BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA

BAB I PENDAHULUAN. perjalanan, bepergian, yang dalam hal ini sinonim dengan kata travel dalam

BAB II URAIAN TEORITIS. yaitu : pari dan wisata. Pari artinya banyak, berkali-kali atau berkeliling.

BAB II SEKILAS TENTANG OBJEK WISATA. budaya serta bangsa dan tempat atau keadaan alam yang mempunyai daya

II. TINJAUAN PUSTAKA. Obyek wisata adalah salah satu komponen yang penting dalam industri pariwisata

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh

BAB II KAJIAN PUSTAKA. wisatawan itu sendiri. Sejak dahulu kegiatan pariwisata sudah banyak dilakukan oleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. yang berkaitan dengan topik-topik kajian penelitian yang terdapat dalam buku-buku pustaka

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan yang konsisten dari tahun ke tahun. World Tourism

Strategi Pengembangan Pariwisata ( Ekowisata maupun Wisata Bahari) di Kabupaten Cilacap.

BAB I PENDAHULUAN. berdiri dimasing-masing daerah yang tersebar di seluruh Indonesia. Sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. suatu sintesa mengenai konsepsi dan pengertian pariwisata yang digunakan sebagai

BAB II URAIAN TEORITIS TENTANG KEPARIWISATAAN. petualangan, romantik dan tempat- tempat eksotik, dan juga meliputi realita

BAB II URAIAN TEORITIS. : pari dan wisata. Pari artinya banyak, berkali-kali atau berkeliling. Sedangkan wisata

BAB I PENDAHULUAN. kata yaitu pari yang berarti banyak, berkali-kali,berputar-putar, sedangkan wisata

Tengah berasal dari sebuah kota kecil yang banyak menyimpan peninggalan. situs-situs kepurbakalaan dalam bentuk bangunan-bangunan candi pada masa

BENTUK PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP ATRAKSI WISATA PENDAKIAN GUNUNG SLAMET KAWASAN WISATA GUCI TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengembangkan serta menggalakan dunia kepariwisataan kini semakin giat

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG

BAB I PENDAHULUAN. rakyat Indonesia, dewasa ini Pemerintah sedang giat-giatnya melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terus meningkat dan merupakan kegiatan ekonomi yang bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. pariwisata, untuk sebagian negara industri ini merupakan pengatur dari roda

Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Terdahulu

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara agraris, memiliki banyak keunggulan-keunggulan UKDW

BAB I PENDAHULUAN. Industri pariwisata bukanlah industri yang berdiri sendiri, tetapi merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. pegunungan yang indah, hal itu menjadi daya tarik bagi wisatawan untuk

BAB I PENDAHULUAN. tempat obyek wisata berada mendapat pemasukan dari pendapatan setiap obyek

BAB I LATAR BELAKANG

oleh semua pihak dalam pengembangan dunia pariwisata.

BAB II LANDASAN KONSEP DAN TEORI ANALISIS. Tinjauan hasil penelitian sebelumnya yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kajian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. npembangunan nasional. Hal ini dilakukan karena sektor pariwisata diyakini dapat

DEFINISI- DEFINISI A-1

I. PENDAHULUAN. keanekaragaman kondisi fisik yang tersebar di seluruh Kabupaten, Hal ini menjadikan

BAB II TINJAUAN TEORITIS KEPARIWISATAAN

Dr. I Gusti Bagus Rai Utama, MA.

BAB I PENDAHULUAN. disampaikan oleh Menteri Pariwisata kepada Kompas.com, bahwa berdasarkan

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Statistik Kunjungan Wisatawan ke Indonesia Tahun Tahun

BAB II LANDASAN TEORI

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung merupakan salah satu provinsi yang memiliki potensi wisata

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini sedang dikembangkan oleh pemerintah Indonesia. Selain bertujuan

Kegiatan Belajar 1: Mengkonstruksi Industri Pariwisata

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berpotensi sebagai daya tarik wisata. Dalam perkembangan industri. pariwisata di Indonesia pun menyuguhkan berbagai macam kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. perjalanan yang dilakukan secara berkali-kali atau berputar-putar dari suatu

BAB I PENDAHULUAN. budaya karena dapat membantu melestarikan warisan budaya sebagai jati diri

II. TINJAUAN PUSTAKA. pariwisata, seperti melaksanakan pembinaan kepariwisataan dalam bentuk

BAB I PENDAHULUAN. maupun wilayahnya sebagai daerah wisata hingga mampu meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. makanan di luar rumah. Kegiatan makan di luar rumah bersama teman dan keluarga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Kota selalu menjadi pusat peradaban dan cermin kemajuan suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN. memiliki ragam budaya yang berbeda satu sama lain. Keragaman budaya ini

BAB II URAIAN TEORITIS

I PENDAHULUAN. Gambar 1. Perkembangan Wisatawan Mancanegara Tahun Sumber: Badan Pusat Statistik (2011)

BAB I PENDAHULUAN. menjangkau kalangan bawah. Masyarakat di sekitar obyek-obyek wisata

BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN. 2.1 Pengertian Pariwisata, Ilmu Pariwisata dan Wisatawan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kepariwisataan dunia dari tahun ke tahun semakin. meningkat baik dari jumlah wisatawan maupun pembelanjaannya.

BAB II PENGATURAN IZIN USAHA PARIWISATA BERDASARKAN PERATURAN DAERAH KOTA MEDAN NO. 4 TAHUN 2014 TENTANG KEPARIWISATAAN

BAB II KAJIAN TEORITIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dan wisata yang berarti kunjungan untuk melihat, mendengar, menikmati dan

Wisata : Perjalanan, dalam bahasa Inggris disebut dengan Travel.

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG KEPARIWISATAAN

BAB I PENDAHULUAN. perkiraan jumlah wisatawan internasional (inbound tourism) berdasarkan perkiraan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABALONG NOMOR 01 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA INDUK PENGEMBANGAN PARIWISATA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kasus Proyek

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. pertumbuhan ekonomi yang cepat dalam hal penyediaan lapangan kerja,

BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN. 2.1 Pengertian Pariwisata, Wisatawan, dan Kepariwisataan

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menjanjikan dalam hal menambah devisa suatu negara. Menurut WTO/UNWTO

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. lakukan, maka penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang berupa keanekaragaman

BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN

BUPATI MALANG SAMBUTAN BUPATI MALANG PADA ACARA PENERIMAAN KUNJUNGAN KERJA DPR RI KOMISI X TANGGAL : 23 SEPTEMBER 2016

serta menumbuhkan inspirasi dan cinta terhadap alam (Soemarno, 2009).

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan sektor penunjang pertumbuhan ekonomi sebagai

BAB I PENDAHULUAN. potensi wisata dengan keunikan yang khas dan siap untuk memanjakan para

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan suatu kegiatan perjalanan yang dilakukan dari satu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Wisata

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

ANALISIS KEPUASAN WISATAWAN TERHADAP DAYA TARIK WISATA MALIOBORO KOTA YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. negara yang menerima kedatangan wisatawan (tourist receiving countries),

Membangun Wilayah yang Produktif

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang sangat luas dan kaya akan potensi sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pariwisata saat ini membawa pengaruh positif bagi masyarakat yaitu meningkatnya taraf

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR. pandapat ahli yang berhubungan dengan penelitian ini. 1. Pengertian Gaeografi Pariwisata dan Industri Pariwisata

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan sektor pariwisata. Hal ini dikarenakan pariwisata merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Dusun Srowolan adalah salah satu Dusun di Desa Purwobinangun, UKDW

PARTISIPASI KELOMPOK USAHA SOUVENIR REBO LEGI DALAM SISTEM PARIWISATA DI KLASTER PARIWISATA BOROBUDUR TUGAS AKHIR. Oleh : GRETIANO WASIAN L2D

PERAN WANITA DALAM AKTIVITAS WISATA BUDAYA (Studi Kasus Obyek Wisata Keraton Yogyakarta) TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta dikenal sebagai kota pelajar, selain itu juga dikenal sebagai kota

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pariwisata Secara umum pariwisata merupakan suatu perjalanan yang dilakukan seseorang untuk sementara waktu yang diselenggarakan dari suatu tempat ke tempat yang lain dengan meninggalkan tempat semula dan dengan suatu perencanaan atau bukan maksud untuk mencari nafkah di tempat yang dikunjunginya, tetapi semata-mata untuk menikmati kegiatan pertamasyaan atau rekreasi untuk memenuhi keinginan yang beraneka ragam. Menurut Kodhyat (1998) pariwisata adalah perjalanan dari suatu tempat ketempat lain, bersifat sementara, dilakukan perorangan atau kelompok, sebagai usaha mencari keseimbangan atau keserasian dan kebahagian dengan lingkungan dalam dimensi sosial, budaya, alam dan ilmu. Sedangkan Gamal (2002), pariwisata didefinisikan sebagai bentuk. suatu proses kepergian sementara dari seorang, lebih menuju ketempat lain diluar tempat tinggalnya. Dorongan kepergiannya adalah karena berbagai kepentingan baik karena kepentingan ekonomi, sosial, budaya, politik, agama, kesehatan maupun kepentingan lain. Selanjutnya Burkart dan Medlik (1987) menjelaskan pariwisata sebagai suatu trasformasi orang untuk sementara dan dalam waktu jangka pendek ketujuantujuan di luar tempat di mana mereka biasanya hidup dan bekerja, dan kegiatankegiatan mereka selama tinggal di tempat-tempat tujuan itu. Menurut WTO (1999), yang dimaksud dengan pariwista adalah kegiatan manusia yang melakukan perjalanan ke dan tinggal di daerah tujuan di luar lingkungan kesehariannya. Sedangkan menurut Undang - Undang RI nomor 10 tahun 2009 tentang kepariwisataan dijelaskan bahwa wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam waktu sementara. 15

16 2.1.1 Industri Pariwisata Sebagaimana yang tertuang dalam UU No. 10 Tahun 2009 bahwa industri pariwisata merupakan kumpulan usaha yang saling terkait dalam rangka menghasilkan barang dan/ atau jasa bagi pemenuhan kebutuhan wisatawan dalam penyelenggaraan pariwisata, dan usaha pariwisata adalah usaha yang menyediakan barang dan/ atau jasa bagi pemenuhan kebutuhan wisatawan dan penyelenggara pariwisata. Industri pariwisata merupakan salah satu industri yang memiliki keterkaitan yang kuat dengan sektor lain, karena pariwisata bisa dikatakan sebagai gabungan fenomena dan hubungan timbal balik akibat adanya interaksi dengan wisatawan, supplier bisnis, pemerintah tujuan wisata serta masyarakat daerah tujuan wisata. Menurut McIntos (1980) pariwisata adalah gabungan kegiatan, pelayanan, dan industri yang memberikan pengalaman perjalanan, seperti transportasi, akomodasi, makanan dan minuman, pertokoan, fasilitas kegiatan hiburan, dan pelayanan lainnya yang tersedia bagi individu atau kelompok yang melakukan. Pariwisata merupakan suatu usaha yang komplek, hal ini dikarenakan terdapat banyak kegiatan yang terkait dalam penyelenggaraan pariwisata. Kegiatan-kegiatan tersebut diantaranya seperti usaha perhotelan (home stay), usaha kerajinan/cinderamata, usaha perjalanan, dan usaha usaha lainnya. Usaha pariwisata dapat dapat dikaitkan dengan sarana pokok kepariwisataan yaitu perusahaan yang hidup dan kehidupannya sangat tergantung kepada arus kedatangan orang-orang yang melakukan perjalanan wisata (Yoeti, 1996). Berikut ini klasifikasi mengenai usaha yang terkait dengan kepariwisataan dapat dilihat pada tabel 2.1 berikut ini:

17 Tabel 2.1 Klasifikasi Usaha Dalam Industri Pariwisata Klasifikasi Akomodasi Usaha Perjalanan Pelayanan Makanan Kebudayaan dan Entertainment Usaha Kendaraan Lain - lain Transportasi Sumber : Ritchie, 1987 Usaha Hotel, Motel, Tourist Courts, Tourist Home Camping Ground dan travel Trailer park Penjualan Pakaian Usaha Areal Rekreasi Agen Perjalanan, biro tur dan guide Restoran, Bar, Klub Malam Museum Taman Botanical dan Zoological Teater dan Entertainment Taman Hiburan Service Kendaraan, Penitipan Kendaraan Toko Kamera dan Photografi Toko Hadiah dan Souvenir Laundri dan Optik Transportasi Udara Antar Kota dan Transit Pedesaan Bus dan Kendaraan Carter Penyewaan Mobil Transportasi Air

18 2.1.2 Wisata Heritage A. Heritage Tourism Menurut Rusli Cahyadi (2009:2),Pariwisata Pusaka atau heritage tourism biasanya disebut juga dengan pariwisata pusaka budaya (cultural and heritage tourism atau cultural heritage tourism) atau lebih spesifik disebut dengan pariwisata pusaka budaya dan alam. Pusaka adalah segala sesuatu (baik yang bersifat materi maupun non materi) yang diwariskan dari satu generasi ke generasi. Beberapa lembaga telah mendefinisikan heritage Tourism dengan titik berat yang berbeda-beda : Organisasi Wisata Dunia (World Tourism Organization) mendefinisikan pariwisata pusaka sebagai kegiatan untuk menikmati sejarah, alam, peninggalan budaya manusia, kesenian, filosofi dan pranata dari wilayah lain. Badan Preservasi Sejarah Nasional Amerika (The National Trust for Historic Preservation) mengartikannya sebagai perjalanan untuk menikmati tempattempat, artefak-artefak dan aktifitas-aktifitas yang secara otentik mewakili cerita/sejarah orang-orang terdahulu maupun saat ini. Pada pasal 1 UU RI No. 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya mendefinisikan Benda Cagar Budaya sebagai berikut: 1. Benda buatan manusia, bergerak atau tidak bergerak yang berupa kesatuan atau kelompok, atau bagian-bagiannya atau sisa-sisanya, yang berumur sekurang-kurangnya 50 tahun, atau mewakili masa gaya yang khas dan mewakili masa gaya sekurang-kurangnya 50 tahun, serta dianggap mempunyai nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan. 2. Benda alam yang dianggap mempunyai nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan. Dapat dikatakan bahwa yang dimaksud dengan pusaka bisa berupa hasil kebudayaan manusia maupun alam beserta isinya. Pariwisata pusaka adalah sebuah kegiatan wisata untuk menikmati berbagai adat istiadat lokal, benda-benda cagar budaya, dan alam beserta isinya di tempat asalnya yang bertujuan untuk

19 memberikan pengetahuan dan pemahaman akan keanekaragaman budaya dan alam bagi pengunjungnya. B. Wisata Ziarah (Religi) Istilah Religi secara harfiah berarti kepercayaan akan adanya kekuatan akodrati di atas manusia (Gayatri, 1994). Banyak orang menyamakan religi sebagai agama, pendapat tersebut tidak dapat disalahkan walaupun pada dasarnya pembicaraan tentang religi jauh lebih luas jangkauannya dalam lingkup agama, karena religi sendiri pada dasarnya merupakan suatu fenomena pada segala aspek yang ada di luar kekuatan manusia berupa kepercayaan akan kehidupan lain dan mahluk-mahluk gaib (Gayatri, 1994). Pada awalnya konsep religi muncul berupa: 1. Dinamisme (percaya kepada kekuatan alam) Gejala tersebut ada karena pemikiran spekulatif pada saat manusia menghadapi suatu yang membuat mereka tidak berdaya, biasanya hal ini ditimbulkan oleh gejala-gejala alam yang tidak dapat dihindari oleh manusia dan manusia akan tersugesti pada saat tindakan spekulasi tersebut mengalami kebenaran, walaupun dengan cara tidak sengaja, contohnya pemujaan terhadap matahari, angin, api, pohon besar dan lain-lain. 2. Animisme (percaya terhadap kekuatan roh nenek moyang) gejala ini muncul karena pemujaan terhadap suatu indiyidu yang menjadi pemimpin suatu kelompok secara berlebihan, dimana setelah individu tersebut meninggal maka para pengikut (pemujanya) menganggap arwah dan kekuatan spiritualnya akan tetap ada dan wajib untuk disembah Menurut Koentjaraningrat (2004), religi sebagai kepercayaan hidup manusia mempunyai beberapa unsur yang terdiri dari: Emosi Keagamaan Kepercayaan Upacara Keagamaan Kelompok Keagamaan Pada bagian lain Koentjaraningrat (2004), menyatakan bahwa berbicara tentang agama sebagai suatu sistem didalamnya terkandung lima aspek penting diantaranya adalah:

20 - Emosi keagamaan atau getaran jiwa yang menyebabkan manusia menjalankan kelakuan keagamaan. - Sistem kepercayaan atau bayangan - bayangan manusia tentang bentuk dunia alam gaib, hidup mati dan sebagainya - Sistem upacara keagamaan yang bertujuan mencari hubungan dengan dunia gaib berdasarkan atas sistem kepercayaan - Sistem peralatan ritus upacara keagamaan sebagai perlengkapan kelompok keagamaan atau kesatuan-kesatuan sosial yang mengkonsepsikan serta mengaktifkan agama beserta sistem upacaraupacara keagamaannya atas dasar kelima unsur-unsur tersebut pembahasan mengenai perubahan budaya khususnya sistem religi akan difokuskan. Definisi Wisata Ziarah Wisata Ziarah atau yang sering disebut sebagai wisata pilgrim, adalah jenis pariwisata dimana tujuan perjalanan yang dilakukan adalah untuk melihat atau menyaksikan upacara - upacara keagamaan (Yoeti, 1996), sedangkan Pendit (2005) menyatakan bahwa wisata pilgrim adalah sebagai jenis wisata yang sedikit banyak dikaitkan dengan agama, sejarah, adat istiadat dan kepercayaan umat atau kelompok dalam masyarakat, wisata pilgrim banyak dilakukan oleh perorangan atau rombongan ke tempat - tempat suci, kemakam-makam orang besar atau pemimpin yang diagungkan Sedangkan Soekadijo (1997) menyatakan bahwa motif spiritual dan wisata spiritual merupakan salah satu tipe wisata yang tertua, sebelum orang mengadakan perjalanan untuk rekreasi, bisnis, olah raga dan sebagainya orang sudah mengadakan perjalanan untuk melakukan ziarah. Lebih lanjut mengenai kategori peribadatan,/ziarah keagamaan (religion and pilgrirnages), maksud atau motivasi utamanya adalah melakukan perjalanan kunjungan ke suatu tempat untuk hal-hal yang berkaitan dengan keagamaan (Mappisammeng, 2000). Dalam kaitan wisata ziarah tersebut, maka sampai sekarang tercatat beberapa kegiatan penting dalam wisata ziarah yang dilakukan secara turun temurun dilesatrikan dengan jumlah wisatawan yang semakin meningkat yaitu:

21 Perjalanan ziarah penganut agama Islam untuk melakukan perjalanan kunjungan umroh dan haji ke kota Mekah dan Madinah. Perjalanan ziarah penganut agama Katolik dari Perancis berkunjung ke Vatican di Roma untuk mengikuti kebaktian perayaan Natal. Perjalanan ziarah penganut agama Hindu di Bali berkunjung ke Pure Besakih untuk mengadakan upacara keagamaan. Perjalanan ziarah penganut agama Budha ke Candi Mendut dan Pawon untuk mengikuti acara Waisak. 2.2 Pariwisata Berkelanjutan National Geograpic Online dalam The Global Development Research Center (2002) mendifinisikan pariwisata berkelanjutan sebagai berikut: 1) Pariwisata yang memberikan penerangan. Wisatawan tidak hanya belajar tentang kunjungan (negara/ daerah yang dikunjungi) tetapi juga belajar bagaimana menyokong kelangsungan karakter (negara/ daerah yang dikunjungi) selama dalam perjalanan mereka. Sehingga masyarakat yang dikunjungi dapat belajar (mengetahui) bahwa kebiasaan dan sesuatu yang sudah biasa dapat menarik dan dihargai oleh wisatawan. 2) Pariwisata yang mendukung keutuhan (integritas) dari tempat tujuan. Pengunjung memahami dan mencari usaha yang dapat menegaskan karakter tempat tujuan wisata mengenai hal arsitektur, masakan, warisan, estetika dan ekologinya; 3) Pariwisata yang menguntungkan masyarakat setempat. Pengusaha pariwisata melakukan kegiatan yang terbaik untuk mempekerjakan dan melatih masyarakat lokal, membeli persediaan-persediaan lokal, dan menggunakan jasa-jasa yang dihasilkan dari masyarakat lokal. 4) Pariwisata yang melindungi sumber daya alam. Dalam pariwisata ini wisatawan menyadari dan berusaha untuk meminimalisasi polusi, konsumsi energi, penggunaan air, bahan kimia dan penerangan di malam hari. 5) Pariwisata yang menghormati budaya dan tradisi. Wisatawan belajar dan melihat tata cara lokal termasuk menggunakan sedikit kata- kata sopan dari bahasa lokal. Masyarakat local belajar bagaimana memperlakukan/

22 menghadapi harapan wisatawan yang mungkin berbeda dari harapan yang mereka punya. 6) Pariwisata ini tidak menyalahgunakan produk. Stakeholder mengantisipasi tekanan pembangunan (pariwisata) dan mengaplikasikan batas-batas dan teknik-teknik manajemen untuk mencegah sindrom kehancuran (loved to death) dari lokasi wisata. Stakeholder bekerjasama untuk menjaga habitat alami dari tempat tempat warisan budaya, pemandangan yang menarik dan budaya lokal. 7) Pariwisata ini menekankan pada kualitas, bukan kuantitas (jumlah). Masyarakat menilai kesuksesan sektor pariwisata ini tidak dari jumlah kunjungan belaka tetapi dari lama tinggal, jumlah uang yang dibelanjakan, dan kualitas pengalaman yang diperoleh wisatawan. 8) Pariwisata ini merupakan perjalanan yang mengesankan. Kepuasan, kegembiraan pengunjung dibawa pulang (ke daerahnya) untuk kemudian disampaikan kepada teman-teman dan kerabatnya, sehingga mereka tertarik untuk memperoleh hal yang sama- hal ini secara terus menerus akan menyediakan kegiatan di lokasi tujuan wisata. Sedangkan Jamieson dan Noble (2000) menuliskan beberapa prinsip penting dari pembangunan pariwisata berkelanjutan, yaitu: 1. Pariwisata tersebut mempunyai prakarsa untuk membantu masyarakat agar dapat mempertahankan kontrol/ pengawasan terhadap perkembangan pariwisata tersebut. 2. Pariwisata ini mampu menyediakan tenaga kerja yang berkualitas kepada dan dari masyarakat setempat dan terdapat pertalian yang erat (yang harus dijaga) antara usaha lokal dan pariwisata. 3. Terdapat peraturan tentang perilaku yang disusun untuk wisatawan pada semua tingkatan (nasional, regional dan setempat) yang didasarkan pada standar kesepakatan internasional. Pedoman tentang operasi pariwisata, taksiran penilaian dampak pariwisata, pengawasan dari dampak komulatif pariwisata, dan ambang batas perubahan yang dapat diterima merupakan contoh peraturan yang harus disusun.

23 4. Terdapat program-program pendidikan dan pelatihan untuk meningkatkan serta menjaga warisan budaya dan sumber daya alam yang ada. 2.3 Pengembangan Pariwisata Pengembangan adalah kegiatan untuk memajukan suatu tempat atau daerah yang dianggap perlu ditata sedemikian rupa baik dengan cara memelihara yang sudah berkembang atau menciptakan yang baru. Menurut Hadinoto (1996), ada beberapa hal yang menentukan dalam pengembangan suatu obyek wisata, diantaranya adalah: a. Atraksi Wisata Atraksi merupakan daya tarik wisatawan untuk berlibur. Atraksi yang diidentifikasikan (sumber daya alam, sumber daya manusia, budaya, dan sebagainya) perlu dikembangkan untuk menjadi atraksi wisata. Tanpa atraksi wisata, tidak ada peristiwa, bagian utama lain tidak akan diperlukan. b. Promosi dan Pemasaran Promosi merupakan suatu rancangan untuk memperkenalkan atraksi wisata yang ditawarkan dan cara bagaimana atraksi dapat dikunjungi. Untuk perencanaan, promosi merupakan bagian penting. c. Pasar Wisata (Masyarakat pengirim wisata) Pasar wisata merupakan bagian yang penting. Walaupun untuk perencanaan belum/ tidak diperlukan suatu riset lengkap dan mendalam, namun informasi mengenai trend perilaku, keinginan, kebutuhan, asal, motivasi, dan sebagainya dari wisatawan perlu dikumpulkan dari mereka yang berlibur. d. Transportasi Pendapat dan keinginan wisatawan adalah berbeda dengan pendapat penyuplai transportasi. Transportasi mempunyai dampak besar terhadap volume dan lokasi pengembangan pariwisata. e. Masyarakat Penerima Wisatawan yang Menyediakan Akomodasi dan Pelayanan Jasa Pendukung Wisata (fasilitas dan pelayanan). Menurut Suwantoro (1997), unsur pokok yang harus mendapat perhatian guna menunjang pengembangan pariwisata di daerah tujuan wisata meliputi : a) Obyek dan Daya Tarik Wisata

24 Daya tarik wisata yang juga disebut obyek wisata merupakan potensi yang menjadi pendorong kehadiran wisatawan ke suatu daerah tujuan wisata. Pada umumnya daya tarik suatu obyek wisata berdasar pada : 1. Adanya sumber daya yang dapat menimbulkan rasa senang, indah, nyaman dan bersih. 2. Adanya aksesibilitas yang tinggi untuk dapat mengunjunginya. 3. Adanya spesifikasi/ ciri khusus yang bersifat langka. 4. Adanya sarana dan prasarana penunjang untuk melayani wisatawan; 5. Obyek wisata alam memiliki daya tarik tinggi (pegunungan, sungai, pantai, hutan dan lain- lain). 6. Obyek wisata budaya mempunyai daya tarik tinggi karena memiliki nilai khusus dalam bentuk atraksi kesenian, upacara-upacara adat, nilai luhur yang terkandung dalam suatu obyek buah karya manusia pada masa lampau. b) Prasarana wisata Prasarana wisata adalah sumber daya alam dan sumber daya buatan manusia yang mutlak dibutuhkan oleh wisatawan dalam perjalanannya di daerah tujuan wisata, seperti jalan, listrik, air, telekomunikasi, terminal, jembatan dan lain sebagainya. c) Sarana wisata Sarana wisata merupakan kelengkapan daerah tujuan wisata yang diperlukan untuk melayani kebutuhan wisatawan dalam menikmati perjalanan wisatanya. Berbagai sarana wisata yang harus disediakan di daerah tujuan wisata ialah hotel, biro perjalanan, alat transportasi, restoran dan rumah makan serta sarana pendukung lainnya. 2.4 Dampak Dampak merupakan perubahan yang terjadi di dalam suatu lingkup lingkungan akibat adanya perbuatan manusia. Untuk dapat menilai terjadinya dampak, perlu adanya suatu acuan yaitu kondisi lingkungan sebelum adanya aktivitas (Soemarwoto 1988). Oleh karena itu dampak lingkungan adalah selisih antara keadaan lingkungan tanpa proyek dengan keadaan lingkungan dengan

25 proyek. Dampak dari suatu kegiatan pembangunan berpengaruh terhadap aspekaspek sosial, ekonomi dan budaya. 2.4.1 Dampak Pariwisata Menurut Faizun (2009), dampak pariwisata adalah perubahan-perubahan yang terjadi terhadap masyarakat sebagai komponen dalam lingkungan hidup sebelum ada kegiatan pariwisata dan setelah ada kegiatan pariwisata. Identifikasi Dampak diartikan sebagai suatu proses penetapan mengenai pengaruh dari perubahan sosial ekonomi yang terjadi terhadap masyarakat sebelum ada pengembangan pembangunan dan setelah adanya pengembangan pembangunan. 2.4.2 Dampak Pengembangan Pariwisata Pariwisata merupakan suatu kegiatan yang secara langsung menyentuh dan melibatkan masyarakat, sehingga memberikan berbagai dampak terhadap masyarakat setempat. Bahkan pariwisata mampu membuat masyarakat setempat mengalami perubahan dalam berbagai aspek kehidupannya baik secara ideology, politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan, dan keamanan. Hal tersebutlah yang mengakibatkan dampak akan sebuah pariwisata menjadi studi yang paling sering mendapatkan perhatian masyarakat karena sifat pariwisata yang dinamis dan melibatkan banyak pemangku kepentingan. Pariwisata tentu saja akan memberikan dampak baik itu dampak positif maupun dampak negatif. Pengembangan pariwisata dan kunjungan wisatawan yang meningkat dapat menimbulkan dampak atau pengaruh positif maupun negatif dan yang terkena dampak tersebut adalah masyarakat, lingkungan, ekonomi, serta sosial (Lenner dalam Mathieson & Wall, 1982). Masyarakat dalam lingkungan suatu obyek wisata sangatlah penting dalam kehidupan suatu obyek wisata karena mereka memiliki kultur yang dapat menjadi daya tarik wisata, dukungan masyarakat terhadap tempat wisata berupa sarana kebutuhan pokok untuk tempat obyek wisata, tenaga kerja yang memadai dimana pihak pengelola obyek wisata memerlukannya untuk menunjang keberlangsungan hidup obyek wisata dan memuaskan masyarakat yang memerlukan pekerjaan dimana membuat kehidupan masyarakat menjadi lebih baik.

26 Menurut Kusudianto (1996), bahwa suatu tempat wisata yang direncanakan dengan baik, tidak hanya memberikan keuntungan ekonomi yang memperbaiki taraf, kualitas dan pola hidup komunitas setempat, tetapi juga peningkatan dan pemeliharaan lingkungan yang lebih baik. Bila dilakukan dengan benar dan tepat maka pariwisata dapat memaksimalkan keuntungan dan dapat meminimalkan permasalahan. Penduduk setempat mempunyai peran yang sangat penting dalam upaya pengembangan obyek wisata, karena penduduk setempat mau tidak mau terlibat langsung dalam aktifitas-aktifitas yang berkaitan dengan kepariwisataan di daerah tersebut. Akan tetapi apabila suatu obyek wisata tidak dikembangkan atau ditangani dengan baik atau tidak direncanakan dengan matang, dapat menyebabkan kerusakan baik secara lingkungan maupun dampak-dampak negatif terhadap ekonomi maupun sosial. 2.4.3 Dampak Ekonomi Pariwisata Cohen dalam (Pitana dan Diarta, 2009), secara teoritis mengemukakan dampak pariwisata terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat lokal dikelompokan ke dalam delapan kelompok, yaitu: 1. Dampak terhadap penerimaan devisa 2. Dampak terhadap pendapatan masyarakat 3. Dampak terhadap kesempatan kerja 4. Dampak terhadap harga dan tarif 5. Dampak terhadap distribusi manfaat keuntungan 6. Dampak terhadap kepemilikan dan pengendalian 7. Dampak terhadap pembangunan 8. Dampak terhadap pendapatan pemerintah Sedangkan menurut Ritchie (1987), pariwisata juga menimbulkan beberapa dampak sosial ekonomi masyarakat, diantaranya adalah: 1. Ketidak tergantungan ekonomi 2. Perpindahan tenaga kerja 3. Perubahan dalam pekerjaan 4. Perubahan nilai lahan 5. Peningkatan standar hidup 6. Perubahan sistim politik

27 Menurut Robert Cristie Mill (1990), Secara ringkas kegiatan pariwisata dapat memberikan dampak positif atau negatif di bidang ekonomi: Dampak positif : 1) Terbuka lapangan pekerjaan baru 2) Meningkatkan taraf hidup dan pendapatan masyarakat 3) Meningkatkan nilai tukar mata uang rupiah terhadap mata uang asing 4) Membantu menanggung beban pembangunan sarana dan prasarana setempat 5) Meningkatkan kemampuan manajerial dan keterampilan masyarakat yang memacu kegiatan ekonomi lainnya. Dampak negatif : 1) Meningkatkan biaya pembangunan sarana dan prasarana 2) Meningkatkan harga barang-barang lokal dan bahan-bahan pokok 3) Peningkatan yang sangat tinggi tetapi hanya musiman, sehingga pendapatan masyarakat naik dan turun 4) Mengalirnya uang keluar negeri karena konsumen menuntut barang-barang impor untuk bahan konsumsi tertentu. Baik secara langsung atau tidak, kegiatan pariwisata yang terjadi di suatu daerah atau wilayah akan memberikan dampak terhadap masyarakat yang tinggal di daerah atau wilayah tersebut. Dampak yang ditimbulkan meliputi dampak fisik, ekonomi, dan sosial. Menurut Triwahyudi (2002), terdapat beberapa manfaat utama pariwisata yaitu: 1. Pariwisata dapat menciptakan diversifikasi produk, menjadikan ekonomi lokal tidak hanya tergantung pada sektor utama. 2. Sektor pariwisata adalah sektor yang padat karya, sehingga dapat menciptakan kesempatan kerja yang besar bagi generasi muda. 3. Pertumbuhan sektor pariwisata menghasilkan penambahan dan perbaikan fasilitas yang tidak hanya digunakan oleh wisatawan, tetapi juga oleh penduduk. 4. Pariwisata menciptakan kesempatan bagi munculnya produk-produk baru, fasilitas pelayanan dan pengembangan bisnis yang sudah ada. 5. Pariwisata dapat mempercepat permukiman pengembangan permukiman.

28 6. Pariwisata dapat meningkatkan pelayanan transportasi di suatu wilayah. 7. Pariwisata dapat meningkatkan kesempatan mendapatkan pendidikan yang lebih tinggi bagi masyarakat. 8. Pariwisata menggaris bawahi kebutuhan pengaturan yang tepat melalui kebijakan dan rencana yang efektif, untuk menjamin kelestarian lingkungan agar tetap terjaga. 9. Pariwisata dapat meningkatkan interaksi sosial antara masyarakat dengan wisatawan domestik maupun internasional yang akan memperluas wawasan masyarakat setempat. 10. Pariwisata dapat meningkatkan infrastruktur. Menurut Yoeti (2008), bahwa terdapat faktor penting dalam pembangunan ekonomi suatu negara yang disebabkan akibat adanya kegiatan pariwisata, diantaranya adalah: 1. Peningkatan kegiatan perekonomian sebagai akibat dibangunya prasarana dan sarana demi pengembangan pariwisata sehingga memungkinkan orangorang melakukan aktivitas ekonominya dari suatu tempat ke tempat lainnya, baik dalam satu wilayah negara tertentu, maupun dalam kawasan internasional pun. 2. Meningkatkan industri-industri baru yang erat kaitannya dengan pariwisata; 3. Meningkatkan hasil pertanian dan peternakan untuk kebutuhan hotel dan restoran; 4. Meningkatkan permintaan terhadap handicraft, souvenir goods, art painting, dan lain-lain; 5. Memperluas barang-barang lokal untuk lebih dikenal oleh dunia internasional termasuk makanan dan minuman; 6. Meningkatkan perolehan devisa negara sehinga mengurangi beban deficit neraca pembayaran; 7. Memberikan kesempatan berusaha, kesempatan kerja, peningkatan penerimaan pajak bagi pemerintah, dan peningkatan pendapatan nasional; 8. Membantu membangun daerah-daerah terpencil yang selama ini tidak tersentuh pembangunan;

29 9. Mempercepat perputaran perekonomian pada negara-negara penerima kunjungan wisatawan (Tourist Receiving Countries); 10. Dampak penggandaan yang ditimbulkan pengeluaran wisatawan, sehingga memberi dampak positif bagi pertumbuhan daerah tujuan wisata (DTW) yang dikunungi wisatawan.