P - 55 MENUMBUHKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF DAN MINAT BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN PROBLEM POSING

dokumen-dokumen yang mirip
Pembelajaran Matematika dengan Problem Posing

PENGGUNAAN PEMBELAJARAN INKUIRI DALAM MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMA DI KOTA BENGKULU

Problem Posing untuk Menilai Hasil Belajar Matematika

KECAKAPAN MATEMATIS SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM POSING

II. KERANGKA TEORETIS. Kreativitas sebagai alat individu untuk mengekspresikan kreativitas yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu alternatif pendekatan pembelajaran yang dapat meningkatkan

JURNAL RISET PENDIDIKAN MATEMATIKA Volume 2 Nomor 1, Mei 2015, (51-62)

PENGEMBANGAN RUBRIK BERPIKIR KREATIF SISWA MENENGAH ATAS DALAM MENYELESAIKAN MASALAH MATEMATIKA

KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA PADA PEMBELAJARAN PROBLEM POSING BERKELOMPOK

JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA, VOLUME 2, NOMOR 2, JULI 2011

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM POSING

I. PENDAHULUAN. Pada era global yang ditandai dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Beberapa ahli mendefinisikan tentang pengertian belajar atau lerning, baik

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA MELALUI PEMECAHAN MASALAH TIPE WHAT S ANOTHER WAY Tatag Yuli Eko Siswono 1 Whidia Novitasari 2

Please purchase PDFcamp Printer on to remove this watermark.

PEMANFAATAN MODEL-MODEL PEMBELAJARAN MATEMATIKA SEKOLAH SEBAGAI KONSEKUENSI LOGIS OTONOMI DAERAH BIDANG PENDIDIKAN

PROSIDING ISSN:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Keefektifan Problem-Based Learning Dan Problem Posing Dalam Pembelajaran Matematika

Diniatul Hidayani Sipahutar 1, Dinda Kartika Prodi Pendidikan Matematika Unimed Medan.

ANALISIS KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA MELALUI PENDEKATAN PROBLEM POSING DI KELAS X IPA 1 SMA NEGERI 9 MALANG

P 21 Mengasah Kemampuan Berpikir Kreatif dan Rasa Ingin Tahu Melalui Pembelajaran Matematika dengan Berbasis Masalah (Suatu Kajian Teoritis)

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas sumber daya manusia bagi suatu bangsa. Dengan adanya

Mengembangkan Kreativitas Matematik Siswa dalam Pembelajaran Matematika Melalui Pendekatan Model Treffinger

PENDEKATAN PROBLEM POSING DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jayanti Putri Purwaningrum, 2015

Mengukur Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis

Pembelajaran Problem Posing untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika

TINGKAT BERPIKIR KOGNITIF MAHASISWA BERDASARKAN BENTUK PERTANYAAN PADA MATA KULIAH BIOLOGI UMUM

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENTINGNYA PEMECAHAN MASALAH Fadjar Shadiq, M.App.Sc (Widyaiswara PPPPTK Matematika)

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No 20 tahun 2003 pasal 1 menegaskan bahwa pendidikan. dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. satuan pendidikan (KTSP) adalah mengembangkan aktifitas kreatif dari siswa

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Gabriela Purnama Ningsi Magister Pendidikan Matematika Universitas Sanata Dharma

Kemampuan Berpikir Kreatif pada Pembelajaran TGT Berpendekatan Multidimensi SPUR dengan Tinjauan Minat

KEBIASAAN BELAJAR MATEMATIKA SISWA DAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. Berpikir merupakan suatu kegiatan mental yang dialami seseorang jika

BAB I PENDAHULUAN. standar isi menyatakan bahwa, mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada

I. PENDAHULUAN. gejala-gejala alam. Perkembangan IPA tidak hanya ditunjukkan oleh kumpulan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS DAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS MASALAH OPEN-ENDED

BAB 1 PENDAHULUAN. perlu untuk ditingkatkan dan digali sebesar-besarnya karena hal tersebut

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. 2 Berkaitan dengan tujuan

Information Literacy Kunci Sukses Pembelajaran Di Era Informasi. Sri Andayani Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diana Utami, 2014

Prosiding Seminar Matematika dan Pendidikan Matematika ISBN:

Belajar adalah perubahan dari tidak mengerti menjadi mengerti. Tentang. pengertian belajar itu sendiri sudah banyak dikemukaan oleh para ahli

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam kehidupan sehari-hari serta dalam kemajuan ilmu pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa SD Melalui Pendekatan Matematika Realistik

ASESMEN FORMATIF INFORMAL DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

tingkatan yakni C1, C2, C3 yang termasuk dalam Lower Order Thinking dan C4, C5, C6 termasuk dalam Higher Order Thinking Skills.

JURNAL. APPLICATION PROBLEM POSING LERNING MODEL TO IMPROVE MATHEMATICAL UNDERSTANDING OF 8 th GRADE UPTD SMPN 1 MOJO IN THE ACADEMIC YEAR 2016/2017

Jurnal Pendidikan Berkarakter ISSN FKIP UM Mataram Vol. 1 No. 1 April 2018, Hal

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

2015 PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING DAN THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL SISWA

II. TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran. Efektivitas itu sendiri menunjukan taraf tercapainya suatu tujuan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. disampaikan oleh guru matematika, kesulitan siswa dalam menalar dan

BAB 1 PENDAHULUAN. dasar tidak dilatih untuk berekspresi secara bebas dan terlalu lama dibiasakan

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam pendidikan, baik dalam mengembangkan pemikiran kritis, kreatif,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia dianugerahi kemampuan dan kekuatan berpikir. Berpikir

PENERAPAN PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK MENUMBUHKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIKA SISWA KELAS X SMK NEGERI 1 BONTANG

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK (LKPD)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

2015 PENGARUH METODE GUIDED DISCOVERY LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF DITINJAU DARI KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu hal yang penting untuk kemajuan

Keefektifan Pendekatan Open-Ended Ditinjau Dari Prestasi Belajar, Kemampuan Berpikir Kritis Dan Kreatif

A. LATAR BELAKANG MASALAH

II. TINJAUAN PUSTAKA. Problem posing adalah istilah dalam bahasa Inggris yaitu problem dan pose,

BAB I PENDAHULUAN pasal 3 tentang Sistem Pendidikan Nasional bahwa : Pendidikan Nasional befungsi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya meningkatan mutu pendidikan pemerintah. mengeluarkan berbagai kebijakan. Salah satu kebijakannya adalah mengganti

PENGEMBANGAN INSTRUMEN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MATHEMATICAL PROBLEM POSING SISWA SMA

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Penemuan (Discovery Learning) tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para pengajar dalam

BAB I PENDAHULUAN. dalam pengembangan kurikulum matematika pada dasarnya digunakan. sebagai tolok ukur dalam upaya pengembangan aspek pengetahuan dan

ASOSIASI ANTARA KONEKSI MATEMATIS DAN KOMUNIKASI MATEMATIS SERTA KEMANDIRIAN BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMP. Oleh : Abd. Qohar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kreativitas merupakan kemampuan untuk menciptakan hal-hal yang sama sekali

Abstrak. Bagaimana Membangun Pengetahuan Matematika melalui Problem Solving?

PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DENGAN MEDIA POHON MATEMATIKA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA KELAS VIII E SMP TAMANSISWA MALANG

BAB I PENDAHULUAN. menyelidiki sebuah proyek dari sudut pandang yang tidak biasa.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu

P 34 KEEFEKTIFAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME TERHADAP KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS MAHASISWA PADA MATA KULIAH ANALISIS REAL I

BAB I A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Niken Noviasti Rachman, 2013

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR PESERTA DIDIK DENGAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM POSSING BERBANTUAN SMARTPHONE

KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA DALAM PEMBELAJARAN PROBLEM POSING PADA MATERI BANGUN DATAR

BAB I PENDAHULUAN. Oleh karena itu peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan hal yang

Penjenjangan Kemampuan Berpikir Kritis Mahasiswa Prodi Pendidikan Matematika FMIPA UNNES dalam Menyelesaikan Masalah Matematika

Transkripsi:

P - 55 MENUMBUHKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF DAN MINAT BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN PROBLEM POSING Mukti Sintawati 1, Ginanjar Abdurrahman 2 1 mukti_sinta@yahoo.com, 2 gigin_mipa06@yahoo.com Abstrak Kemampuan berpikir kreatif sangat diperlukan oleh siswa mengingat bahwa dewasa ini ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang sangat pesat dan memungkinkan siapa saja bisa memperolah informasi secara cepat dan mudah dengan melimpah dari berbagai sumber dan tempat manapun di dunia. Hal ini mengakibatkan cepatnya perubahan tatanan hidup serta perubahan global dalam kehidupan. Jika para siswa tidak dibekali dengan kemampuan berpikir kreatif maka mereka tidak akan mampu mengolah menilai dan mengambil informasi yang dibutuhkannya untuk menghadapi tantangan tersebut. Sejalan dengan hal itu, salah satu proses penilaian yang diukur dalam kurikulum 2013 adalah tingkat berpikir siswa mulai dari rendah sampai tinggi. Sedangkan proses pembelajarannya menekankan kemampuan berbahasa sebagai alat komunikasi, pembawa pengetahuan dan berpikir logis, sistematis dan kreatif. Berpikir kreatif merupakan bagian dari berpikir tingkat tinggi (Higher Order Thinking Skills-HOTS). Salah satu pendekatan dalam pembelajaran matematika yang dapat digunakan untuk menumbuhkan kemampuan berpikir kreatif adalah pendekatan problem posing. Selain itu problem posing juga mampu menumbuhkan minat belajar siswa terhadap matematika. Kata kunci: Berpikir kreatif, Minat, pendekatan problem-posing A. PENDAHULUAN Pendidikan mempunyai peranan penting dalam mencetak sumber daya manusia yang berkualitas dan dapat berkompetisi di era teknologi seperti sekarang ini. Kemampuan berpikir kreatif sangat diperlukan oleh siswa mengingat bahwa dewasa ini ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang sangat pesat dan memungkinkan siapa saja bisa memperoleh informasi secara cepat dan mudah dari berbagai sumber dan tempat manapun di dunia. Hal ini mengakibatkan cepatnya perubahan tatanan hidup serta perubahan global dalam kehidupan. Oleh karena itu, siswa harus dibekali kemampuan berpikir untuk menghadapi tantangan tersebut. Hal ini sejalan dengan standar kompetensi lulusan kurikulum 2013 pada dimensi keterampilan, yaitu memiliki kemampuan pikir dan tindak yang efektif dan kreatif dalam ranah abstrak dan konkret sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain sejenis. jika para siswa tidak dibekali dengan kemampuan berpikir, termasuk kemampuan berpikir kreatif, maka mereka tidak akan mampu mengolah menilai dan mengambil informasi yang dibutuhkannya untuk menghadapi tantangan tersebut. Kemampuan berpikir kreatif dapat dikembangkan melalui aktivitas-aktivitas kreatif dalam pembelajaran matematika. Siswa yang memiliki kemampuan berpikir kreatif mempunyai ciri-ciri: imajinatif, mempunyai prakarsa, mempunyai minat yang luas, mandiri dalam berpikir, Makalah dipresentasikan dalam Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika dengan tema Penguatan Peran Matematika dan Pendidikan Matematika untuk Indonesia yang Lebih Baik" pada tanggal 9 November 2013 di Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY

senang berpetualang, penuh energi, percaya diri, bersedia mengambil resiko, berani dalam pendirian dan keyakinan. Namun dalam pembelajaran matematika yang sarat dengan konsep matematika yang abstrak, tanpa dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari, sering dianggap sebagai salah satu penyebab kurangnya minat siswa terhadap matematika. Seperti yang dinyatakan Muijs dan Reynolds (2005:212) bahwa in school a lot of pupils seem to become disenchanted with mathematics, and often question the relevance of the large amount of time spent teaching this subjects. Rasa tertarik atau minat siswa terhadap matematika menjadi salah satu faktor penting dalam menentukan keberhasilan pembelajaran matematika. Salah satu pendekatan yang dapat digunakan untuk mengatasi rendahnya minat atau ketertarikan siswa terhadap matematika yaitu pendekatan problem posing. Di dalam problem posing, siswa diharuskan untuk menyusun pertanyaan sendiri dengan situasi yang dihadirkan dalam pembelajaran atau menyelesaikan suatu soal menjadi pertanyaan-pertanyaan yang lebih sederhana yang mengacu pada penyelesaian soal. Melalui pendekatan ini diharapkan kemampuan berpikir kreatif dan minat siswa dapat meningkat karena siswa diminta untuk menyusun masalah yang ada menjadi pertanyaan-pertanyaan yang lebih sederhana sehingga masalah lebih mudah dipahami. Kurikulum 2013 menghendaki proses pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik (Mengamati, Menanya, Mengolah, Menyajikan, Menyimpulkan dan Mencipta), menggunakan ilmu pengetahuan sebagai penggerak pembelajaran untuk semua mata pelajaran, Menuntun siswa untuk mencari tahu, bukan diberi tahu (discovery learning). Di dalam proses penilaian yang diukur dalam kurikulum 2013 adalah tingkat berpikir siswa mulai dari rendah sampai tinggi, sedangkan proses pembelajarannya salah satunya menekankan kemampuan berpikir kreatif. Berpikir kreatif merupakan bagian dari berpikir tingkat tinggi (Higher Order Thinking Skills-HOTS). Salah satu pendekatan pembelajaran matematika yang proses pembelajarannya sesuai dengan kurikulum 2013 dan dapat digunakan untuk menumbuhkan kemampuan berpikir kreatif adalah pendekatan problem posing. Dalam artikel ini, akan dikaji mengenai pendekatan problem posing untuk menumbuhkan kemampuan berpikir kreatif dan minat belajar siswa terhadap matematika. B. PEMBAHASAN Pengertian berpikir kreatif Kreativitas seseorang dapat ditinjau dari prosesnya. Proses untuk menghasilkan suatu produk kreatif inilah yang disebut dengan proses berpikir kreatif. McGregor (2007: 169) menyatakan bahwa berpikir kreatif adalah salah satu jenis berpikir yang mengarah pada pemerolehan wawasan baru, pendekatan baru, perspektif baru, atau cara baru dalam memahami sesuatu. Biasanya, berpikir kreatif akan terjadi jika siswa diberi soal-soal atau masalah-masalah yang menantang. Berpikir kreatif menurut Munandar (1999) merupakan kemampuan berpikir divergen yang berdasarkan data atau informasi yang tersedia dalam menyelesaikan banyak kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah, dimana penekanan pada kuantitas,ketepatgunaan, dan keragaman jawaban. Sedangkan Johnson (2010: 214) berpendapat bahwa berpikir kreatif merupakan sebuah kebiasaan dari pikiran yang dilatih dengan memerhatikan intuisi, menghidupkan imajinasi, mengungkapkan kemungkinan-kemungkinan baru, membuka sudut pandang yang menakjubkan, dan membangkitkan ide-ide yang tak terduga. Johnson (2010: 215) juga menyatakan bahwa untuk dapat berpikir kreatif, tentunya membutuhkan ketekunan, disiplin diri, meliputi aktivitas mental sebagai berikut: 1. Mengajukan pertanyaan 2. Mempertimbangkan informasi baru dan ide yang tak lazim dengan pikiran terbuka 3. Membangun keterkaitan, khususnya di antara hal-hal yang berbeda 4. Menghubung-hubungkan berbagai hal yang bebas 5. Menerapkan imajinasi pada setiap situasi untuk menghasilkan hal baru dan berbeda Yogyakarta, 9 November 2013 MP - 438

6. Mendengarkan intuisi. Pengertian minat belajar Minat adalah pilihan terhadap bentuk-bentuk tertentu dari suatu aktifitas ketika seseorang tidak sedang berada dalam tekanan dari luar dirinya (Nitko & Brookhart, 2007: 448). Minat dapat digambarkan dengan memperhatikan sasaran utama, petunjuk dan intensitas. Sasaran utama minat dapat berupa aktivitas, petunjuk dari minat dapat berupa ketertarikan atau ketidaktertarikan, sedangkan intensitas dari minat diungkapkan dengan tinggi dan rendah (Gable, 1986: 9). Minat serupa dan berkaitan dengan keingintahuan. Minat merupakan karakteristik pokok yang menyatakan hubungan antara seseorang dan suatu objek atau aktivitas tertentu (Elliott et al, 2000: 349). Dari beberapa pendapat ahli diatas maka dapat diambil kesimpulan bahwa minat adalah ketertarikan atau kecenderungan seseorang terhadap suatu objek atau aktivitas tertentu. Minat dapat diekspresikan melalui suatu pernyataan yang menunjukkan bahwa siswa lebih memilih suatu hal daripada hal lainnya. Minat merupakan alat motivasi utama yang dapat membangkitkan kegairahan belajar siswa dalam rentang waktu tertentu. Oleh karena itu, guru perlu membangkitkan minat siswa agar pelajaran yang diberikan mudah dipahami. Menurut Syaiful B. Djamarah (2002:133) beberapa macam cara yang dapat digunakan oleh guru untuk membangkitkan minat siswa adalah sebagai berikut: a. Membangkitkan adanya suatu kebutuhan, artinya siswa diberi masukan bahwa mempelajari matematika merupakan suatu kebutuhan agar siswa dapat mempelajari pelajaran lainnya dengan mudah yang berhubungan dengan matematika. b. Menghubungkan dengan masalah persoalan, pengalaman yang lampau, artinya guru dapat berbagi pengalaman yang telah ia dapatkan dengan siswa dengan tujuan memunculkan memu nculkan minat belajar dalam diri siswa. c. Memberi kesempatan untuk mendapatkan hasil yang baik dengan cara menyediakan lingkungan belajar yang kreatif dan kondusif. d. Menggunakan berbagai macam bentuk mengajar misalnya dengan metode pembelajaran yang bervariasi, fasilitas pembelajaran yang lengkap dan menarik, serta situasi pembelajaran yang menyenangkan. Pendekatan problem-posing Problem-posing memiliki 3 pengertian, yaitu: 1) problem-posing adalah perumusan soal sederhana atau perumusan ulang soal yang ada dengan beberapa perubahan agar lebih sederhana dan dapat dipahami dalam rangka memecahkan soal yang rumit (problem-posing sebagai salah satu langkah problem-solving). 2) Problem-posing adalah perumusan soal yang berkaitan dengan syarat-syarat pada soal yang telah dipecahkan dalam rangka mencari alternatif pemecahan lain atau mengkaji kembali langkah problem solving yang telah dilakukan, dan 3)Problem-posing adalah merumuskan atau membuat soal dari situasi yang diberikan (Silver, 1994). Hubungan kreativitas (sebagai produk berfikir kreatif) tidak berada pada pengajuan soal saja tetapi saling berpengaruh antara penyelesaian soal dan pengajuan soal. Menurut Silver (1997) aktivitas siswa dalam pembelajaran menggunakan pendekatan problem posing mengacu pada salah satu dari tiga aktivitas matematika. Aktivitas matematika yang dimaksud adalah sebagai berikut: 1. Pre-solution posing, siswa membuat soal berdasarkan situasi atau informasi yang diberikan guru. Yogyakarta, 9 November 2013 MP - 439

Problem Posing tipe Pre Solution Posing Tentukan persamaan garis yang melalui (2,4) dan sejajar dengan garis 3x + 2y =10!. Untuk mengetahui bagaimana siswa menyelesaikan soal itu, apakah mereka menguasai soaltersebut dan bagaimana mereka merencanakan penyelesaiansoal itu, maka diberikan tugas: Buatlah soal lain berdasarkan soal di atas yang mengarah pada penyelesaian soal itu. Kemungkinan soal-soal yang dibuat siswa adalah: a. Apakah syarat agar dua garis dikatakan sejajar? b. Berapakah gradien garis 2x + 3y - 8 = 0? c. Bagaimana membuat persamaan garis, bila diketahui sebuah titik dan gradiennya? 2. Within-solution posing, siswa membuat atau mengajukan soal yang sedang diselesaikan. Pembuatan soal demikian dimaksudkan sebagai penyederhanaan dari soal yang sedang diselesaikan. Dengan demikian, pembuatan soal tersebut akan mendukung penyelesaian soal yang diberikan guru. Sebuah taman berbentuk lingkaran memiliki diameter 14 m. Pada taman tersebut ada sebuah kolam renang berukuran 8mx7m. Di luar kolam renang akan ditanami rumput. Biaya penanaman rumput tiap 1m 2 adalah Rp.10.000. Hitunglah biaya total untuk menanam rumput! (π = ). Pertanyaan yang mungkin disusun siswa: 1. Berapa luas lingkaran? 2. Berapa luas persegi panjang? 3. Berapakah selisih Luas lingkaran dengan luas persegi panjang? 4. Berapakah total biaya? 3. Post-solution posing, guru memberikan masalah untuk diselesaikan. Setelah siswa menyelesaikan masalah tersebut, kemudian siswa mengajukan masalah baru. Tentukan himpunan penyelesaian persamaan cos x = 1, untuk 0 X 180 Apabila siswa telah dapat menyelesaikan soal ini,maka guru meminta siswa untuk mengajukansoal/pertanyaan lain yang sama, tetapi dengan syarat yang berbeda. Beberapa soal yang mungkin dibuat siswa adalah a. Tentukan himpunan penyelesaian persamaan cos x = 1,untuk -180 x 180 b. Tentukan himpunan penyelesaian persamaan cos (x+30 ) = 1, untuk 0 x 180 c. Tentukan himpunan penyelesaian persamaan cos (x-30 ) = 1, untuk 0 x 180 dan sebagainya. Dari contoh di atas maka siswa mampu memodifikasi tujuan atau kondisi soal yang sudah diselesaikan untuk membuat soal yang baru yang sejenis. Dalam model pembelajaran problem posing siswa terlatih untuk memperkuat dan memperkaya konsep-konsep dasar matematika. Pengajuan masalah matematika terdiri dari dua aspek penting, yaitu accepting dan challenging. Accepting berkaitan dengan kemampuan siswa memahami situasi yang diberikan oleh guru atau situasi yang sulit ditentukan. Sementara challenging, berkaitan dengan sejauh mana siswa merasa tertantang dari situasi yang diberikan (Brown & Walter, 2005: 18). Sehubungan dengan hal tersebut, As ari (2000) menegaskan bahwa proses kognitif accepting Yogyakarta, 9 November 2013 MP - 440

(menerima) memungkinkan siswa untuk menempatkan suatu informasi pada suatu jaringan struktur kognitif sehingga struktur kognitif tersebut makin kaya. Sementara proses kognitif chalenging (menantang), memungkinkan jaringan struktur kognitif yang ada menjadi semakin kuat hubungannya. Dengan demikian pembelajaran matematika dengan pendekatan problem-posing akan menambah kemampuan dan penguatan konsep dan prinsip matematika siswa, yang selanjutnya akan berperan aktif dalam mengoptimalkan kemampuan berpikir kreatif dalam diri masing-masing siswa. Dengan keterlibatan siswa untuk berperan aktif membuat soal dalam proses pembelajaran, diharapkan akan meningkatkan pemahaman matematika siswa yang nantinya akan menumbuhkan minat belajar siswa terhadap matematika. C. KESIMPULAN Kemampuan berpikir kreatif penting untuk menghadapi tantangan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pembelajaran Matematika dapat digunakan untuk menumbuhkan kemampuan berpikir kreatif. Untuk melatih siswa berpikir kreatif melalui pembelajaran matematika dapat dilakukan dengan menerapkan pendekatan problem-posing. Pendekatan problem-posing juga dapat digunakan untuk meningkatkan minat belajar siswa terhadap matematika. D. DAFTAR PUSTAKA As ari, A.R. (2000), Problem Posing untuk Peningkatan Profesionalisme Guru Matematika. Jurnal Matematika. Tahun V, Nomor 1. Brown, S. I., & Walter, M. I. (2005). The art of problem posing (3 rd ed). Mahwah, NJ: Lawrence Erlbaum Associates. Cunningham, R.F. (2004). Problem-posing: An opportunity for increase student responsibility, Mathematics and Computer Education. 38(1) 83-89. Djamarah, S.B,. (2002).Psikologi belajar. Jakarta: Rineka Cipta. Elliot, S. N., et al. (2000). Educational psychology: effective teaching, effective learning. Boston: The McGraw-Hill Companies, Inc. Gable, R. K. (1986). Instrument development in the affective domain. Lancaster: Kluwer Nijhoffshing. Johnson, Steven. (2010). Where Good Ideas Come From. New York: Riverhead books. McGregor, Debra. (2007). Thinking; Developing Learning. A Guide to Thinking Skills in Education. McGrawHill: Open University Press. Muijs, D., & Reynolds, D. (2005). Effective teaching evidence and practice. SAGE Publications. Thousand Oaks: Munandar, Utami. (1999). Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: Rineka Cipta. Yogyakarta, 9 November 2013 MP - 441

Nitko, A. J. & Brookhart, S. M. (2007). Educational assesment of students. New Jersey: Pearson Education. Silver, EA. (1994). On Mathematical problem-posing. For the learning Mathematics, 14(1), 19-28. Silver, E.A.(1997). Fostering creativity through instruction rich in mathematical problem solving and problem posing. (Versi Elektronik). Diambil tanggal 24 september 2013, dari http://www.jstor.org/stable/40248099. Yogyakarta, 9 November 2013 MP - 442