma Dinamis

BAB I PENDAHULUAN. yang semakin tinggi dan peningkatan jumlah industri di Indonesia.

Atasi Laju Penurunan Permukaan Tanah DKI Jakarta, Kementerian PUPR Siapkan Langkah Quick Wins Komprehensif

Transkripsi:

J.Tek.Ling Vol. 7 No. 3 Hal. 271-276 Jakarta, Sept. 2006 ISSN 1441 318X PENGARUH PENCEMARAN LIMBAH INDUSTRI DAN DOMESTIK TERHADAP KUALITAS AIR WADUK DURIANGKANG Rosyid Hariyadi Peneliti pada Pusat Teknologi Lingkungan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Abstract Duriangkang resevoir (62.000.000 m 3 ) physically located in Duriangkang Catchement Area of Batam island. The main function of Duriangkang resevoir is the water resources to support 78 % of drinking water supply needs of Batam Island with the processing capacity amounting to 3000 liter/second. The main problem of Duriangkang Reservoir are : (1) industrial waste water from Batamindo Industrial Zone has been extremely polluted with COD conten (134,61 mg/liter) exceeding the Waste Water Quality Standard Group II (80 mg/liter), (2) domestically waste water from domestic activity in Duriangkang Catchment Area has also been extremely polluted with BOD5 conten (58,22 mg/liter) exceeding the Waste Water Quality Standard Group II (50 mg/liter). This research to study influent of industrial waste water and domestically waste water to carrying capacity of Duriangkang Reservoir. Key words: Duriangkang resevoir; drinking water supply; polluted 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pulau Batam (415 km 2 ) secara geografi dan ekonomi mempunyai letak yang sangat strategis. Sebagai salah satu pulau yang berbatasan langsung dengan Singapura, dalam pembangunan dan pengembangannya, Pulau Batam mempunyai beberapa fungsi, diantaranya sebagai daerah kawasan berikat, alih fungsi kapal, tempat penyimpanan dan pergudangan bagi produk ekspor dan inpor Indonesia, daerah pengembangan industri, dan daerah kunjungan wisatawan mancanegara. Untuk menunjang pembangunan dan pengembangan Pulau Batam diperlukan air bersih dengan kapasitas pengolahan sebesar 3850 liter/detik yang diprediksi akan mencukupi kebutuhan air bersih untuk 600.000 jiwa penduduk Pulau Batam. Kapasitas pengolahan air bersih yang tersedia hingga tahun 2000 adalah 850 liter/detik, berasal dari WTP Baloi (30 liter/detik), WTP Sei Ladi (240 liter/detik), WTP Sei Haapan (210 liter/detik), WTP Nongsa (60 liter/detik), dan WTP Muka Kuning (310 liter/detik). Sedangkan kebutuhan air sebesar 3000 liter/detik berasal dari WTP WTP Duriangkang ini merupakan WTP tebesar di Pulau Batam (1) Pengaruh Pencemaran Limbah... J. Tek. Ling. PTL-BPPT. 7 (3): 271-276 271

Waduk Duriangkang adalah waduk pasang surut (estuary reservoir), yang dibangun dengan membendung muara Sungai Duriangkang (2). Hampir sebagian besar badan sungai (82%) dipengaruhi pasang surut air laut. Air hujan adalah sumber utama air Waduk Diperlukan waktu sekitar 3 tahun untuk mengurangi tingkat salinitas pada badan air Waduk Duriangkang, dan selama itulah muka air waduk meningkat karena pasokan air hujan. Waduk Duriangkang mempunyai fungsi yang sangat penting bagi pembangunan dan pengembangan Pulau Batam (termasuk Barelang), karena hampir sebagian besar kebutuhan air bersih Pulau Batam disuplai dari Waduk Duriangkang yang memiliki WTP dengan kapasitas 3000 liter/detik. Oleh karena itu masuknya dan dimasukkannya bahan pencemar secara tidak terkendali (akibat penggunaan lahan industri dan lahan domestik dalam sistem DAS Duriangkang) ke dalam badan air Waduk Duriangkang diprediksi akan menurunkan kualitas air dan sekaligus menurunkan daya-dukung Waduk 1.2. Tujuan Mengkaji tingkat pencemaran air limbah industi dan air limbah domestik terhadap Waduk Duriangkang sebagai akibat dari penggunaan lahan dalam sistem DAS 2. METODOLOGI 2.1. Tempat dan waktu penelitian Penelitian dilakukan di Waduk Duriang-kang yang terletak di Pulau Batam, Kota Batam, Provinsi Kepulauan Riau. Penelitian dilakukan pada tahun 2002. 2.2. Pengambilan data dan analisis data Data yang diambil adalah : (1) luasan lahan industri dan luasan lahan Duriangkang; (2) kualitas air Waduk Pengaruh limbah industri dan limbah domestik terhadap kualitas air WD diperguna-kan persamaan regresi berganda (multiple regression). Beban pencemaran (pollution load) dari air limbah industri dihitung berdasarkan kandungan COD (mg/l) dalam air limbah industri persatuan waktu (kg.hari), dan BOD5 (mg/liter) untuk beban pencemaran dari air limbah domestik persatuan waktu (kg.hari). Beban pencemar air limbah industri dan air limbah domestik dihitung berdasarkan persamaan : BP BP = Kmi x DM x F = beban industri /domestik pesatuan poduk (kg/hari) Kmi = COD (mg/liter air limbah industri) BOD5 (mg/liter ai limbah domestik) DM = debit air limbah industri/ omestik (l/dtk) F = faktor konversi (0,001) Baku mutu air baku air bersih mengacu pada baku mutu yang ditetapkan melalui Permenkes RI No. 416/Menkes/Per/IX/1990. Baku mutu air limbah industri dan air limbah domestik mengacu pada SK. Kepala OPDIP Batam No. 27/KPTS- Ren/II/1993 tentang Pedoman Kualitas Air Limbah di Wilayah OPDIP Batam. 272 Hariyadi, R. 2006

3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Hasil Penelitian Faktor limbah cair atau besarnya timbulan limbah cair yang dihasilkan dari kegiatan pemukiman (0,80), jasa perkotaan (0,70), pariwisata (0,70), fasilitas umum (0,70) dari kebutuhan akan air bersih (3). Parameter kualitas air limbah industri yang dijadikan sebagai indikator pencemaran ádalah kandungan COD. Kebutuhan oksigen kimia (Chemical Oxygen Demand) adalah banyaknya oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi bahan-bahan oganik yang terdapat dalam air atau air limbah dengan menggunakan bahan kimia. COD dapat dijadikan sebagai salah satu paameter ukuran bagi tingkat industri. Tabel 1. Keterkaitan penggunaan lahan industri, air limbah industri dan beban industri dalam sistem DAS Tahun 1 2 3 4 1992 57,54 26,64 18,65 216,90 1993 83,01 46,39 32,47 377,63 1994 110,40 51,11 35,78 416,13 1995 115,50 53,48 37,44 435,44 1996 160,20 74,17 51,92 603,84 1997 200,80 92,97 65,08 756,90 1998 210,30 97,37 68,16 792,72 1999 230,40 106,67 74,67 868,43 2000 250,60 116,03 81,22 944,61 Keterangan: (1) = Penggunaan Lahan domestik (ha) (2) = Kebutuhan Air Bersih (lt/detik) (3) = Air Limbah Domestik (lt/detik) (4) = Beban Pencemaran COD5 (kg/hr) Dalam penelitian mengindikasi kan bahwa besarnya kandungan COD dari air limbah industri berbanding lurus dengan penggunaan lahan industri dalam sistem DAS Besarnya kandungan COD dalam kurun waktu 1992-2000 berkisar antara 34,70 mg/liter hingga 269,40 mg/liter dengan rata-rata sekitar 124,61 mg/liter. Tabel 2. Keterkaitan penggunaan lahan domestik, air limbah domestik dan beban Tahun 1 2 3 4 1992 70 29,51 23,61 148,44 1993 140 58,94 47,15 237,17 1994 160 67,36 53,89 271,08 1995 230 96,83 77,46 389,64 1996 320 134,72 107,78 540,55 1997 500 210,50 168,40 847,09 1998 640 269,44 215,55 1084,26 1999 780 328,38 262,70 1321,43 2000 860 362,06 289,65 1457,00 Keterangan: (1) = Penggunaan Lahan domestik (ha) (2) = Kebutuhan Air Bersih (lt/detik) (3) = Air Limbah Domestik (lt/detik) (4) = Beban Pencemaran BOD5 (kg/hr) Parameter kualitas air limbah domestik yang dijadikan sebagai indikator pencemaran ádalah kandungan BOD5 (biological oxygen demand), yaitu jumlah oksigen terlarut yang dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk meng-oksidasi bahan-bahan organik dalam air limbah secara biologis. Di dalam penelitian mengindikasikan bahwa kandungan BOD5 dari air limbah domestik berbanding lurus dengan pengguna-an lahan Dalam kurun waktu 1992-2000 besarnya kandungan BOD5 dalam air limbah Duriangkang berkisar antara 24,80 mg/liter hingga 93,40 mg/liter dengan rata-rata sekitar 52,66 mg/liter. Pengaruh Pencemaran Limbah... J. Tek. Ling. PTL-BPPT. 7 (3): 271-276 273

3.2. Pembahasan 3.2.1. Limbah Industri Dari penggunaan air bersih tersebut diasumsikan bahwa faktor air limbah industri 3 dalam penelitian ini adalah 0,80. Dalam kajian ini lahan yang dialokasikan untuk penggunaan industri dalam sistem DAS Duriangkang yaitu Kawasan Industri Batamindo. Pada umumnya jenis industri elektronika, komponen elektronika (komputer, TV, AC, refigerator), kemasan, dan jenis industri lain yang pada umumnya sedikit menggunakan air dalam proses poduksinya. Air limbah industri yang dihasilkan sangat dipengaruhi oleh luasan penggunaan lahan serta kebutuhan akan air bersih. Pada dekade 1992-2000 telah terjadi peningkatan pengguna-an lahan industri yang mendorong meningkat -nya kebutuhan air bersih. Penggunaan lahan pada tahun 1992 (57,54 ha) kebutuhan air bersih sebesar 26,64 liter/detik dan air limbah industri yang dihasilkan sebesar 18,65 liter/detik. Pada tahun 1996 (160,20 ha) kebutuhan air bersih sebesar 74,17 liter/detik dan air limbah industri yang dihasilkan sebesar 51,92 liter/detik. Sedangkan pada tahun 2000 penggunaan lahan industri meningkat menjadi 250,60 ha dan kebutuhan air bersih meningkat menjadi 116,03 liter/detik, dan air limbah yang dihasilkan menjadi sebesar 81,22 liter/detik. Berdasarkan prediksi penggunaan lahan industri dalam sistem DAS Duriangkang, menunjukkan bahwa meningkatnya pengguna-an lahan industri dalam sistem DAS Duriangkang akan menyebabkan semakin meningkat-nya beban pencemaran yang dihasilkan oleh air limbah industri. Penggunaan lahan industri dalam sistem DAS Duriangkang pada tahun 1992 menghasilkan beban pencemaran sebesar 216,90 kg COD/hari (78,08 ton COD/tahun), pada tahun 1996 menghasilkan beban pencemaran sebesar 603,84 kg COD/hari (217,38 ton COD/tahun), dan pada tahun 2000 penggunaan lahan industri meningkat menjadi 200,60 ha dan beban pencemaran yang dihasilkan menjadi sebesar 944,61 kg COD/hari (340,08 ton COD/tahun). Pada tahun 2010 prediksi penggunaan lahan industri akan mencapai sekitar 571,95 ha dan beban pencemaran yang ditimbulkan diprediksi meningkat menjadi 2162,06 kg COD/hari (778,32 ton COD/tahun). Tabel 3. Keterkaitan penggunaan lahan domestik, air limbah domestik dan beban Tahun Penggunaan Lahan Industi (ha) Beban Pencemaarn Air Limbah Industri (kgcod/hari) 1992 57,54 216,90 1993 83,01 377,65 1994 110,40 416,13 1995 115,50 435,44 1996 160,20 603,84 1997 200,80 756,90 1998 210,30 792,72 1999 230,40 868,43 2000 250,60 944,61 2001 301,50 1138,40 2002 331,55 1252,14 2003 361,60 1365,88 2004 391,65 1479,62 2005 421,70 1593,36 2006 451,75 1707,10 2007 481,80 1820,84 2008 511,85 1934,58 2008 541,90 2048,32 2010 571,95 2162,06 Beban pencemaan air limbah industi yang dihasilkan dari aktivitas penggunaan lahan industri dalam sistem DAS Duriangkang apabila dibuang langsung ke badan air Waduk 274 Hariyadi, R. 2006

Duriangkang, kondisi ini akan menimbulkan akumulasi bahan pencemar dari air limbah industri dalam Waduk Apabila upaya secara teknis (engineering) melalui pembangunan industrial waste treatment plant tidak dilakukan, maka beban industri tersebut cepat atau lambat akan menjadi sumber pencemar yang potensial yang menjadi penyebab menurunnya kualitas air Waduk Dari gambaran tersebut di atas menunjuk-kan indikasi bahwa semakin meningkatnya beban pencemaran yang dibuang ke badan air waduk dipredikasi akan mengurangi kemampu-an badan air Waduk Duriangkang dalam menetralisir beban pencemar dari air limbah industri yang dibuang ke badan air Waduk 3.2.2. Limbah Domestik Kebutuhan air bersih pada lahan domestik dalam penelitian ini untuk memenuhi kebutuhan air bersih untuk sektor permukiman, jasa perkotaan, pariwisata, dan fasilitas umum. Kebutuhan air bersih pada tahun 1992 sebesar 29,51 liter/detik untuk memenuhi kebutuhan air bersih pada lahan domestik seluas 70 ha. Pada tahun 1996 penggunaan lahan me ningkat menjadi 320 ha dan kebutuhan air bersih meningkat menjadi 134,72 liter/detik, sedangkan pada tahun 2000 penggunaan lahan domestik menjadi 860 ha dan kebutuhan air bersih meningkat menjadi 362,06 liter/detik. Dalam kajian ini faktor air limbah domestik atau besarnya timbulan limbah cair yang diambil adalah 0,80 yang dihasilkan dari kegiatan di sektor permukiman 4. Dari asumsi bahwa faktor air limbah domestik (F = 0,80), maka air limbah domestik yang dihasilkan dari aktivitas penggunaan lahan domestik dalam sistem DAS Duriangkang pada dekade 1992-2000 menunjukkan peningkatan, yakni dari 23,61 liter/detik (1992) menjadi 107,78 liter/ detik (1996). Sedangkan pada tahun 2000 air limbah domestik yang dihasilkan dari aktivitas penggunaan lahan domestik (permukiman, jasa perkotaan, pariwisata, dan fasilitas umum) se besar 289,65 liter/detik. Tabel 4. Keterkaitan penggunaan lahan domestik, air limbah domestik dan beban Tahun Penggunaan Lahan Domestik (ha) Beban Pencemaarn Air Limbah Domestik (kgbod5/hari) 1992 70,00 148,44 1993 140,00 237,17 1994 160,00 271,08 1995 230,00 389,64 1996 320,00 540,55 1997 500,00 847,09 1998 640, 00 1084,26 1999 780,00 1321,43 2000 860,00 1457,00 2001 872,10 1476,50 2002 959,21 1624,05 2003 1046,32 1771,60 2004 1133,43 1919,15 2005 1220,54 2066,70 2006 1307,85 2214,25 2007 1394,76 2361,80 2008 1481,87 2509,35 2008 1568,98 2656,90 2010 1656,09 2804,45 Penggunaan lahan domestik dalam sistem DAS Duriangkang pada tahun 1992 (70,09 ha) menghasilkan limbah domestik sebesar 23,61 liter/detik dengan beban pencemaran sebesar 148,44 kg BOD5/hari. Beban pencemaran dari air limbah domestik tersebut menunjukkan peningkatan, Pengaruh Pencemaran Limbah... J. Tek. Ling. PTL-BPPT. 7 (3): 271-276 275

pada tahun 1996 lahan domestik yang digunakan 320 ha dan beban pencemar-an yang dihasilkan sebesar 540,55 kg BOD5/hari, sedangkan pada tahun 2000 lahan domestik yang digunakan dalam sistem DAS Duriangkang menjadi 860 ha dan menghasil-kan beban pencemaran air limbah domestik sebesar 1321,43 kg BOD5/hari. Pada tahun 2010 penggunaan lahan domestik dalam sistem DAS Duriangkang diprediksi akan meningkat menjadi 1656,09 ha dan beban pencemar yang dihasilkan diprediksi sebesar 2804,45 kg BOD5/hari. Meningkatnya beban domestik sangat terkait dengan meningkatnya debit air limbah domestik yang dihasilkan. Berdasarkan hasil kajian menunjuk -kan bahwa meningkatnya debit air limbah domestik sangat terkait dengan meningkatnya permintaan akan air bersih. Dari kondisi tersebut dapat diindikasikan bahwa meningkat -nya beban domestik sangat terkait dengan meningkatnya penggunaan lahan domestik dengan berbagai aktivitasnya dalam sistem DAS 4. KESIMPULAN & SARAN 4.1. Kesimpulan Air limbah industri dari penggunaan lahan industri dan air limbah domestik dari penggunaan lahan Duriangkang adalah sumber pencemar yang potensial tehadap menurunnya dayadukung Waduk Kandungan COD dalam ai limbah industri bekisar antara 34,70 mg/liter hingga 269,40 liter/detik, sedangkan kandung-an BOD5 air limbah domestik bekisar antara 24,80 mg/liter hingga 93,40 mg/liter dengan rata-rata 52,66 mg/liter. Kondisi ini meng-indikasikan bahwa air limbah industri dan air limbah domestik telah tecemar berat karena telah melampaui baku mutu air limbah Golongan II. 4.2. Saran Untuk melindungi dayadukung Waduk Duriangkang dari masukan atau dimasukkan-nya air limbah industri dan air limbah domestik, maka : perlu dibangun Instalasi Pengolahan Air Limbah Industri dan Instalasi Pengolahan Air Limbah Domestik dari Kawasan Industri Batamindo. menindak tegas dan memberikan sanksi tehadap pelanggaran tata ruang khususnya dalam penggunaan lahan industri dan lahan DAFTAR PUSTAKA 1..1992. Analisis Dampak Lingkungan Proyek Penyediaan Air Bersih Bendungan Duriangkang, Pulau Batam. OPDIP Batam. Hal : 26-32. 2. Wheatcraft, S.W and R.W. Buddemeier. 1981. Atol Island Hydrology. Ground Water. Volume. 19. No. 3, p. 311-320. 3..1996. Feasibility Study for Industrial Wastewater Pollution Control on Batam Island. BIDA & Kreditanstalt Fur Wiedeaufbau. Batam Industrial Develop-ment Authority. (p. 111-118). 4.. 1991. Duriangkang Dam Water Supply Scheme Batam Island. Detail Design epot CDDP- Consorsium-SAFEGE. Jakarta. p. 45-52. 276 Hariyadi, R. 2006