PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 1997 TENTANG JENIS DAN PENYETORAN PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

dokumen-dokumen yang mirip
JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PP 22/1997, JENIS DAN PENYETORAN PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 1997 TENTANG JENIS DAN PENYETORAN PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 1997 TENTANG JENIS DAN PENYETORAN PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 1997 TENTANG JENIS DAN PENYETORAN PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 1997 TENTANG JENIS DAN PENYETORAN PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II DASAR TEORI. Pengertian Sistem menurut para ahli meliputi: sub sistem/bagian/komponen apapun baik phisik ataupun non phisik yang

MEKANISME PENGELOLAAN DAN PENATAUSAHAAN PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK BERDASARKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1995 TENTANG TAMBAHAN DAN PERUBAHAN ATAS ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 1994/95

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2001 TENTANG PERHITUNGAN ANGGARAN NEGARA TAHUN ANGGARAN 1999/2000 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2001 TENTANG PERHITUNGAN ANGGARAN NEGARA TAHUN ANGGARAN 1999/2000

UU 11/1997, PERUBAHAN ATAS ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 1996/1997

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 1997 TENTANG PERHITUNGAN ANGGARAN NEGARA TAHUN ANGGARAN 1995/96 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2000 TENTANG

UU 3/1996, PERUBAHAN ATAS ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 1995/96

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2002 TENTANG PERHITUNGAN ANGGARAN NEGARA TAHUN ANGGARAN 2000 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2002 TENTANG PERHITUNGAN ANGGARAN NEGARA TAHUN ANGGARAN 2000 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2004 TENTANG PERHITUNGAN ANGGARAN NEGARA TAHUN ANGGARAN 2002 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2002 TENTANG PERHITUNGAN ANGGARAN NEGARA TAHUN ANGGARAN 2000 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2004 TENTANG PERHITUNGAN ANGGARAN NEGARA TAHUN ANGGARAN 2002 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2000 TENTANG PERHITUNGAN ANGGARAN NEGARA TAHUN ANGGARAN 1998/1999 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 1997 TENTANG PERUBAHAN ATAS ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 1996/1997

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 17 TAHUN 2001 (17/2001) TENTANG PERHITUNGAN ANGGARAN NEGARA TAHUN ANGGARAN 1999/2000

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG PERHITUNGAN ANGGARAN NEGARA TAHUN ANGGARAN 2003 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

NOMOR 6 TAHUN 2004 TENTANG PERHITUNGAN ANGGARAN NEGARA TAHUN ANGGARAN 2002

Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 32 TAHUN 1999 (32/1999) Tanggal: 23 AGUSTUS 1999 (JAKARTA)

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2001 TENTANG PERHITUNGAN ANGGARAN NEGARA TAHUN ANGGARAN 1999/2000 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Menetapkan: UNDANG-UNDANG TENTANG PERUBAHAN ATAS ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN 1996/1997

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1999 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2004 TENTANG PERHITUNGAN ANGGARAN NEGARA TAHUN ANGGARAN 2002 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UU 14/2003, PERHITUNGAN ANGGARAN NEGARA TAHUN ANGGARAN 2001

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 1997 TENTANG PERUBAHAN ATAS ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 1996/1997

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2003 TENTANG PERHITUNGAN ANGGARAN NEGARA TAHUN ANGGARAN 2001 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 1999 TENTANG PERHITUNGAN ANGGARAN NEGARA TAHUN ANGGARAN 1997/1998 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2003 TENTANG PERHITUNGAN ANGGARAN NEGARA TAHUN ANGGARAN 2001 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 1997 TENTANG PERHITUNGAN ANGGARAN NEGARA TAHUN ANGGARAN 1995/1996

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2000 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 1999 TENTANG PERHITUNGAN ANGGARAN NEGARA TAHUN ANGGARAN 1997/1998 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 1999 TENTANG PERHITUNGAN ANGGARAN NEGARA TAHUN ANGGARAN 1997/1998 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1996 TENTANG PERUBAHAN ATAS ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 1995/96

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 22 TAHUN 2000 (22/2000) TENTANG PERHITUNGAN ANGGARAN NEGARA TAHUN ANGGARAN 1998/1999

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG PERHITUNGAN ANGGARAN NEGARA TAHUN ANGGARAN 2003 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UU 3/2000, PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1999 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 1999/2000

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 1998 TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS, SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DEPARTEMEN

PENJELASAN A T A S UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2000 TENTANG

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 1996 TENTANG KEPELABUHANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Peraturan Pemerintah No. 70 Tahun 1996 Tentang : Kepelabuhanan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1998 PERUBAHAN ATAS ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 1997/1998

0224 cukai alkohol sulingan bertambah dengan PENERIMAAN LAIN-LAIN DEPARTEMEN KEUANGAN Berkurang dengan PENERIMAAN

PP 39/2003, TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA DEPARTEMEN PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1998 TENTANG PERHITUNGAN ANGGARAN NEGARA TAHUN ANGGARAN 1997/1998

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 8 TAHUN 1998 (8/1998) TENTANG PERHITUNGAN ANGGARAN NEGARA TAHUN ANGGARAN 1997/1998

KEPALA DINAS BIDANG PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PERTANIAN BIDANG TANAMAN PANGAN BIDANG TANAMAN HORTIKULTURA BIDANG PETERNAKAN

UU 2/1994, TAMBAHAN DAN PERUBAHAN ATAS ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 1993/94

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG PERHITUNGAN ANGGARAN NEGARA TAHUN ANGGARAN 2003 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1998 TENTANG PERHITUNGAN ANGGARAN NEGARA TAHUN ANGGARAN 1997/1998 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KLASIFIKASI BAKU LAPANGAN USAHA INDONESIA 1997

UU 2/1994, TAMBAHAN DAN PERUBAHAN ATAS ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 1993/94

PENJELASAN A T A S UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2002 TENTANG

LAMPIRAN II RINCIAN PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK

KEPALA DINAS BIDANG PENDIDIKAN DASAR SEKSI PENGEMBANGAN DATA PENDIDIKAN SEKSI TAMAN KANAK-KANAK SEKSI SEKOLAH MENENGAH ATAS SEKSI SEKOLAH DASAR

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2002 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1997 TENTANG RETRIBUSI DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1997 TENTANG RETRIBUSI DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UU 1/2002, PERUBAHAN ATAS UNDANG UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2000 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARATAHUN ANGGARAN 2001

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 6 TAHUN 2004 (6/2004) TENTANG PERHITUNGAN ANGGARAN NEGARA TAHUN ANGGARAN 2002

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 22 TAHUN 2015 TENTANG

JABATAN FUNGSIONAL. Kelengkapan Administrasi Kenaikan Pangkat Pilihan bagi PNS yang menduduki jabatan fungsional tertentu : DAFTAR JABATAN FUNGSIONAL

BAB II KAJIAN PUSTAKA. negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib. membayarnya menurut peraturan-peraturan umum (Undang-Undang)

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 1984 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DEPARTEMEN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 1984 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DEPARTEMEN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2002 TENTANG

NO. BIDANG JENIS IZIN / NON IZIN

LAMPIRAN KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 87 TAHUN 1999 TENTANG RUMPUN JABATAN FUNGSIONAL PEGAWAI NEGERI SIPIL

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2000 TENTANG KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS DAN PELABUHAN BEBAS PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TENGAH NOMOR 14 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI PENYELENGGARAAN PERHUBUNGAN DAN TELEKOMUNIKASI

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2000 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2000

RINCIAN ANGGARAN BELANJA PEMERINTAH PUSAT TAHUN 2007 MENURUT BAGIAN ANGGARAN, UNIT ORGANISASI DAN JENIS BELANJA ( DALAM RIBUAN RUPIAH )

PEMERINTAH KABUPATEN POSO

UU 3/1998, ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 1998/1999

LAPORAN ARUS KAS PER AKUN TINGKAT KPPN UNTUK PERIODE YANG BERAKHIR TANGGAL 31 AGUSTUS 2014

RINCIAN ANGGARAN BELANJA PEMERINTAH PUSAT TAHUN 2009 MENURUT BAGIAN ANGGARAN, UNIT ORGANISASI DAN JENIS BELANJA ( DALAM RIBUAN RUPIAH ) Halaman : 1

Transkripsi:

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 22 TAHUN 1997 TENTANG JENIS DAN PENYETORAN PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK PRESIDEN, Menimbang : bahwa sebagai pelaksanaan ketentuan mengenai penetapan jenis dan penyetoran Penerimaan Negara Bukan Pajak dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 1997 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak dipandang perlu menetapkan Peraturan Pemerintah tentang Jenis dan Penyetoran Penerimaan Negara Bukan Pajak ke Kas Negara; Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945; 2. Undang-undang Nomor 20 Tahun 1997 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak (Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 43, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3687); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG JENIS DAN PENYETORAN PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK. Pasal 1 Penerimaan Negara Bukan Pajak adalah penerimaan Pemerintah Pusat yang tidak berasal dari penerimaan perpajakan, yang jenisnya sebagaimana dimaksud dalam lampiran I dan II Peraturan Pemerintah ini. Pasal 2 Seluruh jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak dalam lampiran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 wajib disetor langsung ke Kas Negara. Pasal 3 Dengan memperhatikan ketentuan Pasal 2, tata cara penggunaan jenis penerimaan dari kegiatan pendidikan dan pelayanan kesehatan diatur oleh Menteri Keuangan. Pasal 4

- 2 - Pasal 4 Pengelolaan penerimaan dalam rangka kegiatan reboisasi, dilakukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku saat ini. Pasal 5 Tatacara pengelolaan jenis-jenis penerimaan dari kegiatan tertentu lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 Undang-undang Nomor 20 Tahun 1987 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak, diatur dengan Peraturan Pemerintah tersendiri. Pasal 6 Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang dilakukan oleh Departemen dan Lembaga Non Departemen yang belum tercakup dalam lampiran Peraturan Pemerintah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 akan diusulkan sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari lampiran Peraturan Pemerintah ini dan pencantumannya dilakukan dengan Peraturan Pemerintah tersendiri. Pasal 7 Ketentuan lebih lanjut yang diperlukan bagi pelaksanaan Peraturan Pemerintah ini diatur oleh Menteri Keuangan. Pasal 8 Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar...

- 3 - Diundangkan di Jakarta pada tanggal 7 Juli 1997 Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Pemerintah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia. MENTERI NEGARA SEKRETARIS NEGARA, ttd. MOERDIONO Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 7 Juli 1997 PRESIDEN, ttd. SOEHARTO LEMBARAN NEGARA TAHUN 1997 NOMOR 57.

LAMPIRAN I PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 22 TAHUN 1997 TANGGAL 7 JULI 1997. TENTANG JENIS- YANG BERLAKU UMUM DI SEMUA DEPARTEMEN DAN LEMBAGA NON PEMERINTAH 1. Penerimaan kembali anggaran (sisa anggaran rutin dan sisa anggaran pembangunan 2. Penerimaan hasil penjualan barang/kekayaan negara. 3. Penerimaan hasil penyewaan barang/kekayaan negara. 4. Penerimaan hasil penyimpanan uang negara (jasa giro) 5. Penerimaan ganti rugi atas kerugian negara (tuntutan ganti rugi dan tuntutan perbendaharaan). 6. Penerimaan denda keterlambatan penyelesaian pekerjaan pemerintah. 7. Penerimaan dari hasil penjualan dokumen lelang. PRESIDEN, ttd. SOEHARTO

- 2 - LAMPIRAN IIA PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 22 TAHUN 1997 TANGGAL 7 JULI 1997 (1) JENIS-JENIS PENERIMAAN NEGARABUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA DEPARTEMEN LUAR NEGERI 1. Penerimaan dari pemberian surat perjalanan Republik Indonesia. 2. Penerimaan dari jasa pengurusan dokumen kanselerai. (2) JENIS- YANG BERLAKU PADA DEPARTEMEN PERTAHANAN DAN KEAMANAN. 1. Penerimaan dari pemberian Surat Izin Mengemudi (SIM). 2. Penerimaan dari pemberian Surat Tanda Nomor Kendaraan Bermotor (STNK). 3. Penerimaan dari pemberian Surat Tanda Coba Kendaraan (STCK). 4. Penerimaan dari pemberian Bukti Pemilikan Kendaraan Bermotor (BPKB) baru. 5. Penerimaan dari pelayanan kesehatan. (3) JENIS- YANG BERLAKU PADA DEPARTEMEN KEHAKIMAN. 1. Penerimaan denda administrasi. 2. Penerimaan dari pelayanan jasa hukum. 3. Penerimaan dari penggunaan jasa tenaga narapidana dan hasil penjualan barang keterampilannya. 4. Penerimaan dari pendaftaran ciptaan. 5. Penerimaan

- 3-5. Penerimaan dari permintaan hak paten. 6. Penerimaan dari pemberian merek. 7. Penerimaan dari keimigrasian. 8. Penerimaan balai harta peninggalan. 9. Penerimaan pengadilan. (4) JENIS- YANG BERLAKU PADA DEPARTEMEN PENERANGAN. 1. Penerimaan dari siaran iklan. 2. Penerimaan dari siaran spot Radio Republik Indonesia (RRI). 3. Penerimaan dari penyelenggaraan sensor film, video tape kaset, film reklame komersial dan non komersial. 4. Penerimaan dari pembuatan film untuk instansi pemerintah dan penyewaan peralatan perfilman. (5) JENIS- YANG BERLAKU PADA DEPARTEMEN KEUANGAN. 1. Penerimaan denda administrasi atas keterlambatan penyampaian laporan perusahaan di bidang pasar modal. 2. Penerimaan denda administrasi yang dikenakan pada pihak yang melanggar peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal. 3. penerimaan Bea Lelang. 4. Penerimaan dari biaya admnistrasi lelang swasta. 5. Penerimaan dari Bea Lelang Batal. 6. Penerimaan dari biaya administrasi Badan Urusan Piutang dan Lelang Negara (BBUPLN). 7. Penerimaan dari penjualan saham bagian Pemerintah. 8. Penerimaan dari bagian Pemerintah atas laba badan usaha milik negara. 9. Penerimaan

- 4-9. Penerimaan dari selisih lebih karena perubahan harga jual yang ditetapkan Pemerintah atas persediaan gula pasir di gudang-gudang Bulog dan gudang dari pabrik gula, dan persediaan pupuk di semua gedung gudang Pusri. 10. Penerimaan dari denda keterlambatan penyampaian laporan oleh Perusahaan Pembiayaan. 11. Penerimaan dari denda tidak menyampaikan laporan keuangan tahunan dan perhitungan laba rugi bagi perusahaan asuransi atau perusahaan reasuransi sesuai dengan jangka waktu yang ditetapkan. 12. Penerimaan dari denda tidak menyampaikan laporan keuangan tahunan dan laporan operasional tahunan bagi perusahaan pialang asuransi atau perusahaan pialang reasuransi sesuai dengan jangka waktu yang ditetapkan oleh. 13. Penerimaan dari denda keterlambatan penyampaian laporan bagi Dana Pensiun. 14. Penerimaan kembali pinjaman yang disalurkan oleh Pemerintah. 15. Penerimaan dari laba bersih minyak. 16. Penerimaan bagian Pemerintah dari annual fee PT. Inalum. 17. Penerimaan dari Pungutan Ekspor. (6) JENIS- YANG BERLAKU PADA DEPARTEMEN PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN. 1. Penerimaan dari biaya pengujian mutu barang dan sertifikasi mutu barang. 2. Penerimaan dari biaya jasa pelatihan. 3. Penerimaan dari pendaftaran perusahaan. 4. Penerimaan dari penerbitan Surat Keterangan Asal (SKA). 5. Penerimaan dari jasa pengujian/pemeriksaan tembakau. 6. Penerimaan dari jasa pembinaan petani tembakau oleh pabrikan rokok. 7. Penerimaan dari penyelenggaraan jasa pendidikan. 8. Penerimaan dari jasa pembinaan industri kecil. 9. Penerimaan dari jasa pelayanan teknis. 10. Penerimaan dari pengaturan tata niaga cengkeh. 11. Penerimaan dari jasa tera/tera ulang. (7) JENIS-

- 5 - (7) JENIS- YANG BERLAKU PADA DEPARTEMEN PERTANIAN. 1. Penerimaan dari pungutan pengusahaan perikanan. 2. Penerimaan dari pungutan hasil perikanan. 3. Penerimaan dari pungutan perikanan atas penggunaan kapal perikanan berbendera asing dengan cara sewa untuk menangkap ikan di zona ekonomi ekslusif Indonesia. 4. Penerimaan dari pungutan perikanan yang berasal dari hasil penangkapan atau pembudidayaan. 5. Penerimaan dari hasil pembibitan ternak dan hijauan makanan ternak. 6. Penerimaan dari penetapan pendaftaran dan pengujian mutu obat hewan. 7. Penerimaan dari pendapatan perubahan harga hasil produksi pusat veterinaria. 8. Penerimaan dari pendualan hasil pendidikan dan pelatihan, balai benih ikan dan udang. 9. Penerimaan dari penjualan embrio ternak untuk bibit. 10. Penerimaan dari penjualan obat hewan, vaksin dan semen beku. 11. Penerimaan dari jasa tambah labuh. 12. Penerimaan dari jasa pengadaan es. 13. Penerimaan dari jasa pengadaan air sumur dan air minum. 14. Penerimaan dari jasa penyewaan fasilitas. 15. Penerimaan dari jasa karantina tumbuhan, ikan dan hewan. 16. Penerimaan dari jasa pelayanan diagnosa penyakit hewan. 17. Penerimaan dari jasa pemeriksaan lapangan dan pengujian benih tanaman pangan. 18. Penerimaan dari jasa pelayanan teknologi, penelitian dan pengembangan. 19. Penerimaan dari redistribusi ternak Pemerintah. 20. Penerimaan dari penyelenggaraan jasa pendidikan pertanian. (8) JENIS-

- 6 - (8) JENIS- YANG BERLAKU PADA DEPARTEMEN PERTAMBANGAN DAN ENERGI. 1. Penerimaan dari jasa teknologi di bidang pertambangan umum. 2. Penerimaan dari jasa penelitian/pengembangan dan jasa penerapan teknologi pada puslitbang teknologi minyak dan gas bumi. 3. Penerimaan dari iuran tetap/landrent. 4. Penerimaan dari iuran eksplorasi/iuran eksploitasi/royalti. 5. Penerimaan dari perjanjian karya pengusahaan pertambangan batubara. 6. Penerimaan dari jasa teknologi geologi tata lingkungan. (9) JENIS- YANG BERLAKU PADA DEPARTEMEN KEHUTANAN. 1. Penerimaan dari Iuran Hasil Hutan (IHH). 2. Penerimaan dari Iuran Hak Pengusahaan Hutan (IHPH). 3. Penerimaan dari Iuran Hak Pengusahaan Hutan Tamanan Industri (IHPHTI). 4. Penerimaan dari Iuran Hak Pengusaha Hutan (HPH) Bambu. 5. Penerimaan dari Iuran Hak Pengusahaan Hutan (IHPH) Tanaman Rotan. 6. Penerimaan dari pengusahaan pariwisata alam. 7. Penerimaan dari pungutan masuk hutan wisata, taman nasional, tanam hutan raya dan taman wisata laut. 8. Penerimaan dari iuran penangkap/pengambil dan mengangkut satwa liar dan tumbuhan alam yang tidak dilindungi Undang-undang serta jarahan satwa baru. 9. Penerimaan dari Denda Pelanggaran Eksploitasi Hutan (DPEH). 10. Penerimaan dari Denda post audit dan tata usaha iuran hasil hutan. 11. Penerimaan dari pengambilan jenis tumbuhan dan satwa liar yang dilindungi Undang-undang dari alam maupun hasil dari penangkaran. (10) JENIS-

- 7 - (10) JENIS- YANG BERLAKU PADA DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM 1. Penerimaan dari jasa penyewaan peralatan dan jasa perbengkelan. 2. Peneriaman dari jasa laboratorium. 3. Penerimaan dari penyelenggaraan jasa pendidikan dan latihan. 4. Penerimaan dari jasa pembuatan peta citra dari data media satelit. 5. Penerimaan dari jasa penyelidikan geoteknik. 6. Penerimaan dari jasa saran teknis dan pemeriksaan laboratorium. 7. Penerimaan dari jasa pengkajian mutu komponen. (11) JENIS- YANG BERLAKU PADA DEPARTEMEN PERHUBUNGAN. 1. Penerimaan dari pemberian surat izin mengemudi. 2. Penerimaan dari jasa pelabuhan penyeberangan laut, selat dan teluk. 3. Penerimaan dari jasa terminal dan fasilitas sandar kapal penyeberangan sungai dan danau. 4. Penerimaan dari jasa kepelabuhan untuk kapal pelayaran dalam negeri dan luar negeri pada pelabuhan unit pelaksana teknis (UPT) kantor pelabuhan. 5. Penerimaan dari jasa dermaga dan penumpukan di pelabuhan unit pelaksana teknis (UTP) kantor pelabuhan. 6. Penerimaan dari penyewaan tanah pelabuhan di pelabuhan unit pelaksana teknis (UPT) kantor pelabuhan. 7. Penerimaan dari jasa pelayanan penerbangan (JP2) untuk penerbangan internasional. 8. Penerimaan dari jasa pelayanan penumpang pesawat udara (JP3U) pada bandar udara untuk angkutan udara luar negeri. 9. Penerimaan dari jasa pendaratan, penempatan dan penyimpanan pesawat udara (JP4U) penerbangan internasional. 10. Penerimaan dari jasa pemeriksaan kesehatan. 11. Penerimaan

- 8-11. Penerimaan dari pemberian dokumen penerbangan. 12. Penerimaan dari jasa pelayanan meteorologi dan geofisika dan penyewaan peralatan. 13. Penerimaan dari sumbangan pembinaan pendidikan dan latihan (SPPL). (12) JENIS- YANG BERLAKU PADA DEPARTEMEN PARIWISATA, POS, DAN TELEKOMUNIKASI. 1. Penerimaan dari penyelenggaraan jasa pendidikan pariwisata. 2. Penerimaan dari uang ujian perwira radio elektronika dan operator radio. 3. Penerimaan dari pemberian izin usaha jasa titipan. 4. Penerimaan dari pemberian izin amatir radio. 5. Penerimaan dari pemberian izin antene parabola penerima siaran televisi. 6. Penerimaan dari pemberian izin komunikasi radio antar penduduk (KRAP). 7. Penerimaan dari pemberian hak penyelenggaraan (BHP) frekuensi radio konsesi. 8. Penerimaan dari pemberian izin hak penyelenggaraan (BHP) jasa telekomunikasi. 9. Penerimaan dari jasa penyelenggaraan/pengawasan ujian amatir. (13) JENIS- YANG BERLAKU PADA DEPARTEMEN TENAGA KERJA 1. Penerimaan dari pembinaan tenaga kerja dalam rangka pengembangan program Antar Kerja Antar Negara (AKAN). 2. Penerimaan dari jasa latihan kerja dan kursus latihan kerja (BLK/KLK). 3. Penerimaan dari pungutan Tenaga kerja Warga Negara Asing Pendatang (TKWNAP). 4. Penerimaan dari pendayagunaan fasilitas hiperkes dan keselamatan kerja. (14) JENIS-

- 9 - (14) JENIS- YANG BERLAKU PADA DEPARTEMEN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN. 1. Penerimaan dari penyelenggaraan pendidikan. 2. Penerimaan karcis tanda masuk museum. 3. Penerimaan dari kontrak kerja yang sesuai dengan peran dan fungsi perguruan tinggi. 4. Penerimaan dari hasil penjualan produk yang diperoleh dari penyelenggaraan pendidikan tinggi. 5. Penerimaan dari sumbangan dan hibah dari perorangan, lembaga pemerintahan, atau lembaga non pemerintah. (15) JENIS- YANG BERLAKU PADA DEPARTEMEN KESEHATAN. 1. Penerimaan dari pemberian izin peredaran makanan dan minuman. 2. Penerimaan dari pemberian izin peredaran minuman keras. 3. Penerimaan dari pemberian izin pelayanan kesehatan oleh swasta. 4. Penerimaan dari pemberian izin mendirikan rumah sakit oleh swasta. 5. Penerimaan dari jasa pendidikan tenaga kesehatan. 6. Penerimaan dari jasa pemeriksaan laboratorium. 7. Penerimaan dari jasa pemeriksaan air secara kimia lengkap. 8. Penerimaan dari jasa Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4). 9. Penerimaan dari jasa Balai Kesehatan Mata Masyarakat (BKMM). 10. Penerimaan dari jasa pemeriksaan obat, minuman, makanan, kosmetika, dan alat-alat kesehatan. 11. Penerimaan dari uji pemeriksaan spesimen. 12. Penerimaan dari jasa pelayanan rumah sakit. (16) JENIS-

- 10 - (16) JENIS- YANG BERLAKU PADA DEPARTEMEN AGAMA. PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK 1. Penerimaan dari penyelenggaraan jasa pendidikan. 2. Penerimaan dari peradilan agama. 3. Penerimaan dari pencatatan nikah dan rujuk. (17) JENIS- YANG BERLAKU PADA DEPARTEMEN SOSIAL. PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK 1. Penerimaan Pendidikan Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial (STKS) Bandung. 2. Penerimaan dari izin pengumpulan uang dan barang. 3. Penerimaan dari izin penyelenggaraan undian. 4. Penerimaan hibah yang merupakan hak Pemerintah.

- 11 - LAMPIRAN IIB PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 22 TAHUN 1997 TANGGAL 7 JULI 1997. (1) JENIS- YANG BERLAKU PADA KEJAKSAAN AGUNG. PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK 1. Penerimaan dari penjualan barang rampasan. 2. Penerimaan dari penjualan hasil sitaan/rampasan. 3. Penerimaan dari ganti rugi dan tindak korupsi. 4. Penerimaan dari biaya perkara. 5. Penerimaan lain-lain, berupa uang temuan, hasil lelang barang temuan dan hasil penjualan barang bukti yang tidak diambil oleh yang berhak. 6. Penerimaan denda. (2) JENIS- YANG BERLAKU PADA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA. PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK 1. Penerimaan dari penyelenggaraan jasa pendidikan. (3) JENIS- YANG BERLAKU PADA BADAN PUSAT STATISTIK. PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK 1. Penerimaan dari penjualan statistik. (4) JENIS

- 12 - (4) JENIS- YANG BERLAKU PADA BADAN TENAGA ATOM NASIONAL. 1. Penerimaan dari hak dan perizinan penggunaan (kalibrasi). 2. Penerimaan dari jasa analisa (tenaga/pekerjaan). 3. Penerimaan dari penerbitan Sertifikat Bebas Radiasi Komoditi Ekspor/Impor. (5) JENIS- YANG BERLAKU PADA LEMBAGA PENERBANGAN DAN ANTARIKSA NASIONAL. 1. Penerimaan dari pelayanan jasa pemotretana jarak jauh. (6) JENIS- YANG BERLAKU PADA LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA. 1. Penerimaan dari penyelenggaraan jasa pendidikan dan latihan. 2. Penerimaan dari penjualan hasil penelitian. 3. Penerimaan dari jasa penyewaan fasilitas. 4. Penerimaan dari penyelenggaraan jasa analisa, penelitian dan pengembangan jasa konsultasi, pelayanan informasi, jasa rekayasa, jasa kalibrasi dan metrologi, dan jasa tenaga ahli. (7) JENIS- YANG BERLAKU PADA ARSIP NASIONAL. PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK 1. Penerimaan dari pelayanan jasa kearsipan. (8) JENIS-

- 13 - (8) JENIS- YANG BERLAKU PADA BADAN KOORDINASI SURVEY DAN PEMETAAN NASIONAL. 1. Penerimaan dari penjualan hasil survey dan pemetaan. (9) JENIS- YANG BERLAKU PADA BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI. 1. Penerimaan dari penyelenggaraan jasa pengkajian, penelitian dan pengembangan, dan pelayanan jasa teknologi. (10) JENIS- YANG BERLAKU PADA BADAN PERTANAHAN NASIONAL. 1. Penerimaan dari pengukuran dan pemetaan. 2. Penerimaan dari pemeriksaan tanah. 3. Penerimaan dari konsolidasi tanah secara swadaya. 4. Penerimaan dari redistribusi tanah secara swadaya. 5. Penerimaan dari izin lokasi. PRESIDEN, ttd. SOEHARTO

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 22 TAHUN 1997 TENTANG JENIS DAN PENYETORAN PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK UMUM Penerimaan Negara Bukan Pajak memiliki arti dan peran yang sangat penting dalam pembiayaan penyelenggaraan pemerintahan Negara dan pembangunan nasional. Oleh karenanya, diperlukan langkah-langkah pengadministrasian yang efisien agar penerimaan tersebut dapat dimanfaatkan secara optimal. Seiring dengan itu, sesuai dengan tujuan Undang-undang Nomor 20 Tahun 1997 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak, langkah penertiban juga diperlukan sehingga jenis dan besarnya pungutan yang menjadi sumber penerimaan tersebut tidak malahan menambah beban bagi masyarakat dan pembangunan itu sendiri. Dalam rangka pengelolaan Penerimaan Negara Bukan Pajak tersebut, Peraturan Pemerintah ini ditetapkan. PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Dengan ketentuan ini, maka penerimaan selain dari yang ditetapkan dalam lampiran atau Pasal lain dalam Peraturan Pemerintah ini tidak merupakan Penerimaan Negara Bukan Pajak, dan karenanya ditiadakan. Pasal 2 Ketentuan ini mewajibkan Departemen dan Lembaga Pemernitah Non Departemen untuk menyetor seluruh Penerimaan Negara Bukan Pajak yang dikelolanya ke Kas Negara. Pengertian

- 2 - Pengertian Kas Negara adalah sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 1997 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak. Pasal 3 Karena penerimaan ini digunakan untuk kegiatan pendidikan dan pelayanan kesehatan yang sangat penting bagi peningkatan kesejahteraan, maka pengaturan tata cara penggunaannya diatur sederhana mungkin. Pasal 4 Cukup jelas Pasal 5 Jenis-jenis penerimaan dari kegiatan tertentu yang diatur dalam Pasal ini, sebesarnya meliputi pula jenis-jenis dari kegiatan yang untuk sebagian telah diatur dalam Pasal 4. Pengaturan tersendiri mengenai tatacara pengelolaannya didasarkan atas pertimbangan adanya perbedaan sifat kegiatan yang bersangkutan. Pasal 6 Cuku jelas Pasal 7 Cukup jelas Pasal 8 Cukup jelas TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA NOMOR 3694.