luas. Secara geografis Indonesia memiliki km 2 daratan dan

dokumen-dokumen yang mirip
KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Pukat merupakan semacam jaring yang besar dan panjang untuk. menangkap ikan yang dioperasikan secara vertikal dengan menggunakan

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 115 TAHUN 2015 TENTANG SATUAN TUGAS PEMBERANTASAN PENANGKAPAN IKAN SECARA ILEGAL (ILLEGAL FISHING)

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH ACEH DIREKTORAT KEPOLISIAN PERAIRAN BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

PENENGGELAMAN KAPAL SEBAGAI USAHA MEMBERANTAS PRAKTIK ILLEGAL FISHING

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 20 TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia sebagai sebuah negara kepulauan yang sebagian besar

POLICY BRIEF ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM DALAM RANGKA PEMBERANTASAN KEGIATAN PERIKANAN LIAR (IUU FISHING)

PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA DI BIDANG PERIKANAN

BAB I PENDAHULUAN. kedua didunia. Wilayah pesisir Indonesia yang luas memiliki garis pantai

BAB I PENDAHULUAN. berada diantara 2 (dua) samudera yaitu samudera pasifik dan samudera hindia dan

1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2010 TENTANG PEMANFAATAN PULAU-PULAU KECIL TERLUAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara kepulauan

BAB I PENDAHULUAN. Garis pantainya mencapai kilometer persegi. 1 Dua pertiga wilayah

BAB 1 PENDAHULUAN. dijaga keamanan dan dimanfaatkan untuk kemakmuran Indonesia. Wilayah negara

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia menjadi negara kepulauan terbesar yang ada di wilayah Asia Tenggara.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2010 TENTANG PEMANFAATAN PULAU-PULAU KECIL TERLUAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. dimasukan kedalam kelompok Negara mega-biodiversity yang merupakan dasar dari

PELAKSANAAN TINDAKAN KHUSUS TERHADAP KAPAL PERIKANAN BERBENDERA ASING DALAM PASAL 69 AYAT (4) UU NO. 45 TAHUN 2009

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Konsep Indonesia sebagai negara kepulauan (Archipelagic State) dengan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2010 TENTANG PEMANFAATAN PULAU-PULAU KECIL TERLUAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DAMPAK KEGIATAN IUU-FISHING DI INDONESIA

PENERAPAN UNDANG-UNDANG NOMOR 31 TAHUN 2004 TENTANG PERIKANAN

I. PENDAHULUAN. Dampak era globalisiasi telah mempengaruhi sistem perekonomian negara

Kata Kunci : Yurisdiksi Indonesia, Penenggelaman Kapal Asing, UNCLOS

MAKSUD DAN TUJUAN DAPAT DIGUNAKAN SEBAGAI PEDOMAN DALAM RANGKA MEWUJUDKAN PERAN SERTA POKMASWAS DALAM MEMBANTU KEGIATAN PENGAWASAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2007 TENTANG DAERAH HUKUM KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB V PENUTUP. 1. Mengenai Perkembangan Penegakan Hukum Terhadap Kapal. Fishing (IUUF) di Wilayah Pengelolaan Perikanan Indonesia.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN. luasnya perairan lautan, letak geografis, wilayah maupun panjang garis pantai. Sebagai negara

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2007 TENTANG DAERAH HUKUM KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Penataan Industri Perikanan Dilakukan Bertahap Jumat, 07 Oktober 2016

BAB I PENDAHULUAN. adalah Pulau Nias. Luasnya secara keseluruhan adalah km 2. Posisinya

DRAFT MARET POS POKMASWAS Page 1 of 20

Pembagian Kewenangan Dalam Penegakan Hukum Terhadap Pelanggaran Peraturan Perundang-Undangan Di Perairan Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. masalah-masalah hukum. Di Indonesia, salah satu masalah hukum

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V PENUTUP. Pencegahan Illegal Fishing di Provinsi Kepulauan Riau. fishing terdapat pada IPOA-IUU. Dimana dalam ketentuan IPOA-IUU

BAB I PENDAHULUAN. juta km2 terdiri dari luas daratan 1,9 juta km2, laut teritorial 0,3 juta km2, dan

PERLINDUNGAN TERHADAP IKAN

BAB I PENDAHULU 1.1. Latar Belakang

BUPATI BANGKA TENGAH

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia karena memiliki luas

KERJA SAMA KEAMANAN MARITIM INDONESIA-AUSTRALIA: TANTANGAN DAN UPAYA PENGUATANNYA DALAM MENGHADAPI KEJAHATAN LINTAS NEGARA DI PERAIRAN PERBATASAN

BAB I PENDAHULUAN. tidak boleh menyimpang dari konfigurasi umum kepulauan. 1 Pengecualian

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

JAKARTA (4/3/2015)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KONFLIK NELAYAN SENGGARANG KOTA TANJUNGPINANG DENGAN NELAYAN TEMBELING KECAMATAN TELUK BINTAN KABUPATEN BINTAN

Sejarah Peraturan Perikanan. Indonesia

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan yang terdiri dari belasan ribu

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2017, No Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun (Lembaran Negara Republik Indo

PUSANEV_BPHN. Prof. Dr. Suhaidi,SH,MH

RANCANGAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN 2016

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. dulu. Namun hingga sekarang masalah illegal fishing masih belum dapat

BAB 1. Latar Belakang Permasalahan

I. PENDAHULUAN. negara Indonesia menyebabkan Indonesia memiliki kekayaan alam yang sangat

I. PENDAHULUAN. terhadap kekayaan negara maupun transnational crime menunjukkan perkembangan

PEMERINTAH PROVINSI GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 02 TAHUN 2006 TENTANG

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 177, 1999 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3898)

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2000 TENTANG PEMBENTUKAN PROPINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Rancangbangun hukum pulau-pulau perbatasan merupakan bagian penting dari ketahanan negara.

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR

Indonesia Menuju Poros Maritim Dunia

BAB 1. A. Latar Belakang. Republik Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, dengan

PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 81 TAHUN 2017 T E N T A N G PENGGUNAAN ALAT DAN BAHAN PENANGKAPAN IKAN DI PERAIRAN DANAU SINGKARAK

BAB I PENDAHULUAN. Kawasan pesisir (coastal zone) merupakan daerah pertemuan antara

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN/ATAU PERUSAKAN LAUT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Samudera Hindia. Kepulauan Mentawai merupakan bagian dari serangkaian

BAB I PENDAHULUAN. Korporasi Dalam Tindak Pidana Perikanan, Skripsi, Universitas Hasanudin, Makassar, 2016, Hal.01 2

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1983 TENTANG ZONA EKONOMI EKSLUSIF INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2/PERMEN-KP/2015 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN ATAU PERUSAKAN LAUT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 1999 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG NOMOR 31 TAHUN 2004 TENTANG PERIKANAN [LN 2004/118, TLN 4433]

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia luasnya sekitar 7000 km 2 dan memiliki lebih dari 480 jenis

ZONASI LAUT TERITORIAL. Oleh Dr. Ir. HJ. KHODIJAH ISMAIL, M.Si

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN INDUSTRI PERIKANAN NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN/ATAU PERUSAKAN LAUT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pariwisata merupakan suatu kegiatan yang berkaitan dengan wisata untuk

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

P U T U S A N NOMOR : 283/PID/2013/PT- MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA.

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PEMBAKARAN DAN/ATAU PENENGGELAMAN KAPAL PERIKANAN BERBENDERA ASING SEBAGAI UPAYA MENGURANGI TINDAK PIDANA PENCURIAN IKAN

2008, No hukum dan kejelasan kepada warga negara mengenai wilayah negara; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. maritim, oleh karena seluruh kepulauannya dari ujung pulau Sumatera sampai

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Laut sebagai anugerah ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, harus senantiasa terjaga sumber daya alam kelautannya. Keberhasilan Indonesia untuk menetapkan identitasnya sebagai negara kepulauan dengan mendapatkan pengakuan resmi sebagai negara kepulauan dalam konvensi PBB hukum laut pada Tahun 1982 sangat memberikan sumbangsih hukum yang positif bagi perkembangan wilayah perairan laut Indonesia. Pencetusan negara kepulauan ini terbentuk dalam rangka mewujudkan satu kesatuan politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan dan keamanan. laut merupakan wilayah potensial dalam menunjang perekonomian bangsa, dan hanya negara-negara tertentulah yang wilayah daratnya berbatasan dengan laut harus menjaga keutuhan sumber daya kelautannya demi keberlangsungan ekosistemnya, Asren ( 2011 : 60 ). Oleh karena itu, laut-laut yang terpisah karena tersekat dengan pulau-pulau di Indonesia harus menjadi pemersatu bangsa yang utuh dan berdaulat. Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki wilayah laut yang sangat luas. Secara geografis Indonesia memiliki 2.027.087 km 2 daratan dan 6.166.165 km 2 wilayah perairan. Dari luas perairan tersebut, meliputi 0,3 juta km 2 laut territorial 2,8 juta km 2 perairan kepulauan dan ZEE seluas 2,7 juta km 2, Suryo (2014:40). Dengan demikian, jika dilihat dari keadaan luas bentangan perairan laut Indonesia dan pulau-pulau yang tersebar mengelilingi wilayah Indonesia, 1

2 maka Indonesia memiliki potensi yang kaya akan hasil perikanan, industri kelautan, jasa kelautan, transportasi, hingga wisata bahari. Salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki laut yang luas adalah Sumatera Utara. Wilayah perairan laut Sumatera Utara memiliki luas wilayah daratan 58.375,63 Km 2 dan perairan laut 591.890 Km 2. Secara geografis letak wilayah perairan Sumatera Utara berda di 2 0 6 0 LU dan 95 0 98 0 BT. Dengan batas wilayah Sebalah Utara berbatasan dengan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Sebelah Selatan berbatasan dengan Provinsi Riau dan Provinsi Sumatera Barat, Sebelah Timur berbatasan dengan negara Malaysia / Selat Malaka dan Sebelah Barat berbatasan dengan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dan Samudra Hindia, Emsaga (2009:116). wilayah strategis perairan laut Sumatera Utara ini akan menarik bagi kapal-kapal penangkapan ikan asing maupun kapal-kapal penangkapan ikan Indonesia untuk melakukan penangkapan ikan secara ilegal di perairan Indonesia, tanpa mengikuti aturan penangkapan ikan yang sudah ditetapkan secara hukum. hal ini terjadi karena wilayah perairan laut Sumatera Utara memiliki ketersediaan sumber daya ikan yang masih menjanjikan tepatnya di wilayah perbatasan perairan selat malaka. Dengan demikian, dalam menjaga keutuhan sumber daya ikan di laut perlu dilakukannya pengamanan laut oleh lembaga yang diberikan tugas untuk melakukan keamanan dan ketertiban diwilayah perairan laut. Salah satu institusi yang diberikan mandat dalam menjaga keamanan dan ketertiban di wilayah perairan laut adalah Kepolisian perairan. Kepolisian perairan merupakan Direktorat yang berada di bawah Badan Keamanan Markas Besar Kepolisian

3 Negara Republik Indonesia (BAHARKAM POLRI), yang terbentuk pada 1 Desember 1950. Polisi perairan pada umumnya sama halnya dengan polisi yang sering beroperasi di darat hanya saja polisi perairan melakukan operasi keamanan di laut. Kewenangan kepolisian sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah sebagai pelindung,pengayom dan pelayanan bagi masyarakat serta sebagai aparat penegak yang bertugas menindak lanjuti permasalahan yang terjadi di dalam negara. Illegal fishing merupakan salah satu permasalahan yang terjadi di wilayah perairan laut Indonesia. Illegal fishing adalah suatu kegiatan penangkapan ikan yang dilakukan oleh para nelayan yang tidak memiliki izin dari pemerintah untuk melakukan penangkapan ikan di wilayah perairan laut yurisdiksi suatu negara. Serta penggunaan alat tangkap yang dilarang untuk di operasikan saat melakukan penangkapan ikan di laut. Kegiatan illegal fishing tidak hanya pada persoalan masalah perizinan untuk menangkap ikan tetapi juga pada persoalan penggunaan alat tangkap ikan yang tidak diizinkan untuk beroperasi dalam menangkap ikan. Selain itu penggunaan alat-alat penangkapan ikan yang tidak ramah lingkungan seperti bahan peledak, listrik dan bahan kimia dapat mengancam kerusakan biota laut terutama terumbu karang sebagai habitat ikan sebagaimana yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 Tentang Perikanan. Serta, penggunaan alat penangkapan ikan berupa pukat hela atau tarik (harimau) yang tercantum dalam Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 2 Tahun 2015 tentang larangan penggunaan alat tangkap penangkapan ikan pukat hela (Trawl) dan pukat

4 tarik (Seine Nets) di wilayah pengelolaan perikanan Republik Indonesia. Direktorat Polisi Perairan Daerah Sumatera Utara ( DITPOLAIR POLDASU ) mencatat kasus illegal fishing yang terjadi selama Tahun 2012 sampai 2016 berjumlah 70 Kasus yang ditangani dengan rincian 6 kapal ikan asing dan 56 kapal ikan Indonesia yang tercatat telah melakukan tindak pidana perikanan dengan melakukan penangkapan ikan secara ilegal di Perairan Laut Sumatera Utara. Permasalahan illegal fishing harus segera diselesaikan dengan cara bijaksana karena kasus ini menyangkut kedaulatan negara Indonesia dalam hal sumber daya alam. Presiden Ir. Joko Widodo dalam pidatonya menanggapi perkembangan sektor perikanan dan kelautan telah menginstruksikan bahwa Indonesia harus menjadi poros negara maritim bagi negara-negara lain,(tempo,20 April 2016). Tanggapan tersebut didukung dengan adanya kebijakan menteri perikanan ibu Susi Pudjiastuti dalam memberantas kasus-kasus illegal fishing untuk melakukan tindakan khusus dengan menenggelamkan atau pembakaran kapal asing yang telah melakukan penangkapan ikan di wilayah perairan Indonesia tanpa izin dan tidak sesuai prosedur penangkapan ikan sebagaimana yang tercantum dalam pasal 69 ayat 4 Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 Tentang Perikanan. Kebijakan demikian itu adalah sebagai salah satu antisipasi memberantas maraknya kasus illegal fishing dengan harapan dapat memberikan efek jera kepada nelayan asing yang melakukan tindakan illegal fishing. Oleh karenanya, perlu upaya penegakan hukum terhadap illegal fishing mengingat tidak sedikit kerugian yang di alami negara akibat penangkapan ikan

5 yang ilegal. Keberadaan Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 Jo Undang- Undang Nomor 45 Tahun 2009 tentang perikanan memiliki langkah yang positif sebagai landasan hukum dalam mengatur penegak hukum untuk memutuskan persoalan hukum yang terkait dengan illegal fishing. Namun, dalam pelaksanaannya perlu adanya kerja sama yang dilakukan oleh institusi pemerintah yang telah ditetapkan sebagai pengemban tugas menjaga perairan laut Indonesia, seperti Kepolisian Perairan dengan institusi yang berkaitan dengan perikanan dan kelautan lainnya. Dengan demikian dari uraian di atas maka perlu dilakukan penelitian tentang Peranan Kepolisian Perairan Republik Indonesia dalam Upaya Penegakan Hukum Terhadap Illegal Fishing (Studi Kasus: Dit Polair SUMATERA UTARA ). B. Identifikasi Masalah Dalam suatu penelitian perlu diidentifikasi masalah yang akan diteliti agar penelitian yang dilakukan menjadi terarah dan jelas tujuannya sehingga tidak terjadi kesimpang siuran dan kekaburan dalam membahas dan meneliti masalah yang ada. Jika identifikasi masalah sudah jelas, tentu dapat dilakukan penelitian lebih mendalam. Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah dalam penelitian ini sebagai berikut : 1. Hambatan-hambatan yang di alami kepolisian dalam melakukan penegakan hukum terhadap illegal fishing.

6 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya kegiatan illegal fishing. 3. Upaya-upaya yang dilakukan pihak Kepolisian dalam melakukan penegakan hukum terhadap illegal fishing. 4. Strategi Kepolisian Perairan dalam mengatasi hambatan penegakan hukum terhadap illegal fishing. C. Batasan Masalah Pembatasan masalah mutlak dilakukan dalam setiap penelitian agar penelitian terarah dan juga tidak luas, untuk menghindari pembahasan yang terlalu luas dan hasil yang kurang signifikan. Seperti yang dikemukakan oleh Sukmadinata pembatasan masalah ialah membatasi variabel atau aspek mana yang diteliti dan mana yang tidak (Sukmadinata,2005:301). Maka yang menjadi pembatasan masalah dalam penelitian ialah: 1. Upaya-upaya yang dilakukan pihak Kepolisian dalam melakukan penegakan hukum terhadap illegal fishing. 2. Hambatan-hambatan yang dialami kepolisian perairan dalam melakukan penegakan hukum terhadap illegal fishing. D. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dirumuskan beberapa rumusan masalah yang akan diteliti. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini ialah : 1. Bagaimana upaya yang dilakukan pihak Kepolisian dalam melakukan penegakan hukum terhadap illegal fishing?.

7 2. Apa saja hambatan yang kepolisian perairan dalam penegakkan hukum terhadap perbuatan illegal fishing? E. Tujuan Penelitian Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui gambaran faktual mengenai peranan kepolisian Perairan Daerah Sumatera Utara dalam melakukan upaya penegakan hukum terhadap illegal fishing di wilayah perairan laut Sumetara Utara. 2. Untuk mengetahui hambatan kepolisian Perairan Daerah Sumatera Utara dalam mengatasi penegakan hukum terhadap illegal fishing. 3. Untuk mengetahui langkah tindakan strategi yang dilakukan kepolisian perairan Sumatera Utara dalam memberantas illegal fishing. F. Manfaat Penelitian Dalam setiap penelitian harus memiliki manfaat dari hasil temuannya dilapangan dan dari berbagai bahan kepustakaan yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Deny Setiawan mengatakan penelitian yang baik harus dapat dimanfaatkan. Inilah sifat pragmatis ( ilmu pengetahuan ilmiah ). Maka seorang peneliti harus memikirkan sejak awal manfaat dari penelitian yang akan dilakukannya (Deny Setiawan,201470 ). Maka dari itu adapun manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Manfaat Teoritis

8 a. Sebagai bahan kajian dan memperluas wawasan berfikir untuk Ilmu Pengetahuan Hukum dalam masalah penangkapan ikan secara illegal ( illegal fishing ) b. Diharapkan dapat menjadi sumbangan pemikiran kepada pemerintah dan aparat penegak hukum untuk dijadikan arah penelitian yang lebih lanjut pada masa yang akan datang. 2. Manfaat Praktis a. Dapat memberikan informasi tentang kasus-kasus penangkapan ikan secara illegal ( illegal fishing ) kepada para nelayan atau masyarakat. b. Dapat dijadikan masukan kepada Instansi Kepolisian Perairan daerah Sumatera Utara, sebagai bahan pertimbangan dalam melaksanakan tugasnya sebagai pemeliharaan keamanan, dan ketertiban masyarakat, sebagai lembaga penegakkan hukum, serta pengayoman dan perlindungan bagi masyarakat. c. Diharapkan penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan pendidikan peneliti khususnya di bidang hukum perikanan d. Dapat menjadi bahan referensi tambahan bagi rekan-rekan yang membutuhkan.