DI DAERAH ENDEMIS FILARIASIS KECAMATAN PONDOK GEDE, KABUPATEN BEKASI, JAWA BARAT

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN ANTARA FAKTOR PENDIDIKAN DENGAN KEJADIAN FILARIASIS YANG DITENTUKAN BERDASARKAN DISTRIBUSI IGG4 ANTIFILARIA. Biyan Maulana*, Heri Wibowo**

Kata kunci: filariasis; IgG4, antifilaria; status kependudukan; status ekonomi; status pendidikan; pekerjaan

DESCRIPTION OF KNOWLEDGE, ATTITUDE AND BEHAVIOR OF THE PEOPLE AT NANJUNG VILLAGE RW 1 MARGAASIH DISTRICT BANDUNG REGENCY WEST JAVA ABOUT FILARIASIS

ABSTRAK STUDI KASUS PENENTUAN DAERAH ENDEMIS FILARIASIS DI DESA RANCAKALONG KABUPATEN SUMEDANG JAWA BARAT TAHUN 2008

ABSTRAK. Pembimbing I : Rita Tjokropranoto, dr., M.Sc Pembimbing II : Hartini Tiono, dr.,m. Kes

BAB I PENDAHULUAN.

Prevalensi pre_treatment

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MASYARAKAT DI RW 1 DESA NANJUNG KECAMATAN MARGAASIH KABUPATEN BANDUNG JAWA BARAT TENTANG FILARIASIS TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Filariasis (penyakit kaki gajah) adalah penyakit menular yang

BAB 4 HASIL PENELITIAN

Bab I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh cacing filaria dan ditularkan oleh nyamuk Mansonia, Anopheles,

BAB I PENDAHULUAN. Prioritas pembangunan kesehatan dalam rencana strategis kementerian

RISIKO KEJADIAN FILARIASIS PADA MASYARAKAT DENGAN AKSES PELAYANAN KESEHATAN YANG SULIT

ABSTRAK GAMBARAN PENYAKIT FILARIASIS DI KABUPATEN BEKASI, PROVINSI JAWA BARAT PERIODE

BAB 1 PENDAHULUAN. Deklarasi Milenium yang merupakan kesepakatan para kepala negara dan

Model Penyebaran Penyakit Kaki Gajah di Kelurahan Jati Sampurna

ABSTRAK PREVALENSI FILARIASIS DI KOTA BEKASI PERIODE

Proses Penularan Penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Akibat yang paling fatal bagi penderita yaitu kecacatan permanen yang sangat. mengganggu produktivitas (Widoyono, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. penyakit yang disebabkan oleh infeksi cacing filaria yang penularannya melalui

BAB 1 PENDAHULUAN. kaki gajah, dan di beberapa daerah menyebutnya untut adalah penyakit yang

UPAYA KELUARGA DALAM PENCEGAHAN PRIMER FILARIASIS DI DESA NANJUNG KECAMATAN MARGAASIH KABUPATEN BANDUNG

Filariasis cases In Tanta Subdistrict, Tabalong District on 2009 After 5 Years Of Treatment

BAB I. Pendahuluan. A. latar belakang. Di indonesia yang memiliki iklim tropis. memungkinkan nyamuk untuk berkembang biak dengan baik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Filariasis limfatik merupakan penyakit tular vektor dengan manifestasi

Cakupan Pemberian Obat Pencegahan Massal Filariasis di Kabupaten Sumba Barat Daya Tahun

ABSTRAK ANGKA KEJADIAN INFEKSI CACING DI PUSKESMAS KOTA KALER KECAMATAN SUMEDANG UTARA KABUPATEN SUMEDANG TAHUN

BAB 1 PENDAHULUAN. Filariasis atau yang dikenal juga dengan sebutan elephantiasis atau yang

GAMBARAN PENDERITA DENGUE HAEMORRAGIC FEVER DI RUMAH SAKIT IMMANUEL JANUARI DESEMBER 2011

BAB I PENDAHULUAN. menetap dan berjangka lama terbesar kedua di dunia setelah kecacatan mental (WHO,

BAB I PENDAHULUAN. 1

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh infeksi cacing filaria dan ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk.

Kata Kunci : Kelambu, Anti Nyamuk, Kebiasaan Keluar Malam, Malaria

HUBUNGAN RESPON IMUN ADAPTIF SELULAR DAN HUMORAL PADA IBU HAMIL DENGAN INFEKSI WUCHERERIA BANCROFTI

BAB 1 PENDAHULUAN. Beberapa tahun terakhir, penyakit yang ditularkan oleh nyamuk cenderung

BAB I PENDAHULUAN. menular (emerging infection diseases) dengan munculnya kembali penyakit menular

Analisis Spasial Distribusi Kasus Filariasis di Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun

Faktor Risiko Kejadian Filarisis Limfatik di Kecamatan Maro Sebo Kabupaten Muaro Jambi

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan infeksi cacing filaria yang ditularkan melalui gigitan

BAB 1 : PENDAHULUAN. Filariasis adalah penyakit yang disebabkan oleh cacing filaria yang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah. Filariasis limfatik atau yang biasa disebut dengan kaki

Kata kunci: Status Tempat Tinggal, Tempat Perindukkan Nyamuk, DBD, Kota Manado

PERANAN LINGKUNGAN TERHADAP KEJADIAN MALARIA DI KECAMATAN SILIAN RAYA KABUPATEN MINAHASA TENGGARA

Kata kunci : Malaria, penggunaan anti nyamuk, penggunaan kelambu, kebiasaan keluar malam

Kajian Epidemiologi Limfatikfilariasis Di Kabupaten Sumba Barat (Desa Gaura) dan Sumba Tengah (Desa Ole Ate) Tahun Hanani M.

BAB 1 RANGKUMAN Judul Penelitian yang Diusulkan Penelitian yang akan diusulkan ini berjudul Model Penyebaran Penyakit Kaki Gajah.

FAKTOR DOMINAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN FILARIASIS DI KOTA PADANG TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang disebabkan oleh berjangkitnya penyakit-penyakit tropis. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. I.1.Latar Belakang. Filariasis limfatik atau Elephantiasis adalah. penyakit tropis yang disebabkan oleh parasit di mana

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. Kata kunci: Status Tempat Tinggal, Tempat Perindukkan Nyamuk, DBD

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit Filariasis Limfatik atau penyakit Kaki Gajah merupakan salah

BAB 4 HASIL PENELITIAN

Korelasi IgG4 Antifilarial pada Ibu Hamil dan Bayi yang Dilahirkan

The Incidence Of Malaria Disease In Society At Health Center Work Area Kema Sub-District, Minahasa Utara Regency 2013

ANALISIS KORELASI KELEMBABAN UDARA TERHADAP EPIDEMI DEMAM BERDARAH YANG TERJADI DI KABUPATEN DAN KOTA SERANG

ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA DENGUE HAEMORRAGIC FEVER DI RUMAH SAKIT IMMANUEL TAHUN 2011

PEMERIKSAAN MIKROFILARIA DI DUSUN CIJAMBAN KECAMATAN PANUMBANGAN KABUPATEN CIAMIS. Mei Widiati*, Ary Nurmalasari, Septi Nurizki ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. distribusinya kosmopolit, jumlahnya lebih dari spesies, stadium larva

Oleh: Roy Marchel Rooroh Dosen Pembimbing : Prof. dr. Jootje M. L Umboh, MS dr. Budi Ratag, MPH

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Filariasis di Kabupaten Padang Pariaman Tahun

Risk factor of malaria in Central Sulawesi (analysis of Riskesdas 2007 data)

BAB I PENDAHULUAN. Dalam proses terjadinya penyakit terdapat tiga elemen yang saling berperan

KADAR HEMOGLOBIN PADA IBU HAMIL TRIMESTER KETIGA DI RSUP H. ADAM MALIK TAHUN Oleh : SUJITHA MUNAIDY

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara berkembang yang berada pada periode triple

BAB 1 PENDAHULUAN. daerah tropis antara lain adalah malaria dan filariasis merupakan masalah

IDENTIFIKASI FILARIASIS YANG DISEBABKAN OLEH CACING NEMATODA WHECERERIA

LAPORAN HASIL PENELITIAN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT KEBERHASILAN PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN FILARIASIS DI PUSKESMAS SE-KOTA PEKALONGAN TAHUN 2016

Gambaran Infeksi Malaria di RSUD Tobelo Kabupaten Halmahera Utara Periode Januari Desember 2012

Analisis Nyamuk Vektor Filariasis Di Tiga Kecamatan Kabupaten Pidie Nanggroe Aceh Darussalam

PENGOBATAN FILARIASIS DI DESA BURU KAGHU KECAMATAN WEWEWA SELATAN KABUPATEN SUMBA BARAT DAYA

Juli Desember Abstract

SITUASI FILARIASIS DI KABUPATEN SUMBA TENGAH PROPINSI NUSA TENGGARA TIMUR TAHUN 2009

ABSTRAK GAMBARAN INFEKSI MALARIA DI RSUD TOBELO KABUPATEN HALMAHERA UTARA PROVINSI MALUKU UTARA PERIODE JANUARI DESEMBER 2012

GAMBARAN PEMBERIAN OBAT MASAL PENCEGAHAN KAKI GAJAH DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS WELAMOSA KECAMATAN WEWARIA KABUPATEN ENDE TAHUN ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh plasmodium yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

GAMBARAN KARAKTERISTIK PENDERITA FILARIASIS DI DESA SANGGU KABUPATEN BARITO SELATAN KALIMANTAN TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Filariasis limfatik atau lebih dikenal dengan. penyakit kaki gajah adalah salah satu masalah kesehatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Kondisi Filariasis Pasca Pengobatan Massal di Kelurahan Pabean Kecamatan Pekalongan Utara Kota Pekalongan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. klasifikasinya nyamuk dibagi dalam dua subfamili yaitu Culicinae yang terbagi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dapat

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai adalah Plasmodium Falciparum dan Plasmodium. Vivax. Di Indonesia Timur yang terbanyak adalah Plasmodium

Jurnal Vektor Penyakit, Vol. 8 No. 2, 2014 : 61-66

FAKTOR RISIKO KEJADIAN FILARIASIS DI KELURAHAN JATI SAMPURNA

ABSTRAK FAKTOR SOSIODEMOGRAFI PADA KEJADIAN LUAR BIASA CHIKUNGUNYA DI KECAMATAN SUNGAI GELAM, KABUPATEN MUARO JAMBI, PROVINSI JAMBI TAHUN 2009

Faktor Risiko Kejadian Penyakit Filariasis Pada Masyarakat di Indonesia. Santoso*, Aprioza Yenni*, Rika Mayasari*

ABSTRAK. Pembimbing I : Dr. Felix Kasim, dr., M.Kes Pembimbing II : Budi Widyarto L, dr., MH

ANALISIS SITUASI FILARIASIS LIMFATIK DI KELURAHAN SIMBANG KULON, KECAMATAN BUARAN, KABUPATEN PEKALONGAN Tri Wijayanti* ABSTRACT

PREVALENSI DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) PADA PASIEN ANAK DI RSUP H ADAM MALIK MEDAN DARI JANUARI HINGGA DESEMBER 2009 KARYA TULIS ILMIAH.

BAB I PENDAHULUAN. Turki dan beberapa Negara Eropa) beresiko terkena penyakit malaria. 1 Malaria

GAMBARAN SEROLOGIS IgG-IgM PADA PASIEN DEMAM BERDARAH DI RSUP SANGLAH PERIODE JULI-AGUSTUS 2014 ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Transkripsi:

HUBUNGAN ANTARA STATUS KEPENDUDUKAN DAN LAMA MENETAP DENGAN KADAR IgG4 ANTIFILARIASIS DI DAERAH ENDEMIS FILARIASIS KECAMATAN PONDOK GEDE, KABUPATEN BEKASI, JAWA BARAT Jeffry Adijaya Susatyo*, Heri Wibowo** * Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ** Staff Departemen Parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Abstrak Filariasis merupakan salah satu penyakit menular yang disebabkan oleh cacing dari genus Filaria yang penularannya melalui gigitan berbagai jenis nyamuk. Di Indonesia kasus filariasis keberadaannya masih tinggi. Desa Jati Sampurna dan Jati Karya Kecamatan Pondokgede Kabupaten Bekasi Jawa Barat telah diketahui merupakan daerah endemik kecacingan. Diduga lama tinggal di daerah tersebut berpengaruh terhadap insidensi filariasis di kedua desa tersebut.. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui distribusi IgG4 antifilaria pada penduduk daerah tersebut dan perbandingannya dengan lama menetap dan status kependudukan. Penelitian ini merupakan penelitian yang berbasis pada data sekunder. Data sekunder diperoleh dari data hasil penelitian utama yang dikerjakan secara cross-sectional. Data data tersebut digunakan untuk menilai hubungan faktor risiko infeksi filaria pada ibu hamil yang tinggal di daerah endemik kecacingan berdasarkan distribusi IgG4 antifilaria di kecamatan Pondok Gede Kabupaten Bekasi, Jawa Barat.Hasil Penelitian menunjukkan terdapat peningkatan IgG4 anti-filaria terhadap status kependudukan (p = 0,017) dan korelasi positif antara jumlah IgG4 anti-filaria dengan lama tinggal dalam tahun (p = 0,003). Kata kunci: IgG4 anti-filaria, Lama Tinggal, Status Kependudukan Abstract Filariasis is a contagious disease caused by worms of the genus Filaria which transmitted through the bite of various species of mosquitoes. In Indonesia the existence of filariasis cases are still high. Jati Sampurna and Jati Karya village in Pondokgede Sub-district, Bekasi District, West Java has been known as filariasis endemic area. Length of stay is presumed as one of many factors that affects filariasis incidence in those villages. This study aimed to determine the distribution of IgG4 antifilaria on the region and its comparison with the length of stay and residence status.this study is based on secondary data. Secondary data were obtained from primary research data done by cross-sectional method. These data were used to assess the association of risk factors filarial infection in pregnant women living in endemic areas based on the distribution of IgG4 antifilaria in Pondok Gede, Bekasi district, West Java.Research shows there is an increase in anti-filarial IgG4 against residence status (p = 0.017) and a positive correlation between the number of anti-filarial IgG4 with length of stay in years (p = 0.003). Keywords: anti-filarial IgG4, length of stay, residence status

PENDAHULUAN Filariasis merupakan salah satu penyakit menular yang disebabkan oleh cacing dari genus Filaria yang penularannya melalui gigitan berbagai jenis nyamuk. 1 Oleh orang awam penyakit ini sering disebut dengan nama kaki gajah. Di Indonesia ditemukan tiga spesies cacing Filaria yang merupakan penyebab penyakit ini, yaitu Wuchereria bancrofii, Brugia malayi, dan Brugia timori dan berpuluh-puluh spesies nyamuk yang berperan sebagai vektor penular penyakit. 1 Di Indonesia kasus filariasis keberadaannya masih tinggi. Hingga tahun 1992/1993 berdasarkan hasil survey prevalensi filariasis di 6 propinsi dengan tingkat endemisitas sebagai berikut : propinsi Aceh 6,6% ; Jambi 4,7%; Kalimantan Selatan 0,4%; Nusa Tenggara Timur 0,6%; Sulawesi Tengah 22,5%; Irian Jaya 12,6% dan hasil survey tahun 1993/1994 di 5 propinsi menunjukan tingkat endemisitas filariasis sebagai berikut : Sulawesi Selatan 1,5%; Jawa Barat 1,5%; Riau 1,3%; Bengkulu 1,5%; Kalimantan Barat 1,4%. 2 Menurut Menkes, sampai Oktober 2009 penderita kronis filariasis yang tercatat berjumlah 11.699 orang tersebar di 386 kabupaten/kota di Indonesia. 3 Desa Jati Sampurna dan Jati Karya Kecamatan Pondokgede Kabupaten Bekasi Jawa Barat telah diketahui merupakan daerah endemik kecacingan, selain itu kedua desa tersebut merupakan penyangga ibukota, sehingga komposisi penduduknya bervariasi antara penduduk asli dan pendatang serta lama tinggalnya di daerah tersebut. Diduga lama tinggal di daerah tersebut berpengaruh terhadap insidensi filariasis di kedua desa tersebut. Dari dugaan tersebut dapat diperkirakan juga proporsi IgG4 antifilaria penduduk asli lebih tinggi dibandingkan penduduk pendatang. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui distribusi IgG4 antifilaria pada penduduk daerah tersebut dan perbandingannya dengan lama menetap dan status kependudukan. Dengan mengetahui perbandingan distribusi IgG4 antifilaria dengan lama tinggal di daerah endmis, tindakan penanganan filariasis lebih lanjut dapat diupayakan. METODE Penelitian ini merupakan penelitian yang berbasis pada data sekunder dari penelitian utama: Dampak infeksi kecacingan pada ibu hamil terhadap keberhasilan vaksinasi tetanus toksoid pada bayi yang dilahirkan Data data tersebut digunakan untuk menilai hubungan antara status kependudukan dan lama menetap dengan kadar IgG4 antifilariasis. Data dimasukkan ke dalam master table yang telah dibagi berdasarkan variabel yang akan dianalisis. Data dianalisis menggunakan uji Chi-square dan Mann-Whitney. Setelah itu, ditarik kesimpulan dari hasil analisis tersebut. HASIL Desa Jati Sampurna dan Jati Karya merupakan dua desa yang endemis filariasis. Tempat penampungan sampah yang terletak di sekitar rumah pada kedua desa ini merupakan tempat yang berpotensi menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk Culex sp. yang merupakan vektor dari Wuchereria brancrofti penyebab filariasis. Penelitian pada kedua desa ini dilakukan pada ibu hamil trimester ke-3. Sebanyak 286 ibu hamil trimester ke-3 diambil darahnya dan dilakukan pemeriksaan antigen filaria dan IgG4

anti-filaria.dari 286 ibu hamil yang diperiksa, sebanyak 283 orang tercatat status antigen filarianya, dan sebanyak 264 orang tercatat hasil pemeriksaan IgG4 anti-filaria. Hasil pemeriksaan IgG4 anti-filaria kemudian diklasifikasikan berdasarkan nilai batas ukur (cut-off point) sebesar 503,3750 menjadi 2 kelompok yaitu ibu dengan status IgG4 anti-filaria tinggi dan rendah. Pada penelitian ini akan dilihat hubungan antar status IgG4 antifilaria dengan status kependudukan (penduduk asli atau pendatang). Karena persebaran data yang abnormal, uji Mann-Whitney dilakukan untuk melihat perbandingan distribusi IgG4 antifilaria pada penduduk asli dan pendatang yang terlihat pada grafik berikut. p=0,000 Uji Mann Whitney (ICT) Grafik 1: Perbandingan IgG4 antifilaria ibu hamil antara penduduk asli dan pendatang Untuk melihat korelasi antara status IgG4 anti-filaria ibu dengan status kependudukan digunakan uji chi-square dan didapatkan hasil dengan signifikansi 0,017 sebagai berikut. Status Kependudukan Asli 119 (69,6%) Pendatang 51 (54,8%) Total 170 (64,4%) Status IgG4 Antifilaria Tinggi Rendah Total 52(30,4%) 171 (100%) 42 (45,2%) 94 (35,6%) 93 (100%) 264 (100%) 100% 80% 60% 40% 20% 0% 30.40% 69.60% Asli 45.20% 54.80% Pendatang p=0,017 Rendah Tinggi Grafik 2: Proporsi IgG4 antifilaria pada penduduk asli dan pendatang Dari hasil di atas dapat dilihat bahwa dari 171 penduduk asli yang termasuk dalam klasifikasi kadar IgG4 anti-filaria tinggi sebanyak 69,6%, lebih tinggi secara signifikan dibandingkan dari 93 penduduk pendatang yang termasuk dalam klasifikasi kadar IgG4 anti-filaria tinggi sebanyak 54,8%.

Data-data di atas menunjukkan bahwa penduduk asli desa Jati Sampurna dan Jati Karya memiliki status IgG4 anti-filaria yang tinggi lebih banyak daripada penduduk pendatang. Hal ini dapat dikaitkan dengan kemungkinan bahwa penduduk asli tinggal lebih lama di daerah endemis dan memiliki risiko yang lebih besar untuk terpajan dengan agen filariasis yang terdapat pada daerah tersebut. Untuk mendukung kemungkinan tersebut dicari perbandingan lama tinggal dalam tahun penduduk pendatang dengan penduduk asli pada kedua desa tersebut menggunakan uji Mann- Whitney p=0,000 Uji Mann Whitney Grafik 3: Perbandingan rata-rata lama tinggal dalam tahun penduduk asli dan pendatang Dari grafik di atas terlihat bahwa meskipun ada beberapa penduduk pendatang yang tinggal puluhan tahun, kebanyakan penduduk asli masih tinggal jauh lebih lama daripada pendatang. Kemudian dilihat korelasi antara lama tinggal dalam tahun dengan IgG4 antifilaria dengan menggunakan uji korelasi Pearson r=0,18 Grafik 4: Korelasi antara lama tinggal dalam tahun dengan IgG4 antifilaria ibu hamil Dari grafik di atas terlihat bahwa terdapat korelasi positif signifikan berupa peningkatan jumlah IgG4 antifilaria seiring dengan peningkatan lama tinggal dalam tahun. Kemudian dari grafik tersebut muncul pertanyaan baru, apakah rata-rata lama tinggal penduduk asli lebih tinggi dari pada pendatang melihat banyaknya penduduk pendatang yang tinggal puluhan tahun di kedua desa tersebut.

DISKUSI Filariasis ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk di dunia, dan seekor nyamuk membutuhkan waktu berbulan-bulan untuk menjadi vektor filariasis limfatik. Orang yang berdomisili dalam jangka waktu lama di daerah tropis atau sub-tropis yang endemis filariasis berisiko tinggi terkena infeksi filaria. 11 Sebagian besar penduduk asli Desa Jati Sampurna dan Jati Karya tinggal di daerah tersebut selama lebih dari 20 tahun. Terlihat dari hasil analisis data bahwa penduduk asli memiliki kadar IgG4 anti-filaria yang tinggi lebih banyak dibandingkan dengan pendatang yaitu 69% dari total penduduk asli. Penduduk asli desa tersebut juga memiliki kadar IgG4 yang rata-rata lebih tinggi dibandingkan dengan penduduk pendatang. Dari hasil uji korelasi juga didapatkan hasil yang menunjukkan bahwa lama tinggal berpengaruh terhadap status IgG4 anti-filaria. Semakin lama seseorang tinggal di kedua desa tersebut, semakin tinggi kadar IgG4 anti-filarianya. Tingginya kadar IgG4 anti-filaria menunjukkan bahwa orang tersebut telah terpajan dengan antigen filaria (terinfeksi) dalam waktu yang lama dan membentuk antibodi terhadap antigen tersebut. Adanya antibodi IgG4 anti-filaria dalam tubuh tidak selalu menyatakan bahwa seseorang terinfeksi filariasis, sehingga tidak dapat digunakan untuk mengukur insidensi filariasis. Sedangkan penggunaan antigen sebagai parameter lebih dapat menunjukkan insidensi kejadian filariasis di kedua desa tersebut. Namun, dari tingginya kadar IgG4 penduduk asli di desa Jati Karya dan Jati Sampurna, dapat disimpulkan bahwa lama tinggal berpengaruh terhadap risiko pajanan antigen filariasis sehingga mengakibatkan peningkatan kadar IgG4 anti-filaria. Masa inkubasi larva filaria adalah 6 sampai 12 bulan, dan setelah menjadi dewasa dalam waktu 12 sampai 15 bulan cacing filaria akan dapat menimbulkan berbagai gejala yang nyata. Cacing dewasa hidup dalam tubuh manusia selama 4 sampai 6 tahun. Dari hasil analisis pada penelitian ini menunjukkan bahwa; status positif IgG4 antifilaria yang tinggi pada penduduk asli disebabkan oleh lama tinggal yang lebih lama di daerah endemik. Keadaan ini menyebabkan penduduk asli mendapat akumulasi pajanan filaria oleh vektor leih tinggi, terbukti dengan adanya kadar IgG4 antifilaria pada penduduk asli yang lebih tinggi. KESIMPULAN Pada penduduk asli didapatkan peningkatan IgG4 antifilaria, hal ini mungkin terjadi karena rata-rata penduduk asli tinggal di daerah endemis lebih lama dibandingkan dengan pendatang. Pada penduduk asli juga didapatkan distribusi status IgG4 antifilaria tinggi yang lebih banyak dibandingkan dengan penduduk pendatang. Lama tinggal juga didapatkan berkorelasi positif dengan IgG4 antifilaria. Semakin lama seseorang menetap di daerah endemis, semakin tinggi pula jumlah IgG4 antifilaria yang dimiliki. Hal ini dapat merupakan akibat dari pajanan yang lebih lama terhadap faktor risiko pada daerah endemis.

SARAN Lama tinggal diketahui berkorelasi positif dengan IgG4 antifilaria. Mengingat masa inkubasi larva filaria adalah 6-12 bulan, maka penduduk yang tinggal di daerah endemis dengan lama tinggal sekurangnya 1 tahun perlu dilakukan pemeriksaan dan penanganan dini terhadap filariasis. DAFTAR PUSTAKA 1. Ilyas, I. Program Pemberantasan Filaria di Indonesia dalam Cermin Dunia Kedokteran. Pusat penelitian dan Pengembangan PT. Kalbe Farma. Jakarta, 1990. p.64.. 2. Hasmiwati, Nurhayati. Kajian Nyamuk Vektor di Daerah Endemik Filariasis di Kenegarian Mungo dan Luhak, Kecamatan Luhak, Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatera Barat. Indonesia: Universitas Andalas. 2008. [Jurnal Online] Diunduh dari: http://repository.unand.ac.id/581 pada September 17, 1011. 3. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Menkes Canangkan Pengobatan Filariasis di Jawa Barat. Diunduh dari http://www.depkes.go.id/index.php/berita/pressrelease/409-menkes-canangkan-pengobatan-filariasis-di-jawa-barat.html pada September 17, 2011. 4. Sutanto I, Ismid OS, Sjarifuddin PK, Sungkar S.Buku Ajar parasitologi kedokteran. Ed 4. Jakarta: Balain Penerbit FKUI; 2009. hlm. 32-44. 5. World Health Organization. Lymphatic Filariasis. Updated: March 2011. Accessed at http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs102/en/ on September 17, 2011. 6. Center for Disease Control and Prevention. Biology - Life Cycle of Wuchereria bancrofti. Last Updated: November 2, 2010. Accessed at: http://www.cdc.gov/parasites/lymphaticfilariasis/biology_w_bancrofti.html on September 17, 2011. 7. Global Alliance to Eliminate Lymphatic Filariasis. Diagnosis. Accessed at : http://www.filariasis.org/diagnosis.html on September 17, 2011. 8. Center for Disease Control and Prevention. Diagnosis. Last Updated: November 2, 2010. Accessed at: http://www.cdc.gov/parasites/lymphaticfilariasis/diagnosis.html on September 17, 2011. 9. Parslow TG, Stites DP, Terr AI, Imboden JB. Medical immunology international edition. 10th ed. Singapore: The McGraw Hill Companies, Inc.; 2003. p. 95. 10. Hastini. Reaksi Imunologik pada Perjalanan Penyakit Filariasis Malayi dalam Cermin Dunia Kedokteran. Pusat penelitian dan Pengembangan PT. Kalbe Farma. Jakarta, 1994. hlm. 14. 11. Center for Disease Control and Prevention. Parasites-Lymphatic Filariasis. Last Updated: November 2, 2010. Accessed at: http://www.cdc.gov/parasites/lymphaticfilariasis/epi.html on August 12, 2012 12. Bockarie MJ, Taylor MJ, Gyapong JO. Current practices in the management of lymphatic filariasis in Expert Review of Anti- Infective Therapy, Vol 7. 2009. p. 595-605.