BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Devi Lamria Hasibuan, 2013

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. Di SMP Negeri 45 Bandung, kegiatan menulis tampaknya belum begitu

BAB I PENDAHULUAN. Mardwitanti Laras, 2014 Penerapan Teknik Parafrase dengan Pengandaian 180 Derajat berbeda dalam pembelajaran

BAB 1 PENDAHULUAN. berbahasa yang bersifat produktif dan keterampilan berbahasa yang bersifat

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional. Keterampilan berbahasa mempunyai empat komponen yang

BAB I PENDAHULUAN. mengajar menjadi terarah dan mencapai sasaran pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. mempelajari semua bidang studi (BSNP, 2006). Untuk berbahasa dengan baik dan

KEMAMPUAN MENULIS TEKS BERITA SISWA KELAS VIII E SMP NEGERI 7 MUARO JAMBI TAHUN PELAJARAN 2017/2018 SKRIPSI OLEH HINDUN RRA1B114025

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil pengamatan penulis di lapangan, ternyata pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa Indonesia yang merupakan bahasa nasional mempunyai fungsi

BAB I PENDAHULUAN. empat aspek, yakni mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. mudah dipahami oleh orang lain. Selain itu menulis berarti mengorganisasikan

BAB I PENDAHULUAN. baik di sekolah maupun dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Winaya (2013: 3) yang mencakup keterampilan berbicara dan menulis.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu keterampilan menulis yang diajarkan di tingkat Sekolah

BAB I PENDAHULUAN. diajarkan. Pengajaran bahasa Indonesia pada hakikatnya merupakan salah satu

I. PENDAHULUAN. kemampuan dan perilaku untuk berpikir, bercakap-cakap, bersuara, atau pun

BAB 1 PENDAHULUAN. kemampuan berkomunikasi peserta didik dalam bahasa Indonesia dengan baik dan

BAB 1 PENDAHULUAN. ke jenjang menengah itu, pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Menulis merupakan keterampilan yang harus dikuasai setiap siswa melalui proses

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia. Bahasa juga pada umumnya digunakan untuk menyampaikan perasaan,

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan sebaik-baiknya guna mewujudkan harapan dan cita-cita bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan sekolah, keterampilan menulis selalu dibelajarkan. Hal ini disebabkan oleh menulis

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

2014 KEEFEKTIFAN MOD EL PEMECAHAN MASALAH (PROBLEM SOLVING) D ALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS D ISKUSI

BAB 1 PENDAHULUAN. daya manusia yang siap menyampaikan maupun menulis teks berita. Menulis teks

2015 PENERAPAN MODEL SOMATIC, AUDITORY, VISUAL, INTELLECTUAL (SAVI) DALAM PEMBELAJARAN MENULIS PARAGRAF DESKRIPTIF

2015 PENERAPAN TEKNIK MENULIS BERANTAI DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS ULASAN FILM ATAU DRAMA

BAB 1 PENDAHULUAN. Di zaman yang modern ini kiranya tidaklah terlalu berlebihan bila

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemampuan menulis merupakan kemampuan yang sangat penting dikuasai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembelajaran Bahasa Indonesia tidak lepas dari hubungan pembelajaran

DINAS PENDIDIKAN KOTA SURABAYA KISI-KISI PENULISAN SOAL UJIAN SEKOLAH TULIS TAHUN PELAJARAN 2014/2015

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia berperan dalam. menumbuhkembangkan kemampuan berfikir kritis dan logis pada peserta didik.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembelajaran bahasa mencakup empat aspek keterampilan berbahasa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang menjadi tujuan pembelajaran bahasa Indonesia yang tercantum dalam. budaya dan intelektual manusia Indonesia.

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF NARASI DENGAN TEKNIK REKA CERITA GAMBAR PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 KARANGDOWO KLATEN TAHUN AJARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. 1). Pembelajaran menurut Sugandi (2006: 9) adalah seperangkat peristiwa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar merupakan pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. secara tepat (Tarigan dalam Fatmawati, 2009: 2). Dibandingkan ketiga

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Annisa Octavia Koswara, 2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. bahan kajian bahasa Indonesia diarahkan kepada penguasaan empat keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. Hasil penelitian dalam dunia pendidikan mengindikasikan perlu dilakukan

BAB 1 PENDAHULUAN. yang terdiri atas menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menulis merupakan suatu keterampilan dalam berbahasa. Berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat maupun bangsa. Pendidikan juga merupakan proses pertumbuhan dan

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya siswa menghadapi masalah dalam menggunakan bahasa

HARTANTO A

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dalam penerapan pendekatan, metode, dan teknik dalam pengajaran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. Menulis naskah drama merupakan salah satu kegiatan atau bentuk dari

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Swie Indarti, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu aspek yang turut menentukan pencapaian tujuan pembelajaran

2015 PENERAPAN TEKNIK COPY THE MASTER BERORIENTASI SILANG WATAK DALAM PEMBELAJARAN MENULIS CERITA MORAL/FABEL

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yaitu: keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Tingkat Satuan Kurikulum Pendidikan (KTSP) merupakan penyempurna

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Bahasa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Windy Tantriyani, 2013

I. PENDAHULUAN. di sekolah. Dalam KTSP Bahasa Inggris 2006 dijelaskan bahwa dalam belajar

BAB 1 PENDAHULUAN. Komunikasi dalam hidup bermasyarakat bukan hanya melalui lisan yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ema Rosalita, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. baca-tulis bangsa Indonesia. Budaya baca-tulis di Indonesia masih kurang

2016 PENERAPAN TEKNIK THINK-TALK-WRITE (TTW) DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS BERITA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nanda Mahesa, 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran Bahasa Indonesia berdasarkan Kurikulum KTSP. (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) saat ini menganut pendekatan

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan ilmu pengetahuan dari guru dalam proses belajar-mengajar. membimbing dan memfasilitasi siswa dalam kegiatan belajar.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Titik sentral yang harus dicapai oleh setiap kegiatan belajar mengajar

Oleh Justianus Tarigan Dr. Abdurahman A., M.Hum.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Keterampilan menulis merupakan salah satu dari empat keterampilan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

PENERAPAN METODE FIELD TRIP UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS DESKRIPSI PADA SISWA KELAS X-1 SMA NEGERI 1 NGEMPLAK KABUPATEN BOYOLALI

2014 PENERAPAN METODE MENULIS BERANTAI DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS CERPEN

BAB I PENDAHULUAN. dibedakan atas empat aspek keterampilan, yaitu keterampilan menyimak,

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Melalui penguasaan keterampilan. jenis tulisan baik tulisan fiksi maupun nonfiksi.

BAB I PENDAHULUAN. Sari Pertiwi, 2014 EFEKTIVITAS MODEL SINEKTIK DENGAN MEDIA FILM PENDEK DALAM PEMBELAJARAN MENULIS CERITA PENDEK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rianti Febriani Setia, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. lisan, sedangkan membaca dan menulis terjadi dalam komunikasi secara tertulis.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bahasa memiliki peranan yang penting dalam kehidupan manusia,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Alfa Mitri Suhara, 2013

BAB I PENDAHULUAN. baik di dalam aspek kebahasaan maupun kesusastraan. Jika kompetensi tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

PEMANFAATAN MEDIA GAMBAR BERSERI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS NARATIF PADA SISWA KELAS VII A SMP MUHAMMADIYAH I SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. tadinya tidak terampil menjadi terampil (Tim Pengembang MKDP Kurikulum dan

BAB I PENDAHULUAN. menyimak, (2) keterampilan berbicara, (3) keterampilan membaca, dan (4)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Oleh Devi Maria Tri Putri Drs. Syamsul Arif, M.Pd. ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAAN. kaidah-kaidah tata bahasa kemudian menyusunnya dalam bentuk paragraf.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa adalah salah satu hal terpenting dalam kehidupan manusia karena

BAB I PENDAHULUAN. Peserta didik memerlukan suatu sistem pendidikan yang memberikan

2015 PEMBELAJARAN MENULIS CERPEN MELALUI TRANSFORMASI FILM DOKUMENTER

BAB 1 PENDAHULUAN. bentuk karya yang bereaksi langsung secara kongkret (Hasanuddin, 2009:1).

realita dan fiksi. Kita hidup dalam keduanya. Sastra memberikan kesempatan dengan mengemukakan tikaian dan emosi lewat lakuan dan dialog (Sudjiman,

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berdasarkan beberapa jurnal pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan wawancara yang dilakukan peneliti dengan beberapa guru Bahasa Indonesia di SMP Negeri 45 Bandung, kurang maksimalnya keterampilan menulis di sekolah tidak hanya terfokus pada kemampuan siswa saja, tetapi juga pada teknik yang digunakan guru dalam menyampaikan materi menulis yang ada. Pendapat beberapa guru dan dan artikel jurnal tersebut bisa dikatakan benar karena memang pemilihan teknik yang tepat dalam menyampaikan materi menulis akan membangkitkan motivasi siswa dalam belajar. Motivasi siswa itulah yang akan menjadi kunci utama dalam membangun dan atau meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis. Teknik pembelajaran adalah cara konkret yang dipakai saat proses pembelajaran berlangsung. Terdapat banyak sekali teknik pembelajaran yang dapat diterapkan seorang guru di dalam kelas sehingga seorang guru harus mampu menentukan teknik yang tepat untuk diterapkan di kelas. Seorang guru yang mempunyai keterbatasan kemampuan dan penguasaan dalam disiplin ilmu ataupun tidak berkembang dalam memberi guruan yang variasi akan menciptakan proses pembelajaran yang monoton dan tidak menarik bagi siswa. Padahal teknik yang diterapkan dalam kelas akan memberi pengaruh besar dalam meningkatkan motivasi belajar siswa. Setiap teknik pembelajaran pasti memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Oleh karena itu, yang harus diperhatikan seorang guru dalam memilih dan menentukan teknik yang akan digunakan dalam proses pembelajaran adalah tercapainya empat keterampilan berbahasa dalam diri siswa, yaitu (1) keterampilan mendengar, (2) keterampilan berbicara, (3) keterampilan membaca, dan (4) keterampilan menulis.

2 Namun, fenomena yang terjadi bukan lagi memusatkan keterampilan yang akan diterima oleh siswa selama proses pembelajaran berlangsung, melainkan berpusat pada tuntasnya materi pembelajaran. Hal ini menyebabkan banyak guru yang menyampaikan materi pembelajarannya dengan menggunakan teknik yang dianggap paling mudah untuk dilaksanakan. Pembelajaran yang dianggap mudah untuk dilaksanakan dan kini sudah banyak diterapkan oleh para guru adalah pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif kini seringkali digunakan oleh guru untuk menciptakan keadaan kelas yang menyenangkan dan lebih terkontrol. Padahal pembelajaran ini pun tidak luput dari berbagai kekurangan. Pembelajaran kooperatif memiliki sifat kerja sama, berarti pembelajaran ini menuntut adanya sebuah kerja sama antarsiswa dalam sebuah kelompok. Kegiatan pembelajarannya difokuskan pada kemampuan siswa dalam kelompok, di mana siswa diharapkan mampu mengontrol dirinya secara pribadi dan mampu membaur dengan teman-temannya dalam kelompok. Hal inilah yang bisa menghambat kemampuan siswa secara individu. Siswa dengan kemampuan lebih bisa saja akan merasa malu untuk mengeksplor kemampuannya dan siswa yang memiliki kemampuan di bawah rata-rata pun akan merasa enggan untuk memberi pendapat karena lebih senang menyerahkan keputusan kepada teman dalam kelompok yang dianggap lebih baik dari dirinya. Pembelajaran ini sebenarnya cocok untuk diterapkan di kelas karena mampu mengajarkan siswa dalam hal bersosialisasi, tetapi pembelajaran ini pun dapat menghambat kemampuan siswa secara individu dalam hal penguasaan materi. Selain teknik kelompok yang sudah dijelaskan, salah satu teknik yang digunakan guru dalam menyampaikan materi adalah teknik ceramah. Teknik ceramah memang efektif dalam penyampaian materi pembelajaran kepada siswa secara menyeluruh, tetapi teknik ini akan menghambat potensi dan kreatifitas yang dimiliki oleh setiap siswa karena siswa hanya akan menerima tanpa memberi pendapat atas pemahamannya sendiri. Padahal UU Sisdiknas No. 20/2003 Bab 1 pasal 1 (1) dengan jelas berbunyi bahwa yang dimaksud

3 dengan pendidikan adalah usaha sadar dan terencana mewujudkan suasan belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya. Merujuk pada UU Sisdiknas, maka sudah seharusnya seorang pengajar mampu merancang proses pembelajaran yang berpusat pada siswa atau yang mampu memfasilitasi siswa dalam mengembangkan potensi dan kreatifitasnya masing-masing. Oleh karena itu, pembelajaran individual aktif sangat cocok untuk diterapkan di dalam kelas, karena pembelajaran ini tidak hanya membantu siswa dalam bersosialisasi dengan teman sejawatnya, tetapi juga akan membantu siswa dalam menguasai materi pelajaran dengan baik secara individu. Oleh karena itu peneliti berpendapat untuk menerapkan pembelajaran aktif dalam pembelajaran di sekolah. Machmudah (2008) mengatakan bahwa pembelajaran aktif diterapkan untuk mengoptimalkan penggunaan semua potensi yang dimiliki oleh anak didik, sehingga semua anak didik dapat mencapai hasil belajar yang memuaskan sesuai dengan karakteristik pribadi yang dimiliki. Hal yang diperlukan dalam pembelajaran aktif ini adalah kekreatifan seorang guru dalam penyampaian materi, yaitu dengan tidak menggunakan satu teknik saja, seperti hanya menggunakan teknik ceramah, tetapi juga menerapkan teknik pembelajaran lain yang lebih menarik dan memudahkan siswa dalam menyelesaikan tugasnya. Dari berbagai persoalan dalam menentukan teknik pembelajaran yang tepat untuk digunakan, beberapa guru mengaku bingung memilih teknik yang cocok dalam pembelajaran menulis. Para guru berpendapat bahwa keterampilan menulis datang dari pribadi yang memang gemar menulis dan juga dengan banyaknya latihan yang dilakukan oleh siswa tersebut. Alasan tersebut mendasari pemikiran para guru bahwa teknik apapun yang diberikan oleh guru akan menjadi sia-sia jika tidak tumbuh rasa gemar menulis dan latihan yang banyak dari dalam diri siswa itu sendiri. Pendapat para guru ini pun dapat menjadi salah satu alasan rendahnya mutu keterampilan menulis para siswa di sekolah.

4 Merujuk pada permasalahan tesebut, maka diperlukan suatu cara yang mampu menarik perhatian dan semangat siswa dalam menjalani proses pembelajaran menulis yang ada di sekolah. Salah satu cara yang dapat digunakan dalam menarik perhatian siswa pada pembelajaran menulis adalah dengan menerapkan teknik memotong dan merekatkan (cutting-gluing) selama proses pembelajaran berlangsung. Seperti namanya, teknik ini pun dilakukan dengan cara memotong dan merekatkan beberapa kalimat yang ada dalam sebuah teks. Pelaksanaannya yang terdengar mudah membuat teknik ini jarang diterapkan dalam pembelajaran di sekolah karena banyak guru beranggapan bahwa teknik ini terlalu mudah untuk diterapkan oleh siswa SMP bahkan SMA. Para guru beranggapan bahwa teknik ini hanya cocok diterapkan pada tingkatan sekolah dasar saja, padahal teknik ini pun memiliki potensi yang baik dalam mengembangkan kemampuan siswa dalam menguasai materi pembelajaran yang ada. Rosida (2010) dalam penelitiannya yang berjudul Penerapan Teknik Memotong dan Merekatkan (cutting-gluing) dalam pembelajaran menulis resensi novel menyimpulakan bahwa dapat mengajarkan serta meningkatkan kemampuan siswa kelas XII SMA Plus Khadijah Islamic School selam proses pembelajaran berlangsung. Selain itu, Anggraeni (2009) dalam penelitiannya yang berjudul Keefektifan Teknik Cutting-Glueing dalam Pembelajaran Menulis Resensi Cerpen (Kuasi Eksperimen pada siswa kelas XI SMA Negeri 11 Bandung Tahun ajaran 2008/2009) pun mengaku berhasil dan menyarankan para guru mata pelajaran Bahasa Dan Sastra Indonesia untuk menerapkan teknik memotong dan merekatkan (cutting-gluing) ini dalam pembelajaran menulis di sekolah, khususnya pada pembelajaran menulis resensi sastra. menerapkan teknik Cutting-Gluing pada tingkatan sekolah menengah atas dalam pembelajaran menulis resensi novel. Keberhasilan penelitian mereka dibuktikan dengan meningkatnya nilai tes siswa secara signifikan saat menerapkan teknik Cutting-Gluing dalam pembelajaran menulis resensi.

5 Salah satu kompetensi dasar keterampilan menulis yang ada dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) adalah mengubah teks wawancara menjadi sebuah karangan narasi. Pembelajaran mengubah teks wawancara ini tidak hanya menuntut siswa untuk dapat mengubah kalimat langsung menjadi kalimat tak langsung, tetapi juga menuntut siswa untuk dapat merangkai kalimat-kalimat tak langsung tersebut ke dalam bentuk narasi. Para guru menganggap siswa sudah mahir untuk mengubah kalimat langsung menjadi kalimat tak langsung, tetapi siswa kurang mahir dalam hal merangkai kalimat-kalimat tak langsung tersebut untuk menciptakan sebuah paragraf yang koheren dan koherensi. Untuk itu, peneliti berpendapat untuk menerapkan teknik memotong dan merekatkan (cutting-gluing) dan mengamati perbedaan yang diberikan saat diterapkan dalam pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi sebuah paragraf narasi. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka identifikasi permasalahan yang akan menjadi bahan penelitian adalah sebagai berikut: a. guru masih kurang dalam hal persiapan, seperti pemilihan materi, teknik pembelajaran, ataupun menciptakan iklim pembelajaran; b. siswa masih sulit mengganti kalimat langsung menjadi kalimat tidak langsung dengan ejaan yang benar; c. siswa masih sulit merangkai dan menempatkan kalimat yang sudah diproses dengan tepat. 1.3 Rumusan Masalah Sesuai dengan uraian di atas, maka terdapat beberapa rumusan masalah dalam penelitian ini. a. Bagaimana kemampuan siswa kelas VII semester 2 SMPN 45 Bandung pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen dalam mengubah teks wawancara menjadi sebuah paragraf narasi sebelum mendapatkan materi pembelajaran?

6 b. Bagaimana kemampuan siswa kelas VII semester 2 SMPN 45 Bandung pada kelompok kontrol sesudah mendapat materi pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi sebuah paragraf narasi tanpa menerapkan teknik teknik memotong dan merekatkan (cutting-gluing) dan pada kelompok eksperimen sesudah mendapat materi pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi sebuah paragraf narasi dengan menerapkan teknik teknik memotong dan merekatkan (cutting-gluing)? c. Bagaimana perbedaan nilai antara kelompok kontrol yang tidak menerapkan teknik memotong dan merekatkan (cutting-gluing) dan kelompok eksperimen yang menerapkan teknik memotong dan merekatkan (cutting-gluing) dalam pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi sebuah paragraf narasi pada siswa kelas VII semester 2 SMPN 45 Bandung? 1.4 Tujuan Sesuai dengan permasalahan yang telah dipaparkan di atas, maka dalam penelitian ini terdapat beberapa tujuan yang ingin dicapai oleh penulis. a. Untuk mengetahui kemampuan mengubah teks wawancara menjadi sebuah paragraf narasi siswa kelas VII semester 2 SMPN 45 Bandung pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen sebelum diberi materi pembelajaran; b. Untuk mengetahui kemampuan mengubah teks wawancara menjadi sebuah paragraf narasi siswa kelas VII semester 2 SMPN 45 Bandung pada kelompok kontrol sesudah mendapat materi pembelajaran tanpa menerapkan teknik memotong dan merekatkan (cutting-gluing) dan kelompok eksperimen sesudah mendapat materi pembelajaran dan menerapkan teknik memotong dan merekatkan (cutting-gluing); c. Untuk mengetahui perbedaan nilai antara kelompok kontrol yang tidak menerapkan teknik memotong dan merekatkan (cutting-gluing) dan kelompok eksperimen yang tidak menerapkan teknik memotong dan merekatkan (cutting-gluing) dalam pembelajaran mengubah teks

7 wawancara menjadi paragraf naratif siswa kelas VII semester 2 SMPN 45 Bandung. 1.5 Manfaat Penelitian Merujuk pada tujuan penelitian, maka terdapat beberapa manfaat praktis dalam penelitian ini yang dapat diterima oleh guru, siswa, calon peneliti, dan pembaca umum. Beberapa manfaat tersebut adalah sebagai berikut: a. hasil penelitian dapat menjadi alat untuk mengungkap manfaat dari pembelajaran aktif; b. hasil penelitian dapat menjadi referensi bagi guru dalam menentukan metode yang tepat untuk menunjang keberhasilan proses pembelajaran; c. hasil penelitian dapat menjadi materi pembelajaran Bahasa Indonesia, khususnya pada keterampilan menulis; d. hasil penelitian dapat menjadi bahan pembelajaran siswa dalam menyelesaikan tugasnya dengan efektif dan menarik; e. hasil penelitian dapat menjadi bahan referensi bagi peneliti selanjutnya; f. hasil penelitian dapat langsung dimengerti dan dipraktikan oleh pembaca dalam proses pembelajaran. 1.6 Hipotesis Merujuk pada rumusan masalah dan landasan teori yang ada, maka jawaban sementara dari penelitian ini adalah Terdapat perbedaan nilai yang signifikan antara kemampuan mengubah teks wawancara menjadi paragraf narasi siswa menggunakan teknik memotong dan merekatkan (cutting-gluing) dan kemampuan mengubah teks wawancara menjadi paragraf narasi siswa yang tidak menerapkan teknik tersebut.

8 1.7 Definisi Operasional Untuk menghindari bebarapa penafsiran, maka di bawah ini peneliti memberi beberapa definisi operasional. a. Teknik Memotong dan Merekatkan (Cutting-Gluing) adalah teknik untuk menyajikan isi teks wawancara dengan cara memotong beberapa kalimat langsung yang menjadi pokok teks wawancara dan merekatkan kembali potongan-potongan tersebut dalam bentuk kalimat tak langsung b. Teks wawancara adalah percakapan tanya jawab antara pewawancara dan narasumber yang dikutip secara lengkap dalam bentuk tulisan c. Paragraf Naratif adalah paragraf yang ditulis dengan cara menceritakan suatu hal secara runtun, yaitu paragraf yang mengisahkan isi teks wawancara yang di dalamnya terdapat unsur pelaku, waktu, dan tempat.