Memupuk Kemandirian Sebagai Strategi Pengembangan Kepribadian

dokumen-dokumen yang mirip
MEMUPUK KEMANDIRIAN SEBAGAI STRATEGI PENGEMBANGAN KEPRIBADIAN INDIVIDU SISWA DALAM BELAJAR

Untuk Apa Belajar Matematika? Fadjar Shadiq, M.App.Sc Widyaiswara PPPPTK Matematika &


Bagaimana Cara Guru SD Memfasilitasi Siswanya Agar Dapat Menjadi Siswa yang Mandiri Mempelajari Matematika?

INVESTIGASI ATAU PENYELIDIKAN DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA. Fadjar Shadiq (Widyaiswara Madya PPPPTK Matematika)

Bagaimana Cara Guru Memanfaatkan Faktor Sikap dalam Pembelajaran Matematika? Fadjar Shadiq &

Peran Penting Guru Matematika dalam Mencerdaskan Siswanya

Bagaimana Mengintegrasikan Kegiatan Eksplorasi di Kelas? Belajar dari Olimpiade Matematika SD

BAB I PENDAHULUAN. melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan bagi peranannya dimasa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tersebut ditujukan untuk membantu anak dalam menghadapi dan. dalam perkembangan anak (Suryosubroto, 2010).

BENARKAH GURU MATEMATIKA SEBAIKNYA MENGAJAR SECARA INDUKTIF DAN BUKAN SECARA DEDUKTIF? Fadjar Shadiq, M.App.Sc

Eksplorasi Matematika di SD/MI: Contohnya, Pengertiannya, dan Keunggulannya

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Aktivitas matematika seperti problem solving dan looking for

Belajar Memecahkan Masalah Matematika, oleh Fadjar Shadiq, M.App.Sc. Hak Cipta 2014 pada penulis

BAB I PENDAHULUAN. mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika. Oleh:

PENERAPAN KONSEP PEMBELAJARAN HOLISTIK DI SEKOLAH DASAR ISLAM RAUDLATUL JANNAH WARU SIDOARJO PADA MATERI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. merubah dirinya menjadi individu yang lebih baik. Pendidikan berperan

BAB I PENDAHULUAN. dalam pasal 31 Undang-Undang Dasar 1945 (amandemen) yang berbunyi Setiap

BAB I PENDAHULUAN. maka akan goncanglah keadaan masyarakat itu. diantara sifat beliau adalah benar, jujur, adil, dan dipercaya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan secara umum bertujuan untuk membentuk generasi

BAB I PENDAHULUAN. Undang Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 Bab 2 Pasal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan sangat penting dalam meningkatkan potensi diri setiap orang.

BAB I PENDAHULUAN. jawab. Untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional tersebut, maka

2015 STUDI TENTANG PERAN PONDOK PESANTREN DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SANTRI AGAR MENJADI WARGA NEGARA YANG BAIK

BAB I PENDAHULAAN. Dewasa ini kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi telah mengalami perkembangan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana tujuan Pendidikan Nasional dalam Undang-Undang No.

BAB I PENDAHULUAN. negara. Melalui pendidikan dapat membentuk kepribadian seseorang sehingga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat menuntut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. untuk memajukan kesejahteraan bangsa. Pendidikan adalah proses pembinaan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Undang-undang pendidikan menyebutkan bahwa pendidikan nasional

BAB I PENDAHULUAN. Global artinya seluas dunia (world wide), sedangkan prosesnya disebut

KEEFEKTIFAN SEKOLAH TERAKREDITASI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Secara umum pada Bab I ini akan di bahas mengenai latar belakang masalah,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang penting dalam rangka

IDENTIFIKASI KESULITAN GURU MATEMATIKA SMK PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA YANG MENGACU PADA PERMENDIKNAS NO. 22 TAHUN 2006

BAB I PENDAHULUAN Tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3, menyatakan :

BAB I PENDAHULUAN. mendidik anak-anak bangsa untuk taat kepada hukum (Azizy, 2003: 3).

BAB I PENDAHULUAN. yang demokratis serta bertanggung jawab. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah pilar kehidupan suatu bangsa. Masa depan suatu bangsa

Kurikulum Berbasis TIK

BAB 1 PENDAHULUAN. pembelajaran. Karena itu guru harus dapat membuat suatu pengajaran menjadi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang MasalahPendidikan di Indonesia diharapkan dapat

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Suatu proses pendidikan tidak lepas dari Kegiatan Belajar Mengajar

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peranan penting guna meningkatkan kualitas dan potensi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Di zaman yang serba modern dan canggih ini, dimana perkembangan ilmu

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa dan diperlukan guna meningkatkan mutu bangsa secara

PERAN METODE DISKUSI DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER MAHASISWA PGSD FKIP UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. secara optimal dan dapat mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan.

BAB I PENDAHULUAN. dan pengembangan potensi ilmiah yang ada pada diri manusia secara. terjadi. Dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya,

I PENDAHULUAN. dan pembangunan pada umumnya yaitu ingin menciptakan manusia seutuhnya. Konsep

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan manusia yang cerdas dan berkarakter. Pendidikan sebagai proses

I. PENDAHULUAN. menyesuaikan diri sebaik-baiknya. Oleh karena itu, diperlukan adanya perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses belajar mengajar atau proses pengajaran merupakan suatu kegiatan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Upaya mewujudkan pendidikan karakter di Indonesia yang telah

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku pada diri pribadinya. Perubahan tingkah laku inilah yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. jawaban atas sejumlah tuntutan kebutuhan yang berkembang pada pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Beralihnya masyarakat kita dari masyarakat yang masih sederhana

I. PENDAHULUAN. Pendidikan menentukan kualitas sumber daya manusia di suatu negara,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menegaskan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

BAB I PENDAHULUAN. datang. Pendidikan bukan hanya belajar dari tidak tahu untuk menjadi tahu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Panji Faisal Muhamad, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. 1. Latar Belakang Masalah. Undang-Undang No.20 Tahun 2003 tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN Indonesia berada pada kategori Pembangunan Manusia Menengah

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan adalah satu-satunya cara untuk menciptakan sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan pusat bagi kemajuan sebuah bangsa, melalui

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bayu Dwi Sulistiyo, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Emas Di lingkungan Kemendikbud, pendidikan karakter menjadi fokus

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang diadakan di Negara tersebut. Pendidikan dapat

BAB I PENDAHULUAN. akademik (Intelligence Quotient atau sering disebut IQ ) mulai dari bangku

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan aktifitas yang berupaya untuk mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara (UU SISDIKNAS 2003, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kemampuan berpikir kritis. Kemampuan tersebut diperlukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. meletakkan dasar hukum yang kuat yaitu dengan dikeluarkannya Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Suatu bangsa bisa dikatakan telah maju apabila seluruh warga negaranya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

UPAYA GURU BK DALAM MEMPERBAIKI CARA BELAJAR PESERTA DIDIK MELALUI LAYANAN PENGUASAAN KONTEN DI SMP NEGERI 18 PADANG ARTIKEL

I. PENDAHULUAN. menjadi kebutuhan mendasar yang diperlukan oleh setiap manusia. Menurut UU

PEMBELAJARAN MATEMATIKA; Cara Meningkatkan Kemampuan Berpikir Siswa, oleh Fadjar Shadiq, M.App.Sc. Hak Cipta 2014 pada penulis

BAB I LANDASAN KURIKULUM AL-ISLAM, KEMUHAMMADIYAHAN DAN BAHASA ARAB DENGAN PARADIGMA INTEGRATIF-HOLISTIK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan pondasi kemajuan suatu negara, maju tidaknya

2013 PROGRAM BIMBINGAN KARIR BERDASARKAN PROFIL PEMBUATAN KEPUTUSAN KARIR SISWA

I. PENDAHULUAN. masalah, terutama masalah perkembangannya. Oleh karena itu, perkembangan. anak perlu diperhatikan, khususnya oleh orang tua dan guru.

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan karakter (character building) generasi bangsa. Pentingnya pendidikan

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Prasyaratan Guna Mencapai Drajat Sarjana S-1. Jurusan Pendidikan Matematika. Disusun oleh:

Transkripsi:

Memupuk Kemandirian Sebagai Strategi Pengembangan Kepribadian Fadjar Shadiq (fadjar_p3g@yahoo.com) Widyaiswara PPPG Matematika Seorang bayi, secara bertahap diharapkan akan mengenyam pendidikan di Taman Kanak-kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah, dan Perguruan Tinggi sebelum ia masuk dan berkecimpung di dunia kerja. Melalui proses seperti itu, setiap siswa pada akhirnya akan menjadi mandiri dan dewasa. Jelaslah bahwa kemandirian merupakan salah satu indikator keberhasilan pendidikan. Walaupun begitu, secara umum penulis merasakan bahwa penanganan isu kemandirian untuk para siswa dan anak kita sedikit di bawah para guru dan orang tua dari negara-negara maju. Film dan majalah mereka menunjukkan bahwa sejak kecil anak-anak mereka sudah dibiasakan untuk tidur sendiri di kamarnya. Sejak kecil juga mereka sudah dibimbing dan dibiasakan untuk mengetahui hak-hak dan kewajiban mereka maupun hak-hak dan kewajiban orang lain. Tidak hanya itu, sejak kecil mereka sudah dibimbing untuk selalu mempertahankan hak-hak tersebut. Karenanya, judul artikel ini menjadi sangat menarik untuk dibahas dan mudah-mudahan akan mampu meningkatkan penanganan isu kemandirian di Sekolah Dasar. Belajar dari Mengajar Anak Berjalan Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia (Pusat Bahasa, 2001:710), kata mandiri berarti dalam keadaan dapat berdiri sendiri, tanpa bergantung pada orang lain. Contohnya, sejak kecil ia sudah biasa mandiri sehingga bebas dari ketergantungan pada orang lain. Pada dasarnya, setiap guru dan setiap orang tua menginginkan bahwa pada akhirnya setiap anak dan siswanya akan menjadi mandiri atau menjadi dewasa; dalam arti, si siswa mampu untuk menentukan

dan memilih hal-hal yang baik dari yang buruk ; hal-hal yang benar dari yang salah ; serta hal-hal yang bagus dari hal-hal yang jelek. Pertanyaan yang dapat diajukan adalah, apa yang harus dilakukan para guru untuk membantu siswanya menjadi mandiri? Untuk menjawab pertanyaan di atas, pernahkah terlintas di dalam pikiran pembaca tentang bagaimana cara para orang tua atau seorang kakak mengajari anak atau adiknya berjalan? Mengapa pada awalnya si orang tua memegang tangan anaknya ketika mengajarinya berjalan? Apa yang akan terjadi jika si anak langsung dilepas untuk belajar berjalan? Apa yang akan terjadi jika si anak selalu dipegang ketika ia belajar berjalan tanpa dilepas sedikitpun? Mengapa secara bertahap sang orang tua lalu mulai melepaskan bantuan atau pegangannya? Dari beberapa pertanyaan di atas, dapatlah disimpulkan bahwa pada dasarnya, setiap siswa yang masih duduk di bangku SD masih memerlukan bantuan dan bimbingan seorang guru. Namun bimbingan itu sedikit demi sedikit harus dihilangkan, sehingga pada akhirnya ia menjadi mandiri. Jika bantuan yang diberikan seorang guru terlalu banyak, si siswa akan tergantung pada gurunya; sehingga mereka tidak akan berani mengambil keputusan sendiri. Namun jika si siswa dibiarkan begitu saja tanpa bantuan dan bimbingan guru maka ia akan memerlukan waktu yang relatif jauh lebih lama untuk belajar dan menemukan sendiri norma-norma maupun pengetahuan penting. Berdasar penjelasan di atas dapatlah disimpulkan bahwa seorang guru harus membantu siswanya sesuai tingkat kebutuhan mereka. Karenanya, tindakan seorang guru ataupun orang tua yang terlalu melindungi siswa atau puterinya (over protected) maupun tindakan guru yang sama sekall tidak mau membimbing siswanya merupakan dua tindakan yang saling berlawanan dan dua-duanya harus sama-sama dihindari. Sekali lagi, para guru harus selalu membantu siswanya sesuai dengan tingkat kebutuhan dan umur mereka, sehingga secara bertahap namun pasti mereka akan menjadi semakin dewasa, semakin matang, dan semakin mandiri sejalan dengan perkembangan umur 1

mereka. Contohnya, ketika seorang siswa melakukan tindakan yang tidak terpuji, sudah seharusnya seorang guru tidak langsung memarahi anak tersebut atau sama sekali mengacuhkannya, namun ia dapat mengajukan beberapa pertanyaan berikut sebagai alternatifnya. o Mengapa kamu memukul Anto? o Jika pukulanmu menyebabkan Anto pingsan atau koma, apakah kamu dan orang tuamu akan bertanggung jawab juga? o Senangkah kamu jika ada orang lain yang melakukan ke padamu seperti yang kamu lakukan pada Anto tadi? Mengapa kamu tidak senang? o Kalau begitu, apakah kamu akan melakukan lagi hal seperti itu? o Apa yang akan kamu lakukan terhadap Anto sekarang? Dengan bantuan beberapa pertanyaan di atas, siswa dibimbing dan disadarkan bahwa tindakannya merupakan tindakan yang tidak terpuji dan ia dibimbing untuk tidak mengulangi melakukan tindakan yang tidak terpuji tersebut. Tidak hanya itu, dengan beberapa pertanyaan tersebut; di kelak kemudian hari, si siswa diharapkan dapat menentukan ataupun memutuskan sendiri, tanpa bantuan gurunya hal-hal yang tidak boleh mereka lakukan karena sangat berbahaya dan ia akan dimintai tanggung jawab atas perbuatannya itu. Akan lebih baik, jika pertanyaan tersebut disampaikan juga ke seluruh siswa di suatu kelas, sehingga seluruh siswa akan menyadari kejelekan tindakan yang tidak terpuji tersebut. Memberi Kailnya ataukah Memberi Ikannya? Pernahkah terlintas di dalam pikiran pembaca tentang kehebatan dan kebesaran tiga orang penting yang memimpin organisasi massa dan organisasi politik yang berasaskan Islam di Indonesia, yaitu K.H. Hasyim Musyadi yang memimpin organisasi massa Islam terbesar di Indonesia yaitu NU atau Nahdhatul 2

Ulama; Prof. Dr. Din Syamsudin yang memimpin Muhammadiyah; dan Dr Hidayat Nurwahid yang pernah memimpin Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan melepaskan jabatan itu ketika beliau menjadi ketua MPR? Pernahkah terlintas juga di dalam pikiran pembaca bahwa ketiga pemimpin tersebut adalah lulusan dari satu institusi pendidikan yang sama, yaitu sama-sama lulusan Pondok Modern Gontor Ponorogo? Lalu, pernahkah terlintas pertanyaan di dalam pikiran pembaca mengapa Pondok Modern Gontor tersebut mampu melahirkan tokoh-tokoh penting tersebut? Apa hebatnya pondok tersebut? Sebagai salah satu pondok modern, tidak seperti pondok tradisional lainnya yang hanya mengajarkan penguasaan Bahasa Arab bagi para santrinya, maka Gontor telah dikenal sebagai salah satu pondok yang memberi kesempatan kepada para santrinya untuk paling tidak menguasai dua bahasa lain selain Bahasa Indonesia, yaitu Bahasa Arab dan Bahasa Inggris. Ada hari-hari khusus dimana para siswa harus menggunakan Bahasa Arab dan pada hari-hari khusus lainnya para santri harus belajar menggunakan dan mempraktekkan Bahasa Inggris. Pertanyaan yang dapat diajukan adalah, apa yang akan terjadi dengan lulusan pondok tersebut jika mereka hanya belajar berbahasa Arab namun tidak dibekali dengan kemampuan berbahasa Inggris? Di samping membantu para santrinya untuk mempelajari dua bahasa penting dunia tersebut, pondok modern tersebut memiliki perpustakaan yang lengkap dan modern; sehingga lengkaplah kail yang diberikan pondok kepada para santrinya untuk mengembangkan dirinya sendiri di dalam mempelajari khasanah ilmu keislaman yang ada Tidak hanya ilmu-ilmu yang dikaji para ulama Timur Tengah yang dapat mereka pelajari namun ilmu-ilmu lainnya yang telah dikembangkan para pakar dari dunia lain. Di samping itu, selama di pondok mereka dilatih untuk belajar memimpin dan dipimpin melalui oraganisasi dan diskusi yang teratur serta belajar mengatur dirinya sendiri melalui hidup yang mandiri dan ibadah yang tekun; sehingga cukuplah bekal bagi mereka untuk berjuang di masyarakat setelah lulus kelak. Pada akhirnya, 3

tergantung kepada para santri sendiri, apakah akan cepat puas dengan hasil yang ada, ataukah akan berusaha untuk terus mengembangkan kemampuannya melebihi teman-teman lainnya ataupun malah melebihi gurunya sendiri. Sesungguhnya, seorang guru atau ustad sejati adalah mereka yang memberi kemudahan ataupun fasilitas bagi para siswa atau santrinya yang berpikiran maju. Tidak hanya itu, sang guru akan sangat senang jika pada akhirnya ada dari muridnya yang jauh melebihi dirinya. Karenanya, tugas guru sejati adalah memberi bekal yang tepat sehingga muridnya menjadi mandiri, dalam arti dapat menentukan dan melaksanakan hal-hal yang benar dan baik bagi dirinya, keluarganya, masyarakat, dan bangsanya. Dari Pondok Modern Gontor kita belajar tentang keberhasilan pemupukan kemandirian para santri dalam mengembangkan kepribadian mereka. Pepatah Cina yang digunakan Bastow, Hughes, Kissane, dan Mortlock (1986:1) dan cocok untuk menunjukkan pentingnya kemandirian ini adalah: A person given a fish is fed for a day. A person taught to fish is fed for live. Jelaslah bahwa selama mereka di pondok, para santri atau para siswa dilatih untuk tidak hanya menerima sesuatu yang sudah jadi layaknya diberi seekor ikan yang dapat dan tinggal dimakan selama sehari saja, namun, mereka dilatih seperti layaknya belajar cara menangkap ikan tersebut sehingga ia bisa makan ikan selama hidupnya. Selama di pondok, mereka belajar Bahasa Indonesia, Inggris, dan Arab; belajar bagaimana belajar yang sesungguhnya; belajar cara memimpin diri sendiri dan cara memimpin orang lain yang merupakan bekal-bekal yang dapat dikembangkan sendiri ketika sudah meninggalkan pondok. Karenanya, para santri di pondok tersebut telah dibekali dengan cara-cara menangkap ikan dan bukan dibekali dengan ikan yang sudah siap untuk dimakan. Pertanyaan yang dapat diajukan adalah: Bekal apa saja yang cocok atau tepat untuk para siswa kita, sehingga ketika mereka sudah meninggalkan sekolah, mereka dapat hidup layak dan dapat bersaing dengan warga bangsa atau warga negara lain? Kata 4

lainnya, bagaimana caranya sehingga mereka mendapat bekal tentang cara-cara mendapatkan ikan dan bukan hanya mendapat bekal ikan saja? Bekal Apa yang Tepat untuk Siswa Kita? Sekali lagi, dari ceritera sukses pada Pondok Modern Gontor ini kita dapat menyimpulkan tentang arti penting kemandirian para santrinya. Para pengelola di pondok tersebut telah menunjukkan juga contoh penting tentang pengambilan keputusan (decision making) yang sangat tepat untuk membekali mereka dengan dua bahasa penting. Sekali lagi, apa yang akan terjadi dengan pondok tersebut beserta santrinya jika para pimpinan di pondok tersebut tidak berani untuk mengambil keputusan seperti itu? Di dalam dunia pendidikan, salah satu pertanyaan klasik yang sering diajukan adalah: Bekal apa saja yang tepat untuk kemandirian para siswa kita? Pertanyaan ini menjadi sangat penting dan mendasar dan sesuai dengan pernyataan Nickerson (1988) di dalam bukunya Technology in Education, Looking Toward 2020, yaitu: A general educational problems that how to ensure that students spend time learning the right things. These are old questions within education, but that does not mean that we now know the answers. Bagaimana caranya meyakinkan diri kita sendiri bahwa para siswa yang sedang duduk di bangku sekolah ini telah menggunakan waktunya untuk mempelajari hal yang tepat? Menurut Nickerson sendiri, jawaban untuk pertanyaan klasik seperti itu, belum tentu sudah kita ketahui pada saat ini. Alasannya, hal yang tepat pada kurun waktu tertentu akan menjadi tidak tepat lagi pada kurun-kurun waktu sesudahnya ataupun sebelumnya. Namun National Research Council dari Amerika Serikat (NRC, 1989:1) memberi sedikit petunjuk tentang pentingnya kail yang berkait dengan daya pikir para siswa dengan menyatakan: Communication has created a world economy in which working smarter is more important than merely working harder.... require worker who are mentally fit workers who are prepared to absorb new ideas, to adapt to 5

change, to cope with ambiguity, to perceive patterns, and to solve unconventional problems. Menurutnya, komunikasi telah menciptakan ekonomi dunia yang lebih membutuhkan pekerja cerdas (smarter) daripada pekerja keras (harder). Dibutuhkkan para pekerja yang telah disiapkan untuk mampu mencerna ide-ide baru (absorb new ideas), mampu menyesuaikan terhadap perubahan (to adapt to change), mampu menangani ketidakpastian (cope with ambiguity), mampu menemukan keteraturan (perceive patterns), dan mampu memecahkan masalah yang tidak lazim (solve unconventional problems). Jelas kiranya, kemampuan berpikir dan bernalar akan semakin dibutuhkan pada masa-masa yang akan datang pada setiap aspek kehidupan ini. Bagi setiap negara, ranah kognitif dan pengetahuan saja tidaklah cukup. Karenanya, yang perlu mendapatkan perhatian para guru SD adalah Bab II Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Depdknas, 2003:11) yang menyatakan bahwa pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Sejatinya, beberapa kata di atas merupakan kail-kail yang harus dimiliki siswa kita ia menjadi wrga negara yang tidak hanya berguna untuk dirinya sendiri, namun akan berguna juga untuk bangsa dan negaranya. Jelaslah bahwa kata mandiri telah muncul sebagai salah satu tujuan pendidikan nasional kita. Karena itu, penanganannya memerlukan perhatian khusus semua guru, apalagi tidak ada mata pelajaran khusus tentang kemandirian ini. Untuk itu, sebagaimana yang dijelaskan di atas pengintegrasian pembentukan sifat mandiri selama proses pembelajaran menjadi suatu keharusan yang tidak dapat ditawar-tawar lagi. Untuk itu, beberapa alternatif pertanyaan maupun perintah seperti berikut dapat diajukan para guru: 6

o Farhan, apa untungnya kamu melakukan pemukulan seperti ini pada Coki? Apa akibatnya terhadap dirimu dan juga terhadap Coki? o Anak-anak, Andi telah berhasil menjadi juara Olimpiade Tingkat Kecamatan. Ayo kita memberikan tepuk tangan yang meriah untuk Andi. Ibu guru ingin bertanya padanya, mengapa Andi berhasil menjadi juara? Apa yang ia lakukan selama di rumah? o Budi, mengapa pekerjaanmu untuk soal nomor 9 ini salah? Padahal, selama proses pembelajaran di kelas, kamu dapat menyelesaikan soal dengan baik, tetapi waktu ulangan mendapat nilai 4. Apakah kamu tidak mengulang di rumah? Bagaimana caranya agar seperti ini tidak terjadi lagi? o Kamu menyatakan bahwa kamu kurang teliti. Bapak setuju. Apa yang harus kamu lakukan ketika ulangan atau ketika mengerjakan soal agar hal itu tidak mempengaruhi nilai kamu? Daftar Pustaka Bastow, B. Hughes, J. Kissane, B. & Randall, R. (1986). Another 20 Investigational Work. Perth: The Mathematical Association of Western Australia (MAWA). Depdiknas (2003). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas Nickerson, R.S. (1988). Technology in education. Di dalam R.S. Nickerson & P.P. Zodhiates (Eds). Looking Toward 2020. New Jersey: LEA. pp 285-317. NRC (1989). Everybody Counts. Washington DC: National Academy Press Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional (2001). Kamus Umum Bahasa Indonesia (KUBI). Jakarta: Balai Pustaka 7