MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR : 048 Tahun 2006 TENTANG

dokumen-dokumen yang mirip
BERITA NEGARA. KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL. Permohonan Izin. Pemanfaatan Tenaga Listrik. Telekomunikasi. Tata Cara. Pencabutan.

MENTERI ENERGI DAN SUMBER DA VA MINERAL REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR : 815 K/30/MEM/2003 TENTANG

TATA CARA PERIZINAN PEMANFAATAN JARINGAN TENAGA LISTRIK UNTUK KEPENTINGAN TELEMATIKA

PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA

BUPATI BANGKA TENGAH

2016, No Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2012 tentang Kegiatan Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2012, No.28 2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Usaha penyediaan tenaga listrik adalah pengadaan te

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG KEGIATAN USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA

MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAVA MINERAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 28 TAHUN 2012

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG KEGIATAN USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG KEGIATAN USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN KETENAGALISTRIKAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PETUNJUK TEKNIS PERMOHONAN IZIN USAHA KETENAGALISTRIKAN UNTUK KEPENTINGAN UMUM (IUKU)

2016, No Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor: 166, Tambahan Le

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH

GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA, PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2005 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 10 TAHUN 1989 TENTANG

RANCANGAN PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2015

GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG KEGIATAN USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG KETENAGALISTRIKAN

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG KETENAGALISTRIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA BARAT,

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 21 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN KETENAGALISTRIKAN

PEMERINTAH KABUPATEN KOTABARU

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

TATA CARA PERIZINAN USAHA JASA PENUNJANG TENAGA LISTRIK

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2012 TENTANG USAHA JASA PENUNJANG TENAGA LISTRIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2012 TENTANG USAHA JASA PENUNJANG TENAGA LISTRIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2 b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, serta untuk melaksanakan ketentuan Pasal 36 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomo

KEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR : 437 K/30/MEM/2003 TENTANG

DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL LISTRIK DAN PEMANFAATAN ENERGI

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG NOMOR :. TAHUN TENTANG

LEMBARAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR: TENTANG KESELAMATAN KETENAGALISTRIKAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 05 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA AKREDITASI DAN SERTIFIKASI KETENAGALISTRIKAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAGIRI HULU NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG KETENAGALISTRIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI INDRAGIRI HULU

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA. Operator Radio. Sertifikasi. PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA

- 1 - PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN TELEKOMUNIKASI KHUSUS

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 28 TAHUN 2011 TENTANG KETENAGALISTRIKAN DI PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG KETENAGALISTRIKAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG KETENAGALISTRIKAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG KETENAGALISTRIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SINJAI,

PROSEDUR PENGAJUAN DAN PENERBITAN IZIN USAHA PENYIMPANAN LPG (DENGAN FASILITAS BOTTLING PLANT)

PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2013 TENTANG

GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG

PEDOMAN TEKNIS PELAYANAN IZIN USAHA PENUNJANG TENAGA LISTRIK

2015, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Menteri Energi

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG KETENAGALISTRIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA,

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR... TAHUN... TENTANG KESELAMATAN KETENAGALISTRIKAN

TATA CARA PERIZINAN USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK (Berdasarkan Peraturan Menteri ESDM Nomor 35 Tahun 2013)

GUBERNUR JAWA TENGAH, PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 35 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH

PROSEDUR PENGAJUAN DAN PENERBITAN IZIN USAHA PENGANGKUTAN GAS BUMI MELALUI PIPA

PROSEDUR PENGAJUAN DAN PENERBITAN IZIN USAHA PENGANGKUTAN MINYAK BUMI MELALUI PIPA

MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAVA MINERAL REPUBLIK INDONESIA TENTANG

BUPATI KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 22 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN USAHA KETENAGALISTRIKAN

PROSEDUR PENGAJUAN PERSETUJUAN PEMBANGUNAN & PENGOPERASIAN PIPA GAS BUMI UNTUK KEPENTINGAN SENDIRI

- 3 - BAB I KETENTUAN UMUM

PROSEDUR PENGAJUAN DAN PENERBITAN IZIN USAHA PENGANGKUTAN LPG (DENGAN FASILITAS BOTTLING PLANT)

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PESAWARAN NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN KEWENANGAN BIDANG KETENAGALISTRIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA JAMBI PERATURAN WALIKOTA JAMBI NOMOR 18 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN IZIN USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK

PROSEDUR PENGAJUAN DAN PENERBITAN IZIN USAHA NIAGA BAHAN BAKAR NABATI (BIOFUEL) SEBAGAI BAHAN BAKAR LAIN

WALIKOTA BANJARMASIN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1989 TENTANG PENYEDIAAN DAN PEMANFAATAN TENAGA LISTRIK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PROSEDUR PENGAJUAN DAN PENERBITAN IZIN USAHA PENGANGKUTAN GAS BUMI MELALUI PIPA

TATA CARA PERIZINAN USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK (BERDASARKAN PERATURAN MENTERI ESDM NOMOR 35 TAHUN 2013)

KEMENTERIAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI KEHUTANAN J A K A R T A : PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PLANOLOGI KEHUTANAN

GUBERNUR JAWA TENGAH, PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 44 TAHUN 2013 TENTANG PINJAM PAKAI KAWASAN HUTAN DI WILAYAH PROVINSI JAWA TENGAH

BUPATI TANA TORAJA PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANA TORAJA NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN KETENAGALISTRIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

AKREDITASI DAN SERTIFIKASI KETENAGALISTRIKAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA,

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 11, Tamb

PERATURAN MENTERI PERTAMBANGAN DAN ENERGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 04P/40/M.PE/1991 TAHUN 1991 TENTANG PENYIDIK KETENAGALISTRIKAN

GUBERNUR RIAU PERATURAN DAERAH PROVINSI RIAU NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG KETENAGALISTRIKAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR RIAU,

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR 0027 TAHUN 2005 TENTANG

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 60 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN IZIN USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK

WALIKOTA PANGKALPINANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MANDAILING NATAL NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN USAHA KETENAGALISTRIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PROSEDUR PENGAJUAN DAN PENERBITAN IZIN USAHA PENGOLAHAN HASIL OLAHAN

2017, No (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1994 Nomor 34); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2012 tentang Kegiatan Usaha Penyediaan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG IZIN USAHA KETENAGALISTRIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANAH BUMBU,

2017, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG NOTARIS YANG MELAKUKAN KEGIATAN DI PASAR MODAL. BAB I KETENTUAN UMUM

PROSEDUR PENGAJUAN DAN PENERBITAN IZIN USAHA PENYIMPANAN BBG (CNG), LPG, LNG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1989 TENTANG PENYEDIAAN DAN PEMANFAATAN TENAGA LISTRIK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTAMBANGAN DAN ENERGI DIREKTORAT JENDERAL MINYAK DAN GAS BUMI

PROSEDUR PENGAJUAN DAN PENERBITAN IZIN USAHA PENGANGKUTAN MINYAK BUMI, BBM DAN HASIL OLAHAN

2015, No c. bahwa dalam rangka mendukung penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Bidang Keuangan di Badan Koordinasi Penanaman Modal, perlu

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR...TAHUN... TENTANG USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor :

2015, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2007 tentang Energi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 96, Tambahan Lemba

Transkripsi:

MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR : 048 Tahun 2006 TENTANG PEMANFAATAN JARINGAN TENAGA LISTRIK UNTUK KEPENTINGAN TELEKOMUNIKASI, MULTIMEDIA, DAN INFORMATIKA MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 23A Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1989 tentang Penyediaan dan Pemanfaatan Tenaga Listrik sebagaimana telah dua kali diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2006, perlu menetapkan Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral tentang Pemanfaatan Jaringan Tenaga Listrik Untuk Kepentingan Telekomunikasi, Multimedia, dan Informatika; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1985 tentang Ketenagalistrikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1985 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3317); 2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 154, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3881); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1989 tentang Penyediaan dan Pemanfaatan Tenaga Listrik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1989 Nomor 24, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3394) sebagaimana telah dua kali diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2006 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 56, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4628); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 1995 tentang Usaha Penunjang Tenaga Listrik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 46, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3603); 5. Keputusan Presiden Nomor 187/M Tahun 2004 tanggal 20 Oktober 2004 sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Keputusan Presiden Nomor 20/P Tahun 2005 tanggal 5 Desember 2005; 6. Peraturan Menteri Pertambangan dan Energi Nomor 01.P/ 47/M.PE/1992 tentang Ruang Bebas Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) dan Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) Untuk Penyaluran Tenaga Listrik sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi Nomor 975.K/47/M.PE/1999 tanggal 11 Mei 1999;

- 2-7. Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 0030 Tahun 2005 tanggal 20 Juli 2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral; 8. Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 0045 Tahun 2005 tanggal 29 Desember 2005 tentang Instalasi Ketenagalistrikan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 046 Tahun 2006 tanggal 29 Agustus 2006; MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL TENTANG PEMANFAATAN JARINGAN TENAGA LISTRIK UNTUK KEPENTINGAN TELEKOMUNIKASI, MULTIMEDIA, DAN INFORMATIKA. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksudkan dengan: 1. Jaringan adalah jaringan yang dimanfaatkan untuk menyalurkan tenaga listrik yang dapat dioperasikan pada tegangan rendah, tegangan menengah, tegangan tinggi maupun tegangan ekstra tinggi, baik di atas tanah maupun di dalam tanah dan di dasar laut. 2. Penyangga adalah menara, tiang atau tower yang dipergunakan untuk menyangga Jaringan. 3. Konduktor adalah pilinan kawat telanjang, kabel udara, kabel dalam tanah dan kabel dasar laut yang dipergunakan untuk menyalurkan tenaga listrik. 4. Serat optik adalah serat optik pada jaringan yang dapat berfungsi untuk menyalurkan data, internet, telekomunikasi, multimedia, dan informatika. 5. Kabel Pilot adalah kabel yang dibentangkan antara tiang distribusi pada saluran udara tegangan menengah atau tegangan rendah yang digunakan sebagai sistem telekomunikasi untuk pengendali jaringan tenaga listrik. 6. Komunikasi Data Sistem Pengendali Supervisory Control and Data Acquisition yang selanjutnya disebut SCADA adalah kegiatan pertukaran dan/atau penyampaian data untuk kepentingan sistem pengendali tenaga listrik. 7. Pemanfaatan Jaringan adalah pemanfaatan jaringan tenaga listrik untuk keperluan penyaluran, telekomunikasi, multimedia, dan informatika. 8. Pemilik Jaringan adalah Pemegang Kuasa Usaha Ketenagalistrikan dan Pemegang Izin Usaha Ketenagalistrikan yang izinnya dikeluarkan oleh Menteri. 9. Telekomunikasi, Multimedia, dan Informatika selanjutnya disebut Telematika.

- 3-10. Pemanfaat Jaringan adalah Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah, Swasta, dan Koperasi yang melakukan usaha pemanfaatan jaringan tenaga listrik untuk kepentingan Telematika. 11. Ruang Bebas adalah ruang sekeliling penghantar yang dibentuk oleh jarak bebas/minimum sepanjang Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) dan/atau Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET), dan Saluran Udara Tegangan Ultra Tinggi yang di dalam ruang itu harus dibebaskan dari benda-benda dan kegiatan lainnya. 12. Izin Pendahuluan adalah Izin untuk melakukan kegiatan pemasangan alat dan perangkat Telematika yang diberikan kepada Pemanfaat Jaringan. 13. Izin Memanfaatkan Jaringan untuk kepentingan Telematika yang selanjutnya disebut IMJ Telematika adalah izin yang diberikan kepada Pemanfaat Jaringan. 14. Keselamatan Ketenagalistrikan adalah suatu keadaan yang terwujud apabila terpenuhi persyaratan kondisi andal bagi instalasi dan kondisi aman bagi instalasi dan manusia, baik pekerja maupun masyarakat umum, serta kondisi akrab lingkungan dalam arti tidak merusak lingkungan hidup disekitar instalasi ketenagalistrikan serta peralatan dan pemanfaatan tenaga listrik yang memenuhi standar. 15. Menteri adalah menteri yang tugas dan tanggung jawabnya di bidang ketenagalistrikan. 16. Direktur Jenderal adalah direktur jenderal yang tugas dan tanggung jawabnya di bidang ketenagalistrikan. BAB II RUANG LINGKUP PEMANFAATAN JARINGAN Bagian Kesatu Pemanfaatan Jaringan Pasal 2 (1) Ruang lingkup Pemanfaatan Jaringan meliputi : a. pemanfaatan Penyangga dan Jalur sepanjang Jaringan; b. pemanfaatan Serat Optik pada Jaringan; c. pemanfaatan Konduktor pada Jaringan; dan d. pemanfaatan Kabel Pilot pada Jaringan. (2) Pemanfaatan Jaringan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya dapat dilakukan sepanjang tidak mengganggu fungsi utama jaringan untuk menyalurkan tenaga listrik dan wajib memenuhi ketentuan keselamatan ketenagalistrikan. (3) Setiap kegiatan Pemanfaatan Jaringan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus mendapat persetujuan dan pengawasan dari Pemilik Jaringan. (4) Pemanfaatan Jaringan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat dilakukan dengan mempertimbangkan: a. ketersediaan kapasitas Jaringan yang masih dapat dimanfaatkan; b. kekuatan Tiang atau Menara Penyangga;

- 4 - c. perbedaan kanal dan/atau inti Serat Optik; dan d. perbedaan frekuensi, Konduktor dan Kabel Pilot. Pasal 3 Pemanfaatan Jaringan dapat dilakukan di dalam ruang bebas dengan memenuhi standar teknis dan keselamatan ketenagalistrikan serta memperhatikan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang ketenagalistrikan. Bagian Kedua Pemanfaatan Penyangga dan Jalur Sepanjang Jaringan Pasal 4 Pemanfaatan penyangga jaringan tegangan rendah (JTR), jaringan tegangan menengah (JTM), saluran udara tegangan tinggi (SUTT) dan saluran udara tegangan ekstra tinggi (SUTET) dilakukan dengan memperhatikan kekuatan konstruksi tiang atau menara. Bagian Ketiga Pemanfaatan Serat Optik Pada Jaringan Pasal 5 (1) Pemanfaatan Serat Optik pada Jaringan dapat dilakukan baik pada Serat Optik yang menyatu dan/atau menjadi bagian dari komponen Jaringan maupun pada Serat Optik yang terpisah dan/atau terpasang pada Penyangga. (2) Pemanfaatan Serat Optik pada Jaringan untuk kepentingan Telematika dilakukan dengan mempertimbangkan kapasitas serat optik dalam mendukung sistem operasi penyaluran tenaga listrik. Bagian Keempat Pemanfaatan Konduktor Pada Jaringan Pasal 6 (1) Pemanfaatan Konduktor pada Jaringan untuk kepentingan Telematika wajib memperhatikan fungsi utama dari Konduktor untuk menyalurkan tenaga listrik. (2) Kegiatan pemanfaatan Konduktor yang menyatu dan atau bersamaan dengan kegiatan penyaluran tenaga listrik, wajib memenuhi standar dan prosedur baku di bidang ketenagalistrikan. Bagian Kelima Pemanfaatan Kabel Pilot Pada Jaringan Pasal 7 Pemanfaatan Kabel Pilot pada Jaringan untuk kepentingan Telematika wajib memperhatikan fungsi utama Kabel Pilot sebagai SCADA.

- 5 - BAB III PERSYARATAN PEMANFAATAN JARINGAN Bagian Kesatu Umum Pasal 8 (1) Pemanfaatan Jaringan untuk kepentingan Telematika harus memenuhi persyaratan perencanaan, pemasangan, pemeriksaan dan pengujian, pengoperasian, pengamanan, dan pemeliharaan alat dan perangkat Telematika. (2) Pelaksanaan kegiatan perencanaan, pemasangan, pemeriksaan dan pengujian, pengoperasian, pengamanan, dan pemeliharaan harus dilakukan oleh tenaga teknik yang memiliki kompetensi. Bagian Kedua Perencanaan Pasal 9 (1) Pemanfaat Jaringan wajib membuat perencanaan dalam bentuk rancangan Pemanfaatan Jaringan. (2) Rancangan Pemanfaatan Jaringan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi daerah cakupan kerja, kapasitas Jaringan, desain, spesifikasi alat dan perangkat Telematika yang akan digunakan. Pasal 10 Pemanfaat Jaringan menyampaikan rancangan Pemanfaatan Jaringan kepada Pemilik Jaringan untuk mendapat persetujuan. Bagian Ketiga Pemasangan Pasal 11 (1) Pemasangan alat dan perangkat Telematika harus sesuai dengan rancangan Pemanfaatan Jaringan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (2). (2) Pemasangan alat dan perangkat Telematika harus sesuai dengan petunjuk teknis peralatan dari pabrikan. Bagian Keempat Pemeriksaan dan Pengujian Pasal 12 (1) Alat dan perangkat Telematika yang telah dipasang harus dilakukan pemeriksaan dan pengujian oleh Lembaga Sertifikasi Independen. (2) Pemeriksaan dan pengujian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan untuk memastikan alat dan perangkat Telematika tersebut tidak mengganggu penyaluran tenaga listrik.

- 6 - Pasal 13 (1) Pemeriksaan dan pengujian alat dan perangkat Telematika dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang ketenagalistrikan. (2) Apabila dalam pengujian terhadap alat dan perangkat Telematika menimbulkan gangguan penyaluran tenaga listrik, Pemanfaat Jaringan harus mengubah rancangan Pemanfaatan Jaringan. (3) Perubahan rancangan Pemanfaatan Jaringan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus mendapat persetujuan Pemilik Jaringan. (4) Hasil pemeriksaan dan pengujian dituangkan dalam Sertifikat Laik Operasi Peralatan Terhadap Sistem Operasi Ketenagalistrikan. (5) Dalam hal Lembaga Sertifikasi Independen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (1) belum terbentuk, Sertifikat Laik Operasi sebagaimana dimaksud pada ayat (4) diterbitkan oleh Direktur Jenderal. (6) Direktur Jenderal dalam menerbitkan Sertifikat Laik Operasi Peralatan Terhadap Sistem Operasi Ketenagalistrikan dapat membentuk Tim Evaluasi. Bagian Kelima Pengoperasian Pasal 14 Pengoperasian alat dan perangkat Telematika pada Jaringan hanya dapat dilakukan setelah ada IMJ Telematika. Pasal 15 (1) Pengoperasian alat dan perangkat Telematika tidak boleh mengganggu penyaluran tenaga listrik. (2) Pemanfaatan Serat Optik dan Kabel Pilot untuk kepentingan Telematika harus sesuai dengan kapasitas penyaluran yang diizinkan. (3) Setiap pengoperasian alat dan perangkat Telematika yang menimbulkan gangguan pada sistem informasi, proteksi dan pengendali tenaga listrik wajib dilaporkan oleh Pemanfaat Jaringan kepada Pemilik Jaringan dan proses pengoperasiannya diberhentikan sementara. Bagian Keenam Pengamanan Pasal 16 (1) Setiap Jaringan yang dimanfaatkan harus diberi tanda yang jelas bahwa Jaringan tersebut dimanfaatkan untuk kepentingan Telematika.

- 7 - (2) Setiap alat dan perangkat Telematika harus diberi petunjuk pemakaian dan peringatan yang jelas dan mudah dimengerti guna menjamin keselamatan dan keamanan. (3) Pemberian tanda dan petunjuk pemakaian dan peringatan menjadi tanggung jawab Pemanfaat Jaringan. (4) Pengamanan jaringan tenaga listrik untuk kepentingan Telematika menjadi tanggung jawab Pemanfaat Jaringan. Bagian Ketujuh Pemeliharaan Pasal 17 (1) Setiap alat dan perangkat Telematika yang digunakan dalam Pemanfaatan Jaringan untuk Telematika harus dipelihara. (2) Pemeliharaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi : a. bagian-bagian yang mudah dan tidak mudah dilihat; b. bagian-bagian yang mudah dan tidak mudah terkena gangguan; c. tanda-tanda dan alat-alat pengaman; dan d. alat-alat pelindung beserta alat pelengkap lainnya. (3) Pelaksanaan pemeliharaan harus memperhatikan fungsi Jaringan yang bersangkutan dan bertanggung jawab atas keselamatan ketenagalistrikan. Pasal 18 (1) Pemeliharaan alat dan perangkat Telematika sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 menjadi tanggung jawab Pemanfaat Jaringan. (2) Pemanfaat Jaringan harus memberitahukan rencana pemeliharaan alat dan perangkat Telematika kepada Pemilik Jaringan. BAB IV TATA CARA PERMOHONAN DAN PEMBERIAN IZIN Bagian Kesatu Tata Cara dan Permohonan Izin Pendahuluan Pasal 19 (1) Pemanfaat Jaringan wajib mengajukan permohonan Izin Pendahuluan kepada Menteri melalui Direktur Jenderal. (2) Permohonan Izin Pendahuluan diajukan secara tertulis oleh calon Pemanfaat Jaringan dalam rangkap 2 (dua) yang asli bermeterai cukup, dengan menggunakan format sebagaimana tercantum dalam Lampiran I Peraturan Menteri ini. (3) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus melampirkan : a. Akta Pendirian Pemanfaat Jaringan dan perubahannya;

- 8 - b. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP); c. Profil Pemanfaat Jaringan; d. Daerah cakupan kerja, kapasitas Jaringan, desain, spesifikasi alat dan perangkat Telematika yang akan digunakan; dan e. Persetujuan dan jangka waktu Pemanfaatan Jaringan dari Pemilik Jaringan atau Kontrak kerjasama Pemanfaatan Jaringan antara Pemilik Jaringan dan Pemanfaat Jaringan. Pasal 20 (1) Direktur Jenderal atas nama Menteri menerbitkan Izin Pendahuluan paling lama dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak permohonan diterima secara lengkap. (2) Izin Pendahuluan diberikan untuk jangka waktu 1 (satu) tahun dan hanya dapat diperpanjang 1 (satu) kali dalam waktu 1 (satu) tahun. (3) Izin Pendahuluan dapat dialihkan kepada pihak lain dengan persetujuan Direktur Jenderal atas nama Menteri. Pasal 21 Permohonan perpanjangan Izin Pendahuluan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (2) harus disampaikan paling lama dalam jangka waktu 1 (satu) bulan sebelum Izin Pendahuluan berakhir. Pasal 22 Dalam hal permohonan Izin Pendahuluan tidak disetujui, Direktur Jenderal atas nama Menteri memberitahukan secara tertulis kepada Pemohon Pemanfaat Jaringan disertai dengan alasan penolakannya. Pasal 23 Izin Pendahuluan tidak berlaku karena: a. habis masa berlakunya dan tidak diperpanjang; b. dikembalikan oleh pemegang Izin Pendahuluan; atau c. dicabut. Bagian Kedua Tata Cara dan Permohonan IMJ Telematika Pasal 24 (1) Pemanfaat Jaringan mengajukan permohonan IMJ Telematika kepada Menteri melalui Direktur Jenderal. (2) IMJ Telematika diajukan secara tertulis oleh calon Pemanfaat Jaringan dalam rangkap 2 (dua) yang asli bermeterai cukup, dengan menggunakan format sebagaimana tercantum dalam Lampiran II Peraturan Menteri ini.

- 9 - (3) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus melampirkan: a. Akta Pendirian Pemanfaat Jaringan dan perubahannya; b. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP); c. Profil Pemanfaat Jaringan; dan d. Sertifikat Laik Operasi Peralatan terhadap Sistem Operasi Ketenagalistrikan. Pasal 25 (1) Direktur Jenderal atas nama Menteri menerbitkan IMJ Telematika paling lama dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak permohonan diterima secara lengkap. (2) IMJ Telematika diberikan untuk jangka waktu 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang kembali sesuai permohonan Pemanfaat Jaringan. (3) IMJ Telematika dapat dialihkan kepada pihak lain dengan persetujuan Direktur Jenderal atas nama Menteri. Pasal 26 Permohonan perpanjangan IMJ Telematika sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (2) harus disampaikan paling lama dalam jangka waktu 90 (sembilan puluh) hari sebelum IMJ Telematika berakhir. Pasal 27 Dalam hal permohonan IMJ Telematika tidak disetujui, Direktur Jenderal atas nama Menteri memberitahukan secara tertulis kepada Pemohon Pemanfaat Jaringan disertai dengan alasan penolakannya. Pasal 28 IMJ Telematika tidak berlaku karena: a. habis masa berlakunya dan tidak diperpanjang; b. dikembalikan oleh pemegang IMJ Telematika; atau c. dicabut. BAB V HAK DAN KEWAJIBAN Pasal 29 Pemegang IMJ Telematika berhak memanfaatkan jaringan tenaga listrik untuk kepentingan Telematika sesuai dengan izin yang diberikan. Pasal 30 (1) Pemegang IMJ Telematika wajib melaporkan kepada Direktur Jenderal, setiap perubahan:

- 10 - a. Akta Pendirian Pemanfaat Jaringan; b. Izin Usaha dari Instansi yang berwenang di bidang Telematika; c. Persetujuan dan jangka waktu Pemanfaatan Jaringan dari Pemilik Jaringan atau Kontrak kerjasama Pemanfaatan Jaringan antara Pemilik Jaringan dan Pemanfaat Jaringan; d. Daerah Cakupan dan Kapasitas Jaringan yang dapat dimanfaatkan Pemanfaat Jaringan untuk kepentingan Telematika; dan e. Data teknis dan konfigurasi teknis perangkat yang akan digunakan. (2) Pemegang IMJ Telematika wajib memberikan laporan berkala setiap 6 (enam) bulan sekali mengenai penyelenggaraan Pemanfaatan Jaringan kepada Direktur Jenderal dengan menggunakan formulir sebagaimana tercantum dalam Lampiran III Peraturan Menteri ini. BAB VI PEMBINAAN DAN PENGAWASAN Pasal 31 Direktur Jenderal melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan Peraturan Menteri ini. BAB VII SANKSI Bagian Kesatu Izin Pendahuluan Pasal 32 (1) Direktur Jenderal atas nama Menteri dapat memberikan sanksi administratif kepada Pemegang Izin Pendahuluan berupa : a. Peringatan tertulis; atau b. Pencabutan Izin Pendahuluan. (2) Peringatan tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a diberikan dalam hal Pemegang Izin Pendahuluan tidak memenuhi persyaratan yang ditetapkan di dalam Izin Pendahuluan. (3) Direktur Jenderal atas nama Menteri dapat melakukan pencabutan Izin Pendahuluan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dalam hal: a. Pemegang Izin Pendahuluan tidak mengindahkan peringatan tertulis; atau b. Pemegang Izin Pendahuluan mengalihkan Izin Pendahuluan kepada pihak lain tanpa persetujuan Direktur Jenderal atas nama Menteri.

- 11 - Bagian Kedua IMJ Telematika Pasal 33 Direktur Jenderal atas nama Menteri dapat memberikan sanksi administratif kepada Pemanfaat Jaringan berupa : a. Peringatan tertulis; b. Penangguhan kegiatan; atau c. Pencabutan IMJ Telematika. Pasal 34 (1) Peringatan tertulis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 huruf a diberikan dalam hal : a. Pemegang IMJ Telematika tidak memenuhi persyaratan yang ditetapkan di dalam IMJ Telematika; b. Pemegang IMJ Telematika tidak memberikan laporan kepada Direktur Jenderal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat (2). (2) Dalam hal mendapat peringatan tertulis, Pemanfaat Jaringan tetap dapat memanfaatkan jaringan tenaga listrik dengan melakukan perbaikan sesuai dengan peringatan tertulis. Pasal 35 (1) Penangguhan kegiatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 huruf b diberikan dalam hal Pemegang IMJ Telematika tidak mengindahkan peringatan tertulis. (2) Selama masa penangguhan kegiatan, Pemegang IMJ Telematika harus menghentikan Pemanfaatan Jaringan. (3) Pemanfaat Jaringan dapat melakukan Pemanfaatan Jaringan kembali setelah mendapat persetujuan dari Direktur Jenderal atas nama Menteri. Pasal 36 (1) Pencabutan IMJ Telematika sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 huruf c diberikan dalam hal : a. Pemanfaat Jaringan mengalihkan IMJ Telematika kepada pihak lain tanpa persetujuan Direktur Jenderal atas nama Menteri; b. Pemegang IMJ Telematika selama masa penangguhan tetap menjalankan kegiatan usahanya; atau c. Pemegang IMJ Telematika lalai dalam memenuhi persyaratan Pemanfaatan Jaringan yang mengakibatkan terganggunya penyaluran tenaga listrik. (2) Pemanfaat Jaringan harus menghentikan Pemanfaatan Jaringan dalam hal dilakukan pencabutan IMJ Telematika.

- 12 - (3) Dengan pencabutan IMJ Telematika, Pemanfaat Jaringan wajib melakukan pembongkaran alat dan perangkat Telematika pada Jaringan dengan biaya pembongkaran ditanggung sepenuhnya oleh Pemanfaat Jaringan di bawah pengawasan Pemilik Jaringan. BAB VIII KETENTUAN PERALIHAN Pasal 37 Pemanfaat Jaringan yang telah memanfaatkan Jaringan sebelum Peraturan Menteri ini ditetapkan wajib mengajukan permohonan IMJ Telematika, paling lama dalam jangka waktu 1 (satu) tahun terhitung sejak ditetapkannya Peraturan Menteri ini. BAB IX PENUTUP Pasal 38 Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 22 September 2006 MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL,

- 13 - LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR : 048 Tahun 2006 TANGGAL : 22 September 2006 Nomor :... Tanggal :... Hal : Permohonan Izin Pendahuluan Pemanfaatan Jaringan Tenaga Listrik untuk Kepentingan Telekomunikasi, Multimedia, dan Informatika (Telematika) Yang Terhormat Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral c.q. Direktur Jenderal Listrik dan Pemanfaatan Energi Jl. HR Rasuna Said Blok X-2 Kav. 7-8, Kuningan Jakarta Selatan Sesuai dengan ketentuan Pasal 19 Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 048 Tahun 2006 dengan ini kami mengajukan permohonan Izin Pendahuluan Pemanfaatan Jaringan untuk kepentingan Telematika yang menggunakan Penyangga dan Jalur Sepanjang Jaringan/Serat Optik pada Jaringan/Konduktor/Kabel Pilot pada Jaringan*. Sehubungan dengan hal tersebut di atas, terlampir kami sampaikan Formulir Isian Permohonan Izin Pendahuluan Pemanfaatan Jaringan tenaga listrik untuk kepentingan Telekomunikasi, Multimedia, dan Informatika (Telematika) serta Dokumen Pendukung lainnya. Demikian permohonan kami dan sambil menunggu jawaban atas permohonan ini, kami ucapkan terima kasih..,... Cap, tanda tangan dan meterai Nama Pemohon Jabatan Catatan: *) Coret yang tidak perlu

- 14 - FORMULIR ISIAN PERMOHONAN IZIN PENDAHULUAN MEMANFAATKAN JARINGAN TENAGA LISTRIK UNTUK KEPENTINGAN TELEKOMUNIKASI, MULTIMEDIA, DAN INFORMATIKA (TELEMATIKA) I. UMUM 1. Nama Pemanfaat Jaringan : 2. Alamat Pemanfaat Jaringan: 3. Nomor Telp. & Faks. : 4. Pemanfaatan Jaringan : Penyangga dan Jalur Sepanjang Jaringan/Serat Optik pada Jaringan/Konduktor/Kabel Pilot* pada Jaringan Listrik. 5. Batasan Wilayah : :. :. :. II. DATA TEKNIS 1. Desain, spesifikasi alat dan perangkat Telematika. 2. Hal-hal yang berkaitan dengan pemasangan alat dan perangkat Telematika. 3. Rencana usaha dan rencana kerja. III. KELENGKAPAN BERKAS 1. Akta Pendirian Pemanfaat Jaringan dan perubahannya; 2. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP); 3. Profil Pemanfaat Jaringan; 4. Daerah cakupan kerja, kapasitas Jaringan, desain, spesifikasi alat dan perangkat Telematika yang akan digunakan; dan 5. Persetujuan dan jangka waktu Pemanfaatan Jaringan dari Pemilik Jaringan atau Kontrak kerjasama Pemanfaatan Jaringan antara Pemilik Jaringan dan Pemanfaat Jaringan....,... Cap dan tanda tangan Nama Pemohon Jabatan Catatan: *) Coret yang tidak perlu

- 15 - LAMPIRAN II PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR : 048 Tahun 2006 TANGGAL : 22 September 2006 Nomor :... Tanggal :... Hal : Permohonan Izin Pemanfaatan Jaringan Tenaga Listrik untuk Kepentingan Telekomunikasi, Multimedia, dan Informatika (IMJ Telematika) Yang Terhormat Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral c.q. Direktur Jenderal Listrik dan Pemanfaatan Energi Jl. HR Rasuna Said Blok X-2 Kav. 7-8, Kuningan Jakarta Selatan Sesuai dengan ketentuan Pasal 24 Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 048 Tahun 2006 dengan ini kami mengajukan permohonan Izin Memanfaatkan Jaringan Tenaga Listrik untuk Kepentingan Telekomunikasi, Multimedia, dan Informatika (IMJ Telematika) yang memanfaatkan Penyangga dan Jalur Sepanjang Jaringan/Serat Optik pada Jaringan/Konduktor/Kabel Pilot pada Jaringan*. Sehubungan dengan hal tersebut di atas, terlampir kami sampaikan Formulir Isian Permohonan Izin Memanfaatkan Jaringan Tenaga Listrik untuk Kepentingan Telekomunikasi, Multimedia, dan Informatika (IMJ Telematika) serta Dokumen Pendukung lainnya. Demikian permohonan kami dan sambil menunggu jawaban atas permohonan ini, kami ucapkan terima kasih.,... Cap, tanda tangan dan meterai Nama Pemohon Jabatan Catatan: *) Coret yang tidak perlu

- 16 - FORMULIR ISIAN PERMOHONAN IZIN MEMANFAATKAN JARINGAN TENAGA LISTRIK UNTUK KEPENTINGAN TELEKOMUNIKASI, MULTIMEDIA, DAN INFORMATIKA (IMJ TELEMATIKA) I. UMUM 1. Nama Pemanfaat Jaringan : 2. Alamat Pemanfaat Jaringan : 3. Nomor Telp. & Faks. : 4. Pemanfaatan Jaringan : Penyangga dan Jalur Sepanjang Jaringan/Serat Optik pada Jaringan/Konduktor/Kabel Pilot* pada Jaringan. 5. Batasan Wilayah : :. :. :. II. DATA TEKNIS 1. Desain, spesifikasi alat dan perangkat Telematika. 2. Hal-hal yang berkaitan dengan pemasangan alat dan perangkat Telematika. 3. Rencana usaha dan rencana kerja. III. KELENGKAPAN BERKAS 1. Akta Pendirian Pemanfaat Jaringan dan perubahannya; 2. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP); 3. Profil Pemanfaat Jaringan; dan 4. Sertifikat Laik Operasi Peralatan terhadap Sistem Operasi Ketenagalistrikan...,... Cap dan tanda tangan Nama Pemohon Jabatan Catatan: *) Pemanfaat Jaringan memilih sesuai dengan ruang lingkup Pemanfaatan Jaringan.

- 17 - LAMPIRAN III PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR : 048 Tahun 2006 TANGGAL : 22 September 2006 Nomor :... Tanggal :... Hal : Laporan Berkala Pemanfaatan Jaringan Tenaga Listrik untuk Kepentingan Telekomunikasi, Multimedia dan Informatika (IMJ Telematika) Yang Terhormat Direktur Jenderal Listrik dan Pemanfaatan Energi Jl. HR Rasuna Said Blok X-2 Kav. 7-8, Kuningan Jakarta Selatan LAPORAN BERKALA PEMANFAATAN JARINGAN TENAGA LISTRIK UNTUK TELEKOMUNIKASI, MULTIMEDIA, DAN INFORMATIKA Periode :.. s.d. 1. Nama Pemanfaat Jaringan : 2. Alamat Pemanfaat Jaringan : 3. Nomor Telp. & Faks. : 4. IMJ Nomor :... Tanggal... 5. Pemanfaatan Jaringan : 6. Batasan Wilayah : 7. Gangguan : No Macam Gangguan Banyak Gangguan Penyebab Gangguan Keterangan,... Cap dan tanda tangan Nama Pemohon Jabatan