KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN,

dokumen-dokumen yang mirip
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN

SALINAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL LEMBAGA KEUANGAN NOMOR : Kep- 2833/LK/2003 TENTANG

PERATURAN NOMOR V.D.10 : PRINSIP MENGENAL NASABAH. a. Bank Kustodian adalah Bank Umum yang mendapat persetujuan dari Bapepam sebagai Kustodian.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA Pusat Pelaporan Dan Analisis Transaksi Keuangan. Pertukaran. Informasi.

Petunjuk Penyusunan Pedoman Pelaksanaan Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah

IDENTIFIKASI TRANSAKSI KEUANGAN MENCURIGAKAN (TKM) DAN TRANSAKSI KEUANGAN TUNAI (TKT)

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG


UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG [LN 2002/30, TLN 4191]

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA (Penjelasanan Dalam Tambahan Berita Negara Republik Indonesia Nomor 642)

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.258, 2014 PPATK. Sistem Informasi. Jasa Terpadu. Pengguna.

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

NOTA KESEPAHAMAN ANTARA KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN DAN KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

SALINAN KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 /KMK.06/2003 TENTANG PENERAPAN PRINSIP MENGENAL NASABAH BAGI LEMBAGA KEUANGAN NON BANK

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 143 /PMK.010/2009 TENTANG PRINSIP MENGENAL NASABAH LEMBAGA PEMBIAYAAN EKSPOR INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2017, No pemberantasan tindak pidana pencucian uang dan pendanaan terorisme sehingga perlu diganti; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaim

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PEMBATASAN TRANSAKSI PENGGUNAAN UANG KARTAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 5/ 23 /PBI/2003 TENTANG PENERAPAN PRINSIP MENGENAL NASABAH (KNOW YOUR CUSTOMER PRINCIPLES)

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2003 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN

2 dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Kepala Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan tentang Pengenaan Sa

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA. PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN. Pelaporan Transaksi. Penyedia Barang. Jasa

No. 18/9/DPSP Jakarta, 2 Mei S U R A T E D A R A N Kepada PESERTA SISTEM KLIRING NASIONAL BANK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN

GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.21, 2010 PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN. Informasi Publik. Keterbukaan.

NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PEMBATASAN TRANSAKSI UANG KARTAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPUTUSAN TENTANG PEDOMAN IDENTIFIKASI PRODUK, NASABAH, USAHA DAN NEGARA YANG BERISIKO TINGGI BAGI PENYEDIA JASA KEUANGAN

S U R A T E D A R A N Kepada PESERTA SISTEM BANK INDONESIA REAL TIME GROSS SETTLEMENT DI INDONESIA

- 2 - PASAL DEMI PASAL. Pasal 1 Cukup jelas. Pasal 2 Cukup jelas. Pasal 3 Huruf a Cukup jelas.

VI PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN (PPATK)

PETUNJUK PENYUSUNAN PEDOMAN PELAKSANAAN PENERAPAN PRINSIP MENGENAL NASABAH LEMBAGA PEMBIAYAAN EKSPOR INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA PERATURAN KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER-03/1.02.1/PPATK/03/12 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Lampiran Keputusan Kepala Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan Nomor: 2/4/KEP.PPATK/2003

1.4. Modul Mengenai Pengaturan Pemberantasan Pencucian Uang Di Indonesia

2 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PIHAK PELAPOR DALAM PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG. Pasal 1 Dalam P

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2003 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45/PMK.06/2013 TENTANG PENERAPAN PRINSIP MENGENALI PENGGUNA JASA BAGI BALAI LELANG

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 39/POJK.04/2014 TENTANG AGEN PENJUAL EFEK REKSA DANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/1/PBI/2004 TENTANG PEDAGANG VALUTA ASING GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 8/28/PBI/2006 TENTANG KEGIATAN USAHA PENGIRIMAN UANG GUBERNUR BANK INDONESIA,

No. 17/34/DPSP Jakarta, 13 November 2015 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA PESERTA SISTEM BANK INDONESIA-REAL TIME GROSS SETTLEMENT

KESEPAKATAN BERSAMA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN NOMOR : 02/KB/I-VII.

PERATURAN TENTANG. Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan, perlu menetapkan Peraturan Kepala Pusat Pelaporan dan

Petunjuk Penyusunan Pedoman Pelaksanaan Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah

2011, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN TENTANG PENERAPAN PRINSIP MENGENALI PENGGUNA

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 117, T

UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 25 TAHUN 2003

Perpustakaan LAFAI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENDANAAN TERORISME

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG TRANSFER DANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG TRANSFER DANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2003 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG TRANSFER DANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN

Pedoman Standar Penerapan Program Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme DIREKTORAT PENELITIAN DAN PENGATURAN PERBANKAN

KUESIONER. Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah Pada Dana Pensiun. Isilah kotak yang tersedia dengan angka yang sesuai dengan kondisi Dana Pensiun Anda.

TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG (Undang Undang RI Nomor 15 Tahun 2002 tanggal 17 April ) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2015 TENTANG PIHAK PELAPOR DALAM PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

2016, No Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang (Lembaran Negara Republik Indo

Petunjuk Penyusunan Pedoman Pelaksanaan Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PRINSIP MENGENAL NASABAH OLEH PIALANG BERJANGKA

2 Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 61, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4846); 2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelaya

- 2 - SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 27 /POJK.04/2017 TENTANG PEDOMAN KONTRAK PENYIMPANAN KEKAYAAN REKSA DANA BERBENTUK PERSEROAN

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negar

2012, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan: 1. Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan yang selanjut

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENDANAAN TERORISME

No. 17/ 14 /DPSP Jakarta, 5 Juni S U R A T E D A R A N Kepada PESERTA SISTEM KLIRING NASIONAL BANK INDONESIA DI INDONESIA

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.04/2013 TENTANG PERILAKU AGEN PENJUAL EFEK REKSA DANA

2013, No.50 2 Mengingat c. bahwa Indonesia yang telah meratifikasi International Convention for the Suppression of the Financing of Terrorism, 1999 (K

2017, No lain ke dalam atau ke luar daerah pabean Indonesia dilakukan oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai; c. bahwa sesuai dengan Undang-Un

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENDANAAN TERORISME

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 25 TAHUN 2003 (25/2003) TENTANG

S U R A T E D A R A N

Transkripsi:

KEPUTUSAN KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN NOMOR: 3/9/KEP. PPATK/2004 TENTANG TRANSAKSI KEUANGAN TUNAI YANG DIKECUALIKAN DARI KEWAJIBAN PELAPORAN KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN, Menimbang : a. bahwa sesuai dengan Pasal 13 ayat (5) Undang-undang No. 15 Tahun 2002 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang No. 25 Tahun 2003, Kepala Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan dapat menetapkan transaksi keuangan tunai yang dikecualikan dari kewajiban pelaporan; b. bahwa untuk memberikan kejelasan dan kepastian mengenai transaksi keuangan tunai yang dikecualikan dari kewajiban pelaporan perlu diatur dalam suatu keputusan; c. bahwa oleh karena itu dipandang perlu untuk menerbitkan Keputusan Kepala Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan tentang Transaksi Keuangan Tunai Yang Dikecualikan dari Kewajiban Pelaporan; Mengingat: 1. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2002 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 30, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4191) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2003 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor

2 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4324); 2. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2003 Tentang Tata Cara Pelaksanaan Kewenangan Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan; 3. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 201/M Tahun 2002; 4. Keputusan Kepala Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan Nomor 3/1/KEP.PPATK/2004 Tentang Pedoman Laporan Transaksi Keuangan Tunai dan Tata Cara Pelaporannya bagi Penyedia Jasa Keuangan; M E M U T U S K A N: Menetapkan : KEPUTUSAN KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN TENTANG TRANSAKSI KEUANGAN TUNAI YANG DIKECUALIKAN DARI KEWAJIBAN PELAPORAN. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Ketentuan dalam Keputusan Kepala Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan ini berlaku bagi Penyedia Jasa Keuangan berupa bank, lembaga pembiayaan, perusahaan efek, pengelola reksa dana, kustodian, wali amanat, lembaga penyimpanan dan penyelesaian, pedagang valuta asing, dana pensiun, dan perusahaan asuransi. Pasal 2

3 Pasal 2 Transaksi Keuangan Tunai adalah transaksi penarikan/penerimaan atau penyetoran/pembayaran dengan menggunakan uang tunai (uang kertas dan atau uang logam), dalam jumlah kumulatif Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) atau lebih atau dalam mata uang asing yang nilainya setara, dilakukan dalam satu kali atau beberapa kali transaksi dalam satu hari kerja pada satu atau beberapa kantor dari satu PJK. Pasal 3 Transaksi Keuangan Tunai yang dikecualikan dari kewajiban pelaporan adalah: a. transaksi antarbank; b. transaksi dengan Pemerintah; c. transaksi dengan Bank Sentral; d. pembayaran gaji, e. pembayaran pensiun; dan f. transaksi lainnya yang ditetapkan oleh Kepala Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan atau atas permintaan Penyedia Jasa Keuangan ( PJK ) yang disetujui oleh Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan ( PPATK ). Pasal 4 (1) Pengecualian Transaksi Keuangan Tunai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf a, huruf b, huruf c, huruf d dan huruf e berlaku tanpa harus mengajukan permohonan terlebih dahulu kepada Kepala PPATK. (2) Pengecualian Transaksi Keuangan Tunai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf b adalah transaksi yang menggunakan rekening Pemerintah, dan dilakukan untuk dan atas nama Pemerintah yaitu Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Departemen, lembaga Pemerintah Non Departemen atau Badan-badan Pemerintah lainnya. (3) Rekening

4 (3) Rekening Pemerintah sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) tersebut di atas adalah rekening yang dibuka sesuai syarat dan tata cara pembukaan rekening yang berlaku. (4) Pengecualian Transaksi Keuangan Tunai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf d dan huruf e adalah suatu transaksi tertentu yang secara rutin dilakukan oleh suatu institusi/lembaga/perusahaan dalam rangka pembayaran gaji atau pensiun karyawan. (5) Penetapan dan tata cara pengecualian Transaksi Keuangan Tunai lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf f diatur dalam Keputusan Kepala PPATK ini. BAB II PENGECUALIAN TRANSAKSI KEUANGAN TUNAI LAINNYA YANG DITETAPKAN OLEH PPATK Pasal 5 (1) Transaksi Keuangan Tunai lainnya yang dikecualikan dari kewajiban pelaporan kepada PPATK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf f adalah: a. transaksi antar PJK dalam rangka kegiatan usahanya masing-masing; b. transaksi rutin yang dilakukan secara harian, mingguan, dan bulanan dari jenis usaha atau pihak tertentu. (2) Jenis usaha atau pihak tertentu sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf b adalah sebagaimana terlampir dalam Keputusan ini. (3) Lampiran sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Keputusan ini. (4) Lampiran sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) sewaktu-waktu dapat diubah dengan mempertimbangkan perkembangan dan kondisi rezim anti pencucian uang di Indonesia. BAB III

5 BAB III PROSEDUR PERMOHONAN PENGECUALIAN TRANSAKSI KEUANGAN TUNAI LAINNYA ATAS DASAR PERMOHONAN DARI PJK Pasal 6 PJK dapat mengajukan permintaan pengecualian kewajiban pelaporan Transaksi Keuangan Tunai kepada Kepala PPATK. Pasal 7 Kriteria Transaksi Keuangan Tunai yang dapat diajukan oleh PJK kepada Kepala PPATK untuk dikecualikan dari kewajiban pelaporan adalah sebagai berikut: a. Transaksi Keuangan Tunai dilakukan oleh nasabah yang telah menjadi nasabah PJK sekurang-kurangnya 6 (enam) bulan secara terus menerus; b. Transaksi Keuangan Tunai yang merupakan transaksi rutin yaitu transaksi yang dilakukan secara harian, mingguan atau bulanan; dan c. Transaksi Keuangan Tunai yang terkait secara langsung dengan kegiatan usaha nasabah dan sesuai dengan karakteristik usaha yang umumnya dilakukan secara tunai. Pasal 8 (1) Permintaan pengecualian kewajiban pelaporan Transaksi Keuangan Tunai disampaikan oleh PJK kepada Kepala PPATK. (2) Permintaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) disertai dokumen pendukung sebagai berikut: a. Profil lengkap nasabah sesuai dengan persyaratan minimal yang diatur dalam ketentuan tentang Prinsip Mengenal Nasabah yang meliputi identitas nasabah, pekerjaan atau bidang usaha, jumlah penghasilan, rekening yang dimiliki, aktivitas transaksi normal dan tujuan pembukaan rekening; b. Data

6 b. Data salinan transaksi atau rekening koran 3 (tiga) bulan terakhir; c. Pertimbangan yang mendasari permintaan pengecualian Laporan Transaksi Keuangan Tunai yang didasarkan kepada hasil analisis dan due-dilligence oleh PJK. Pasal 9 (1) Jawaban terhadap permintaan PJK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) tidak diberikan kepada individual permohonan PJK, tetapi dalam bentuk penyempurnaan Pasal 5 Keputusan ini. (2) Sebelum perubahan Keputusan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dikeluarkan oleh PPATK, PJK tetap wajib melaporkan Transaksi Keuangan Tunai lainnya kepada PPATK. Pasal 10 Permintaan pengecualian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 dikirimkan kepada PPATK dengan alamat: Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan Gedung Kebon Sirih, Lantai 4 Jl. Kebon Sirih No. 82 84 Jakarta 10010 BAB IV PENUTUP Pasal 11 Terhadap Transaksi Keuangan Tunai yang dikecualikan dari kewajiban pelaporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 tersebut di atas, PJK wajib: a. membuat dan menyimpan daftar transaksi yang dikecualikan; b. memelihara

7 b. memelihara dan melakukan pengkinian profil nasabah sesuai dengan ketentuan tentang Prinsip Mengenal Nasabah; c. melakukan monitoring atau review secara berkala terhadap transaksi keuangan tunai yang dikecualikan tersebut; dan d. memelihara dokumentasi (warkat/aplikasi/slip) transaksi sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku agar dimungkinkan penelusuran transaksi apabila diperlukan. Pasal 12 PPATK sewaktu-waktu dapat melakukan pemeriksaan dokumentasi terhadap Transaksi Keuangan Tunai yang dikecualikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 tersebut di atas. Pasal 13 PJK berkewajiban untuk melaporkan Transaksi Keuangan Tunai yang Dikecualikan tersebut kepada PPATK sebagai Laporan Transaksi Keuangan Mencurigakan (Suspicious Transaction Report) apabila Transaksi tersebut memenuhi salah satu dari unsur Transaksi Keuangan Mencurigakan. Pasal 14

8 Pasal 14 Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan. Agar setiap orang mengetahuinya memerintahkan pengumuman Keputusan Kepala Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di : Jakarta Pada tanggal : 25 Mei 2004 KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN ttd. Dr. Yunus Husein

9 Lampiran Keputusan Kepala Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan Nomor 3/9/KEP.PPATK/2004 Jenis usaha atau pihak tertentu yang dikecualikan dari kewajiban pelaporan Transaksi Keuangan Tunai: a. pengelola jalan tol; b. supermarket, hypermarket, department store dan usaha sejenis dengan nama lain; c. pengelola jasa perparkiran; d. stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU); e. International Air Transport Association (IATA); f. perwakilan negara asing; g. organisasi-organisasi internasional yang anggotanya adalah negara misalnya Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB), International Monetary Funds (IMF), Asian Development Bank (ADB), dan World Bank; h. maskapai penerbangan; i. lembaga pendidikan formal; j. operator telekomunikasi; k. pengelola rumah sakit; l. penyedia tenaga listrik.