STRATEGI PENGEMBANGAN PERUSAHAAN DAERAH KEBERSIHAN KOTA BANDUNG UNTUK MEWUJUDKAN BANDUNG BERSIH dan HIJAU SECARA BERKELANJUTAN

dokumen-dokumen yang mirip
Permasalahan Sampah di Kota Bandung Oleh : Dinda Ayu Rahmi Jessica Handayani Pipin Kurniawati Rahayu Tri Furwani

BAB V KESIMPULAN 5.1 Kesimpulan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

SATUAN TIMBULAN, KOMPOSISI DAN POTENSI DAUR ULANG SAMPAH PADA TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR (TPA) SAMPAH TANJUNG BELIT KABUPATEN ROKAN HULU

KEBIJAKAN PENGELOLAAN SAMPAH MENUJU INDONESIA BERSIH SAMPAH 2020 KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP L/O/G/O

BAB I PENDAHULUAN. Urang Kota Malang mencapai 1642,5 m 3 atau 420,48 ton per 12 jam bisa

KAJIAN PELUANG BISNIS RUMAH TANGGA DALAM PENGELOLAAN SAMPAH

BAB 1 : PENDAHULUAN. dan pengelolaan yang berkelanjutan air dan sanitasi untuk semua. Pada tahun 2030,

BAB I PENDAHULUAN. mengeluarkan kebijakan, penegakan sanksi, serta menyediakan sarana dan prasarana.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manusia dalam aktivitasnya tidak terlepas dari kebutuhan terhadap ruang

BAB I PENDAHULUAN. kurang tepat serta keterbatasan kapasitas dan sumber dana meningkatkan dampak

BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pengelolaan Sampah Berkelanjutan untuk Kota Depok. Alin Halimatussadiah Universitas Indonesia

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BUPATI BONDOWOSO PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN BONDOWOSO

EVALUASI METODE PENGELOLAAN SAMPAH UNTUK UMUR LAYAN DI TPA PUTRI CEMPO

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

EVALUASI SISTEM PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH DI KOTA TRENGGALEK

BAB I PENDAHULUAN 6% 1% Gambar 1.1 Sumber Perolehan Sampah di Kota Bandung

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahlah yang bertanggung jawab dalam pengelolaan sampah.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN JEPARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA.

BAB I PENDAHULUAN. penduduk yang banyak dan terbesar ke-4 di dunia dengan jumlah penduduk

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam pembangunaan kesehatan menuju Indonesia sehat ditetapkan enam

B P L H D P R O V I N S I J A W A B A R A T PENGELOLAAN SAMPAH DI PERKANTORAN

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Mulai. Sistem Pengolahan Sampah Organik dan Anorganik. Formulasi Masalah. Menentukan Tujuan sistem. Evaluasi Output dan Aspek

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tidak diperlukan lagi. Pengelolaan sampah merupakan kegiatan dalam upaya

Timbulan sampah menunjukkan kecenderungan kenaikan dalam beberapa dekade ini. Kenaikan timbulan sampah ini disebabkan oleh dua faktor dasar, yaitu 1)

BAB I PENDAHULUAN. dari semua pihak, karena setiap manusia pasti memproduksi sampah, disisi lain. masyarakat tidak ingin berdekatan dengan sampah.

PENGELOLAAN SAMPAH 3R BERBASIS PEMBERDAYAN MASYARAKAT MELALUI KOMBINASI BANK SAMPAH DAN TPS 3R

TRANSFORMASI PARADIGMA PENANGANAN SAMPAH

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. kapasitas atau jumlah tonnasenya. Plastik adalah bahan non-biodegradable atau tidak

I. PENDAHULUAN. Bandar Lampung yang dikategorikan sebagai kota yang sedang berkembang,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR

Konsep penanganan sampah dengan sistem koperasi. Oleh Kelompok 9

Company Profile PT Sukses Sejahtera Energi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Bagaimana Solusinya? 22/03/2017 PENGELOLAAN SAMPAH ORGANIK RUMAH TANGGA DI KOTA CIAMIS PENGERTIAN SAMPAH

INDIKATOR KINERJA BPLH KOTA BANDUNG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. pola konsumsi masyarakat menimbulkan bertambahnya volume, jenis dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ABSTRAK. Kata Kunci : Kabupaten Tabanan, Peran serta masyarakat, pengelolaan sampah, TPS 3R

BAB I PENDAHULUAN. Sampah merupakan limbah yang dihasilkan dari adanya aktivitas manusia.

BANTAENG, 30 JANUARI (Prof. DR. H.M. NURDIN ABDULLAH, M.Agr)

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH

PEMERINTAH KABUPATEN JOMBANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Volume sampah setiap harinya terus bertambah banyak sampah begitu saja di

BAB VI PENGELOLAAN SAMPAH 3R BERBASIS MASYARAKAT DI PERUMAHAN CIPINANG ELOK. menjadi tiga macam. Pertama, menggunakan plastik kemudian

PENGELOLAAN SAMPAH PERMUKIMAN DI KAWASAN PERDESAAN KABUPATEN PONOROGO ( STUDI KASUS KECAMATAN BUNGKAL )

Kata Kunci: Evaluasi, Masa Pakai, Reduksi, Pengomposan, Daur Ulang

PENDAHULUAN Latar Belakang

Fasilitas Pengolahan Sampah di TPA Jatibarang Semarang

Profil Orgic's Home Generasi Muda Peduli Sampah

BUPATI LUWU TIMUR PROPINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA DAN

BAB I PENDAHULUAN. yang dianggapnya sudah tidak berguna lagi, sehingga diperlakukan sebagai

TIMBULAN DAN KOMPOSISI RUMAH POTONG HEWAN, PASAR, DAN PETERNAKAN SAPI DI KECAMATAN TAMAN, KABUPATEN SIDOARJO

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Limbah padat atau sampah padat merupakan salah satu bentuk limbah

PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN MESIN PELEBUR SAMPAH (INCINERATOR) PROPOSAL. Mudah dalam pengoperasian. Tidak perlu lahan besar. Hemat energy.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pertumbuhan penduduk kota sekarang ini semakin pesat, hal ini berbanding

BAB I PENDAHULUAN. dan mutlak. Peran penting pemerintah ada pada tiga fungsi utama, yaitu fungsi

I. PENDAHULUAN. Masalah sampah memang tidak ada habisnya. Permasalahan sampah sudah

kebanyakan sampah yang diproduksi adalah sampah yang berasal dari pasar

Fasilitas Pengolahan Sampah di TPA Jatibarang Semarang

KERJA SAMA BISNIS PENDIRIAN BANK SAMPAH MODEL BARU

BAB I PENDAHULUAN. ditanggung alam karena keberadaan sampah. Sampah merupakan masalah yang

TEKNOLOGI TEPAT GUNA PENGOLAHAN SAMPAH ANORGANIK

PERAN GENDER DALAM MENANGANI PERMASALAHAN SAMPAH. Oleh : Tri Harningsih, M.Si

2015 STUDI TENTANG PEMBERDAYAAN PARTISIPATIF DALAM MEMBANGUN KEMANDIRIAN EKONOMI DAN PERILAKU WARGA MASYARAKAT

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. manusia yang beragam jenisnya maupun proses alam yang belum memiliki nilai

BAB V PEMBAHASAN. 5.1 Temuan Utama

BAB 1 PENDAHULUAN. semakin banyak di Indonesia. Kini sangat mudah ditemukan sebuah industri

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2018 TENTANG PERCEPATAN PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN KERUSAKAN DAERAH ALIRAN SUNGAI CITARUM

PERUMUSAN PERMASALAHAN/ISU STRATEGIS DAN PRIORITAS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN DAERAH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DAN PENGEMBANGAN WILAYAH

KONSEP PENANGANAN SAMPAH TL 3104

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada saat ini pandangan perkembangan pertanian organik sebagai salah satu teknologi alternatif untuk menanggulangi

E. Manfaat Penelitian 1. Memberikan informasi mengenai sistem pengelolaan sampah yang dilakukan di

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I. PENDAHULUAN. Pengelolaan lingkungan hidup merupakan bagian yang tak terpisahkan

PERANCANGAN SISTEM PENGELOLAAN SAMPAH UNTUK MENDUKUNG PERKEMBANGAN INDUSTRI KREATIF DI DAERAH PARIWISATA

PEMILIHAN DAN PENGOLAHAN SAMPAH ELI ROHAETI

KEBIJAKAN PENGELOLAAN SAMPAH TERPADU UNTUK MENINGKATKAN NILAI EKONOMI BAGI MASYARAKAT DI DAERAH

I. PENDAHULUAN. Manusia dalam menjalani aktivitas hidup sehari-hari tidak terlepas dari

Pengelolaan Sampah Di Kota Malang. PEMERINTAH KOTA MALANG DINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN Jl. Bingkil Nomor 1 Malang Telp. / fax :

VII. PEMBAHASAN UMUM 7.1. Visi Pengelolaan Kebersihan Lingkungan Berkelanjutan

BAB VII ANALISIS DAYA DUKUNG LINGKUNGAN UPS MUTU ELOK. Jumlah Timbulan Sampah dan Kapasitas Pengelolaan Sampah

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2018 TENTANG PERCEPATAN PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN KERUSAKAN DAERAH ALIRAN SUNGAI CITARUM

SAMPAH SEBAGAI SUMBER DAYA

BAB I PENDAHULUAN Permasalahan Sampah di Daerah Istimewa Yogyakarta

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI JAWA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB 4 STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI

PENANGANAN SAMPAH BERDASARKAN KARAKTERISTIK SAMPAH DI KOTA SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II DESKRIPSI BADAN LINGKUNGAN HIDUP KOTA PROBOLINGGO Sejarah Singkat Badan Lingkungan Hidup Kota Probolinggo

Transkripsi:

STRATEGI PENGEMBANGAN PERUSAHAAN DAERAH KEBERSIHAN KOTA BANDUNG UNTUK MEWUJUDKAN BANDUNG BERSIH dan HIJAU SECARA BERKELANJUTAN I. Latar Belakang Kota Bandung merupakan kota terpadat di Jawa Barat. Menurut data dari Badan Pusat Statistik Jawa Barat (2013), jumlah penduduk di kota Bandung mencapai 2.536.649 orang, dengan tingkat kepadatan penduduk mencapai 14.710 orang/km². Jumlah tersebut jauh dari angka ideal. Semestinya, jumlah penduduk ideal adalah 1.000 orang/km². Dari waktu ke waktu jumlah penduduk kota Bandung mengalami peningkatan rata-rata 1,98% setiap tahun. Pertumbuhan penduduk kota Bandung seiring dengan peningkatan pertumbuhan ekonominya. Konsekuensi dari pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan ekonomi kota Bandung adalah penambahan volume sampah yang terjadi hampir di setiap sudut kota. Peningkatan produksi sampah kota Bandung dari 7.500 m3/hari menjadi 8.418 m3/hari. Jumlah produksi sampah mencapai hampir 11.000 ton/hari. Dari jumlah tersebut, 65% berupa sampah anorganik, ada peningkatan dibanding tahun sebelumnya, yang di dominasi sampah organik sebanyak 60% dan sisanya anorganik (http://www.fokusjabar.com; retrieved 14 Desember 2014). Pada umumnya produksi sampah kota Bandung bersumber dari rumah tangga sebesar 60%; pasar sebesar 20%; rumah makan, restoran dan area lainnya adalah 10% (www.bandung.go.id; retrieved 12 Desember 2014). Sementara itu, pengelolaan sampah hanya mampu mencakup 62,73% dari total. Pelayanan ini tentu sangat tidak memadai untuk memenuhi kebutuhan seluruh penduduk kota Bandung (http://ciptakarya.pu.go.id/profil/jabar/bandung.pdf; retrieved 14 Desember 2014). Sistem pengelolaan sampah kota Bandung masih menggunakan pengolahan yang sederhana, yaitu pengumpulan dan dibuang ke tempat pembuangan akhir. Pemilahan dilaksanakan tidak pada tingkat rumah tangga, akan tetapi pada Tempat Pembuangan Sementara (TPS); dan itupun bukan oleh petugas kebersihan akan tetapi dilakukan oleh pemulung sehingga hasilnya tidak optimal. Pengolahan lebih lanjut dilakukan pada di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) dengan pengolahan pembakaran dengan insinerator, pengkomposan dan daur ulang menggunakan teknologi sederhana. Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor : 14 Tahun 2011 tentang Perusahaan Daerah Kebersihan Kota Bandung menyebutkan bahwa dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada masyarakat di bidang pengelolaan persampahan dan peningkatan pendapatan asli daerah, maka diperlukan penyesuaian dengan keadaan terkini. Oleh karena itu, Perusahaan Daerah Kebersihan Kota Bandung memerlukan strategi pengembangan, selain untuk penguatan kelembagaan, juga untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dalam pengelolaan sampah, sehingga tercipta Bandung Bersih dan Hijau Secara Berkelanjutan. Dr. Mulyaningrum, SE, M.Hum; Proposal Calon Direksi PD Kebersihan Kota Bandung 2015-2019 Page 1

II. Rumusan Masalah Secara umum, permasalahan pokok yang dihadapi oleh Perusahaan Daerah Kebersihan Kota Bandung meliputi: a. Jumlah sampah semakin meningkat b. Keterbatasan fasilitas dan infrastruktur pengelolaan sampah: tata ruang/kemampuan alam teknologi c. Keterlibatan masyarakat belum optimal III. Keluaran Strategi pengembangan Perusahaan Daerah Kota Bandung mempunyai keluaran (out put) seperti berikut: a. Visi: tercipta sistem pengelolaan sampah yang berwawasan lingkungan, untuk mewujudkan Bandung Bersih dan Hijau secara berkelanjutan b. Misi: mengembangkan kinerja kelembagaan untuk meningkatkan pendapatan asli daerah dan mencapai pelayanan yang memuaskan bagi masyarakat IV. Strategi Pencapaian Strategi untuk mengatasi permasalahan pengelolaan sampah yang dapat dilaksanakan oleh Perusahaan Daerah Kebersihan Kota Bandung adalah melalui aspek berikut: A. Aspek manajerial: 1. Inovasi manajemen strategis 2. Penggunaan teknologi informasi dan komunikasi terkini: manajemen data based 3. Control system B. Aspek teknikal 1. Reduksi sampah: pada umumnya sampah yang dibuang masyarakat tidak dipilah antara organik dan anorganik. Hal ini menyebabkan pengelolaan sampah menjadi lebih sulit dan tidak efesien. Padahal sebaik-baik pengelolaan sampah adalah pengelolaan yang berkelanjutan, yaitu pengelolaan yang dilakukan sejak dari: (a) sumber sampah (b) dilanjutkan di TPS (c) kemudian di TPA. Tahapan tersebut harus dilaksanakan dengan terencana dan dinamis. Dr. Mulyaningrum, SE, M.Hum; Proposal Calon Direksi PD Kebersihan Kota Bandung 2015-2019 Page 2

2. Innovasi teknologi: tekhnologi pengelolaan sampah anorganik yang didaur ulang membutuhkan modal sangat besar, sehingga sedikit sekali masyarakat yang mampu melakukan usaha ini. Selain itu, pasar bahan-bahan daur ulang tidak stabil, sehingga seringkali merugikan pengusaha kecil karenakan ketidakstabilan harga jual. Oleh karena itu dibutuhkan standarisasi baku dari pihak Pemerintah Kota Bandung, melalui cara-cara berikut: (a) Mengontrol pasar bahan-bahan daur ulang sampah anorganik; (b) Melakukan berbagai penelitian innovasi teknologi tepat guna, yang bisa diterapkan oleh masyarakat dengan modal relatif kecil; (c) Menyediakan hibah berupa alat dan mesin untuk mendaur ulang sampah anorganik dalam skala kecil; (d) Memfasilitasi masyarakat untuk berhubungan dengan sektor industri yang lebih besar; (e) Membuat jejaring yang mudah diakses oleh siapa saja 3. Innovasi Tata ruang: berdasarkan berbagai riset, hilir pengelolaan sampah dibagi menjadi 2, yaitu : Hilir sampah anorganik adalah pabrik-pabrik yang berusaha dibidang daur ulang (plastik, kertas, logam dsb) Hilir sampah organik adalah para petani dan peternak yang membuthkan pupuk dan pakan untuk ternak. Pemetaan hulu dan hilir pengelolaan sampah berperan dalam penyelesaian masalah persampahan. Hal ini karena penataan ruang yang salah dapat berdampak kepada sulitnya melakukan pengelolaan sampah pada lahan yang semakin terbatas berbanding dengan luasan kota Bandung 16.730 ha. Meskipun sekarang kota Bandung seperti tidak tertata untuk tata ruang pengelolaan sampah, namun tidak ada kata terlambat dalam membuat kebijakan baru yang mewajibkan setiap individu dan kelompok untuk menyediakan infrastruktur alami di lingkungannya, bahkan kalau memungkinkan di setiap rumah. Pertanian dan peternakan seharusnya menjadi lompatan strategis yang patut dilibatkan untuk melengkapi mata rantai dari pengelolaan sampah. Hulu sampah organik adalah para petani dan peternak baik kecil maupun besar. Pengelolaan sampah organik mereka dapat menghasilkan tepung, bio gas, pupuk organik cair, serta probiotik untuk hewan. Padahal awalnya hanya dijadikan kompos. Metode yang lazim digunakan antara lain: (a) Pengeringan; (b) Dewatering; (c) Fermentasi cairan dan padatan. Semua proses tersebut akhirnya memberikan hasil yang menguntungkan secara ekonomis, berupa pakan ternak, pupuk cair dan energi berupa gas. Dr. Mulyaningrum, SE, M.Hum; Proposal Calon Direksi PD Kebersihan Kota Bandung 2015-2019 Page 3

4. Rekayasa sosial budaya: sampai saat ini Pemerintah Kota Bandung masih terus berinovasi mencari solusi menangani masalah sampah. Permasalahan menjadi krusial karena ada kemungkinan Bandung menjadi kota sampah. Hal ini terjadi antara lain karena: (a) Kesadaran tentang pentingnya peran serta masyarakat dalam pengelolaan sampah masih rendah. Salah satu indikator rendahnya tingkat kesadaran tersebut adalah produksi sampah yang terus meningkat. (b) Penegakan hukum yang tidak konsisten. Pemerintah kota Bandung dan DPRD kota Bandung telah mengeluarkan kebijakan yaitu Undang-undang No 11 tahun 2005: perubahan UU No 03 tahun 2005 tentang Penyelenggaraan ketertiban, kebersihan dan keindahan. Pada undang-undang tersebut diatur mengenai pengelolaan sampah dan sanksi-sanksi bagi masyarakat yang melanggarnya. Akan tetapi undang-undang tersebut tidak dilaksanakan tidak konsisten. Oleh karena itu diperlukan rekayasa sosial budaya untuk optimalisasi keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan sampah. Diperlukan perubahan pola pikir, bahwa tanggung jawab terhadap pengelolaan sampah harus dibagi kepada setiap masyarakat, kelompok-kelompok masyarakat, kepala wilayah, sampai kepada pemimpin negara. V. Target Pelaku Kegiatan Sasaran pelaku kegiatan untuk mewujudkan visi dan misi dari Perusahaan Daerah Kebersihan Kota Bandung adalah semua lini masyarakat harus dibebani tanggung jawab sesuai dengan kapasitas dan fungsinya. Sungguh demikian, dalam hal ini perlu ada perhatian lebih khusus kepada kaum perempuan, terutama yang aktif dalam komunitaskomunitas organisasi, perempuan pelaku bisnis, dan ibu rumah tangga untuk mensosialisasikan program pengelolaan sampah. Hal ini karena peran strategis yang dimiliki kaum perempuan terutama di lingkungan keluarganya, maupun dalam lingkup sosial. VI. Bentuk Kegiatan Bentuk kegiatan untuk mencapai visi dan misi Perusahaan Daerah Kebersihan Kota Bandung, baik untuk aspek manajerial maupun aspek teknikal meliputi: (1) Pendidikan; (2) Pelatihan; (3) Magang; (4) Sosialisasi program melalui edukasi kepada seluruh lini masyarakat, pendampingan kepada kelompok masyarakat, simulasi pengelolaan sampah; dan (4) Penegakan hukum atas perundangan yang berlaku. Kegiatan-kegiatan tersebut dapat dilaksanakan dengan melakukan kerjasama dengan pelaku bisnis, akademisi, lembaga swadaya masyarakat, sekolah, Pusat Studi Lingkungan di beberapa universitas, maupun kelompok peminat lain. Dr. Mulyaningrum, SE, M.Hum; Proposal Calon Direksi PD Kebersihan Kota Bandung 2015-2019 Page 4

VII. Indikator Keberhasilan Indikator keberhasilan dari strategi pengembangan Perusahaan Daerah Kebersihan Kota Bandung dapat diukur menggunakan: A. Reduksi sampah: proses terakhir dari pengelolaan sampah adalah pengolahan di Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Jika 80% sampah kota Bandung diolah dengan cara-cara yang terstruktur sebagaimana telah dibahas pada bagian atas, akan mengurangi timbunan sampah secara sangat drastis. B. Efisiensi biaya pengelolaan: jika timbunan sampah adalah 1.500 ton/hari, kemudian diolah maka yang terbuang hanya 10% saja atau sama dengan 150 ton per hari. Dengan demikian sebanyak 1.350ton sampah telah terolah, jika harga sampah olahan adalah Rp 250/kg saja, maka akan menjadi benefit yang setara dengan Rp 337.500.000/hari = Rp 10.125.000.000/bulan. Bandingkan dengan incinerator besar seperti PLTSa yang bukan menghasilkan, malah memerlukan biaya Rp 7.500.000.000/bulan. PLTSa hanya berkemampuan 700ton/hari, bisa disama artikan biaya (kerugian) yang sebenarnya adalah 15milyar per bulan. C. Peningkatan Pendapatan Perusahaan: jika sampah organik diolah akan menghasilkan 30% kompos atau setara dengan 2.250.000 kg. Jika dijual dengan harga terendah Rp 200/kg berarti akan didapat Rp 450.000.000/hari. Jika dijual ke pasar umum nilainya bisa lebih tinggi lagi, harga pasarannya saat ini Rp 500 - Rp 600/kg. Sampah juga bisa menjadi alteratif sumber energi. D. Perubahan paradigma masyarakat: paradigma masyarakat yang masih memaknai bahwa pengelolaan sampah adalah tanggung pemerintah harus diubah. VIII. Penutup Demikianlah proposal ini saya susun agar dapat dipahami dan ditindaklanjuti oleh pihak-pihak yang terlibat dalam program pengelolaan sampah di kota Bandung. Proposal ini merupakan draft yang masih memerlukan kajian lebih mendalam dan berbagai masukan agar lebih baik. Semoga bermanfaat. Dr. Mulyaningrum, SE, M.Hum; Proposal Calon Direksi PD Kebersihan Kota Bandung 2015-2019 Page 5